- Diplococcus Pneumoniae
- Pneumococcus
- Streptococcus Pneumoniae
- Staphylococcus Aureus
- Eschericia Coli
b. Infeksi Virus
1
Patogenesis bronkopneumonia dimulai dengan masuknya kuman melalui
inhalasi, aspirasi, hematogen dari fokus infeksi atau penyebaran langsung.
Sehingga terjadi infeksi dalam alveoli, membran paru mengalami peradangan dan
berlubang-lubang sehingga cairan dan bahkan sel darah merah dan sel darah putih
keluar dari darah masuk ke dalam alveoli. Dengan demikian alveoli yang
terinfeksi secara progresif menjadi terisi dengan cairan dan sel-sel, dan infeksi
disebarkan oleh perpindahan bakteri dari alveolus ke alveolus. Kadang-kadang
seluruh lobus bahkan seluruh paru menjadi padat (consolidated) yang berarti
bahwa paru terisi cairan dan sisa-sisa sel. 2
2
Bakteri yang masuk kedalam alveolus menyebabkan reaksi radang berupa edema
dari seluruh alveolus disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN. 2
Proses radang dapat dibagi atas 4 stadium yaitu :
1. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti).
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-
sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator
tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga
mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin
dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan
peningkatan permeabilitas kapiler paru. 4
3
Gambar 2. Tampak alveolus terisi sel darah merah dan sel sel inflamasi (netrofil).
4
4. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula. 4
5
Netralisasi kuman oleh substansi imun lokal
Drainase melalui sistem limfatik.
6
Tatalaksana sebagian besar bronkopneumonia pada dasarnya tidak perlu
dirawat inap. Indikasi perawatan terutama berdasarkan berat ringannya penyakit,
misalnya toksis, distres pernapasan, tidak mau makan/minum, atau ada penyakit
dasar yang lain, komplikasi, dan terutama mempertimbangkan usia pasien,
neonatus dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis bronkopneumonia dirawat
inap. 1,2
Dasar tatalaksana bronkopneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal
dengan antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif
meliputi pemberian cairan intravena dan terapi oksigen. Untuk nyeri dan demam
dapat diberikan analgetik/antipiretik. Suplementasi vitamin A tidak terbukti
efektif. Penyakit penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat, komplikasi yang
mungkin terjadi harus dipantau dan diatasi. 1,2,5
Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan kunci utama keberhasilan
pengobatan. Terapi antibiotik intravena harus segera diberikan pada bayi kecil
karena sering terjadi sepsis dan meningitis. 1,2,5
7
LAPORAN KASUS
Seorang bayi laki-laki berusia 2 bulan, berat badan 5.5 kg, tinggi badan 58
cm, anak ke 2, kebangsaan Indonesia, tinggal di jl. Labu, masuk rumah sakit
tanggal 16 Mei 2014.
Riwayat Imunisasi
Baru 1x diimunisasi yaitu imunisasi BCG.
8
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum :
SP : CM / Sakit Sedang
BB = 5.5 kg, TB = 58 cm, LK = 39 cm, Status Gizi = Baik
Vital Sign :
Nadi : 120x/menit
Pernapasan : 78x/menit
Suhu : 38.5o C
Kepala :
Wajah : Simetris kanan = kiri
Deformitas : (-)
Bentuk : Normochepal
Rambut : Hitam
Mata : - Konjungtiva : Anemis (-)/(-)
- Sklera : Ikterus (-)/(-)
- Pupil : Isokor
Mulut : Lidah kotor (-)
Leher :
Kelenjar GB : Pembesaran (-)
Tiroid : Pembesaran (-)
JVP : Dalam batas normal
Massa lain : (-)
Paru-Paru :
Inspeksi : Simetris, retraksi dinding dada (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-), vokal fremitus kesan normal kiri
dan kanan
Perkusi : Bunyi sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler, Rhonki (+)/(+), Wheezing (-)/(-)
9
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicularis sinistra
Perkusi : Pekak. Batas jantung kesan normal.
