Anda di halaman 1dari 18

URAIAN MATERI

1. Hakikat Bahasa
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh
kelompok sosial tertentu untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasikan diri. Bahasa merupakan alat komunikasi sosial yang berupa
sistem simbol bunyi yang dihasilkan dari ucapan manusia. Manusia sebagai
makhluk sosial membutuhkan sarana untuk berinteraksi dengan manusia lainnya di
masyarakat, untuk kepentingan interaksi sosial itu, maka dibutuhkan suatu wahana
komunikasi yang disebut bahasa.
Ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa yaitu:
a. bahasa itu adalah sebuah sistem;
b. bahasa itu berwujud lambing;
c. bahasa itu berupa bunyi;
d. bahasa itu bersifat arbitrer;
e. bahasa itu bermakna;
f. bahasa itu bersifat konvensional;
g. bahasa itu bersifat unik;
h. bahasa itu bersifat universal;
i. bahasa itu bersifat produktif;
j. bahasa itu bervariasi;
k. bahasa itu bersifat dinamis.
a. Bahasa itu adalah Sebuah Sistem
Bahasa sendiri adalah sistem, terdiri jadi beberapa komponen yang memiliki
fungsi tertentu dan memiliki tujuan/makna. sistem berarti susunan teratur berpola
yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi.
b. Bahasa itu Berwujud Lambang
Bahasa merupakan perwujudan dari lambang bunyi. Terlihat jelas pada saat
bahasa tulis, penulisan huruf merupan lambng dari bahasa.
c. Bahasa itu Berupa Bunyi
Menurut Kridalaksana (1983), bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai
akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan dalam tekanan
udara. Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Akan tetapi

2
juga tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk bunyi
bahasa. Bunyi bahasa merupakan bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia yang
bermakna.
d. Bahasa itu Bersifat Arbitrer
Kata arbitrer bisa diartikan ’sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap,
mana suka’. Air dalam bahasa Indonesia artinya cairan, air dalam bahasa Inffris
artinya udara.

e. Bahasa itu Bermakna


Bahasa harus bermakna, memiliki arti dan maksud tertentu. Contoh:
[malam], [adik], [ibu], [lampu], [santai]: bermakna => bahasa
[dmal], [qwer], [ikikl], [ykow]: tidak bermakna => bukan Bahasa

f. Bahasa itu Bersifat Konvensional


Bahasa memang mana suka, sewenang-wenang, tapi sifatnya disepakati
oleh kelompok tertentu.

g. Bahasa itu Bersifat Unik


Bahasa bersifat unik, artinya setiap bahasa memiliki ciri khas yang tidak
dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khasnya sistem bunyi, sistem pembentukan kata,
sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem lainnya.

h. Bahasa itu Bersifat Universal


Selain bersifat unik, bahasa juga bersifat universal. Artinya, ada ciri-ciri
yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Misalnya, ciri
universal bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi
bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan.
i. Bahasa itu Bersifat Produktif
Bahasa bersifat produktif, artinya meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas,
tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan
bahasa yang tidak terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan sistem yang berlaku
dalam bahasa itu. Misalnya, kita ambil fonem dalam bahasa Indonesia, /a/, /i/, /k/,
dan /t/. Dari empat fonem tersebut dapat kita hasilkan satuan-satuan bahasa:
/i/-/k/-/a/-/t/

3
/k/-/i/-/t/-/a/
/k/-/i/-/a/-/t/
/k/-/a/-/i/-/t/

j. Bahasa itu Bervariasi


Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang
dengan berbagai status sosial dan latar belakang budaya yang tidak sama. Karena
perbedaan tersebut maka bahasa yang digunakan menjadi bervariasi. Ada tiga
istilah dalam variasi bahasa yaitu:
1) Idiolek: Ragam bahasa yang bersifat perorangan.
2) Dialek: Variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota
masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu.
3) Ragam: Variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tertentu.
Misalnya, ragam baku dan ragam tidak baku.

k. Bahasa itu Bersifat Dinamis


Bahasa tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang
keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat.
Karena keterikatan dan keterkaitan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam
kehidupannya di dalam masyarakat kegiatan manusia itu selalu berubah, maka
bahasa menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi dinamis. Perubahan itu
dapat berupa pemunculan kata atau istilah baru, peralihan makna sebuah kata, dan
perubahan-perubahan lainnya.

