Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rafqy Handarta

NPM : 184110444
Mata Kuliah : Penyuluhan dan Sistem Informasi Pertanian
Prodi : Agroteknologi (G)
Semester :6
Dosen Pengampu : Ir. Fakhrunnas, M.I.Kom

Sejarah Penyuluhan Pertanian


Diskusi tentang penggunaan istilah “Penyuluhan (extension)”, pertama kali dilakukan
pada pertengahan abad 19 oleh Universitas Oxford dan Cambrige pada sekitar tahun 1850
(Swanson, 1997). Dalam perjalannya Van den Ban (1985) mencatat beberapa istilah seperti di
Belanda disebut Voorlichting, di Jerman lebih dikenal sebagai “advisory work” (beratung),
vulgarization (Perancis), dan capacitacion (Spanyol).
Roling mengemukakan bahwa Freire (1973) pernah melakukan protes terhadap kegiatan
penyuluhan yang bersifat top-down. Karena itu, dia kemudian menawarkan beragam istilah
pengganti extension seperti : animation, mobilization, conscientisation.
Di Malaysia, digunakan istilah perkembangan sebagai terjemahan dari extension, dan di
Indonesia menggunakan istilah penyuluhan sebagai terjemahan dari Voorlichting (Belanda).
Diskusi dengan penggunaan istilah “penyuluhan “ di kalangan pemerhati di I Indonesia
akhir-akhir ini semakin semarak. Pemicunya adalah, karena penggunaan istilah penyuluhan
dirasa semakin kurang dihargai dan kurang dihargai oleh masyarakat.. Hal ini, disebabkan
karena penggunaaan istilah penyuluhan yang kurang tepat, terutama oleh banyak kalangan yang
sebenarnya “tidak memahami” esensi makna yang terkandung dalam istilah penyuluhan itu
sendiri. Di lain pihak, seiring dengan perbaikan tingkat pendidikan masyarakat dan kemajuan
teknologi informasi, pern penyuluhan semakin menurun dibanding sebelum dasawarsa delapan
puluhan.
Rahmat pambudi, pada awal 1996 mulai nelontarkan pentingnya istilah pengganti
penyuluhan, dan untuk itu dia menawarkan penggunaan istilah transfer teknologi sebagimana
yang digunakan oleh Lionberger dar Gwin (1983). Pada tahun 1998, Mardikanto menawarkan
pengunaan istilah edfikasi, yang merupakan akronim dari fungsi-fungsi penyuluhan yang
meliputi : edukasi, diseminasi, inovasi, fasilitasi, konsultasi, supervisi, pemantauan dan evaluasi.
Meskipun tidaka ada keinginan untuk mengganti istilah penyuluhan, Margono Slamet pada
kesempatan seminar penyuluhan pembangunan (2000) menekankan esensi penyuluhan sebagai
kegiatan pemerdayaan masyarakat yang telh mulai lazim digunakan oleh banyak pihak sejak
Program Pengentasan Kemiskinan pada awal dasawarsa 1990-an.
Pengertian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan pertanian dapat digambarkan dalam suatu sistem pengetahuan yang lebih
luas yang mencakup penelitian dan pendidikan pertanian. Sistem informasi pertanian untuk
pembangunan pedesaan menghubungkan orang dan lembaga untuk mempromosikan
pembelajaran dan untuk menghasilkan, berbagi, dan menggunakan teknologi, pengetahuan, dan
informasi terkait pertanian.
Penyuluhan pertanian menurut Margono Slamet (2003) merupakan suatu sistem
pendidikan diluar sekolah (pendidikan non formal) untuk petani dan keluarganya yang bertujuan
untuk sanggu dan mampu memerankan dirinya sebagai warga negara yang baik yang sesuai
dengan profesinya, serta sanggup dan mampu berswadaya memperbaiki/meningkatkan
kesejahteraan sendiri dan masyarakatnya.
Pendekatan Penyuluhan Pertanian
Dalam penyuluhan, setidaknya ada delapan pendekatan utama beserta dengan kriteria
keberhasilan masing-masing.