Auskultasi : BJ I/II murni reguler
Abdomen :
Inspeksi : Permukaan perut cembung, pergerakan normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), organomegali (-)
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Peristaltik (+)
Anggota Gerak :
Atas : Akral hangat (+)/(+), Edema (-)/(-)
Bawah : Akral hangat (+)/(+), Edema (-)/(-)
Pemeriksaan Khusus : (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
DL 16 Mei 2014
WBC 18.8 x 103/mm3
HGB 11 gr/dl
HCT 31.6 %
PLT 561 x 103/mm3
10
Diagnosis Kerja : Bronkopneumonia
Terapi :
a. Non-medikamentosa :
O2 0.5 – 2 L/menit
Puasa
b. Medikamentosa :
IVFD Dextrose 5% + Sodium Bikarbonat 10 cc 24 tpm (mikro)
Cefotaxime 150 mg/12 jam/IV (skin test cocok)
Gentamicine 15 mg/12 jam/IV (skin test cocok)
Dexamethasone 1 mg/8 jam/IV
Paracetamol syrp 3x ½ cth (kalau perlu) melalui sonde
Puyer batuk :
Salbutamol 0.4 mg
Histapan 6 mg
Metyl prednisolon (4 mg) 1/6 tab 3 x 1 pulv
Ambroxol 2.5 mg
11
FOLLOW UP
Tanggal & Jam Vital Sign Keterangan
17 Mei 2014, Jam 07.00 N : 128x/menit S : Panas (+), batuk berlendir (+),
(Perawatan Hari ke-2 P : 92x/menit beringus (-), sesak (+), muntah (-),
S : 38.8oC BAK lancar, BAB belum ada hari
ini.
O : Retraksi dinding dada (+),
rhonki (+)/(+), wheezing (-)/(-),
akral hangat.
A : Bronkopneumonia
P:
O2 0.5 – 2 L/menit
IVFD Dextrose 5% + Sodium
Bikarbonat 10 cc 16 tpm
(mikro)
Cefotaxime 150 mg/12 jam/IV
Gentamicine 15 mg/12 jam/IV
Dexamethasone 1 mg/8 jam/IV
Paracetamol 3x ½ cth (kalau
perlu) melalui sonde
Salbutamol 0.4 mg
Histapan 6 mg
Metyl prednisolon (4 mg) 1/6
tab
Ambroxol 2.5 mg
ʃ 3x1 pulv
ASI/PASI 40 cc/2 jam (sonde).
18 Mei 2014, Jam 07.00 N : 120x/menit S : Panas (+), batuk berlendir (+),
(Perawatan Hari ke-3) P : 60x/menit beringus (-), sesak (+), muntah (-),
S : 38.0oC BAK lancar, BAB belum ada
sudah 2 hari.
12
O : Retraksi dinding dada (+),
rhonki (+)/(+), wheezing (-)/(-),
akral hangat.
A : Bronkopneumonia
P:
O2 0.5 – 2 L/menit
IVFD Dextrose 5% 16 tpm
(mikro)
Cefotaxime 150 mg/12 jam/IV
Gentamicine 15 mg/12 jam/IV
Dexamethasone 1 mg/8 jam/IV
Paracetamol 3x ½ cth (kalau
perlu) melalui sonde
Salbutamol 0.4 mg
Histapan 6 mg
Metyl prednisolon (4 mg) 1/6
tab
Ambroxol 2.5 mg)
ʃ 3x1 pulv
ASI/PASI 40 cc/2 jam (sonde)
19 Mei 2014, Jam 07.00 N : 120x/menit S : Panas (-), batuk berlendir (+),
(Perawatan Hari ke-4) P : 46x/menit beringus (-), sesak (-), muntah (-),
S : 36.5oC BAK lancar, BAB belum ada 3
hari.
O : Retraksi dinding dada (-),
rhonki (+)/(+), wheezing (-)/(-),
akral hangat.
A : Bronkopneumonia
P:
IVFD Dextrose 5% 18 tpm
(mikro)
13
Cefotaxime 150 mg/12 jam/IV
Gentamicine 15 mg/12 jam/IV
Salbutamol 0.4 mg
Histapan 6 mg
Metyl prednisolon (4 mg) 1/6
tab
Ambroxol 2.5 mg
ʃ 3x1 pulv
Susu
20 Mei 2014, Jam 07.00 N : 120x/menit S : Panas (-), batuk berlendir (+),
(Perawatan Hari ke-5) P : 46x/menit beringus (-), sesak (-), muntah (-),
S : 36.0oC BAB & BAK biasa.