2. Fungsi Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi sosial yang berupa simbol bunyi yang
dihasilkan dari alat ucap manusia. Bahasa adalah salah satu sarana untuk
berinteraksi antarsesama manusia. Setiap masyarakat memiliki bahasanya masing-
masing. Dalam berkomunikasi, alat yang sering digunakan adalah bahasa, baik
berupa bahasa tulis maupun bahasa lisan. Bahasa sebagai sarana komunikasi
mempunyai fungsi berdasarkan kebutuhan seseorang secara sadar atau tidak sadar
yang digunakannya. Bahasa merupakan alat untuk mengekspresikan diri, alat
komunikasi, dan sarana untuk kontrol sosial.

4
Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki empat fungsi sebagai berikut:
a) Fungsi Informasi
Bahasa berfungsi untuk menyampaikan informasi timbal balik antaranggota
keluarga maupun anggota-anggota masyarakat. Wujud fungsi bahasa sebagai fungsi
informasi misalnya: berita, pengumuman, petunjuk pernyataan lisan ataupun tulisan
melalui media massa, baik media cetak (koran, majalah, dan lain-lain) ataupun
elektronik (televisi, radio, website/blog, dan lain-lain).
Contoh fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dalam fungsi informasi:
1) Kita mendapatkan informasi dari berita televisi maupun koran;
2) pengumuman hasil seleksi tes CPNS diumumkan melalui website;
b) Fungsi Ekspresi Diri
Bahasa memiliki fungsi ekspresi diri berarti bahwa bahasa berfungsi untuk
menyalurkan perasaan, sikap, gagasan, emosi atau tekanan-tekanan pembicara.
Bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri ini dapat menjadi media untuk
menyatakan keberadaan (eksistensi) diri, membebaskan diri dari tekanan emosi,
dan untuk menarik perhatian orang lain.
c) Fungsi Adaptasi dan Integrasi
Bahasa memiliki fungsi adaptasi dan integrasi yaitu untuk menyesuaikan
dan membaurkan diri dengan anggota masyarakat. Melalui bahasa, seseorang dapat
belajar tentang adat istiadat, pola hidup, perilaku, dan etika dalam suatu masyarakat.
Jika seseorang mudah beradaptasi dengan masyarakat, maka dengan mudah juga
dia akan membaurkan diri (integrasi) dengan kehidupan masyarakat tersebut.
d) Fungsi Kontrol Sosial
Bahasa berfungsi mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. Apabila
fungsi ini berlaku dengan baik maka semua kegiatan sosial akan berlangsung
dengan baik juga. Tentunya dengan penyampaian bahasa yang komunikatif dan
persuasif. Sebagai contoh, pendapat seorang Kepala Desa akan ditanggapi dengan
baik oleh masyarakatnya. Dengan bahasa, seseorang bisa mengembangkan
kepribadian dan nilai-nilai sosial kepada tingkat yang lebih berkualitas.

3. Kedudukan Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia adalah bahasa yang penting di negara kita. Pentingnya
peranan bahasa Indonesia antara lain bersumber dari ikrar ketiga Sumpah Pemuda

5
1928 dan pasal 36 UUD 1945. Penutur Bahasa Indonesia di negara kita menduduki
peringkat teratas, baik digunakan sebagai Bahasa pertama ataupun kedua. Hal ini
akan terus bertambah karena disebabkan oleh arus urbanisasi, perkawinan antar
suku, ‘keputusan’ orang tua masa kini, dari berbagai latar belakang budaya yang
ingin menjadikan anaknya penutur asli bahasa Indonesia.
Penggunaan Bahasa Indonesia lebih luas penyebaraannya bila dibandingkan
dengan bahasa Nusantara lainnya dan menduduki tempat teratas. Bahasa Indonesia
sebagai Bahasa kedua dipakai dari Sabang sampai Merauke. Di beberapa daerah,
bahasa Indonesia dijadikan Bahasa setempat, seperti di pantai Timur Sumatra, Riau,
Bangka, daerah pantai Kalimantan. Bahkan bahasa Indonesia dipakai dan dipelajari
di beberapa negara seperti Australia, Filipina, Jepang, Korea, Rusia, India, Ceko,
Jerman, Prancis, Nerlandia, Inggris, Amerika, sebagai Bahasa asing.
Kedudukan Bahasa Indonesia diidentifikasikan menjadi bahasa persatuan,
bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa standar. Keempat posisi bahasa
Indonesia itu mempunyai fungsi masing-masing seperti berikut:
a. Bahasa Persatuan
Bahasa persatuan adalah alat pemersatu suku bangsa, yaitu pemersatu suku,
agama, rasa dan antar golongan (SARA) bagi suku bangsa Indonesia dari Sabang
sampai Merauke. Fungsi pemersatu ini (heterogenitas/kebhinekaan) sudah
dicanangkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

b. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional


Bahasa Nasional adalah fungsi jati diri Bangsa Indonesia bila
berkomunikasi dengan negara luar. Fungsi bahasa nasional ini dirinci sebagai
berikut:
1) Lambang kebanggaan kebangsaan Indonesia
2) Identitas nasional dimata internasional
3) Sarana hubungan antarwarga, antardaerah, dan antar budaya, dan
4) Pemersatu lapisan masyarakat: sosial, budaya, suku bangsa, dan bahasa.

c. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara


Fungsi Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara:

6
1) Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan. Sebagai
bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai dalam acara resmi
kenegaraan, seperti pidato kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun
tulisan.
2) Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar didalam dunia
pendidikan dimulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
3) Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional
untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Bahasa
Indonesia sebagai alat perhubungan didalam masyarakat yang sama latar
belakang sosial budaya dan bahasanya, bukan hanya dipakai sebagai alat
komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas, maupun
sebagai alat perhubungan antar daerah dan antar suku saja.
4) Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bahasa Indonesia adalah alat yang
memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional
sedemikian rupa sehingga ia memikili ciri-ciri dan identitasnya sendiri,
yang membedakannya dari kebudayaan daerah.

4. Ragam Bahasa
Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat
saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan
meningkatkan kemampuan intelektual. Bahasa Indonesia memiliki banyak
ragamnya yang disebabkan oleh beragam penutur dan luas pemakaiannya. Oleh
karena itu, penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan dengan
keperluannya, apapun latar belakangnya.
Ragam bahasa Indonesia di masyarakat sangat beragam. Namun masih bisa
dipahami antar satu dengan lainnya, sebab intisari bersama atau terasnya (ciri dan
kaidah tata bunyi, pembentukan kata, tatamakna) umumnya sama. Bila dilihat dari
golongan penutur bahasa, bahasa Indonesia dirinci menurut patokan daerah
(logat/dialek), pendidikan, dan sikap penutur. Keanekaan logat terlihat dari
tekanannya, turun-naiknya nada, dan panjang pendeknya bunyi bahasa yang
menimbulkan aksen yang bermacam-macam. Contohnya adalah bunyi /t/ dan /d/

7
pada orang Bali, pelafalan putera Tapanuli, Jawa, dan lain-lain. Ragam Bahasa juga
bisa dilihat dari unsur tatabunyi, perbedaan kosa kata, dan variasi gramatikal.
Pemakaian bahasa Indonesia oleh orang yang berpendidikan formal dengan
yang tidak berpendidikan formal juga memiliki perbedaan. Dalam tata bunyi
misalnya, orang yang berpendidikan formal akan melafalkan /f/ dengan tepat pada
kata-kata berikut: film, fitnah dan juga bunyi /ks/ pada kata kompleks. Namun
berbeda dengan orang yang tidak berpendidikan formal. Mereka akan
melafalkannya menjadi /p/ dan /k/, sehingga menjadi pilem, pitnah, dan komplek.
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-
beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara,
orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990).
Seiring dengan perkembangan zaman yang sekarang ini banyak masyarakat yang
mengalami perubahan. Bahasa pun juga mengalami perubahan. Perubahan itu
berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Agar banyaknya
variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam
bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk
keperluan tertentu yang disebut ragam standar (Subarianto, 2000).
Sikap penutur juga menciptakan keberagaman Bahasa Indonesia. Sikap ini
sering disebut dengan lagam bahasa atau gaya bahasa yang ditentukan oleh umur
penutur, kedudukan pokok persoalan yang sedang dibicarakan, dan tujuan
informasi yang disampaikan. Gaya bahasa akan berbeda ketika memberikan
laporan kepada atasan, memarahi orang, membujuk pacar, maupun menulis surat
kepada orangtua.
Ragam bahasa baku dapat berupa: ragam bahasa baku tulis dan ragam
bahasa baku lisan. Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya keragaman
bahasa, diantaranya adalah faktor budaya atau letak geografis, faktor ilmu
pengetahuan, faktor sejarah. Ragam Bahasa Indonesia dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
a) berdasarkan media, b) berdasarkan cara pandang penutur c) berdasarkan topik
pembicaraan.
a. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan
bahasa, ragam bahasa terdiri,

