Anda di halaman 1dari 17

PT PLN (Persero)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Koordinasi proteksi

IX. KOORDINASI SISTEM PROTEKSI DISTRIBUSI


1. PENDAHULUAN
Sistem proteksi generator dan nilai settingnya, ditetapkan dengan memperhatikan
batasan kemampuan operasi generator dan trafo serta batasan operasi sistem. Dari
pengalaman evaluasi terhadap koordinasi sistem proteksi pembangkit baru,
menunjukan bahwa setting yang ditetapkan oleh kontraktor atau konsultan pada saat
awal operasi komersial cenderung lebih memperhatikan keamanan sisi pembangkit dan
kurang memperhatikan keperluan operasi sistem secara keseluruhanya. Dari
pengalaman tersebut maka perlu disusun suatu pedoman agar diperoleh kesamaan
filosofi dalam menentukan koordinasi sistem proteksi pembangkit dan sistem transmisi
(grid), serta dalam pelaksanaan koordinasi tersebut dapat dilakukan secara konsisten.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 1


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Koordinasi Proteksi

Dilihat dari daerah kerja dan kecepatan operasinya , proteksi generator/trafo dibedakan
dalam dua kelompok , pertama proteksi yang daerah kerjanya terbatas hanya
mencakup peralatan tertentu dan tidak responsif terhadap yang terjadi di luar daerah
kerjanya serta bekerja seketika, proteksi dengan sifat tersebut biasa disebut sebagai
proteksi unit (unit protection). Kelompok kedua adalah proteksi yang mempunyai
daerah kerja lebih luas dan dapat bekerja (responsif) oleh pengaruh kondisi abnormal
yang berasal dari luar generator/trafo , karena pertimbangan selektifitas , proteksi
kelompok ini berkeja lebih lambat (tidak seketika).

Evaluasi terhadap sistem proteksi pada proteksi generator dan trafo yang responsif
terhadap gangguan atau kondisi abnormal di luar generator, terdiri dari proteksi sebagai
berikut :
 Proteksi cadangan terhadap gangguan tanah dan hubung singkat( relai 51G , 51T
dan 51NT).
 Proteksi terhadap gangguan eksitasi lebih (relai V/Hz atau 59/81 atau 24).
 Proteksi terhadap gangguan yang dapat menyebabkan generator beroperasi asinkron
(relai 78 dan 40 ).
 Proteksi cadangan trafo start - up untuk gangguan tanah dan hubung singkat.

2. TUJUAN
Untuk menilai selektifitas dari koordinasi proteksi generator dengan proteksi yang ada di
sistem Jawa Bali serta menetapkan nilai setting yang disepakati bersama, agar
keamanan peralatan dan keperluan operasi sistem dapat dipenuhi secara optimal .

3. LINGKUP EVALUASI
Evalusi terhadap sistem proteksi generator mencakup data dan fungsi sbb :
 Pola proteksi generator dan trafo serta tripping logic-nya.
 Karakteristik dan koordinasi setting relai.

4. DATA YANG DIPERLUKAN

 Data impedansi sistem Jawa-Bali dilihat dari titik sambungan dengan pembangkit.
 Diagram kutup tunggal (Single Line Diagram) dari unit pembangkit beserta data
peralatan utama dan peralatan proteksi generator dan trafo ( PT, CT, relai).
 Diagram dari tripping logic dari proteksi generator , trafo - generator dan trafo start
up.
 Reaktansi sinkron (Xd), transien (Xd’) dan sub-transien (Xd’’) dari generator yang
diamankan.
 Impedansi trafo (Zt).
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 2
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Koordinasi Proteksi

 Batas kemampuan pembebanan generator (load capability curve) dan kemampuan


generator dan trafo terhadap over excitation (V/Hz).
 Daerah kerja under/minimum excitation limiter dalam diagram R - X atau P – Q.
 Buku manual untuk relai proteksi .

