Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL JOURNAL REVIEW

MK PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN

CRITICAL JOURNAL REVIEW SkorNilai :

Jurnal Civics : Media Kajian Kewarganegaraan

(Pengintegrasian Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Multikultural


oleh Umi Chotimah, 2018)

i
EXCECUTIVE SUMMARY

Indonesia merupakan negara yang sangat rentan akan terjadinya perpecahan dan konflik.
Hal ini disebabkan Indonesia adalah negara dengan keberagaman suku, etnik, budaya, agama
serta karakteristik dan keunikan di setiap wilayahnya. Indonesia merupakan negara yang
memiliki keistimewaan keanekaragaman budaya, suku, etnik, bahasa, dan sebagainya
dibandingkan dengan negara lain. Pernahkah kalian mendengar atau membaca peristiwa konflik
antarsuku di Indonesia atau konflik yang mengatas namakan wilayah atau daerah? Jadikanlah
peristiwa konflik tersebut sebagai pelajaran agar tidak terjadi kembali di masa yang akan datang.
Konflik dapat mengakibatkan perpecahan dan akhirnya merugikan seluruh rakyat Indonesia.

Persatuan bangsa merupakan syarat yang mutlak bagi kejayaan Indonesia. Jika
masyarakatnya tidak bersatu dan selalu memprioritaskan kepentingannya sendiri, maka cita-cita
Indonesia yang terdapat dalam sila ketiga Pancasila hanya akan menjadi mimpi yang tak akan
pernah terwujud. Kalian harus mampu menghidupkan kembali semboyan "Bhinneka Tunggal
Ika", yang berarti berbeda beda tetapi tetap satu. Keberagaman harus membentuk masyarakat
Indonesia yang memiliki toleransi dan rasa saling menghargai untuk menjaga perbedaan tersebut.
Kuncinya terdapat pada komitmen persatuan bangsa Indonesia dalam keberagaman.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas CJR “Critical Journal Review”
dengan judul jurnal Pengintegrasian Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Multikultural.
Adapun tujuan saya menyelesaikan tugas  ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah “Pendidikan Kewarganegaaan”. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu saya khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan, yaitu Ibu Drs. Jujur Siahaan, S.Pd., M.Hum. yang telah bersedia
membimbing dan mengarahkan saya dalam penyusunan Makalah Ini.
Saya menyadari bahwa tugas yang saya selesaikan ini masih memiliki banyak
kekurangan dikarena keterbatasan ilmu yang saya miliki, baik dari segi penulisan maupun dari
segi materi yang dituangkan pada tugas ini. Saya memohon maaf atas segala kekurangan dari
tugas yang saya perbuat ini. Mudah – mudahan dengan adanya pembuatan tugas ini dapat
menberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan bagi penulis maupun bagi pembaca.

DAFTAR ISI

iii
EXCECUTIVE SUMMARY........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iv
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1. Rasionalisasi pentingnya CJR...........................................................................................1
1.2. Tujuan penulisan CJR (alasan dibuat CJR........................................................................1
1.3. Manfaat CJR.....................................................................................................................1
1.4. Identitas Artikel dan Journal.............................................................................................1
BAB III...........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN ANALISIS.........................................................................................................6
3.1. Pembahasan Isi Jurnal...........................................................................................................6
3.2. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal........................................................................................6
BAB IV............................................................................................................................................8
PENUTUP......................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................9

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Rasionalisasi pentingnya CJR

Mengkritik Jurnal (Critical Journal Review) merupakan kegiatan mengulas suatu jurnal
agar dapat mengetahui dan memahami apa yang disajikan dalam suatu jurnal. Kritik jurnal
sangat penting karena dapat melatih kemampuan kita dalam menganalisis dan mengevaluasi
pembahasan yang disajikan peneliti. Sehingga menjadi masukan berharga bagi proses kreatif
kepenulisan lainnya. Critical Journal Review yang berbentuk makalah ini berisi tentang
kesimpulan dari jurnal yang sudah ditentukan dengan judul "Pengintegrasian Nilai-Nilai
Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Multikultural". Semoga usaha ini dapat bermanfaat bagi
pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

