Disusun Oleh:
1. Agung Hardiansyah_F1B020005
2. Lalu Aidil Hasimi_F1B020157
3. Mochamad Dary Rochmani_F1B020077
Kami menulis makalah ini semata-mata hanya untuk menyelesaikan tugas dari dosen
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan
ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan pembuatan makalah ini, khususnya kepada semua pihak yang terlibat langsung
dalam pembuatan makalah ini.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Penujak, 4 November 2020
Kelompok I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI 3
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
4
1.2.TUJUAN
5
1.3.MANFAAT
5
1.4.RUMUSAN MASALAH
5
ISI
2.1.NAMA WALI SONGO 6
2.2.STRATEGI DAKWAH WALI SONGO 10
2.3.PERDEBATAN TOKOH ISLAM VS KRISTEN/YAHUDI_______________ _______11
PENUTUP
KESIMPULAN
12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Sejarah masuknya Islam ke wilayah Nusantara sudah berlangsung demikian lama,
sebagian berpendapat bahwa Islam masuk pada abad ke-7 M yang datang langsung dari Arab.
Pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk pada abad ke-13 M dan ada juga yang
berpendapat bahwa Islam masuk pada sekitar abad ke 9 M atau 11 M . Perbedaan pendapat
tersebut dari pendekatan historis semuanya benar, hal tersebut didasari bukti-bukti sejarah serta
penelitian para sejarawan yang menggunakan pendekatan dan metodenya masing-masing.
Berdasarakan beberapa buku dan keterangan sumber referensi sejarah, bahwa Islam
mulai berkembang di Nusantara sekitar abad ke-13 M. Hal tersebut tak lepas dari peran tokoh
serta ulama yang hidup pada saat itu, dan diantara tokoh yang sangat berjasa dalam proses
Islamisasi di Nusantara terutama di tanah Jawa adalah “ Walisongo”. Peran Walisongo dalam
proses Islamisasi di tanah Jawa sangat besar. Tokoh Walisongo yang begitu dekat dikalangan
masyarakat muslim kultural Jawa sangat mereka hormati. Hal ini karena ajaran-ajaran dan
dakwahnya yang unik serta sosoknya yang menjadi teladan serta ramah terhadap masyarakat
Jawa sehingga dengan mudah Islam menyebar ke seluruh wilayah Nusantara.
Walisongo menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa yang terbagi dari Surabaya,
Lamongan Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat. Keberhasilan Islamisasi Jawa
merupakan hasil perjuangan dan kerja keras Walisongo. Proses Islamisasi berjalan dengan
damai, baik politik maupun kultural, meskipun terdapat konflik itupun sangat kecil sehingga
tidak mengesankan sebagai perang maupun kekerasan ataupun pemaksaan budaya. Penduduk
Jawa menganut dengan suka rela. Walisongo menerapkan metode dakwah yang lentur atau baik
sehingga dapat diterima baik oleh masyarakat jawa. Kehadiran para Wali ditengah-tengah Pulau
Jawa tidak dianggap sebagai ancaman.
Para Wali ini menyebarkan agama Islam dengan menggunakan pendekatan budaya
dengan cara akuluturasi seni budaya lokal yang dikemas dengan Islam seperti wayang, tembang
jawa, gamelan, upacara-upacara adat yang digabungkan dengan Islam dan dengan kepiawaan
para Wali menggunakan unsur-unsur lama (Hindu-Buddha) sebagai media dakwah mereka dan
sedikit demi sedikit memasukan nilai-nilai ajaran agama islam kedalam unsur tersebut atau dapat
disebut metode sinkretisme yang berarti pencampuradukan sebagai unsur aliran atau paham
sehingga yang bentuk abstrak yang berbeda membentuk keserasiaan. Dengan berkembang
pesatnya Islam pada masa Walisongo tersebut maka kita akan mencoba membahasnya dalam
makalah ini.
1.2.TUJUAN
· Ingin mengetahui siapa wali songo itu
· Mampu memahami strategi dakwah wali songo
1.3.MANFAAT
· Dapat mengetahui siapakah wali songo itu
· Dapat memahami strategi dakwah wali songo
1.4. RUMUSAN MASALAH
· Siapakah Wali Songo itu?
· Bagaimana Strategi Dakwah yang dikembangkan Wali Songo di Indonesia?