8
1) Ragam bahasa lisan
2) Ragam bahasa tulis
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap manusia (organ of speech)
dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam
bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal, dalam
ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga
kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri
kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata
serta kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur
kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan
kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang
disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah
kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika
ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam
tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk
tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-
ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa
itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing,
ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Ciri-ciri ragam lisan:
1) Memerlukan orang kedua/teman bicara;
2) Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
3) Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta
bahasa tubuh.
4) Berlangsung cepat;
5) Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
6) Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
7) Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi

9
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang
diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa
baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian
sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu,
dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan
di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur
kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ciri-ciri ragam tulis:
1) Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
2) Tidak tergantung kondisi, situasi, dan ruang serta waktu;
3) Harus memperhatikan unsur gramatikal;
4) Berlangsung lambat;
5) Selalu memakai alat bantu;
6) Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
7) Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu
dengan tanda baca.

b. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur


Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa Indonesia terdiri dari
beberapa ragam diantaranya adalah:
1) Ragam dialek
Contoh: ‘Gue udah baca itu buku.’
2) Ragam terpelajar
Contoh: ‘Saya sudah membaca buku itu.’
3) Ragam resmi
Contoh: ‘Saya sudah membaca buku itu.’
4) Ragam tak resmi
Contoh: ‘Aku udah baca buku itu.’

c. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan


Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari beberapa ragam
diantara nya adalah:
1. Ragam bahasa ilmiah

10
2. Ragam hukum
3. Ragam bisnis
4. Ragam agama
5. Ragam sosial
6. Ragam kedokteran
Menurut Bachman (1990), “ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut
pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium
pembicara.”
1) Ragam Bahasa (RB)
2) Cara Pandang Penutur
3) Ragam Dialek
4) Ragam Pendidikan (Baku dan tidak baku)
5) RB menurut Sikap Penutur (faktor Usia, Kedudukan, Sikap, Pokok
Persoalan, Tujuan Penyampaian Informasi)
6) Media
7) RB Media Lisan, seperti (Cakapan, Pidato, kuliah, atau Panggung).
8) RB Media Tulisan seperti (Teknis, UU, Catatan, atau Surat)
9) Topik Pembicaraan
10) Ragam Hukum
11) Ragam Bisnis
12) Ragam Sastra
13) Ragam Kedokteran
14) Jurnalistik
15) Ragam Ilmiah

5. Hakikat Pemerolehan Bahasa Anak


Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah proses-proses yang
berlaku di dalam otak seorang anak ketika memperoleh bahasa ibunya. Proses-
proses ketika anak sedang memperoleh bahasa ibunya terdiri dari dua aspek (1)
aspek performance yang terdiri dari aspek- aspek pemahaman dan pelahiran; (2)
aspek kompetensi. Proses pemahaman melibatkan kemampuan mengamati dan