O : Retraksi dinding dada (-),
rhonki (+)/(+), wheezing (-)/(-),
akral hangat.
A : Bronkopneumonia
P:
IVFD Dextrose 5% 12 tpm
(mikro)
Cefotaxime 150 mg/12 jam/IV
Gentamicine 15 mg/12 jam/IV
Salbutamol 0.4 mg
Histapan 6 mg
Metyl prednisolon (4 mg) 1/6
tab
Ambroxol 2.5 mg
ʃ 3x1 pulv
Susu
21 Mei 2014, Jam 07.00 N : 120x/menit S : Panas (-), batuk berlendir (+),
(Perawatan Hari ke-6) P : 48x/menit beringus (-), sesak (-), muntah (-),
BAB & BAK biasa.
S : 36.0oC
O : Retraksi dinding dada (-),
14
rhonki (+)/(+), wheezing (-)/(-),
akral hangat.
A : Bronkopneumonia
P:
IVFD Dextrose 5% 12 tpm
(mikro)
Cefotaxime 150 mg/12 jam/IV
Gentamicine 15 mg/12 jam/IV
Salbutamol 0.4 mg
Histapan 6 mg
Metyl prednisolon (4 mg) 1/6
tab
Ambroxol 2.5 mg
ʃ 3x1 pulv
Susu
Pemeriksaan Lab :
WBC 16.2 x 103/mm3
HGB 11.2 gr/dl
HCT 31.9 %
PLT 640 x 103/mm3
DISKUSI
15
Diagnosis bronkopneumnia ditegakan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang.1,3,5
Pada pasien ini didiagnosis sebagai bronkopneumonia karena berdasarkan
anamnesis pasien mengeluh demam, batuk, sesak dan pada pemeriksaan fisik
ditemukan adanya retraksi dinding dada dan terdengar bunyi rhonki pada kedua
lapangan paru. Dimana gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik pada pasien ini
sesuai dengan teori yang ada. 1,3
Tatalaksana sebagian besar bronkopneumonia pada dasarnya tidak perlu
dirawat inap. Indikasi perawatan terutama berdasarkan berat ringannya penyakit,
misalnya toksis, distres pernapasan, tidak mau makan/minum, atau ada penyakit
dasar yang lain, komplikasi, dan terutama mempertimbangkan usia pasien,
neonatus dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis bronkopneumonia dirawat
inap. 1,3
Dasar tatalaksana bronkopneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal
dengan antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif
meliputi pemberian cairan intravena dan terapi oksigen. Untuk nyeri dan demam
dapat diberikan analgetik/antipiretik. Suplementasi vitamin A tidak terbukti
efektif. Penyakit penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat, komplikasi yang
mungkin terjadi harus dipantau dan diatasi. 1,3,5
Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan kunci utama keberhasilan
pengobatan. Terapi antibiotik intravena harus segera diberikan pada bayi kecil
karena sering terjadi sepsis dan meningitis. 1,3,5
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat
diturunkan sampai kurang dari 1%, anak dalam keadaan malnutrisi energi protein
dan yang datang terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.1
DAFTAR PUSTAKA
16
1. World Health Organization (WHO). Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Anak di Rumah Sakit. Jakarta: 2009..
2. Meadow R, Newell S. Lecture Notes Pediatrika. Edisi ke-7. Jakarta: EMS;
2009.
3. Medical mini note pediatric. Edisi 2013. FK UNHAS.
4. Pd Persi. 2012. Pneumonia Pada Anak: UNICEF dan WHO menyebutkan
pneumonia sebagai penyebab kematian tertinggi anak balita
http://www.pdpersi.co.id/content/article.php?mid=5&catid=9&nid=866
5. Ojie. Bronkopneumonia. 2012. Available from: URL:
http://www.slideshare.net/ojie_cr7/bronkopneumonia
17