Anda di halaman 1dari 65

Case Based Discussion:

Dengue Infection
Nabila Fitria (1915142)
Preceptor: dr. Desman Situmorang, Sp.A
Identitas Pasien
● Nama : An. FZ
● Usia 1 tahun 4 bulan
● Jenis kelamin : Perempuan
● Tempat tinggal : Bandung
● Suku : Sunda
● Agama : Islam
Anamnesis (Heteroanamnesis)
Seorang anak perempuan datang bersama ibunya dengan keluhan demam
3 hari SMRS
● Demam muncul sejak 3 hari yang lalu dan timbul
1 Hari setelah MRS (17/4/2021)
mendadak tinggi (tidak diukur), terus menerus ● Pasien masih demam walaupun
sepanjang hari, siang sama dengan malam. Tidak sudah menurun
ada menggigil dan keringat dingin. ● Nafsu makan masih menurun,
● Demam disertai munculnya ruam kemerahan namun minum mau
pada seluruh tubuh terutama pada wajah dan ● Pasien juga masih rewel
perut. ● Ruam dan bintik merah (+)
● Terdapat bintik-bintik merah pada wajah dan ● BAB dan BAK DBN
ekstremitas pasien. ● Perdarahan gusi dan mimisan
● Keluhan disertai dengan mual tetapi tidak disangkal
muntah, pasien menjadi tidak nafsu makan, dan ● Batuk, pilek (-)
disertai nyeri otot ekstremitas sehingga pasien
rewel
● BAB dan BAK DBN. Batuk, pilek, sesak, kejang,
perdarahan gusi, dan mimisan (-)
Anamnesis
RPD : Pasien tidak pernah sakit demam berdarah sebelumnya
RPK : Orang tua dan kakak pasien tidak mengalami gejala
yang serupa
R. lingkungan : Pasien tinggal di lingkungan yang padat, kamar
mandi menggunakan bak yang tidak tertutup. Terdapat tetangga
pasien yang terkena demam berdarah. Riwayat dilakukan fogging
di lingkungan rumah disangkal
Riwayat Berobat : pasien sempat dibawa ke RS dan didiagnosis demam dengue,
tetapi karena penuh, pasien dirujuk dan dibawa ke RSI
Riwayat alergi :-
Riwayat asupan gizi : pasien ASI eksklusif, saat ini pasien diberi makanan
tambahan.
Riwayat Persalinan
Anak ke 2 dari 2 bersaudara
Lahir hidup : 2, lahir mati : -, abortus : -
Lahir aterm, spontan, ditolong oleh bidan
Berat badan lahir = 3800 gram
Panjang badan lahir = 50 cm
Riwayat Imunisasi
Dasar Ulangan

BCG √
Hep B √ √ √ √
DPT √ √ √
Polio √ √ √ √
MR √
Riwayat Tumbuh Kembang
● Berbalik : 4 bulan
● Duduk : 7 bulan
● Berdiri : 11 bulan
● Berjalan : 13 bulan
● Berbicara : 13 bulan
● Membaca : -
● Menulis : -
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Compos Mentis
Kesadaran : GCS E4V5M6
Kesan Sakit : ringan
PB: 80 cm BB: 10 kg BMI: 15,6 kg/m2