1.2. Tujuan penulisan CJR (alasan dibuat CJR


1.2.1. Mengulas isi sebuah jurnal.
1.2.2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam jurnal.
1.2.3. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi pada jurnal..
1.2.4. Membandingkan jurnal pertama, jurnal kedua dan jurnal ketiga

1.3. Manfaat CJR

1.3.1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum suatu jurnal atau
hasil karya tulis ilmiah lainnya secara ringkas.
1.3.2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan jurnal yang dikritik.
1.3.3. Mengetahui latar belakang dan alasan jurnal tersebut dibuat.
1.3.4. Mengetahui kualitas jurnal dengan membandingkan terhadap karya dari penulis
yang sama atau yang lainnya.
1.3.5. Memberi masukan kepada penulis jurnal berupa kritik dan saran terhadap cara
penulisan, isi dan substansi jurnal.

1
1.4. Identitas Artikel dan Journal

1.4.1. Identitas Artikel dan Jurnal yang di riview

1. Judul Artikel : Pengintegrasian Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam

Pendidikan Multikultural.

2. Nama Jurnal : Jurnal Civics : Media Kajian Kewarganegaraan.


3. Tahun terbit : 2018
4. Pengarang artikel : Umi Chotimah, dkk.
5. Penerbit : UNY
6. Nomor ISSN : 2541-1918
7. Alamat Situs :
https://journal.uny.ac.id/index.php/civics/article/download/17288/pdf

1.4.2. Identitas Artikel dan Jurnal Pembanding I

1. Judul Artikel : Multikulturalisme Sebagai Model Integrasi Etnis


Tionghoa di Indonesia
2. Nama Jurnal : Sabda
3. Tahun terbit : 2013
4. Pengarang artikel : Eko Putro Hendro
5. Penerbit : Universitas Diponegoro
6. Nomor ISSN : 1410-7910
7. Alamat Situs :
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/sabda/article/view/13228

1.4.3. Identitas Artikel dan Jurnal Pembanding II

1. Judul Artikel : Memaknai Kembali Multikulturalisme Indonesia dalam


Bingkai Pancasila
2. Nama Jurnal : Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan
3. Tahun terbit : 2016
4. Pengarang artikel : Abd Mu’id & Aris Shofa
5. Penerbit : Universitas Brawijaya
6. Nomor ISSN : 2527-7057
7. Alamat Situs : http://journal.umpo.ac.id/index.php/JPK/article/view/302

2
BAB II

3
RINGKASAN ISI JURNAL UTAMA

Pendahuluan

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang diharapkan menjadi perekat kuat masyarakat
Indonesia sedang mengalami banyak tantangan. Keberagaman yang menjadi kebanggaan seluruh
bangsa Indonesia sering dihadapkan pada kondisi yang dibuat oleh kelompok-kelompok tertentu
yang justru tidak sejalan dengan hakikat ke-Bhinneka-an yang sudah disepakati oleh para pendiri
bangsa. Dinamika sosial saat ini menunjukkan berbagai tindakan yang menggambarkan
perubahan sosial ke arah negatif, diantaranya adalah semakin menguatnya paham primordial,
kedaerahan di tengah keberagaman, intoleran, ujaran kebencian, serta perilaku-perilaku asosial
lainnya yang menjurus pada praktik bernuansa SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan).

Kondisi tersebut adalah masalah bersama. Masalah yang terjadi di tengah-tengah


kehidupan yang multikultur. Masyarakat multikultur pada prinsipnya mengakui adanya
perbedaan antar golongan sebagai bentuk keniscayaan kodrati dari diciptakannya manusia secara
bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar saling kenal mengenal dan hidup berdampingan.
Dengan kata lain, nilai ketuhanan tersebut mengisyaratkan multikulturalisme adalah kepastian
dan harus disikapi dengan kebijaksanaan.

Wilayah nusantara yang terdiri dari ratusan suku bangsa, memiliki kearifan lokal masing-
masing dengan nilai-nilai kerukunan dalam keberagaman. Akan tetapi ketidak mampuan
sekelompok masyarakat dalam menyikapi kehidupan yang multikultur telah mengenyampingkan
nilai-nilai kearifan lokal yang ada. Akibatnya adalah terjadinya konflik sosial baik secara vertikal
maupun horizontal. Oleh sebab itu, diperlukan upaya strategis untuk membangun kembali nilai-
nilai kearifan lokal masyarakat, diantaranya melalui pendidikan.