PROTEKSI GENERATOR & TRAFO STEP UP

Proteksi Utama 51NT

Differential Relay (87) 87T

G
Voltage Balance Relay (60)
87
T UAT
Negative Sequence Relay (46) 50/51
UAT

Directional Power Relay (32)

Proteksi Cadangan
81 51N

Kelompok I (21G,51G/51V, 78
51GT,51NGT,51NT) 87
GT
59/81
Kelompok II (81,24,59/81) 21

Kelompok III (78,40) 60 21 Y


G 87G

Kelompok IV (51N/ST) 40

46

32

50/
59GN
Back
51

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 3


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Koordinasi Proteksi

5. BATASAN DALAM MELAKUKAN EVALUASI

Batasan operasi sistem yang ditetapkan didalam Jawa-Bali Grid Code dan strategi
operasi sistem Jawa-Bali pada saat kekurangan pembangkitan merupakan batasan
umum yang dipergunakan dalam melakukan evaluasi terhadap koordinasi proteksi,
yang meliputi :
 Batas frekuensi dan tegangan operasi.
 Basic fault clearing time, back up time dan CBF time.
 Selektifitas (selectivity / discrimination) antara proteksi generator dan sistem.

Batasan yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi sistem proteksi secara
spesifik diuraikan sesuai dengan pembagian kelompok sistem proteksi sebagai berikut :

5.1 Kelompok 1 (21G, 51G/51V , 51GT dan 51NGT )

Proteksi cadangan generator dan trafo generator untuk gangguan hubung singkat dan
gangguan tanah.

a) Relai Jarak (Distance Relay atau 21G)


Relai jarak (distance relay) adalah proteksi cadangan generator dan trafo generator
terhadap gangguan hubung singkat.

Filosofi dan setting relai :


A. Jangkauan (impedansi ) rele 21 G ini adalah sbb :
1) Arah Depan (Forward)

Zfminimum = k * (Xgt)
Zfmaksimum = k * (Xgt + If*ZL)

2) Arah Belakang (Reverse)

Zb maksimum = k * (Xg)

dimana :
k = error yang ditoleransi akibat kesalahan PT, CT & data-data sebesar 15 %
= 0.85.
If = infeed factor dengan pembangkitan minimum operasi.
Xgt = impedansi generator transformer ().
Xg = impedansi generator ().

b) Waktu tunda (delay time ) rele 21 G :


Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 4
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Koordinasi Proteksi

Jika jangkauan impedansi arah depan yang dipilih adalah impedansi maksimum
(Zfmak), maka diperlukaan koordinasi waktu antara impedansi generator (21G) dengan
proteksi busbar, proteksi gagal kerja PMT (circuit breaker failure/CBF), dan waktu zone-
2 impedansi saluran (21), sehingga dibutuhkan waktu ditunda sampai 700 millisecond.
Hal tersebut didasarkan pada “Grid Code”, yang menyatakan bahwa :
 CBF akan bekerja pada : 200 msec.  tCBF < 250 msec.
 Waktu tunda distance relay zone-2 adalah : 400 msec.
 Beda waktu tunda (t) adalah : 300 msec.

Z1f + t(700ms)

Z1b Z1f

ZL
G
GT

21

Contoh
1. Koordinasi 21G Suralaya Steam Power Plant dan 21 Line

2
TA
x

TB
x
1
TC
x

0 4
0 2000 4000 6000 8000 1 10
x
3 3 3
za = 2.78 10 zab = 5.848 10 zabc = 8.91 10
Generator
Unit#1-4 SRLYA GNDUL CIBNG

Catatan : Impedansi (X) /100 (dalam Ohm)

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 5


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Koordinasi Proteksi

2. 21G Drajat-2 Steam Power Plant dan 21 Line

3.0

TA x
2 TA x
2
TB x TB x

TC x TC x

0 0 0500
0 0 1000
500 1500
1000 2000
1500 2500
2000 3000
2500 3500
3000 4000
3500 4000
0 x x Zmax
3 3 3 3
Gen. Traf. za  2.977 10 zab  3.017 10 10  3.662 10
za  2.977zabc
Unit#1 DRAJAT2 DRAJAT1 KAMOJANG

Catatan : Impedansi (X) /100 (dalam Ohm)

c) Relai Arus Lebih Generator (Generator Over Current Relay atau 51G)

Relai arus lebih generator (51 G) berfungsi sebagai proteksi cadangan generator
terhadap gangguan hubung singkat.