TTV :
Tekanan Darah : - mmHg
Nadi : 120x / menit
Respirasi : 24x / menit
Temperatur : 37,6℃
SaO2 : 98% tanpa oksigen
-2 SD hingga 2 SD
NORMAL
-2 SD hingga 2 SD
NORMAL
-2 SD hingga 2 SD
NORMAL
-2 SD hingga 2 SD
NORMAL
Pemeriksaan Fisik
● Kepala : Normocephal
○ Wajah: facial flush (+)
● Mata : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-), , lakrimasi (-) Pupil bulat, Isokor, Reflek
cahaya (+/+), Oedema palpebra (-/-)
● Hidung : Bentuk hidung Normal, Pernafasan Cuping Hidung (-), Sekret (-), Perdarahan
hidung (-)
● Mulut : Mukosa Bibir, Mulut & Lidah Basah,lidah kotor (-), tremor (-), perdarahan gusi (-)
Tonsil (T1/T1), Faring hiperemis (-), Tonsil tidak Hiperemis, Uvula letak sentral
● Telinga : Bentuk dan ukuran Normal, Sekret (-)
- Leher : Retraksi suprasternal (-), Pembesaran KGB (-), Trakea letak sentral
Pemeriksaan Fisik
Thorax : Jantung :
● Dinding thorax - Inspeksi : Ictus cordis terlihat
Inspeksi : Bentuk normochest, Pergerakan - Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS
simetris IV LMC Sinistra
Palpasi : Nyeri tekan (-), Benjolan (-) - Perkusi :
Paru-paru : ● Batas Kiri : ICS II linea
- Inspeksi : Bentuk normal, Pergerakan simetris parasternal kiri
kanan = kiri, Retraksi intercostal (-/-) ● Batas Kanan : ICS IV LPS
- Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris kanan = Dextra
kiri - Auskultasi : Bunyi jantung S1 = S2,
- Perkusi : Sonor kedua lapang paru Murni, Murmur (-)
- Auskultasi : VBS (+/+) kanan = kiri, Ronkhi (-/-),
Wheezing (-/-)
Pemeriksaan Fisik
Abdomen :
- Inspeksi : Datar, Retraksi epigastrium (-), ruam makula hiperemis (+)
- Auskultasi : Bising Usus (+) normal
- Perkusi : Timpani, Ruang traube kosong, Asites (-), Nyeri Ketok CVA (-), Palpasi
Ginjal/Ballottement Test (-)
- Palpasi : Soepel, Nyeri tekan (-), Hepar dan Lien tidak teraba

Genital : Tidak ada kelainan

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, oedem (-/-), Turgor kembali cepat, Ikterik (-),
Pembesaran KGB Inguinal (-), petekie (+),

Kulit: ruam kemerahan terutama pada abdomen dan wajah (+), petekie (+)
Diagnosis Banding

Demam Dengue Chikungunya


Pemeriksaan Penunjang
16/4/2021 (Hasil lab dari luar) 17/4/2021 08.00
● Hematologi rutin: ● Hematologi rutin:
○ Hemoglobin : 13,2 g/dL ○ Hemoglobin : 12,1 g/dL
○ Hematokrit : 38 % ○ Hematokrit : 40 %
○ Leukosit : 7,7 103/mm3 ○ Leukosit : 4,5 103/mm3 (6,00 - 18,00)
○ Trombosit : 156.000 /mm3 ○ Trombosit : 130.000 /mm3 (200 - 550)
○ Eritrosit : 5,0 juta/mm3 ○ Eritrosit : 4.9 juta/mm3
● Nilai eritrosit rata-rata
○ MCV : 75,5 fL ● Nilai eritrosit rata-rata
○ MCH : 26,2 pg/mL ○ MCV : 80 fL
○ MCHC : 34 g/dL ○ MCH : 25 pg/mL
● Hitung Jenis ○ MCHC : 31 g/dL
○ Basofil :0%
○ Eosinofil :1%
● ○ Neutrofil sta :3%
○ Neutrofil seg : 40 %
○ Limfosit : 56 %
○ Monosit :3%
● NLR : 0,7
Diagnosis Kerja

Demam dengue
Dasar
Diagnosis
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
● Demam 3 hari yang lalu, terus
menerus, timbul mendadak tinggi
● Muncul ruam pada wajah dan
abdomen (facial flush +)
● Manifestasi perdarahan: petekie
● Tidak terdapat tanda kebocoran
plasma (asites, efusi pleura)
Laboratorium:
● Leukopenia (4.500)
● Trombositopenia (135.000)
● Peningkatan HCT >5% dari baseline
Penatalaksanaan
Nonfarmakologi:
● Tirah baring
● Nutrisi dan cairan yang adekuat → 1000 cc/24 jam
● Kompres hangat
● Hindari risiko perdarahan
● Monitor TTV tiap 4 jam
● Monitor hematokrit tiap 6 jam
● Monitor urine output tiap 8 jam

Farmakologi
● antipiretik: parasetamol inj 500 mg/100 mL → 100 mg IV tiap 6 jam
Prognosis

Quo ad Vitam Quo ad functionam Quo ad sanationam


Ad bonam ad bonam ad bonam
2

Tinjauan Pustaka
Dengue Infection
DEFINISI
Demam akut akibat infeksi virus
Dengue, dengan manifestasi yang
sangat bervariasi, mulai dari demam
akut hingga shock syndrome yang
dapat menyebabkan mortalitas.
Epidemiologi