11
mempersepsi setiap kalimat yang didengar sedangkan proses pelahiran melibarkan
melibatkan kemampuan mengucapkan kalimat. Jika kedua kemapuan mengamati
dan mengucapkan telah dikuasai dengan baik maka akan menjadi kemampuan
lingusitiknya. Kemampuan ini terjadi dari tiga komponen, yaitu kemampuan
pemerolehan fonologi, semantik, dan kalimat. Ketiga komponen ini diperoleh anak
secara bersamaan.
Pembelajaran bahasa merupakan proses-proses dimana seseorang sedang
mempelajari bahasa baru setelah ia selesai memperoleh bahasa ibunya.
Pemerolehan bahasa melibatkan bahasa pertama sedangkan pembelajaran bahasa
melibatkan bahasa kedua atau bahasa asing.
Berdasarkan pengamatan dan kajian para ahli bahasa dapat disimpulkan
bahwa manusia telah dilengkapi sesuatu yang khusus dan secara alamiah untuk
dapat berbahasa dengan cepat dan mudah. Miller dan Chomsky (1957)
menyebutkan LAD (language acquisition device) yang intinya bahwa setiap anak
telah memiliki LAD yang dibawa sejak lahir. LAD ini merupakan suatu perangkat
intelek yang khusus untuk menguasai bahasa ibu dengan mudah dan cepat.
Sedangkan benda yang diperoleh adalah kemampuan dan penampilan berbahasa.
Kemampuan adalah tata bahasa atau pengetahuan bahasa anak yang terdiri dari tiga
komponen, yakni fonologi, semantik dan sintaksis.
6. Teori-teori tentang Pemerolehan Anak
a. Teori Behaviorisme
Teori behaviorisme mempelajari perilaku kebahasaan yang dapat diamati
langsung dan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan reaksi (response).
Perilaku bahasa yang efektif adalah membuat reaksi yang tepat terhadap
rangsangan. Reaksi ini akan menjadi suatu kebiasaan jika reaksi tersebut
dibenarkan.
Bahasa adalah hal yang sangat mendasar dari keseluruhan perilaku manusia.
para psikolog behaviorisitik menelitinya dan berusaha merumuskan teori-teori
konsisten mengenai pemerolehan bahasa pertama. Kemampuan setiap penutur
terhadap B1 (Bahasa Pertama) dan B2 (Bahasa Kedua) sangat bervariasi.
Pendekatan behavioristik terfokus pada aspek-aspek yang dapat diamati
langsung dari perilaku linguistik dan berbagai hubungan antara respon-respon

12
dan peristiwa-peristiwa di dunia sekeliling mereka. Jika sebuah respon tertentu
dirangsang berulang-ulang, maka bisa menjadi sebuah kebiasaan, atau
terkondisikan. Maka, akan semakin terbiasa si anak tersebut sehingga dalam
mempelajari bahasa Indonesia akan terkondisikan secara sendirinya.
b. Teori Nativisme
Chomsky yang merupakan tokoh nativisme berpendapat bahwa bahasa hanya
dapat dikuasai oleh manusia. Pendapat ini didasarkan pada beberapa asumsi.
Pertama, perilaku berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik). Kedua,
bahasa dapat dikuasai dalam waktu yang relatif singkat. Ketiga, lingkungan
bahasa anak tidak dapat menyediakan data yang cukup bagi penguasaan tata bahasa
yang rumit dari orang dewasa. Aliran ini mempercayai setiap manusia yang lahir
sudah dibekali dengan alat untuk memperoleh bahasa (Language Acquisition
Device, disingkat LAD) dan mempunyai empat ciri utama, yaitu (1) kemampuan
untuk membedakan bunyi-bunyi yang lain; (2) kemampuan mengorganisasikan
peristiwa-peristiwa linguistik ke dalam berbagai kelas; (3) pengetahuan mengenal
jenis sistem linguistik tertentu sajalah yang mungkin mengungkapkan hal itu,
sedangkan yang lain-lainnya tidak; (4) kemampuan memanfaatkan secara konstan
evaluasi untuk membangun sistem yang mungkin paling sederhana dari data yang
ditemukan. Bahasa yang akan diperoleh anak akan bergantung pada bahasa yang
digunakan oleh masyarakat sekitar.
Apabila diasingkan sejak lahir, anak ini tidak memperoleh bahasa. Tanpa
LAD, tidak mungkin seorang anak dapat menguasai bahasa dalam waktu singkat
dan bisa menguasai sistem bahasa yang rumit. LAD juga memungkinkan seorang
anak dapat membedakan bunyi bahasa dan bukan bunyi bahasa.
c. Teori Kognitivisme
Teori ini berpendapat bahwa bahasa bukanlah suatu ciri alamiah yang
terpisah melainkan salah satu diantara beberapa kemampuan yang berasal dari
kematangan kognitif. Perkembangan bahasa harus berlandaskan pada perubahan
yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi. Jadi, urutan-urutan
perkembangan kognitif menentukan perkembangan bahasa. Hal ini tentu saja
berbeda dengan pendapat Chomsky yang menyatakan bahwa mekanisme umum
dari perkembangan kognitif tidak dapat menjelaskan struktur bahasa yang