BAB II
ISI
2.1. Nama-nama Wali Songo
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)
3. Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim)
4. Sunan Drajat (Raden Qosim atau Raden Syaifudin)
5. Sunan Kalijaga (Raden Said)
6. Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)
7. Sunan Muria (Raden Umar Said)
8. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
9. Sunan Giri (Raden Paku atau Muhammad Ainul Yakin)
Para wali tersebut adalah orang Indonesia asli, kecuali Sunan Gresik. Mereka memegang
beberapa peran di kalangan masyarakat sebagai :
1. penyebar agama Islam
2. pendukung kerajaan-kerajaan Islam
3. penasihat raja-raja Islam
4. pengembang kebudayaan daerah yang telah disesuaikan dengan budaya Islam.
Karena peran mereka itulah, maka para wali sangat terkenal di kalangan masyarakat
2. Sunan Ampel
Gelar sunan Ampel adalah Raden Rahmat, sedangkan nama mudanya adalah Ahmad
Rahmatullah. Beliau adalah Putra dari Ibrahim Asmoro-Kandi seorang Ulama Kamboja
yang kemudian menikah dengan Putri Majapahit. Beliau adalah orang yang mempelapori
pendirian Mesjid Agung Demak. Mesjid tersebutlah yang kemudian dirancang sebagai
sentral seluruh aktivitas pemerintah dan sosial kemasyarakat. Dan kemudian hari Mesjid
inilah yang kemudian dikenal dengan Mesjidnya Para Wali.
Bila kita melihat sekilas dari apa yang telah dilakukan oleh Sunan Ampel,
seyogyanya bersesuaian dengan apa yang dipraktekkan oleh Rasulullah ketika berada
dimadinah yang menjadikan Mesjid sebagai tempat sentral pemerintahan dan sebagai tempat
penyelesaian berbagai masalah ataupun sanketa. Dan selanjutnya Sunan Ampel juga
menyiapkan dan melatih generasi-generasi Islam yang selanjutnya akan diutus ke berbagai
wilayah lain.
3. Sunan Giri
Sunan giri adalah salah satu dari Wali Songo, yang bertugas menyiarkan agama
Islam dikawasan Jawa Timur, tepatnya didaerah Gresik. Beliau hidup antara tahun 1365-
1428 M. Ayahnya bernama Maulana Ishaq, berasal dari Pasai. Ibunya bernama Sekardadu,
Putri Raja Blamblangan, Prabu Minaksembuyu. Nama kecil sunan giri adalah Jaka samudra.
Masa kecilnya diasuh oleh janda kaya raya, Nyai Gedhe Pinatih. Menjelang dewasa Jaka
Samudra berguru kepada Sunan Ampel. Jaka Samudra diberi gelar oleh Sunan Ampel
dengan gelar Raden Paku.
Adapun pola dakwah yang telah dikembangkan beliau adalah :
a) Membina kader da‘i inti, yaitu mereka yang di didik di perguruan Giri.
b) Mengembangkan Islam keluar pulau Jawa. Pola da‘wah yang dikembangkannya dan tidak
dilakukan oleh wali-wali sebelumnya adalah usahanya mengirim anak muridnya ke pelosok-
pelosok Indonesia untuk menyiarkan Islam, misalnya Pulau Madura, Bawean, Kangean,
bahkan sampai ke Ternate dan Huraku yakni Kepulauan Maluku.
c) Menyelenggarakan Pendidikan bagi masyarakat secara luas, yaitu dengan mewujudkan
gemelan saketan, kesenian wayang kulit yang sarat berisikan ajaran Islam, merintis
permainan-permainan anak yang berisikan ajaran Islam, serta mengarang lagu-lagu Jawa
yang disisipi dengan ajaran Islam.
4. Sunan Kudus
Nama lain dari sunan kudus adalah Ja’far Shadiq, Raden Undung atau Raden
Untung, dan Raden Amir Haji. Sunan kudus terkenal sebagai ulama yang besar yang
menguasai Ilmu Hadist, Ilmu Tafsir Al-Qur’an, Ilmu Sastra, Mantik dan terutama sekali
Ilmu Fikih. Dengan ketinggian ilmunya itulah, maka kemudian beliau dijuluki “Waliyul
‘Ilmi: yang artinya Wali yang menjadi gudang ilmu.
Beliau adalah seorang pujuangga besar yang memiliki kreativitas yang mampu
mengarang dongeng-dongeng pondok yang besifat dan berjiwa seni Islam. Dan dengan
kreativitas yang dimiliki beliau tersebut. Beliau mampu membaur dengan masyarakat,
meleburkan diri dengan budaya setempat dan mampu menarik simpati masa yang pada
selanjutnya ini dimanfaatkan untuk syiar da‘wah Islam.