50-100 juta
Tercatat 50-100 juta infeksi setiap
tahunnya di negara endemis
termasuk Indonesia (WHO 2011)

97.35%
Penyebaran kasus Dengue awalnya
hanya terdapat di Surabaya dan
Jakarta (1968), kemudian menyebar Target Angka Kesakitan/ Incidence Rate (IR) DBD
ke seluruh provinsi di Indonesia tahun 2014 sebesar ≤ 51 per 100.000 penduduk,
(Kemenkes RI 2017) secara nasional hasil capaian tahun 2014 telah
melampaui target dengan IR nasional sebesar
39,76 per 100.000 penduduk
Dengue update: Menilik Perjalanan Dengue di Jawa Barat. Loka Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Pangandaran. Kemenkes RI. 2019
Etiologi

Genus: flavivirus DEN-1, DEN-2, DEN-3, Ukuran 50nm


Famili: Flaviviridae dan DEN-4 Single-strand RNA genome
Seluruh serotipe terdapat Terdiri dari 3 structural protein:
di Indonesia, dengan core protein,
DEN=3 merupakan membrane-associated protein
serotipe yang paling (M), Envelope Protein (E),
dominan Non-structural protein genes
(NS)

Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. WHO. 2011
Transmisi
● Melalui gigitan nyamuk (umumnya)
○ Nyamuk genus Aedes (Ae. aegypti atau Ae. albopictus)
○ Nyamuk terinfeksi ketika menggigit orang yang terinfeksi
dengue dan menyebarkan virus tsb ke orang lain melalui
gigitannya
● Penularan dari ibu ke anak
○ Ibu hamil yang terinfeksi dengue dapat menularkannya
pada janin selama kehamilan
● Melalui darah yang terinfeksi, pada setting laboratorium, dan
pelayanan kesehatan (jarang)
○ Donor darah, transplantasi organ, atau needle stick injury

Centers for Disease Control and Prevention 2019


● Aedes Aegypti
○ Hanya nyamuk Aedes aegypti betina yang menyebarkan virus dengue, sedangkan
nyamuk jantan tidak.
○ Penyebaran nyamuk Aedes aegypti terjadi di negara beriklim tropis, seperti Indonesia,
terutama saat memasuki musim hujan, karena curah hujan yang tinggi → mendukung
berkembang biak
○ Nyamuk Aedes aegypti bertelur di genangan air yang jernih dan senang berada di
tempat minim cahaya.
● Aedes Albopictus
○ Cenderung berada di hutan dan pohon rimbun.

Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. WHO. 2011
Faktor Risiko
● Faktor agent ● Faktor host:
○ kepadatan nyamuk yang ○ Kekebalan host terhadap
terpengaruh iklim mikro dan infeksi dipengaruhi oleh
makro, frekuensi gigitan per beberapa faktor, salah satunya
nyamuk per hari, lamanya siklus adalah usia dan status gizi.
gonotropik, umur nyamuk dan
lamanya inkubasi ekstrinsik virus ● Faktor lingkungan:
dengue serta pemilihan Hospes. ○ Kepadatan rumah
○ Frekuensi nyamuk menggigit ○ Tersedianya kontainer air
manusia, dipengaruhi oleh ○ Lingkungan sosial: kebiasaan
aktivitas manusia, keberadaan seperti menggantung baju,
atau kepadatan manusia kebiasaan membersihkan
halaman rumah, dll
Patogenesis
Data in vitro dan studi otopsi menunjukkan
bahwa tiga sistem organ memainkan peran
penting dalam patogenesis DBD / DSS: sistem
kekebalan, hati, dan lapisan sel endotel (EC)
pembuluh darah

Byron E. E. Martina, Penelope Koraka, Albert D. M. E. Osterhaus. Clinical Microbiology Reviews Oct 2009, 22 (4) 564-581
Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. WHO. 2011
Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. WHO. 2011
Clinical Course

Fase Demam (febrile) Fase Kritis Fase Penyembuhan (Konvalesens)


Berlangsung pada demam Terjadi pada demam hari Terjadi setelah setelah
hari ke-1 hingga 3 ke-3 hingga 7 demam hari ke-6-7
Skema Perjalanan Penyakit Infeksi Dengue
Manifestasi Klinis