A. Filosofi penyetalan
 Setting arus sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengelola pembangkit.

 Setting waktu kerjanya yang perlu dan harus dikoordinasikan dengan relai
proteksi sistem seperti waktu tunda proteksi cadangan penghantar yaitu zone 2
relai jarak penghantar (21), waktu kerja CBF dan proteksi busbar.

 Karakteristik kerja relai diutamakan inverse.

B. Setting
Waktu tunda relai 51G sekitar 700 msec dengan pembagian waktu sesuai dengan
grid code sbb :
 CBF akan bekerja pada : 200 msec.  tCBF < 250 msec.
 Waktu tunda distance relay zone-2 adalah : 400 msec.
 Beda waktu tunda (t) adalah 300 msec.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 6


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Koordinasi Proteksi

Koordinasi Pengaman OCR GT Drajat-2


dengan CBF Diameter GI.150 kV Drajat2
1 10
3
1000

Waktu (detik) I2f150

100

Ifmaks 2ph

10

tO1i

tO3i

T13 i

50/51 GT Drajat #2

zone-2 distance relay

0.1

0.01 0.01
1 10 1 10
3 4
10 100
10 i 4
10

d) Relai Arus Lebih Trafo Generator (Generator Transformer Over Current Relay atau
51GT)
Relai arus lebih generator (51 G) berfungsi sebagai proteksi cadangan trafo generator
terhadap gangguan hubung singkat.

A. Filosofi penyetalan
 Setting arus sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengelola pembangkit.

 Setting waktu kerjanya yang perlu dan harus dikoordinasikan dengan relai
proteksi sistem seperti waktu tunda proteksi cadangan penghantar yaitu zone
2 relai jarak penghantar (21), waktu kerja CBF dan proteksi busbar.

 Karakteristik kerja relai diutamakan inverse

B. Setting

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 7


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Koordinasi Proteksi

Waktu tunda relai 51G sekitar 700 msec dengan pembagian waktu sesuai dengan grid
code sbb :
 CBF akan bekerja pada : 200 msec  tCBF < 250 msec.
 Waktu tunda distance relay zone-2 adalah : 400 msec.
 Beda waktu tunda (t) adalah 300 msec.

e) Relai Gangguan Tanah sisi Netral Tegangan Tinggi Trafo Generator (Generator
Transformer Netral Ground Relay atau 51NGT)
Relai gangguan tanah sisi tegangan tinggi trafo generator (51 NGT) berfungsi sebagai
proteksi cadangan trafo generator terhadap gangguan tanah. Relai ini dipasang pada
sisi netral tegangan tinggi trafo generator.

A. Filosofi penyetalan
 Setting arus sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengelola pembangkit.

 Setting waktu kerjanya yang perlu dan harus dikoordinasikan dengan relai
proteksi sistem seperti waktu tunda proteksi cadangan penghantar yaitu zone
2 relai jarak penghantar (21), waktu kerja CBF dan proteksi busbar.

 Karakteristik kerja relai diutamakan inverse.

B. Setting
Waktu tunda relai 51G sekitar 600-700 msec dengan pembagian waktu sesuai dengan
grid code sbb :
 CBF akan bekerja pada : 200 msec.  tCBF < 250 msec.
 Waktu tunda distance relay zone-2 adalah : 400 msec.
 Beda waktu tunda (t) adalah 300 msec.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 8


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Koordinasi Proteksi

Waktu (detik)
3
1 10
1000
I1f150
Ifmaks 1ph-G dari
masing-masing unit

Kurva ketahanan
Trafo thp HS

100

10

tG1x Ground Time O/C Drajat #2


Netral Time O/C Drajat #2
tGN1x

tG3x

T13 x

Zone-2 distance relay

0.1

0.01 0.01
3 4
10 100 1 10 1 10
10 x 4
Arus gangguan (A)
110

5.2 Kelompok 2 (81, 24 atau 59/81)

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 9


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Koordinasi Proteksi

a) Relai Frekuensi Kurang (Under Frequence Relay atau 81)


a. 1) Umum
Setting relai frekuensi kurang (81G) yang ada di pembangkit perlu dikoordinasikan agar
diperoleh kepastian bahwa kerja relai tersebut dapat mendukung strategi operasi
pelepasan beban dan pola operasi pulau yang telah diprogramkan oleh operasi sistem,
disamping tugas utamanya untuk melindungi peralatan pada kondisi frekuensi kurang.

a. 2) Filosofi Setting
1. Setting harus didasarkan atas kemapuan peralatan pembangkit.