Pada dasarnya masing-masing kebudayaan memiliki nilai kearifan lokal yang memiliki
kesamaan makna dalam konteks kebudayaan nasional. Sebagai contoh, budaya musyawarah pada
masyarakat Palembang yang dikenal dengan istilah “berembug” dan masyarakat Lampung
menyebutnya dengan istilah “buhippun”, dan istilah-istilah lain yang maknanya adalah kegiatan
menghimpun aspirasi untuk tujuan bersama. Kearifan lokal masyarakat merupakan jati diri atau
dalam skala nasional dikenal dengan identitas nasional. Oleh sebab itu, integrasi nilai-nilai
kearifan lokal dalam menguatkan integrasi nasional menjadi langkah strategis yang diharapkan
mampu mengantisipasi setiap tindakan intoleran dalam kehidupan sosial.

Deskripsi/Isi

4
Pernikahan merupakan tahapan dalam kehidupan manusia yang sangat sakral yang
melibatkan berbagai tahapan peristiwa yang mengiringinya. Pada momen ini terjadi sebuah
ikatan janji suci sepasang manusia di hadapan Tuhan untuk hidup bersama sebagai wujud
keimanan dan kepatuhannya kepada sang pencipta. Momen pernikahan selalu menarik untuk
diikuti dan disaksikan. Pernikahan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan disebut dengan perkawinan. Pernikahan berasal dari kata nikah yang berarti
perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri (dengan resmi) (Pusat Bahasa,
2008, hal. 1074). Sementara itu perkawinan berasal dari kata kawin yang berarti “1. perjodohan
lakilaki dengan perempuan menjadi suami-istri; nikah; 2 beristri atau bersuami; nikah; 3 cak
bersetubuh” (Pusat Bahasa, 2008, hal. 697).

Masyarakat adat, Suku Komering, Ogan, Pasemah, Palembang, dan Sunda yang berada di
Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Lahat, Ogan Ilir, Tasikmalaya, Kota Palembang
memiliki pandangan hidup dan sikap hidup, yang keduanya sama-sama berorientasi pada nilai-
nilai kebaikan dan memiliki pandangan hidup yang santun, religius, dan lebih cenderung
mementingkan dunia akhirat (Jayanti, 2013).

Pernikahan dalam masyarakat Sunda berkaitan erat dengan nilai-nilai kesakralan sebagai
perwujudan ketaatan orang Sunda terhadap Allah SWT. Hal ini dimanifestasikan dalam beragam
adat-adat dalam ritual upacara pernikahan adat Sunda yang sarat makna tentang kehidupan.
Keterkaitan antara ritual budaya dan agama dijelaskan oleh Durkheim bahwa agama adalah
sesuatu yang amat bersifat sosial. Artinya, bahwa dalam setiap kebudayaan, agama adalah bagian
yang paling berharga dari seluruh kehidupan sosial.

Pada tahap awal dari proses pernikahan adalah proses lamaran. Pada masyarakat adat
Palembang acara lamaran disebut dengan istilah “mutus kato”, adat Pasemah mengenal istilah
lamaran dengan sebutan “ngantat palayan”, suku Komering menyebutnya dengan istilah
“pengatu”, dan dalam adat suku Sunda disebut “nendeung omongan”. Penggunaan ragam bahasa
yang digunakan biasanya berupa bahasa-bahasa simbolik yang penuh makna.

Nilai-nilai yang terkandung dalam proses lamaran meliputi nilai ketuhanan, nilai
kemanusiaan, dan nilai permusyawaratan. Nilai ketuhanan tersebut diaktualisasikan dalam
bentuk puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, melalui doa dan salam keagamaan yang
dilakukan. Nilai kemanusiaan dalam konteks ini dapat dilihat dalam bentuk penghargaan dan
penghormatan keluarga calon mempelai laki-laki pada saat mendatangi rumah keluarga calon
mempelai perempuan. Selanjutnya adalah nilai permusyawaratan yang dapat dilihat pada saat
dilakukannya musyawarah dalam menentukan waktu akad nikah (pernikahan).

