Kelompok B-11
UNIVERSITAS YARSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
TAHUN PELAJARAN 2011-2012
Daftar Isi
1. Praktikum I...........................................................................................................................3
1.1 Penglihatan 1.....................................................................................................................4
Visus Mata .......................................................................................................................4
Buta Warna ......................................................................................................................7
1.2 Penglihatan 2...................................................................................................................10
Pemeriksaan Luas Lapang Pandang................................................................................10
1.3 Lensa Tipis......................................................................................................................14
2. Praktikum II........................................................................................................................23
2.1 Tes Fungsi Pendengaran dengan Garputala....................................................................24
2.2 Pendengaran dan Keseimbangan....................................................................................26
Audiometer ....................................................................................................................29
3. Praktikum III......................................................................................................................32
3.1 Sistem Sensorik ..............................................................................................................33
Perasaan Subjektif Panas dan Dingin ............................................................................34
Titik-titik Panas, Dingin, Tekan, dan Nyeri di Kulit......................................................35
Lokalisasi Taktil..............................................................................................................36
Diskriminasi Taktil ........................................................................................................37
Perasaan Iringan (After Image).......................................................................................38
Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda......................................................................39
Tafsiran Sikap.................................................................................................................40
Waktu Reaksi..................................................................................................................40
3.2 Modul Praktikum Fisiologi Pengecapan.........................................................................42
3.3 Modul Praktikum Fisiologi Penghidu.............................................................................46
4. Praktikum IV......................................................................................................................48
4.1 Sikap dan Keseimbangan Badan.....................................................................................49
Percobaan pada Katak.....................................................................................................50
Percobaan pada Manusia.................................................................................................52
4.2 Percobaan Keseimbangan pada Manusia........................................................................54
Percobaan dengan Kursi Barany.....................................................................................56
Tes Penyimpangan Penunjukkan....................................................................................57
Kesan Sensasi..................................................................................................................57
Percobaan Sederhana untuk Kanalis Semisirkularis Horisontalis..................................58
5. Daftar Pustaka....................................................................................................................60
Page 2
PRAKTIKUM 1
Page 3
PENGLIHATAN I
1. Visus Mata
Page 4
spasial dari proses sistem penglihatan. Simbol berwarna hitam pada background berwarna putih
digunakan untuk kontras maksimum dan jarak yang ditetapkan 6 meter merupakan jarak
minimum mata normal untuk melihat tanpa melakukan akomodasi. Dalam pemeriksaan, lensa
digunakan dalam berbagai kekuatan untuk memperbaiki kelainan refraktif yang ada dan
menggunakan pinhole akan memperbaiki kelainan refraktif. Biasanya huruf digunakan dalam
melakukan pemeriksaan (Snellen chart) namun simbol lain (huruf E yang menghadap berbagai
arah) juga dapat digunakan.
Dengan kartu Snellen standar ini dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melihat
seseorang, seperti :
- Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak enam meter, yang
oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak enam meter.
- Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 30, berarti tajam
penglihatan pasien adalah 6/30.
- Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka 50, berarti tajam
penglihatan pasien adalah 6/50.
- Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak enam meter yang
oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter.
- Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka dilakukan uji hitung
jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter.
- Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak tiga
meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai
dampai 1/60, yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.
- Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien yang lebih buruk
daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter.
Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak satu meter berarti tajam
penglihatannya adalah 1/300.
- Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat melihat lambaian
tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~. Orang normal dapat melihat adanya
sinar pada jarak tidak berhingga.
- Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan penglihatannya
adalah 0 (nol) atau buta nol (Ilyas, 2009).
Untuk mengetahui sama tidaknya ketajaman penglihatan kedua mata dapat dilakukan dengan uji
menutup salah satu mata. Bila satu mata ditutup akan menimbulkan reaksi yang berbeda pada
sikap anak, yang berarti ia sedang memakai mata yang tidak disenangi atau kurang baik
dibanding dengan mata lainnya (Ilyas, 2009).
Tata Kerja
1. OP duduk menghadap optotipe Snellen dengan jarak 6 meter.
2. Pasang trial frame pada mata.
3. Satu mata ditutup dengan menggunakan telapak tangan sisi yang sama tanpa menekan
bola mata, biasanya yang ditutup adalah mata kiri dan mata kanan diperiksa lebih dahulu.
4. OP diminta membaca huruf pada optotipe Snellen dimulai dari huruf yang terbesar sampai
ke huruf terkecil pada baris-baris selanjutnya yang masih dapat terbaca.