2. Setting harus menjamin suksesnya pola operasi pelepasan beban dan operasi pulau.

a. 3) Setting
1. Untuk batas operasi normal (sesuai grid code) 49.5 Hz < f < 50.5 Hz relai 81 tidak
boleh pick-up.

2. Pada 47.5 Hz < f < 49.5 Hz relai 81G harus dipastikan tidak bekerja seketika
(instantenous). Pada range frekuensi tersebut relai boleh trip dengan waktu
tunda. Lamanya waktu tunda sangat tergantung dari kemampuan (capability)
peralatan pembangkit (seperti turbin), namun agar koordinasi dapat berhasil
sukses maka diharapkan setting waktu tunda harus dapat mendukung
keberhasilan pola operasi yang disebut dalam butir 4.2.a).2.

3. Pada frekuensi < 47.5 Hz relai 81G boleh trip seketika ataupun dengan waktu tunda
tergantung jenis dan kapasitas pembangkitnya.

Hz
51,50

50,20
50,00 Normal Operation 50 + 0,2 Hz
49,80
Excursion, + 0,5 Hz, brown-out
49,50 Df/dt, - 1,2 Hz/s, Load shedding 4, 6, 7 stage (1950 MW)
49,30 Df/dt, - 0,8 Hz/s, Load shedding 6, 7 stage (1500 MW)
Load shedding scheme A & B, freq 49.50 Hz (250 MW-500 MW)
Df/dt, - 0,7 Hz/s, Load shedding 7 stage (850 MW)
49,10
49,00

Load shedding 1 – 6 stage, freq 49,00 - 48,50 (2550 MW)

Load shedding 7 (850 MW)


48,40
48,30
Islanding Operation, 48.30 – 48.00 Hz

48,00

Host load of generator

47,50

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 10


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Koordinasi Proteksi

Range frekuensi berdasarkan Standar IEC 34.3.


Waktu yang diijinkan (saat under operasi) pada frekuensi
abnormal :
Frekuensi (Hz) Waktu Operasi yang diijinkan
Total min per tahun Setiap saat (sec)
51.0 – 51.5 30 30
50.5 – 51.0 > 180 > 180
48.5 – 50.5 CONTINUOUS
48.0 – 48.5 300 300
47.5 – 48.0 60 60
47.0 – 47.5 10 20

PLN P3B Requirement :


Time delay UFR/OFR adalah minimum dari setengah time delay setiap
saat

b) Relai Eksitasi Lebih (Over Excitation Relay atau 24 atau 59/81)


b. 1) Umum

Tugas utama relai over eksitasi (24G atau 59/81G) pada pembangkit adalah untuk
melindungi peralatan pembangkit dari timbulnya eksitasi lebih, baik pada stator maupun
pada step-up transformer. Eksitasi lebih dapat terjadi pada saat start-up ataupun pada
saat putaran rendah. Over eksitasi memberikan dampak pemanasan yang selanjutnya
dapat mengakibatkan kerusakan isolasi pada belitan stator maupun trafo.

b. 2) Filosofi Setting
1. Bila jangkauan relai meliputi mesin pembangkit dan trafo step-up, maka setting
relai harus dapat menlindungi peralatan tersebut dari terjadinya over excitation.
Oleh sebab itu maka setting harus didasarkan atas kemampuan ( capability) setiap
peralatan yang diproteksi oleh relai tersebut.

2. Setting harus menjamin suksesnya pengoperasian sistem, pelepasan beban dan


operasi pulau (island operation).

b. 3) Setting

Setting dinyatakan dalan V/Hz per unit. Tegangan maksimum pada batas operasi
normal = 1.1 pu, sedangkan frekuensi terendah = 47.5 Hz (atau 47.5/50 pu) :

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 11


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Koordinasi Proteksi

1. Relai diharapkan tidak trip pada nilai V/Hz < 1.1 pu.

2. Relai dapat trip seketika pada nilai V/Hz > 1.1 pu.

Koordinasi setting relai diperlukan hanya jika komando trip dari relai tidak dikontrol
oleh posisi PMT.