● Demam: tanda utama infeksi dengue, terjadi mendadak


tinggi, selama 2-7 hari
● Gejala konstitusional lainnya: lesu, tidak nafsu makan, muntah
● Pada anak lebih sering terjadi gejala facial flush, radang faring, pilek
● Manifestasi perdarahan: petekie, epistaksis.
● Tanda lainnya yang perlu diwaspadai: melena, hematemesis, dan hematuria
Manifestasi Klinis
Dengue Fever
● Setelah masa inkubasi 4-5 hari (range 3–14 hari), muncul gejala konstitusional yang tidak spesifik: sakit
kepala, nyeri punggung, malaise.
● Onset dari DF muncul mendadak dengan peningkatan tajam suhu tubuh yang sering disertai dengan
flushed face dan nyeri kepala
● Kemudian dapat muncul retro-orbital pain saat menggerakkan mata atau tekanan pada bola mata,
fotofobia, dan nyeri otot, atau sendi/tulang.
● Gejala umum lainnya:anoreksia, abdominal tenderness
● Demam: biasanya 39-40oc, bifasik, dan bertahan selama 5-7 hari pada kebanyakan kasus
● Rash: Kemerahan yang menyebar, sekilas dapat diamati di wajah, leher dan dada selama
dua sampai tiga hari pertama, dan ruam mencolok muncul kira-kira pada hari ketiga atau keempat.
● Manifestasi perdarahan: perdarahan kulit: torniquet test + dan/atau petekie. Perdarahan lain seperti
epistaksis masif, GI bleeding, hypermenorrhea jarang terjadi pada DF

Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. WHO. 2011
Manifestasi Klinis
Dengue Hemorrhagic Fever/DSS
● Fase pertama: with abrupt onset of fever, malaise, vomiting, headache, anorexia, dan batuk, diikuti
penurunan klinis setelah 2-5 hari
● Fase kedua: ekstremitas lembab dan dingin, flushed face, diaphoresis, restlessness, irritability,
midepigastric pain, dan penurunan urin output.
● Terdapat petekie pada dahi dan ekstremitas;; spontaneous ecchymoses, dan mudah memar dan
berdarah pada lokasi penusukan vena
● Ruam makular/makulopapular dapat muncul
● Respirasi cepat, nadi lemah dan cepat
● Dapat terjadi pembesaran hepar
● Sekitar 20-30% kasus DHF → komplikasi shock (dengue shock syndrome), dengan peningkatan
kardiovaskular, dan penyempitan tekanan nadi
● Kurang lebih 10% mengalami ekimosis dan GI bleeding
● Setelah 24-36 jam masa kritis, stadium penyembuhan pada anak yang berhasil melewati masa kritis
Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium Uji Serologi Radiologi


Infeksi primer: titer serum akut
Pada hari ke-3, umumnya leukosit Untuk mendeteksi
<1:20 dan serum konvalens naik
menurun atau normal, hematokrit
mulai meningkat (hemokonsentrasi),
4x atau lebih tetapi tidak adanya efusi pleura:
melebihi 1:1280 Rontgen thorax, USG
trombositopenia (hari ke-3-7). Infeksi sekunder: titer serum
Pada pemeriksaan hitung jenis akut <1:20 dan serum serum
leukosit, ditemukan limfositosis konvalesens 1:2560, atau
(peningkatan 15%) mulai hari ke-3, serum akut 1:20 dan
ditandai adanya limfosit atipik konvalesens naik 4x atau lebih
Diagnosis Demam Dengue

Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Dengue pada Anak; UKK Infeksi & Penyakit Tropis IDAI; Tahun 2014
Diagnosis DBD/DSS

Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Dengue pada Anak; UKK Infeksi & Penyakit Tropis IDAI; Tahun 2014
Warning Signs
Tanda bahaya (warning signs) untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
syok pada penderita Demam Berdarah Dengue
DSS
● Memenuhi kriteria Demam Berdarah Dengue
● Ditemukan adanya tanda dan gejala syok hipovolemik baik yang
terkompensasi maupun yang dekompensasi
Treatment
Penatalaksanaan: Penderita Tersangka
Dengue atau Demam Dengue
● Penderita tersangka dengue atau demam dengue dengan keadaan
umum masih baik, tidak ada faktor risiko dan atau tanda-tanda bahaya
(warning sign) masih dapat dirawat di rumah (rawat jalan) dan disarankan
menjalani istirahat yang cukup
● Cukup asupan cairan seperti susu, jus, buah, cairan elektrolit isotonik,
cairan rehidrasi oral (oralit). Hindari kelebihan cairan, khususnya pada bayi
dan balita
● Antipiretik: parasetamol 10 mg/kgBB/dosis dengan interval pemberian
tidak lebih dari tiap 6 jam
● Kompres hangat kuku (tepid water) pada daerah dahi, ketiak, dan
anggota tubuh
● Selama masih demam, lakukan pemeriksaan laboratorium berkala setiap
hari (jumlah leukosit, trombosit, dan hematokrit)
● Segera ke rumah sakit jika terdapat tanda-tanda bahaya