5. Catat hasil pemeriksaan.
Page 5
Hasil Praktikum
Nama OP Visus
Rahayu (20 tahun) OV OD 6/30
OV OS 6/21
Ratna Sari (20 tahun) OV OD 6/6
OV OS 6/6
Pembahasan
Pada o.p pertama, visusnya kurang dari 6/6. Artinya, kemungkinan besar o.p pertama miopia.
Ketika dikoreksi dengan lensa sferis mulai dari -1D, lensa negatif terlemah yang memberikan
visus maksimal adalah lensa -3.5D pada mata kanan dan kiri. Hal ini menunjukkan bahwa o.p
pertama mengalami kelainan refraksi miopi dan dapat dikoreksi dengan lensa sferis negatif
berkekuatan -3,5D.
Pada o.p kedua, visusnya 6/6. Artinya, o.p dapat melihat huruf pada jarak enam meter, yang oleh
orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak enam meter . Dalam hal ini o.p tidak perlu
diberikan lensa karena visusnya sudah normal.
Gambar 1
Page 6
Kesimpulan
Ketajaman penglihatan (visus) bergantung dari ketajaman fokus retina dalam bola mata dan
sensifitas dari interpretasi di otak. Untuk menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata
harus memproyeksikan gambaran yang fokus pada fovea. Ketajaman visus juga dipengaruhi oleh
diameter pupil. Mata memiliki kemampuan berefraksi untuk menghasilkan bayangan yang tepat
di retina. Kelainan-kelainan seperti miopi, hipermetropi, astigmatisme, dan afakia dapat diatasi
dengan penggunaan lensa yang tepat.
Lapang pandang manusia memiliki batas pada sudut-sudut tertentu, dan pada bagian
temporal terdapat area yang tidak terlihat karena adanya bintik buta pada posterior mata.
Penglihatan manusia bersifat binocular karena adanya titik identik pada kedua retina. Pada retina
terdapat berbagai macam fotoreseptor sehingga manusia bisa melihat bermacam warna.
Tujuan Praktikum: Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami kelainan buta warna atau
tidak
Teori Dasar
Buta warna adalah ketidakmampuan seseorang untuk membedakan warna tertentu. Pada
retina manusia normal terdapat 2 jenis sel yang sensitif terhadap cahaya. Yaitu sel batang (rod
cell) yang aktif pada cahaya rendah dan sel kerucut (cone cell) yang aktif pada cahaya intensitas
tinggi / terang. Sel kerucut ini yang membuat kita dapat melihat warna dan membedakan warna.
Pada kondisi normal sel kerucut mempunyai spectrum terhadap 3 warna dasar yaitu merah,
hijau, biru. Orang normal sel kerucutnya sensitive untuk 3 jenis warna ini. Pada orang tertentu
mungkin hanya 2 atau 1 atau bahkan tak ada sel krucut yang sensitive terhadap warna-warna
tersebut. Pada kasus ini orang ini akan menderita buta warna. Jadi buta warna biasanya
menyangkut warna merah, biru, hijau. Meski demikian ada juga orang yang sama sekali tak bisa
melihat warna, atau hanya tampak sebagai hitam dan putih. Namun kasus seperti ini jarang
terjadi.
Buta warna dapat terjadi karena faktor keturunan atau karena memang kita mengalami
kelainan pada retina, saraf optic dan mungkin juga pada otak kita. Sifat penurunannya bersifat X-
linked recessive. Artinya diturunkan melalui khromosom X. Hal ini menjelaskan bahwa buta
warna selalu ditemukan pada lelaki, sedangkan perempuan berfungsi sebagai carrier (pembawa
sifat tapi tidak terkena). Ada 3 jenis buta warna, yaitu :
Metode Ishihara
Menurut Guyton (1997) Metode ishihara yaitu metode yang dapat dipakai untuk menentukan
dengan cepat suatu kelainan buta warna didasarkan pada penggunaan kartu bertitik-titik, seperti
gambar 1. Kartu ini disusun dengan menyatukan titik-titik yang mempunyai bermacam-macam
warna. Pada gambar 1. orang normal akan melihat angka “74”, sedangkan penderita buta warna
merah-hijau akan melihat angka “21”.
gambar 1
Tes buta warna Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan
berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran.
Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan
warna seperti yang dilihat orang normal (pseudo-isochromaticism). Dalam tes buta warna
ishihara ini digunakan 38 plate atau lembar gambar. Dimana gambar-gambar tersebut memiliki
urutan 1 sampai 38.