C o n t o h S e t t in g r e la y 2 4 p a d a P L T G U C ile g o n

G e n e r a t o r o v e r e x ic it a t io n c a p a b ilit y
U f (U s /fs ) 1 .2 5 1 .1 9 1 .1 5 1 .1 2 1 .1 1 .0 9 1 .0 8 1 .0 7 1 .0 5
t (s ) 5 7 .5 10 15 20 30 45 60 ~

S e t t in g r e la y 2 4
U f (U s /fs ) 1 .1 5 1 .1 5 1 .1 5 1 .1 5 1 .1 5 1 .1 3 1 .1 1 .0 9
t (s ) 2 5 7 10 17 20 30 40

U f (U s /fs ) 1 .0 7 5 1 .0 7 2 1 .0 6 5 1 .0 6 5 1 .0 6 5 1 .0 6 5 1 .0 6 5
t (s ) 50 60 80 90 100 200 600

Contoh Setting relay 24 pada PLTGU Cilegon

KURVA KETAHANAN GENERATOR & SETTING RELAY 24 G TERHADAP


GANGGUAN OVER EXCITATION TERHADAP WAKTU

59/81 G Charc vs T G Over Exc Limit


1.25

1.2
Ratio of term V to freq (pu)

1.15

1.1

1.05

Tim e (se c)
0.95
2 5 7 10 20 30 40 50 60 70 80 100 200 600
Setting Capability

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 12


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Koordinasi Proteksi

5.3 Kelompok 3 (78 dan 40)

Dilihat dari kondisi sistem eksitasi pada generator serta dampak yang ditimbulkan oleh
kondisi asinkron , kondisi asinkron tersebut dibedakan dalam dua kelampok , pertama
adalah operasi asinkron karena hilangnya arus eksitasi oleh gangguan pada sistem
eksitasi (kondisi Loss Of Field) dan kedua operasi asinkron karena lepas sinkron dimana
pada kondisi ini arus eksitasi masih ada dan sistem eksitasi tidak mengalami gangguan
( kondisi Out Of Step atau Pole Slipping).

a) Relai Lepas - Sinkron (relai Out Of Step atau Pole Slipping atau relai 78)
Pada kondisi lepas sinkron , dimana generator masih tersambung dengan sistem ,
akan menyebabkan timbulnya osilasi torsi mekanis yang dapat merusak unit
pembangkit. Di titik pasokan listrik yang terletak dekat electrical centre , kondisi
lepas sinkron tersebut dirasakan sebagai fluktuasi tegangan yang dapat mengganggu
peralatan listrik , misalnya motor listrik. Bila electrical centre tersebut berada dekat
unit pembangkit lainnya maka kejadian tersebut akan menimbulkan gangguan baru ,
berupa lepasnya motor-motor listrik di unit pembangkit tersebut.

Timbulnya gangguan lepas sinkron dapat disebabkan oleh faktor sbb :

 Arus eksitasi tidak mencukupi untuk suatu kondisi pembebanan tertentu.

 Adanya perubahan beban yang besar (misalnya terjadi switsing pada tie line,
biasanya disertai dengan kondisi arus eksitasi kurang).

 Gangguan besar yang tidak segera dipisahkan dari sistem.

Tujuan dalam melakukan evaluasi relai 78 :

Memastikan bahwa fungsi proteksi 78 sudah memperhatikan keamanan pembangkit


dan sistem dengan uraian sbb :

 Relai 78 akan bekerja memisahkan generator dari sistem bila terjadi gangguan
lepas - sinkron pada generator tersebut .

 Relai 78 tidak akan bekerja seketika bila terjadi power swing yang sumber
gangguannya berada diluar unit pembangkit tersebut.

 Pada kondisi lepas sinkron dengan slip rendah dan tinggi , relai 78 akan tetap
bekerja baik.