Garna H, Nata prawira HM. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. RSUP Hasan Sadikin: 2014.
Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. WHO. 2011
Penatalaksanaan: Penderita DBD dan
Demam Dengue yang Dirawat
● Pemberian cairan melalui infus harus segera dimulai pada penderita dengan
asupan cairan oral yang kurang (muntah atau malas minum), nilai hematokrit
meningkat, dan terdapat tanda-tanda bahaya, khususnya tanda syok
● Jumlah cairan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan rumatan dan
kehilangan cairan, tidak boleh kurang maupun berlebih
● Pemantauan parameter berikut secara berkala:
○ Keadaan umum, nafsu makan, muntah, perdarahan, dan gejala lain yang
merupakan tanda bahaya
○ CRT
○ Tanda-tanda vital: suhu tubuh, frekuensi nadi, pernapasan, dan tekanan
darah
○ Pemeriksaan nilai hematokrit
○ Urine output

Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. WHO. 2011
Garna H, Nata prawira HM. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. RSUP Hasan Sadikin: 2014.
Penatalaksanaan: Penderita DBD dan
Demam Dengue yang Dirawat
● Prinsip pemberian terapi cairan pada DHF:
○ Jenis cairan yang dianjurkan yaitu cairan kristaloid isotonik
○ Cairan koloid seperti dekstran 40 dan HES dapat digunakan pada keadaan terjadi
perembesan plasma masif, atau jika tidak terdapat respons terhadap pemberian
cairan kristaloid yang cukup
○ Jumlah cairan yang diberikan: jumlah kebutuhan rumatan + defisit sebesar 5%
(setara dengan dehidrasi sedang)
○ Durasi pemberian cairan tidak boleh lebih dari 24-48 jam pada kasus syok. Pada
kasus tanpa syok, durasi tidak lebih dari 60-72 jam
○ Pada pasien obesitas, penghitungan jumlah cairan yang dibutuhkan harus
menggunakan BB ideal
○ Laju pemberian cairan disesuaikan dengan kondisi klinis. Kebutuhan cairan
intravena pada anak berbeda dengan dewasa
○ Pemberian transfusi trombosit tidak direkomendasikan (tidak diberikan transfusi
trombosit profilaksis)

Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. WHO. 2011
Pemberian cairan pada DBD
Derajat I dan II
● Jumlah cairan yang diberikan: jumlah kebutuhan rumatan (untuk satu hari) + defisit
sebesar 5% (oral maupun intravena) selama 48 jam

Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. WHO. 2011
Garna H, Nata prawira HM. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. RSUP Hasan Sadikin: 2014.
Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. WHO. 2011
Pemberian cairan pada DBD
Derajat III dan IV (DSS)
● Jika terjadi hipotensi harus dipertimbangkan sudah terjadi perdarahan berat
(perdarahan saluran cerna yang tersembunyi) sebagai penyebab syok, selain akibat
perembesan plasma
● Pada DBD derajat III, biasanya masih memberikan respons dengan kristaloid
dengan jumlah 10 mL/kgBB/jam atau bolus dalam 30 menit, selanjutnya jumlah
dikurangi secara bertahap sesuai keadaan klinis dan nilai hematokrit
● DBD derajat IV: jumlah cairan 10 mL/kgBB/ diberikan dalam 10-15 menit. Jika
terdapat perbaikan, jumlah cairan disesuaikan sama seperti pada DBD derajat III.
Bila syok belum teratasi, ulangi pemberian cairan bolus 10 mL/kgBB dan evaluasi
serta atasi abnormalitas hasil laboratorium (asidosis, gangguan keseimbangan
elektrolit, hipoglikemia). Urgent blood transfusion dipertimbangkan untuk langkah
selanjutnya (setelah menilai pre- resuscitation HCT)

Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. WHO. 2011
Garna H, Nata prawira HM. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. RSUP Hasan Sadikin: 2014.
Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. WHO. 2011
Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. WHO. 2011
Tanda-tanda
Penyembuhan
● Frekuensi nadi, respirasi, dan tekanan
darah stabil
● Suhu tubuh normal
● Tidak ada bukti perdarahan eksternal
maupun internal
● Nafsu makan membaik
● Tidak terdapat muntah & nyeri abdomen
● Volume urin cukup
● Hematokrit stabil pada keadaan basal
● Ruam konvalesens (20-30%)

Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. WHO. 2011
Kriteria Pulang
● Bebas demam sekurangya 24 jam tanpa
antipiretik
● Pada DSS minimal 2-3 hari sesudah syok
teratasi
● Nafsu makan pulih kembali
● Secara klinis tampak perbaikan
● Tidak terdapat tanda distress pernapasan
akibat efusi pleura atau kelebihan cairan
dan tidak terdapat asites
● Jumlah trombosit naik min. 50.000/mm3

Garna H, Nata prawira HM. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. RSUP Hasan Sadikin: 2014.
Komplikasi
Ensefalopati dengue
Edema otak dan alkalosis, dapat terjadi
dengan syok maupun tanpa syok
Kelainan ginjal
Akibat syok berkepanjangan
Dengue
Edema Paru
Akibat pemberian cairan
berlebihan
Pencegahan Primer
Pengendalian Kimiawi Pengendalian Hayati/biologi
Pemberian Insektisida: golongan organofosfor,
karbamat, organoklorin, atau pyrethoid Ikan kepala timah (Aphlocheilus panchax)
Ikan nyamuk/gupi perak (Gambusia affinis)
Rainbow guppy (Poecilla reticulata)

Pengendalian Lingkungan
Pencegahan paling tepat, efektif, dan aman
dengan program 3M plus
Pencegahan Primer
Pencegahan: PSN 3M Plus
1 Menguras 2 Menutup
● kegiatan menutup rapat tempat-tempat
● kegiatan membersihkan/menguras tempat yang sering penampungan air seperti bak mandi maupun
menjadi penampungan air seperti bak mandi, kendi, drum.
toren air, drum dan tempat penampungan air lainnya. ● Kegiatan mengubur barang bekas di dalam tanah
● Dinding bak maupun penampungan air juga harus agar tidak membuat lingkungan semakin kotor
digosok untuk membersihkan dan membuang telur dan dapat berpotensi menjadi sarang nyamuk.
nyamuk yang menempel erat pada dinding tersebut.
● Saat musim hujan maupun pancaroba, kegiatan ini
harus dilakukan setiap hari untuk memutus siklus hidup 3 Mendaur ulang
nyamuk yang dapat bertahan di tempat kering selama 6
bulan. ● Memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang
bernilai ekonomis (daur ulang), kita juga
disarankan untuk memanfaatkan kembali atau
mendaur ulang barang-barang bekas yang
berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk demam berdarah.
Pencegahan Sekunder
Tindakan yang berupaya untuk menghentikan proses penyakit pada
tingkat permulaan sehingga tidak menjadi lebih parah

Diagnosis Dini Pelaporan


Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yang
Melakukan diagnosis sedini mungkin dan menemukan penderita atau suspek
memberikan pengobatan yang tepat bagi penderita DBD melaporkan ke puskesmas
penderita atau dinas kesehatan

Penyelidikan Epidemiologi
Penyelidikan Epidemiologi dilakukan petugas
puskesmas untuk pencarian penderita panas
tanpa sebab yang jelas, pemeriksaan jentik,
dan mengetahui adanya penularan lebih
lanjut sehingga perlu dilakukan fogging dan
penyuluhan
Pencegahan Tersier
Mencegah kematian akibat penyakit demam berdarah dengue dan
melakukan rehabilitasi

● Membuat ruangan gawat darurat khusus untuk penderita DBD di


UPK terutama puskesmas
● Transfusi darah penderita yang menunjukkan gejala perdarahan
Prognosis

Pasien shock Multiorgan failure


Pasien shock jika tanpa Jika sudah terjadi multiorgan
penanganan adekuat memiliki failure → penyembuhan
prognosis yang buruk dan semakin lama
angka mortilitas tinggi

Penanganan baik
Jika penanganan baik, pasien
akan membaik dengan cepat.
Bahkan pasien shock
menunjukkan recovery setelah
2-3 hari
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai