KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
9
10
Single Limb Stance Test adalah metode yang sederhana, mudah dan efektif
membutuhkan dukungan berdiri satu kaki yang besar dalam mempertahankan pola
coefficients (ICC). ICC rangenya 0,73-0,93. Pada tes ini pasien diinstruksikan
berdiri dengan satu kaki tanpa penyangga. Pasien memulai tes dengan mata
2.2.1 Pengertian
yaitu berjalan dengan kemampuan memenuhi tuntutan tugas yang kompleks dan
dapat pula didefinisikan sebagai berjalan di bawah kondisi dan lingkungan yang
jarak dekat. Mobilitas sendi yang bebas dan kekuatan otot yang tepat
meningkatkan efisiensi jalan. Ketika tubuh bergerak ke arah depan, satu kaki
secara khusus menyangga sedangkan kaki lainnya maju dan mempersiapkan untuk
normal kepala yang berhubungan trunk dengan menormalkan alignment trunk dan
aktivitas terutama pada saat melawan gravitasi dan akan banyak membutuhkan
kontrol inhibisi pada level tinggi untuk timbal balik dari bagian perubahan pola
Berjalan dikenal ada 2 fase, yaitu fase menapak (stance phase) dan fase
mengayun (swing fase). Ada pula yang menambahkan satu fase lagi yaitu fase dua
kaki di lantai (double support) yang berlangsung singkat. Fase double support ini
akan semakin singkat jika kecepatan jalan bertambah, bahkan pada berlari fase
double support ini sama sekali hilang, dan justru terjadi fase di mana ke dua kaki
Fase menapak (60%) dimulai dari heel strike/heel on, foot flat, mid stance,
heel off dan diakhiri dengan toe off. Sedangkan pada fase mengayun (40%)
dimulai dari toe off, swing dan diakhiri dengan heel strike (accelerasi, mid swing,
decelerasi).
12
mana tubuh ditopang oleh satu kaki lebih dominan dibandingkan dengan periode
menapak pada dua kaki. Dengan demikian, maka kemampuan berjalan seseorang
(BOS) yang sempit yaitu pada area satu buah telapak kaki (Irfan, 2010).
Menurut terminologi Rancho Los Amigos yang dikutip dari Irfan (2010)
1. Stance phase adalah fase menumpu, atau fase di mana bagian tubuh (kaki)
cycle dan penting untuk swing phase yang benar. Pada fase ini terdapat
beberapa tahapan.
contact merupakan awal dari fase stance dengan posisi heel rocker.
Sedangkan tungkai yang lain berada pada akhir dari terminal stance.
pada tingkat terendah dan seseorang pada tingkat yang paling stabil.
Pada periode ini anggota bawah yang lain juga menyentuh lantai
Pada fase ini sendi panggul membentuk sudut aproksimasi 30° fleksi
Pada sendi lutut membentuk ekstensi penuh atau relative 2-5ᵒ fleksi
plantar fleksi.
Fase ini merupakan periode initial double stance. Awal fase dilakukan
pada tungkai. Dengan tumit seperti rocker, knee fleksi sebagai shock
absorption. Saat heel rocker, ankle plantar fleksi dengan kaki depan
sampai berat tubuh berpindah pada kaki yang lain dengan lurus. Saat
Pada fase ini satu tungkai memberikan bantuan. Fase ini dimulai
lantai. Keseluruhan dari fase ini brat badan berpindah dari forefoot.
Saat posisi ekstensi knee yang meningkat dan akan diikuti sedikit
fleksi. Di mana posisi tungkai yang lain berada pada fase terminal
swing.
Pada awal fase ini centre of gravity berada di depan kaki yang
Pada akhir fase dari stance adalah interval gerakan ke dua double
stance pada siklus berjalan. Dimulai dari initial contact pada anggota
fleksi knee maka hip tidak lagi pada posisi ekstensi. Di saat yang sama
15
2. Swing phase adalah periode waktu di mana tubuh (kaki) tidak bersentuhan
dengan lantai, selama swing phase bagian tubuh yang berayun bergerak di
depan bagian tubuh yang menapak sehingga gerakan ke depan dapat terjadi.
Pada fase pertama adalah perkiraan satu sampai tiga dari periode
ketika mengayun kaki sisi kontralateral dari kaki yang menumpu. Pada
saat posisi initial swing hip bergerak fleksi dan knee naik menjadi fleksi
dan ankle pada posisi setengah dorsal fleksi. Di saat yang sama sisi
Pada fase ke dua dari periode swing dimulai, saat mengayun anggota
gerak bawah yang berlawanan dari tungkai yang menumpu. Akhir dari
fase ini ketika tungkai mengayun ke depan dan tibia vertikal atau lurus.
Saat mid swing, hip fleksi dengan knee bergerak ekstensi untuk merespon
gravitasi dan diikuti dengan ankle dorsi fleksi menuju posisi netral.
Sedangkan tungkai yang lain berada pada akhir dari fase mid stance.