 Memastikan bahwa relai 78 akan memberikan komando trip pada PMT generator
hanya pada saat sudut antara kedua sistem yang asinkron sedang mengecil .
Pertimbangan ini akan semakin penting khususnya bila pengelola generator dan
PMT generator bukan dari satuan yang sama.

 Relai 78 harus tetap stabil (tidak bekerja) bila mesin kembali pada kondisi
normal, setelah terjadi power swing ( recoverable power swing).

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 13


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Koordinasi Proteksi

Karakteristik yang dievaluasi :

 Jangkauan relai v/s lokus impedansi saat terjadi swing ( f (Eg/Es) ).

 Jangkauan relai arah belakang v/s lokus impedansi saat terjadi swing dengan slip
rendah ( <1 %).

 Setting waktu yang cukup (dinyatakan dalam Z) agar relai bekerja benar pada
saat terjadi swing dengan slip besar ( 10 - 50 % ).

 Sudut tegangan antara dua sistem saat perintah trip diberikan ke PMT generator.

 Fluktuasi tegangan pada titik sambungan bersama dengan pembangit terdekat.

Contoh : Koordinasi relai 78G : Paiton 2 x 600 MW

Contoh: Paiton2 x 610 MW


2.02

XL
k Locus Impedansi pada
X
0, k Eg/Es=1,2
X
2, k
JangkauanOutside Forward
X
3, k 78 G
X
4, k

X
5, k
JangkauanInside Forward
X7
78 G
1, y

X7
2, y
Locus Impedansi pada
X7
0 Eg/Es=1,0
3, y

X7
4, y Locus Impedansi pada
X7
5, y
Eg/Es=0,8
X7
6, y

Xup1
y JangkauanInside Reverse
Xup2
y
78 G
Xlo1
y
JangkauanOutside Reverse
78G
Xlo2
y
o Paiton5&6 +PaitonPLN
2.0
2 MVA Sc =11.793
2 0 2
2 RL , R , R , R , R , R , R7 , R7 , R7 , R7 , R7 , R7 , Rup1, Ru p2, Rlo1, Rlo2
k 0, k 2, k 3, k 4, k 5, k 1, y 2, y 3, y 4, y 5, y 6, y y y y y
2 o Slip =10

b) Relai arus medan hilang (Loss of Field , relai 40)

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 14


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Koordinasi Proteksi

Secara fungsi, relai 40 bertugas untuk mengamankan generator dari pemanasan lebih
pada rotor generator oleh kondisi asinkron karena arus eksitasi generator tidak cukup
(untuk mempertahan kondisi sinkron). Setting dan kinerja relai 40 dalam
mengamankan generator pada kondisi tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
pengelola pembangkit. Namun bila dalam melakukuan setting, menyebabkan daerah
proteksi relai 40 lebih luas dari sekedar mengamankan generator, maka dapat
menimbulkan masalah operasional berupa berkurangnya kemampuan generator yang
dapat dimanfaatkan untuk menunjang kebutuhan operasi sistem atau relai 40 akan
salah kerja oleh adanya ayunan daya (power swing).
Pada generator yang lebih kecil dimana pola proteksinya tidak selengkap generator
besar , ada kemungkinan bahwa relai 40 diberi tugas tambahan, bila kondisi tersebut
dijumpai maka perlu dilakukan kajian bersama antara GENCO dengan Unit Jaringan.

Tujuan dalam melakukan evaluasi relai 40 :

 Memastikan bahwa setting waktu dan daerah kerja relai dapat memberikan jaminan
keamanan bagi generator pada kondisi asinkron karena arus eksitasi kurang dan
relai tidak akan salah kerja untuk kondisi abnormal diluar generator. Relai harus
tetap bekerja benar pada kondisi arus eksitasi hilang/kurang yang diikuti dengan
slip rendah (S<1%) maupun slip tinggi ( S >10 %).

 Relai 40 harus tetap stabil (tidak bekerja) bila mesin kembali pada kondisi normal
setelah terjadi power swing (recoverable power swing).

Karakteristik relai 40 yang dievaluasi :

 Jangkauan minimum relai ada sumbu - j (biasa disebut off set).

 Jangkauan maksimum relai pada sumbu - j ( disebut off set + diameter).

 Waktu kerja relai (dilakukan evaluasi bila jangkauan kedepan melebihi generator ).

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 15


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Koordinasi Proteksi

Contoh : Koordinasi relai 40G : Suralaya 4 x 400 MW + 3 x 600 MW

2
ContohKoordinasi Relai antara 78G dan40Gpole10%
2

XL
k

X
0,k

X
2,k

X
5,k
JangkauanOutsideForward
78G
X7
1,y

X7
2,y JangkauanInsideForward
X7
3,y 78G
X7
4,y
0 Kurvakapabilitas
X7
5,y generator
X7
6,y
LocusImpedansi
X41
y
Eg/Es=0,8
XC
0,x

Xup1
y JangkauanInsideReverse
Xup2
y 78G
Xlo1
y
JangkauanOutsideforward
Xlo2
y 78G
2 2
2 0 2 Jangkauan40G
2 RL, R ,R ,R ,R7 ,R7 ,R7 ,R7 , R 7 , R7 ,R41, RC ,Rup1
,Rup2
,Rlo1
,Rlo2 2
k 0, k 2, k 5,k 1,y 2,y 3,y 4, y 5,y 6,y y 0,x y y y y

5.4 Kelompok 4 (proteksi untuk trafo Start-up)

Relai Gangguan Tanah sisi Tegangan Tinggi (Ground Fault Relay 51N/ST)

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 16


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Koordinasi Proteksi

Relai gangguan tanah sisi tegangan tinggi (B51N/ST) adalah relai proteksi cadangan
trafo start-up terhadap gangguan hubung singkat satu phase ke tanah. Relai ini
dipasang pada sisi netral tegangan tinggi trafo start-up.

a) Trafo Start up dengan belitan delta (YnynOD)

Proteksi cadangan untuk gangguan tanah sisi tegangan tinggi tidak boleh bekerja
lebih cepat dari proteksi gangguan tanah yang ada di SUTT atau SUTET dan sisi
tegangan rendah IBT yang memasok trafo tersebut. Relai ini harus bekerja lebih
lambat dari proteksi cadangan di sisi hilir (SUTT / SUTET atau IBT 500/150 kV) jika
terjadi gangguan disisi pemasokknya (SUTT/SUTET dan sisi 150 kV IBT) dan bekerja
lebih cepat jika gangguan terjadi disisi trafo start up.

Adapun filosofi settingnya adalah :

1. Setting arus merupakan tanggung jawab sepenuhnya pengelola pembangkit.

2. Waktu kerja rele proteksi cadangan IBT 500/150 kV adalah 1.5 detik.

3. Untuk gangguan di bus 150 kV dan 1 detik untuk SUTT 150 kV di bus 150 kV,
sedangkan waktu kerja relai B 51 N/ST minimum lebih dari 1 detik dengan delay
waktu + 300 msec.

b) Trafo Start up dengan belitan Ynyn

Jika trafo start up (dengan belitan Yy) tersebut terhubung melalui sistem 150 kV
dimana trafo start up tersebut dianggap beban (load) oleh sistem, secara teoritis
relai tidak bekerja jika terjadi gangguan hubung singkat phase ke tanah di sistem
150 kV. Akan tetapi karena beban trafo start up merupakan motor-motor, maka
setting rele proteksi 51 N/ST harus dikoordinasikan dengan relai proteksi cadangan
gangguan tanah SUTT 150 kV (GFR SUTT 150 kV) pada bus 150 kV tersebut dan
jika bus 150 kV juga terhubung IBT 500/150 kV maka perlu juga dikoordinasikan
dengan relai proteksi cadangan gangguan tanah IBT (GFR sisi 500 dan 150 kV).

Adapun filosofi settingnya adalah :

1. Setting arus merupakan tanggung jawab sepenuhnya pengelola pembangkit.

2. Waktu kerja rele proteksi cadangan IBT 500/150 kV adalah 1.5 detik untuk
gangguan di bus 150 kV dan 1 detik untuk SUTT 150 kV di bus 150 kV, sedangkan
waktu kerja relai B 51 N/ST minimum lebih dari 1 detik dengan delay waktu + 300
millisecond untuk total beban maksimum motor-motor yang tersambung ke trafo
start-up.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 17

Anda mungkin juga menyukai