Tata Kerja
1. Perlihatkan satu-persatu gambar yang terdapat dalam buku Ishihara.
2. Suruh o.p mengenali angka atau gambar yang terdapat di dalam buku ishihara.
3. Catat dan analisis hasil pemeriksaan.
Hasil Praktikum
Nama OP Hasil
Rahayu (20 tahun) −
Ratna Sari (tahun) −
Page 8
b. (+) artinya mengalami buta warna
Pembahasan
Pada pemeriksaan tes buta warna yang dilakukan pada o.p pertama maupun o.p kedua hasilnya
normal atau tidak mengalami buta warna. Yang perlu diperhatikan saat pemeriksaaan tes buta
warna adalah ruangan pemeriksaan harus cukup pencahayaan serta lama pengamatan untuk
membaca angka masing-masing lembar maksimal 10 detik.
Buta warna terjadi karena retina penangkap cahaya tidak dapat menangkap panjang gelombang
warna tertentu sehingga pasien sulit membaca atau membedakan warna. Persepsi warna
merupakan respon otak atas stimulus yang diterima oleh retina.
Page 9
PENGLIHATAN II
Teori Dasar
Lapang pandang masing-masing mata adalah area yang dapat dilihat oleh sebuah mata pada
suatu jarak tertentu. Dibagi menjadi bagian nasal (medial) dan bagian temporal (lateral). Proses
pemetaan lapang pandang disebut perimetri, dengan menggunakan alat yang disebut perimeter.
Perimetri dilakukan dengan menutup satu mata, dengan mata lain melihat pada suatu titik sentral
di depan matanya. Kemudian suatu bintik kecil cahaya atau benda kecil digerakkan ke arah titik
sentral ini di seluruh lapangan pandang, ke arah nasal dan lateral serta ke atas dan ke bawah, dan
orang yang diperiksa memberitahu jika bintik cahaya atau benda tersebut sudah terlihat dan bila
tidak terlihat. Pada saat yang sama, dibuat peta lapang pandang mata yang diperiksa, yang
menunjukkan area orang tersebut dapat atau tidak dapat melihat target. Dengan memperhatikan
lokasi dimana target tidak terlihat dan menjadi terlihat lagi, bintik buta juga dapat dipetakan.
Di bagian lapangan pandang yang ditempati diskus optikus terdapat sebuah titik buta (blind
spot). Titik buta di bagian lain lapangan pandang disebut skotoma. Pada retinitis pigmentosa,
bagian-bagian retina mengalami degenerasi dan terjadi pengendapan berlebihan pigmen melanin
di bagian-bagian ini. proses biasanya berawal di retina perifer dan kemudian meluas kearah
tengah.
Salah satu kegunaan perimetri yang penting adalah untuk mengetahui lokalisasi lesi di jaras
saraf penglihatan. Lesi pada saraf optik, kiasma optikum, traktus optikus, dan radiasio optika
menimbulkan pola daerah kebutaan lapang pandang yang berbeda. Kerusakan pada saraf optik
menimbulkan kebutaan pada mata tersebut. Kerusakan kiasma optikum menghambat penjalaran
impuls pada kedua retina bagian nasal yang berfungsi untuk melihat lapang pandang bagian
temporal. Gangguan pada traktus optikus memutuskan persarafan separuh bagian tiap retina pada
sisi yang sama dengan lesi. Akibatnya, kedua mata tidak dapat melihat objek pada sisi yang
Page 10
berlawanan. Keadaan ini disebut hemianopsia homonim. Kerusakan pada radiasio optika atau
pada korteks penglihatan juga akan menyebabkan hemianopsia homonim.
Tata Kerja
1. Suruh o.p. duduk membelakangi cahaya menghadap alat perimeter.
2. Tutup mata o.p. dengan sapu tangan.
3. Letakan dagu o.p. ditempat sandaran dagu yang dapat diatur tingginya, sehingga tepi bawah
mata kanannya terletak setinggi bagian tas batang vertikal sandaran dagu.
4. Pasang formulir untuk mata kanan disebelah belakang piringan perimeter.
Sebagai berikut:
a. Putar busur perimeter sehingga letaknya horizontal dan penjepit berada dibagian atas
perimeter.
b. Jepit formulir tersebut pada piringan sehingga garis 180-0 formulir letaknya berimpit
dengan garis 0-180 piringan perimeter, dan lingkaran konsentris formulir letaknya skala
perimeter
5. Suruh o.p. memusatkan penglihatannya pada titik fiksasi ditengah perimeter. Selama
pemeriksaan, penglihatan op harus tetap dipusatkan pada titik fiksasi tersebut.
6. Gunakan benda yang dapat digeser pada busur perimeter untuk pemeriksaan luas lapang
pandang. Pilih bulatan berwarna putih dengan diameter sedang (± 5mm) pada benda tersebut.
P-VI 3.3 Bagaimana caranya memilih warna dan mengatur diameter bulatan? dalam busur
perimetri, sudah tersedia bulatan dengan beberapa ukuran diameter bulatan. Setiap bulatan
terdiri dari beberapa warna berbeda, yaitu putih, merah, biru, kuning dan hijau. Kita hanya
tinggal mencari diameter yang sesuai dan memutar warna sesuai yang kita inginkan. Dalam
praktikum kali ini, kita menggunakan diameter sedang (± 5 mm) selanjutnya kita pilih warna,
dengan cara memutar bulatan sampai menemukan warna yang sesuai. Sebagai contoh, kita
ingin melalukan tes lapang pandang untuk mata kanan dengan warna merah. Maka kita putar
bulatan tersebut hingga tampak warna merah pada bulatan.
7. Gunakan perlahan bulatan putih itu menyusuri busur di tepi kiri o.p. ketengah tepat saat o.p.
melihat bulatan putih tersebut penggeseran benda dihentikan.
8. Baca tempat penghentian itu pada busur dan catat pada formulir dengan tepat.
P-VI 3.4 Bagaimana caranya mencatat tempat itu pada formulir? dalam busur perimetri
sudah dilengkapi oleh ukuran derajat yang sesuai. Sehingga saat O.P. sudah tidak bisa melihat
lagi warna pada bulatan, maka dititik itulah kita membaca sampai di derajat berapakah lapang
pandang matanya, kemudian pindahkan kedalam tabel.
9. Ulangi tindakan no 7 dan 8 pada sisi busur yang berlawanan tanpa mengubah posisi busur.
10. Ulangi tindakan no 7, 8 dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30° sesuai arah jarum dari
pemeriksa, sampai posisi busur vertikal.
11. Kembalikan busur pada posisi horizontal seperti semula, pada posisi ini tidak perlu dilakukan
pencatatan lagi.
12. Ulangi tindakan no 7, 8 dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30° sesuai arah jarum dari
pemeriksa, sampai tercapai posisi busur 60° dari bidang horizontal.
13. Periksa juga lapang o.p. untuk berbagai warna lain : Merah, Hijau, Kuning dan Biru seperti
cara diatas.
14. Lakukan juga pemeriksaan lapang pandang untuk mata kiri hanya dengan bulatan berwarna
putih.
Page 11
P-VI.3.5 Apa kriteria lapang pandang yang normal untuk cahaya putih dan berwarna? pada
pemeriksaan lapang pandang, kita menentukan batas perifer dari penglihatan, yaitu bats sampai
dimana benda dapat dilihat jika mata difiksasi pada satu titik. Lapang pandang normal adalah
memiliki bentuk tertentu, dan tidak sama kesemua arah.
Ada 4 fotopigmen berbeda, 1 di sel batang dan masing masing di 3 sel kerucut rodopsin.
Fotopigmen menyerap semua panjang gelombang cahaya, oleh karena itu sel batang hanya
mendeteksi perbedaan intensitas, memberi bayangan abu-abu. Tanpa mendekripsikan perbedaan
warna. Sedangkan foto pigmen diketiga jenis sel kerucut-kerucut merah, hijau, biru berespon
selektif terhadap berbagai gelombang cahaya, sel kerucut inilah yang menyebabkan kita dapat
membedakan berbagai warna.
Page 12
Hasil Praktikum
Kanan Kiri Kanan Kiri Kana Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri
n
180° 50° 60° 65° 55° 55° 55° 50° 50° 53° 50°
150° 60° 45° 65° 55° 60° 55° 60° 60° 55° 55°
120° 50° 40° 65° 45° 60° 45° 60° 45° 60° 40°
90° 35° 40° 50° 45° 45° 45° 40° 40° 35° 40°
Pembahasan
Dari hasil percobaan yang dilakukan, didapatkan nilai lapangan pandang pada meridian tertentu
lebih rendah dari nilai normalnya. Namun beberapa meridian memiliki nilai lapangan pandang
yang normal. Secara keseluruhan, diketahui bahwa total kumulatif luas lapangan pandang pada
o.p. lebih rendah dari nilai normal. Kemungkinan hal ini disebabkan karena ada kesalahan
selama proses percobaan, seperti misalnya posisi derajat busur yang kurang akurat atau karena
bulatan putih yang warnanya sudah agak kusam (sehingga lebih sulit terlihat).
Page 13
Kesimpulan
Lapang pandang terjauh adalah ketika melihat bulatan berwana merah, hijau dan biru hal ini
dikarenakan fotopigmen di ketiga sel kerucut merah, biru, hijau berespon selektif terhadap
berbagai panjang gelombang cahaya.