Proses selanjutnya adalah proses pada hari pernikahan yang pada masing-masing suku
disebut dengan istilah yang sama, yaitu akad nikah. Pada proses ini, nilai-nilai yang terkandung
adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, dan nilai persatuan. Seperti halnya pada proses
lamaran, pada saat akad nikah juga dilakukan puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai

5
wujud syukur atas pernikahan yang dilakukan. Nilai kemanusiaan yang dapat dilihat pada saat
kedua mempelai menyalami dan mencium tangan kedua orang tua, serta para tamu yang hadir.
Adapun nilai persatuan yang tergambarkan dalam proses tersebut adalah berbaurnya keluarga
dari kedua mempelai tanpa memandang latar belakang sosial.

Setelah akad nikah, proses selanjutnya yang merupakan tahap akhir dari prosesi
pernikahan. Masing-masing masyarakat adat tersebut memiliki kekhasan dalam penyelenggaraan
acara tersebut. Pada masyarakat Pasemah dikenal dengan istilah “lingko’an” yang merupakan
acara hiburan oleh para remaja. Masyarakat Komering mengadakan acara yang disebut “sadai
badai”, yang dilakukan dengan cara keluarga dari pihak laki-laki dan pihak perempuan
berkumpul di rumah keluarga pihak perempuan untuk memusyawarahkan nama panggilan antar
keluarga mempelai. Adapun masyarakat suku Sunda mengelar acara yang dikenal dengan istilah
“numbas” yang berarti membagikan makanan kepada tetangga, keluarga besar, keluarga
mempelai laki-laki, serta keluarga jauh yang datang menghadiri acara pernikahan

Nilai-nilai kearifan lokal yang tergambarkan pada tahap akhir ini adalah nilai ketuhanan,
permusyawaratan, dan nilai persatuan. Nilai ketuhanan akan mewarnai dari setiap proses
pernikahan. pada tahap akhir ini doa dipanjatkan sebagai wujud syukur atas telah
dilangsungkannya pernikahan. Nilai kemanusiaan dapat dilihat pada proses kumpul keluarga
setelah pernikahan dilangsungkan, dan nilai persatuan yang terlihat pada saat gotong royong
yang dilakukan oleh keluarga mempelai dan para masyarakat sekitar yang turut membantu
membersihkan tempat dilangsungkannya pernikahan.

Nilai-nilai kearifan lokal tersebut bersumber dari nilai-nilai dasar Pancasila, yang
merupakan dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Dengan demikian, nilai-nilai
kearifan lokal masyarakat pada hakikatnya dapat dijadikan sebagai instrumen penguatan
integrasi nasional. Nilai-nilai kearifan lokal yang bersumber dari nilai dasar Pancasila tersebut
dipahami sebagai nilai-nilai umum yang berlaku secara nasional. Artinya, walaupun istilah yang
digunakan terdapat perbedaan akan tetapi makna filosofis yang terkandung di dalamnya
memiliki kesamaan.

Kesimpulan

Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat dalam adat pernikahan suku Komering, Ogan,
Pasemah, Palembang, dan Sunda secara umum meliputi nilai-nilai ketuhanan, persatuan, dan
kerakyatan, yang tercermin dalam prosesi sebelum pernikahan, dan saat pernikahan, dan setelah
hari pernikahan. Nilai-nilai tersebut pada prinsipnya merupakan nilai-nilai dasar yang terdapat di
setiap daerah dan dapat memperkuat integrasi nasional. Perwujudan integrasi nasional tersebut
dilakukan melalui penanaman kesadaran keberagaman terhadap kearifan lokal masing-masing
daerah melalui pendidikan multikultural.

6
BAB III

PEMBAHASAN ANALISIS
3.1. Pembahasan Isi Jurnal

Menurut artikel yang berjudul Pengintegrasian Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam


Pendidikan Multikultural oleh Umi Chotimah, dkk.

Sedangkan Menurut artikel yang berjudul Multikulturalisme Sebagai Model Integrasi


Etnis Tionghoa di Indonesia oleh Eko Punto Hendro. tidak ada menyajikan pengertian
multikulturalisme, artikel ini memang mengangkat materi multikultural namun tidak ada
pengertian multikultural di awal materi.