16
Akhir dari fase swing dimulai dari tibia vertikal dan diakhiri saat kaki
Gambar 2.2 diatas menjelaskan tentang tahapan satu siklus berjalan yang
meliputi 2 fase. Fase pertama adalah Stance Phase yang terdiri dari: Initial
Contact, Loading Response, Mid Stance dan Terminal Stance. Fase kedua adalah
Swing Phase yang terdiri dari Pre-swing, Initial Swing, Mid Swing dan Terminal
Swing.
2.3.1 Pengertian
dengan menggunakan uji laboratorium dan klinik. Banyak studi tentang perbaikan
fungsional berjalan dengan menganalisa: phases of gait cycle, step length, step
Velocity: Jarak total antara heel strikes awal dan akhir dibagi dengan
Stride Length: Jarak di antara dua heel strike ipsilateral yang berurutan
Step Length: Jarak di antara dua heel strike kontra lateral yang berurutan.
Stride Widht: Jarak antara sisi kanan dan sisi kiri (walking base)
(Whittle, 2003)
meliputi Velocity 1,5 m/sec, Cadance 120 step/min Step Length untuk laki-laki 83
cm dan perempuan 73 cm, Stride Length 150 cm dan Stride Width 5 cm.
18
length, cadence, step width, stride length. Dari tabel ini dapat dilihat velocity pada
subjek yang sehat 1,26 m/s sedangkan pada pasien hemiplegi 0,78 m/s. Cadence
langkah/min. Step length pada subjek sehat 0,65 m sedangkan pasien hemiplegi
0,5 m. Stride length pada subjek sehat 1,32 m sedangkan pasien hemiplegi 1,01 m.
Step width pada subjek sehat 15,5 cm sedangkan pasien hemiplegi 19,3 cm.
Kesimpulan dari tabel ini terjadi penurunan velocity, stride length, step length,
2.4 Stroke
2.4.1 Pengertian
gangguan fungsi otak fokal, atau global, dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab
lain yang jelas selain vaskular. Stroke atau serangan otak, suatu istilah klinis dari
gangguan fungsi otak yang mendadak, terjadi bila berhenti atau gagalnya pasokan
darah ke otak, atau dapat pula sebagai akibat pecahnya pembuluh darah di otak
(Ranakusuma, 2004).
Pada pasien stroke terjadi berbagai macam defisit pada persepsi, kekuatan
otot, kontrol motorik, mobilitas pasif, sensasi, tonus, dan keseimbangan (Yavuzer,
terhadap ruang. Hal ini tidak mendukung pemulihan keseimbangan (Bonan et al.,
2004).
asimetri (Wright et al., 2013). Setelah stroke, rehabilitasi intensif dilakukan untuk
mengurangi defisit dari kecepatan, efisiensi dan simetri dalam berjalan. Pemulihan
simetri jalan penting dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan kecepatan jalan
20
dan hilangnya densitas mineral tulang pada kaki yang paresis (Lewek et al.,
2012).
dan jauh dari infark atau hemoragik. Beberapa waktu setelah stroke, kemampuan
meliputi eksitabilitas yang lebih besar dan pengerahan neuron-neuron pada kedua
berkomunikasi dengan neuron yang lain dan memperkuat koneksi sinaps (Dobkin,
2005).
memerlukan latihan dengan tugas yang relevan pada pasien stroke. Latihan belajar
berjalan tradisional meliputi berjalan dengan alat bantu berjalan esensial / orthosis
berjalan tambahan terdiri dari tanda visual/ visual cue, tugas kognitif bersamaan
yang mengadakan sinyal sensorik dihasilkan dari sumber eksternal, yang tidak
21
lain :
1. Stroke Iskemik
terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada
atau organ distal. Pada trombus vaskular distal, bekuan dapat terlepas
a. Trombosis
1) Aterosklerosis (tersering)
sabit)
22
b. Embolisme
c. Vasokonstriksi
2. Stroke Hemoragik
stroke. Stroke ini terjadi jika lesi vaskular intra serebrum mengalami
langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi vaskular yang dapat
3. Diabetes melitus
4. Hiperlipidemia
23
5. Keadaaan hiperviskositas
stroke
berupa:
e) Kesulitan menelan
2.4.5 Neuroplasticity
mendasari proses pemulihan fungsi motorik setelah stroke. Area motorik bilateral
Setelah terjadi kerusakan iskemik pada area motorik otak, pasien mengalami
diterapkan pada periode akut pascastroke. Lebih dari 50% survival stroke pada
fungsional adalah sprouting dendrite yang terus menerus, formasi sinaps baru,
potensiasi jangka panjang dan depresi jangka panjang. Reorganisasi setelah stroke
mungkin juga terjadi pada area korteks yang tidak rusak mengambil alih fungsi
area otak yang terkena infark. Bentuk reorganisasi yang berbeda mengkontribusi
merupakan sifat yang menunjukkan kapasitas otak untuk berubah dan beradaptasi
saraf dan organisasi otak. Plastisitas juga terjadi pada proses perkembangan dan
Plastisitas dapat tejadi pada level sinaps, level kortikal dan level sistem.
Reorganisasi sistem saraf dapat terjadi dalam beberapa bentuk sebagai berikut:
2. Unmasking:
a. Denervation supersensitivity
akson dan sinaps yang tidak aktif. Menurut Wall dan Kabat, jalur
3. Sprouting:
a. Axonal regeneration
b. Collateral sprouting
dalam hal pemulihan kemampuan gerak dan fungsi pada insan stroke.
tepat berupa pola gerak normal. Akan tetapi, dapat merugikan jika
Pada pasien stroke terjadi lesi pada batang otak atau hemisfer otak
spastik pada tungkai, ekstensi dan circumduction (pola jalan melingkar seperti
kerucut) dan fleksi pada tangan. Berhubungan juga dengan terjadinya respon
pada ekstensor plantar, kelemahan tungkai, tangan dan wajah serta terjadinya
persepsi, kekuatan otot, kontrol motorik, mobilitas pasif, sensasi, tonus, dan
gerak lutut) dan drop foot (berkurangnya dorsofleksi ankle selama mengayun)
(Yavuzer, 2006). Gait hemiparetik dicirikan juga dengan beberapa defisit spesifik,
yang asimetri (Wright et al., 2013). Asimetri terjadi pada parameter berjalan
akan terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada
sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan
memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai
lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika kita menerima sinar
diperlukan adalah kunci untuk memahami mengapa adaptasi gait lebih efektif
dalam respon terhadap visual stepping stones (Bank et al., 2011). Ketika kita
28
yaitu pada saat langkah cepat terjadi kesalahan yang lebih besar dan bervariasi
Pengaturan jalan adalah hal yang penting ketika berjalan pada medan
yang rata ataupun yang tidak rata untuk memperoleh penempatan kaki yang
pascastroke memiliki kesulitan dalam menekan input visual yang tidak bisa
visual dan tidak dapat menggunakan input somatosensorik dan vestibular dengan
Isyarat visual dilakukan dengan menggunakan isyarat visual di atas lantai dengan
step length yang diinginkan untuk membantu inisiasi dan pelaksanaan gait.
tanpa melihat isyarat tersebut, usaha volunter akan menjaga pasien tidak terjatuh.
masing-masing langkah dalam urutan Efek lain yang mungkin terjadi, isyarat
29
pasien pada berjalan dengan kriteria step length tertentu. Strategi atensi inilah
dan pola jalan adaptif pada pasien dengan defisit gait signifikan yang disebabkan
Berjalan merupakan sebuah tugas rumit yang diatur oleh kontrol hirarkis
dari korteks motor primer, premotor dan korteks motor supplemental, ganglia
basal, cerebellum, batang otak, generator dan umpan balik pola spinal dari sistem
positif terhadap variasi karakter jalan pada pasien dengan penyakit Parkinson,
Rhytmic Auditory Stimulation (RAS) adalah salah satu tipe terapi musik
sistem kontrol motorik otak dan gerakan gait melalui isyarat waktu (timing cues),
sehingga merubah parameter gait pada temporal. Pada pasien dengan gangguan
respon terhadap RAS, gerakan dari bagian tubuh yang paralisis menjadi lebih
normal, dan pola aktivitas otak menjadi lebih halus, yang dapat dibuktikan dengan
dengan musik, melibatkan sinkronisasi seluruh tubuh dengan alunan musik (beat)
(Bood et al., 2013). Isyarat Akustik dapat meningkatkan gait dengan menciptakan
stable coupling diantara langkah kaki dan alunan musik. Karakteristik berjalan
seperti simetri dan irama/ jumlah langkah jalan (cadance) dapat ditargetkan
Stimulasi auditori berupa suara alam (Seperti suara burung, ombak, dan
lain-lain) disertai dengan latar belakang musik relaksasi dan meditasi. Stimulasi
auditori dengan gelombang suara melalui nada auditori (auditory tones) dinilai
lebih efektif, murah dan mudah digunakan. Terapi dengan menggunakan musik
telah terbukti efektif dalam rehabilitasi pada pasien pascastroke (Esi dkk., 2012).
antara 1-2 detik efektif untuk meningkatkan lokomosi pasien parkinson dan
eksternal dimediasi oleh pembentukan persepsi internal dibawah sadar pada level
Tubuh manusia adalah makhluk yang kreatif dan banyak akal. Komponen otak
bervariasi yang tidak terhubung hanya dengan satu jalur, sehingga otak tidak
berhenti bekerja total ketika satu bagian rusak atau cedera. Ketika satu bagian otak
tidak berfungsi dengan baik, otak menemukan jalan kompensasi untuk fungsi
motorik dengan menstimulasi fungsi otak lower level dari basal ganglia,
cerebellum, batang otak, medulla spinalis untuk pasien Parkinson dan penyakit
menguntungkan karena tidak mempunyai efek samping dan lebih hemat biaya jika
dibandingkan terapi yang lain, dan dapat digunakan bersama dengan modalitas
terapi yang lain, atau terapi independen karena merupakan prosedur yang
Pascastroke
pasien Stroke:
32
Tabel 2.4 Perbandingan VCT dan RAS dalam Penatalaksanaan Pasien stroke
Tabel 2.4 menjelaskan perbedaan antara pelatihan VCT dengan RAS. VCT