5. Sunan Bonang
Sunan Bonang mendapat julukan nama Prabu Nyakrokusumo. Namun ketika remaja
Sunan Bonang memiliki nama Maulana Makhdum Ibrahim. Beliau adalah Putra Sunan
Ampel dan Nyai Ageng Manila. Program da‘wah yang dilakukanya adalah :
a) Pemberdayaan dan peningkatan jumlah dan mutu kader da‘i
b) Memasukkan pengaruh Islam kedalam kalangan bangsawan karaton Majapahit.
c) Terjun langsung ketengah-tengah masyarakat. Dalam berinteraksi dengan masyarakat
tersebut beliau menciptakan gending-gending atau tembang-tembang jawa yang serat
dengan misi pendidkan dan da‘wah.
d) Melakukan kondifikasi atau pembukuan da‘wah. Kodifikasi pesan da‘wahatau ajaranya
dilakukan oleh murid-muridnya. Kitab ini ada yang berbentuk puisi maupun prosa. Kitab
inilah yang kemudian dikenal dengan Suluk Sunan Bonang.
6. Sunan Drajad
Nama asli dari Sunan Drajad adalah Syarifuddin Hasyim, merupakan Putra dari
Sunan Ampel. Dalam kehidupan sehari-harinya beliau dikenal sebagai Waliyullah yang
bersifat sosial, dimana dalam menjalankan aktivitas da‘wahnya beliau tidak segan-segan
untuk menolong masyarakat bawah serta memperbaiki kehidupan sosialnya. Adapun
polada‘wah yang dikembangkan beliau adalah :
a) Mendirikan pusat-pusat pos bantuan.
b) Membuat kampung-kampung percontohan.
c) Menanamkan ajaran kolektivisme, yaitu ajaran untuk bergotong royang.
d) Di bidang kesenian beliau menciptakan tembang-tembang jawa, yaitu pangkur.
8. Sunan Kalijaga
Salah satu Wali yang sangat terkenal bagi orang jawa adalah Sunan Kalijaga.
Ketenaran Wali ini adalah karena ia seorang ulama yang sakti dan cerdas. Ia juga seorang
politikus yang “mengasuh” para raja beberapa kerajaan Islam. Selain itu sunan kalijaga juga
dikenal sebagai budayawan yang santun dan seniman wayang yang hebat.
Pola da‘wah yang telah dikembangkannya adalah:
a) Mendirikan pusat pendidikan di Kadilengu.
b) Berdakwah lewat kesenian.
c) Memasukkan hikayat-hikayat Islam ke dalam permainan wayang. Dan beliau ini merupakan
pencipta wayang kulit dan pengarang buku-buku wayang yang mengandung cerita dramatis
dan berjiwa Islam.
9. Sunan Muria
Nama lain dari Sunan Muria adalah Raden Prowoto, Raden Umar Syahid. Beliau
adalah putra Sunan Kalijaga dan dewi saroh. Beliau merupakan seorang sufi atau ahli
thasawuf.
Seperti dengan wali-wali sebelumnya pola da‘wah yang beliau kembangkan banyak
yang serat dengan ajaran Islam yang berbentuk seni. Adapun pola da‘wah yang
dikembangkan oleh Sunan Muria adalah:
a) Menjadikan daerah pelosok-pelosok pengunungan sebagai pusat kegiatan da‘wah.
b) Berdakwah melalui jalur kesenian. Dengan menciptakan sinom, kinanti, dan sebagainnya.
Seorang wanita Kristen banyak belajar tentang Islam ketika menonton ceramah-ceramah Dr.
Zakir Naik yang beredar di YouTube. Dia merasa bahwa Islam adalah agama yang damai. Dia
pun mengakui bahwa Yesus Kristus adalah nabi Allah dan bukan Tuhan. Namun satu hal yang
belum siap diterima olehnya adalah tentang kenabian Nabi Muhammad shalllallahu 'alaihi
wasallam. Oleh karena itu, dia belum siap untuk mengucapkan syahadatnya di hadapan publik.
Dia juga bertanya kepada Dr. Zakir Naik apakah boleh seseorang menyembunyikan
keislamannya dari keluarga, kerabat, dan teman-temannya? Ini adalah bagian dari ceramah Dr.
Zakir Naik dalam tur Indonesia 2017 (Dr. Zakir Naik Visit Indonesia 2017). Ceramah ini
dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah (UMY) Yogyakarta pada bulan April 2017.
Daftar pustaka
https://alembe59.blogspot.com/2017/09/strategi-dakwahyang-dikembangkan-oleh.html