Dan pada artikel Memaknai Kembali Multikulturalisme Indonesia dalam Bingkai


Pancasila oleh Abd Mu’id Aris Shofa Multikulturalisme adalah keberagaman budaya.

Jadi berdasarkan tiga artikel tersebut, dapat diketahui bahwa multikultural adalah ragam
kehidupan di dunia ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan
terhadap adanya keragaman.

3.2. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal

3.2.1. Keunggulan Jurnal


No. Jurnal Utama Jurnal Pembanding 1 Jurnal Pembanding 2
1. Identitas jurnal disajikan Identitas jurnal pada cover Identitas jurnal disediakan
secara lengkap dibagian ditunjukkan secara lengkap pada halaman pertama jurnal
cover jurnal. Sehingga sehingga pembaca dengan secara lengkap.
pembaca mudah mudah mengetahui identitas
mengetahui identitas jurnal jurnal.
ini.
2. Penggunaan bahasa pada Kajian teori yang ada pada Tinjauan teori yang ada pada
jurnal sudah baik dan jurnal ini sudah lengkap. jurnal ini sangat lengkap
mudah dipahami pembaca. sehingga banyak informasi di
dalamnya.
3. Tampilan layout jurnal Bahasa yang digunakan Bahasa yang digunakan

7
sudah rapi dan terlihat peneliti sudah baik dan peneliti mudah untuk
seperti jurnal pada efektif, sehingga dipahami oleh pembaca.
umumnya, sehingga memudahkan pembaca
pembaca dapat dengan untuk memahaminya.
mudah mengambil inti sari
dari jurnal tersebut.
4. Abstrak jurnal disajikan Layout tampilan jurnal sudah
dengan bahasa inggris dan rapi dan tertata dengan sesuai
juga terjemahan dengan struktur jurnal pada
Indonesianya. umumnya.
5. Materi yang disampaikan
pada jurnal tersebut sudah
lengkap dan menambah
wawasan pembaca setelah
membaca jurnal ini

3.2.1. Kelemahan Jurnal


No. Jurnal Utama Jurnal Pembanding 1 Jurnal Pembanding 2
1. Ada beberapa kalimat Abstraknya hanya Cover yang disajikan kurang
Bahasa Inggris yang tidak menggunakan bahasa Inggris menarik pembaca untuk
ada terjemahannya. tanpa adanya terjemahan membaca jurnal tersebut.
Indonesianya.
2. Jurnal tidak menyajikan Susunan penulisan jurnal Jurnal ini tidak menyajikan
saran untuk pembaca guna tidan terstruktur seperti jurnal saran untuk kehidupan
menghindari disintegrasi pada umumnya sehingga sehari-hari yang dapat
di negeri multikultural ini. pembaca sulit memahami diterapkan oleh pembaca.
bagian bagian jurnal tersebut.

8
BAB IV

PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Setelah membandingkan ketiga jurnal tersebut saya dapat menyimpulkan bahwa masing-
masing jurnal memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sehingga pembaca harus
menyesuaikan jurnal mana yang ingin di baca atau di kutip sesuai dengan kebutuhan pembaca
dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

4.2. Saran

Saran yang dapat saya berikan setelah membandingkan ketiga jurnal adalah setiap jurnal
yang disajikan hendaknya disajikan secara lengkap, rinci dan memiliki tampilan yang menarik
agar pembaca yang ingin membaca dan menggunakan jurnal tersebut memiliki minat baca yang
tinggi dan dapat membantu memahami matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Chotimah, U., & dkk. (2018). Pengintegrasian Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Pendidikan

Multikultural. Jurnal Civics : Media Kajian Kewarganegaraan , 19-25.

Hendro, E. P. (2013). Multikulturalisme Sebagai Model Integrasi Etnis Tionghoa di Indonesia.

Sabda , 34-43.

Mu'id, A., & Shofa, A. (2016). Memaknai Kembali Multikulturalisme Indonesia dalam Bingkai

Pancasila. Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan , 1(1).

10

Anda mungkin juga menyukai