 Pendekatan penyuluhan pertanian umum. Keberhasilan diukur berdasarkan tingkat


pengambilan rekomendasi, dan peningkatan produksi nasional.
 Pendekatan khusus komoditas. Ukuran keberhasilan biasanya adalah total produksi
tanaman tertentu.
 Pendekatan pelatihan dan kunjungan. Keberhasilan diukur dalam hal peningkatan
produksi dari tanaman tertentu yang dicakup oleh program.
 Pendekatan partisipatif penyuluhan pertanian. Keberhasilan diukur dengan jumlah petani
yang secara aktif berpartisipasi dan mendapat manfaat, dan kelangsungan organisasi
penyuluhan lokal.
 Pendekatan proyek. Perubahan jangka pendek adalah ukuran keberhasilan.
 Pendekatan pengembangan sistem pertanian. Keberhasilan diukur dengan sejauh mana
orang pertanian mengadopsi teknologi yang dikembangkan oleh program dan terus
menggunakannya dari waktu ke waktu.
 Pendekatan pembagian biaya. Keberhasilan diukur berdasarkan kesediaan dan
kemampuan orang-orang pertanian untuk membagi sebagian dari biaya, baik secara
individu atau melalui unit pemerintah lokal mereka.
 Pendekatan lembaga pendidikan. Ukuran keberhasilan adalah kehadiran orang-orang di
pertanian dan partisipasi dalam kegiatan penyuluhan pertanian sekolah.
Falsafah Penyuluhan Pertanian
Falsafah merupakan sebagai suatu pandangan hidup, yang dijadikan landasan pemikiran
yang bersumber kepada kebijakan moral tentang segala sesuatu yang akan dan harus diterapkan
dalam pelaksanaannya. Falsafah penyuluhan pertanian yang paling utama adalah bekerja
bersama masyarakat untuk meningkatkan potensi para petani dan keluarganya sehingga mareka
dapat mengatasi kekurangannya, memenuhi kebutuhan tanpa harus tergantung pada orang/pihak
lain (Margono. S.2013)
Prinsip Penyuluhan Pertanian
Prinsip penyuluhan pertanian merupakan hukum dasar dan aturan yang ditemukan
melalui penelitian dan dibuktikan oleh pengalaman bertahun-tahun yang sekarang berfungsi
sebagai panduan untuk upaya pendidikan yang diperlukan oleh agen penyuluhan.
Etika Penyuluhan
Etika pada padasrnya merupakan disiplin ilmu yang berkaitan dengan sesuatu yang baik
atau yang buruk, yang benar atau yang salah sesuai dengan tugas dan kewajiban moral. Hampir
pada semua aspek profesi ada perhatian khusus yang mengatur tentang etika. Begitu juga halnya
dalam kegiatan penyuluhan pertanian disaat kegiatan tersebut menjadi sebuah profesi yang
melibatkan para pihak.
Etika penyuluhan pertanian menjadi penting untuk dipahami dan dijalankan oleh
penyuluh dan petani untuk munculnya kepercayaan diantara para pihak yang terlibat dalam
kegiatan penyuluhan pertanian. Salmon Padmanegara (1987) mengambarkan perilaku yang harus
dimiliki oleh setiap penyuluh pertanian;

 berperilaku sebagai manusia seutuhnya (beragama, jujur serta disiplin).


 menghormati adat dan kebiasaan khalayak sasaran.
 menanpilkan diri sebagai penyuluh yang handal, bertanggung jawab atas tugasnya,
semangat kerja sama dan bekerja secara teratur.
 penyuluh memiliki semangat kerja yang tinggi dan terus belajar mencerdaskan diri untuk
peningkatan kemampuan dalam melayani khalayak sasaran.
Pengertian tentang Etika, senantiasa merujuk kepada tata pergaulan yang khas atau ciri-
ciri perilaku yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengasosiasikan diri, dan dapat
merupakan sumber motivasi untuk berkarya dan berprestasi bagi kelompok tertentu yang
memilikinya.
Tentang hal ini, Padmanegara (1987) mengemukakan beberapa perilaku yang perlu
ditunjukkan atau diragakan oleh setiap penyuluh (pertanian), yang meliputi:

 Perilaku sebagai manusia seutuhnya, yaitu manusia yang ber-iman kepada Tuhan Yang
Maha Esa, jujur, dan disiplin.
 Perilaku sebagai anggota masyarakat, yaitu mau menghormati adat/kebiasaan
masyarakatnya, menghormati petani dan keluarga-nya (apapun keadaan dan status sosial
ekonominya), dan meng-hormati sesama penyuluh.Perilaku yang menunjukkan
penampilannyaa sebagai penyuluh yang andal, yaitu: berkeyakinan kuat atas manfaat
tugasnya, memiliki tanggungjawab yang besar untuk melaksanakan peker-jaannya,
memiliki jiwa kerjasama yang tinggi, dan berkemam-puan untuk bekerja teratur.
 Perilaku yang mencerminkan dinamika, yaitu ulet, daya mental dan semangat kerja yang
tinggi, selalu berusaha mencerdaskaan diri, dan selalu berusaha meningkatkan
kemampuannya.

Anda mungkin juga menyukai