13
kompleks, abstrak, dan khas. Begitu juga dengan lingkungan berbahasa. Bahasa
harus diperoleh secara alamiah.
Menurut teori kognitivisme, yang paling utama harus dicapai adalah
perkembangan kognitif, barulah pengetahuan dapat keluar dalam bentuk
keterampilan berbahasa. Usia 0-18 bulan anak belum mengenal bahasa, pada usia
ini anak hanya mengenal benda yang dilihatnya secara langsung. Pada usia satu
tahun, anak sudah mulai mengerti bahwa benda memiliki sikap permanen sehingga
anak menggunakan simbol untuk mempresentasikan benda benda tersebut,
kemudian simbol tersebut berkembang menjadi kata-kata awal yang diucapkan oleh
anak.
d. Teori Interaksionisme
Teori interaksionisme beranggapan bahwa pemerolehan bahasa merupakan
hasil interaksi antara kemampuan mental pembelajaran dan lingkungan bahasa.
Pemerolehan bahasa berhubungan dengan interaksi antara input dan kemampuan
yang dimiliki oleh anak. Setiap anak sudah memiliki LAD sejak lahir tetapi tanpa
masukan yang tidak sesuai anak tidak dapat menguasai bahasa secara otomatis.
Bahasa yang dihasilkan anak-anak sebagian didesak oleh berbagai hal yang
mereka pikirkan mengenai hal itu.
e. Teori Fungsional.
Teori ini bertolak belakang dengan teori nativis yang menekankan bahwa
kaidah-kaidah yang ditawarkan adalah abstrak, formal, eksplisit, dan sangat logis,
tetapi baru bersentuhan dengan bentuk-bentuk bahasa dan tidak menghiraukan
makna. Teori ini beranggapan bahwa bahasa harus dikaitkan dengan konteks sosial
yang bersifat pragmatis yang penuh dengan bentuk-bentuk.

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa Anak


Anak dalam pemerolehan bahasa pertama bervariasi, ada yang lambat,
sedang, bahkan ada yang cepat. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti berikut ini:
a. Faktor Alamiah
Setiap anak lahir dengan seperangkat prosedur dan aturan bahasa yang
dinamakan Chomsky Language Acquisition Divice (LAD). Potensi tersebut
akan berkembang setelah mendapatkan stimulus dari lingkungan. Proses

14
pemerolehan melalui LAD sifatnya alamiah sehingga jika tidak dirangsang
untuk mendapatkan bahasapun anak akan mampu menerima bahasa yang ada
di sekitarnya. Slobin mengatakan bahwa yang dibawa lahir ini bukanlah
pengetahuan seperangkat kategori linguistik yang semesta, seperti dikatakan
oleh Chomsky. Prosedur-prosedur dan aturan-aturan yang dibawa sejak lahir
itulah yang memungkinkan seorang anak untuk mengolah data linguistik.
b. Faktor Biologis
Faktor biologis yang mempengaruhi pemerolehan bahasa anak adalah otak
(sistem syaraf pusat), alat dengar, dan alat ucap.
c. Faktor Lingkungan Sosial
Bahasa yang diperoleh anak tidak diwariskan secara genetis tetapi didapatkan
dari lingkungan yang menggunakan bahasa, sehingga anak memerlukan orang
lain untuk mendapatkan bahasa atau menerima dan mengirim simbol-simbol
bahasa dalam bentuk suara secara fisik.
d. Faktor Intelegensi
Intelengesi adalah daya atau kemampuan anak dalam berpikir atau bernalar.
Intelegensi juga dapat dikatakan sebagai kemampuan seseorang untuk
memecahkan masalah. Meskipun, anak yang bernalar lebih tinggi tidak dapat
dipastikan akan lebih sukses daripada anak yang berdaya nalar pas-pasan
dalam hal pemerolehan bahasa.
e. Faktor Motivasi
Sumber motivasi pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu motivasi dari dalam
atau internal dan motivasi dari luar diri atau eksternal. Dalam belajar bahasa
seorang anak tidak terdorong demi bahasa sendiri. Dia belajar bahasa karena
kebutuhan dasar yang bersifat, seperti lapar, haus, serta perlu perhatian dan
kasih sayang (Goodman, 1986; Tompkins dan Hoskisson. 1995). Inilah yang
disebut motivasi intrinsik yang berasal dari dalam diri anak sendiri.

8. Tahap-tahap Pemerolehan Bahasa Anak


Di tahun pertama kehidupan, manusia tampaknya memproduksi bahasa
dengan bergerak maju melewati tahap- tahap berikut:
a. Mendekut ( kebanyakan mengandung bunyi vokal)

15
Bayi-bayi sanggup memproduksi bunyi dari dirinya sendiri. Yang paling jelas,
aspek-aspek komunikatif dari tangisan –entah diniatkan atau tidak- berfungsi
cukup efektif. Namun berdasarkan kemahiran berbahasanya, mendekutnya
bayi-bayi yang paling membingungkan ahli-ahli bahasa. Mendekut (cooing)
adalah ekspresi oral bayi mengeksplorasi pemroduksian bunyi vocal. Bayi
normal dan bayi yang tuli tidak bisa dibedakan mendekutnya. Bayi-bayi bisa
membuat pilihan fonetik yang tidak bisa dibedakan oleh orang dewasa dan
hanya dimengerti oleh mereka.
b. Meraban/ mengoceh (mengandung bunyi konsonan dan bunyi vokal)
Meraban (babbling) adalah produksi yang dipilih bayi terkait fonem-fonem
yang terpilih –entah bunyi vokal maupun konsonannya- yang merupakan ciri
bahasa asal bayi (Locke, 1994; petitto & Marentette,1991). Di tahap ini bayi-
bayi tuli tidak lagi mengucapkan bunyi vokal. Bunyi diproduksi berdasarkan
perubahan di dalam pendengaran bayi. Oleh karena itu, mendekutnya bayi
diseluruh dunia esensinya sama, namun merabannya bayi berbeda. Selama
tahap Ini, kemampuan bayi untuk mencerap dan memproduksi fon-fon selain
fonem semakin memudar.
c. Ucapan Satu Kata
Pada akhirnya, bayi mengucapkan kata pertamanya. Ini diikuti dengan singkat
oleh satu dua kata lagi. Segara sesudahnya, beberapa kata lagi menyusul.
Ucapan ini terbatas pada bunyi vokal dan konsonan yang digunakan (Ingram,
1999). Bayi menggunakan satu kata ini –yang disebut holo frase- untuk
menyampaikan intense, keinginan dan tuntutan. Biasanya, kata-kata adalah
kata benda yang melukiskan objek yang dikenal, yang biasa dilihat anak
(seperti mobil, buku, bola,dll) atau keinginan (seperti mama. Papa, jus, kue,
dll). Usia 18 bulan anak sudah memiliki kosakata 3 sampai 100 kata, namun
belum kosakata tersebut belum bisa menggambarkan keseluruhan
keinginannya. Akibatnya adalah anak-anak banyak melakukan kesalah.
Sebuah kekeliruan melebih-lebihkan isi (overextension error) adalah perluasan
sacara keliru makna kata-kata dari dalam leksikon untuk menuangkan hal-hal
dan gagasan-gagasan tetapi masih belum mrmiliki kata baru untuk
mengekspresikannya.

16
d. Ucapan Dua Kata dan Ujaran Telegrafik
Secara bertahap, antara usia 1,5 sampai 2,5 tahun, anak-anak mulai
mengombinasikan kata-kata tunggal untuk menghasilkan ucapan dua kata.
Komunikasi-komunikasi awal ini tampaknya lebih lebih mirip telegram
ketimbang percakapan. Kata depan, kata sambung dan morfem-fungsi lainnya
biasanya ditinggalakan. Oleh karena itu, para ahli bahasa menyebut ucapan-
ucapan awal ini mirip ujaran di dalam telegram. Ujaran telegrafis ini dapat
digunakan untuk menggambarkan ujaran dua atau tiga kata bahkan yang sedikit
lebih panjang, namun tidak memiliki fungsi.
e. Struktur Kalimat dasar Orang Dewasa
Kosakata mengembang dengan cepat. Ia berlipat lebih dari tiga kali, dari sekitar
300 kata pada usia 2 tahun menjadi 1.000 kata pada usia 3 tahun. Kemudian
kemampuan anak akan mencapai fondasi dan struktur bahasa orang dewasa
pada usia 4 tahun. Pada usia 5 tahun, kebanyakan anak juga bisa mengerti dan
memroduksi konstruksi kalimat yang cukup kompleks dan tidak lazim. Pada
usia 10 tahun, bahasa anak secara fundamental sudah samaaseperti orang
dewasa. Proses Perkembangan Bahasa Anak
a. Fonologi
Anak menggunakan bunyi-bunyi yang telah dipelajarinya dengan bunyi-
bunyi yang belum dipelajari, misalnya menggantikan bunyi /l/ yang sudah
dipelajari dengan bunyi /r/ yang belum dipelajari. Pada akhir periode
berceloteh, anak sudah mampu mengendalikan intonasi, modulasi nada,
dan kontur bahasa yang dipelajarinya.
b. Morfologi
Pada usia 3 tahun anak sudah membentuk beberapa morfem yang
menunjukkan fungsi gramatikal nomina dan verba yang digunakan.
Kesalahan gramatika sering terjadi pada tahap ini karena anak masih
berusaha mengatakan apa yang ingin dia sampaikan. Anak terus
memperbaiki bahasanya sampai usia sepuluh tahun.
c. Sintaksis
Alamsyah (2007:21) menyebutkan bahwa anak-anak mengembangkan
tingkat gramatikal kalimat yang dihasilkan melalui beberapa tahap, yaitu

17
melalui peniruan, melalui penggolongan morfem, dan melalui penyusunan
dengan cara menempatkan kata-kata secara bersama-sama untuk
membentuk kalimat.
d. Semantik
Anak menggunakan kata-kata tertentu berdasarkan kesamaan gerak,
ukuran, dan bentuk. Misalnya, anak sudah mengetahui makna kata jam.
Awalnya anak hanya mengacu pada jam tangan orang tuanya, namun
kemudian dia memakai kata tersebut untuk semua jenis jam.

9. Pembelajaran Bahasa Anak


a. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia ialah proses mengajarkan bahasa indonesia.
Tujuan utamanya adalah agar siswa mampu berkomunikasi menggunakan bahasa
Indonesia baik secara lisan maupun tertulis. Dalam mempelajari bahasa Indonesia,
siswa sudah memiliki bahasa pertama. Dengan demikian, pembelajaran bahasa
indonesia merupakan pemerolehan bahasa kedua.
Agar pengajaran dapat mencapai tujuan secara optimal, ada sejumlah tahap
pengajaran yang harus dirumuskan lebih awal. Agar perumusan itu dapat
menghasilkan serangkaian teori landasan pengajaran bahasa dan pengajaran bahasa
Indonesia sebagai bahasa kedua yang harus dipertimbangkan. Oleh karena itu,
tahap-tahap pengajaran bahasa Indonesia dapat dirumuskan setelah seseorang
memiliki pengetahuan tentang teori landasan pengajaran bahasa dan teori
pengajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua.
b. Fungsi Pengajaran Bahasa Indonesia.
Pengajaran bahasa Indonesia yang dilaksanakan di Sekolah Dasar adalah
mengajarkan bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai bahasa nasional dan
bahasa negara. Untuk itu, fungsi pengajaran bahasa Indonesia, selain untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi siswa ada fungsi lain, antara lain:
1) Sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa.
2) Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia
dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya.
3) Sarana peningkatan pengetahuan dan pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni.

18
4) Sarana penyebarluasan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
sesuai dengan konteks untuk berbagai keperluan dan berbagai masalah.
5) Sarana pengembangan kemampuan intelektual (penalaran) (Depdiknas,
1994).
Oleh karena itu, pengajaran bahasa Indonesia dapat dipandang sebagai
upaya mengindonesiakan anak-anak Indonesia melalui bahasa Indonesia.

10. Perbedaan Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa Anak


Perbedaan pemerolehan dengan pembelajaran bahasa dapat dijelaskan
dalam tabel berikut. Dian Indihadi (2007: hal 16)
Pemerolehan Pembelajaran
1. Tidak formal, seperti anak 1. Formal, bahasa target
memperoleh bahasa pertama direncanakan sesuai dengan
2. Kemampuan berbahasa dimiliki tujuan tertentu
tanpa disadari. 2. Kemampuan berbahasa dimiliki
3. Pemerolehan pengetahuan atau secara sadar setelah mempelajari
kaidah bahasa secara implisit. data bahasa target
4. Pengajaran bahasa formal tidak 3. Pemerolehan pengetahuan
membantu pemerolehan bahasa bahasa secara eksplisit.
target. 4. Pengajaran formal sangat
membantu pemerolehan bahasa
target

19

Anda mungkin juga menyukai