LENSA TIPIS
Tujuan Percobaan
Menentukan jarak focus lensa cembung (konvergen) dan cekung (divergen) serta sifat bayangan.
Benda h
O f h’
bayangan
h’
b
Page 14
Gambar 1.Diagram pembentukanbaynganolehlensakonvergen. f =titik focus, O = pusatsumbu
optic lensa.
(2)
Munculnya tanda negatif hanya karena keinginan agar jika m positif untuk bayangan tegak dan
negative untuk bayangan terbalik.Jika dihalangkan tanda negative dari rumus (2) maka
perjanjiannya akan terbalik.
Posisi-b Posisi-k
(+) h’ (+)
Benda h
h’
h’ h’
h’
Page 15
h’
Gambar 2. Dua kedudukan lensa positif yang membentuk bayangan tajam pada tabir.
Pada gambar tersebut, posisi-b dan posisi-k masing-masing menyatakan posisi lensa yang
menghasilkan bayangan tajam diperbesar dan diperkecil, sedangkan
a = jarak benda ke tabir.
d = jarak antara dua kedudukan lensa yang menghasilkan bayangan tajam yang diperbesar dan
diperkecil.
vb = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar.
bb = jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar.
vk = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil.
bk = jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil.
Mengacu pada gambar 2 terlihat bahwa
d=v k −v b ( 3 a )
¿ b b−b k ( 3 b )
¿ b b−v b ( 3 c )
a−d
v b=
2
a+d
b b=
2
(4)
Benda
Page 16
v
Gambar 3. Menentukan panjang focus lensa(+) dengan bantuan cermin datar.
Oleh lensa, berkas sinar yang berasal dari benda akan dibiaskan dalam berkas sejajar sehingga
terbentuk bayangan di tempat tak berhingga. Selanjutnya oleh cermin datar berkas ini akan
dipantulkan dan kemudian dibiaskan kembali oleh lensa sehingga terbentuk bayangan sama
besar pada bidang focus/benda.
(6)
Dengan f adalah jarak dua sumbu optik lensa. Jika kedua lensa itu tipis dan diimpitkan maka t=0
sehingga.
1 1 1
= +
f g f1 f2
(7)
b+
Benda h
b-
f+ f- h’
B-
v+ d
O-
Page 17
v-
Gambar 4. Pembentukan bayangan oleh gabungan lensa konvergen dan divergen, O- adalah bayangan
nyata yang dibentuk oleh lensa positif dan bayangan ini menjadi objek/benda maya lensa divergen (-).
B- adalah bayangan nyata yang dibentuk lensa divergen dari benda O-.
3. Jalannya Percobaan
4-1. Menentukan Jarak Fokus Lensa Konvergen
Merujuk pada teori di atas makan penentuan jarak fokus lensa konvergen dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu Bessel, Gauss, dan bantuan cermin datar.
Page 18
3. Catat jarak benda ke lensa (lihat tabel data)
4. Ulangi percobaan ini sampai 5 kali.
Bagian Fisika
Universitas YARSI, Fakultas Kedokteran
Data Percobaan 01 : Lensa Objektif
Hari/tanggal : 13 Februari 2012
Nama : Ramacil Nama Partner : Reza
NIM : 1102009235 NIM : 1102009241
Page 19
4-1. Menentukan Jarak Fokus Lensa Konvergen
4-1-A. Cara Gauss
Tinggi benda h = 2,5
No. v (cm) b (cm) h’(cm) Tegak/terbalik Mr=h’/h M=b/v f
Page 20
¿
f-= V −x b− v−+b−¿ ¿ ¿
Pembahasan
a. Cara Gauss
Didapatkan bayangan benda yang terbentuk adalah terbalik pada semua percobaan sesuai dengan
hukum lensa cembung (konvergen) yang bersifat maya dan terbalik. Terlihat dari hasil pada M
didapatkan nilai yang negatif.
b. Cara Bessel
Pada percobaan pertama dengan jarak benda 90 cm didapatkan jarak benda yang mendapatkan
bayangan diperbesar (vb) 33 cm, jarak benda yang mendapatkan bayangan diperkecil (vk) 59
cm, dengan jarak 2 lensa (d) 26 cm diperoleh titik focusnya yaitu 20,62 cm.
Pada percobaan kedua dengan jarak benda 95 cm didapatkan jarak benda yang mendapatkan
bayangan diperbesar (vb) 31 cm, jarak benda yang mendapatkan bayangan diperkecil (vk) 65
cm, dengan jarak 2 lensa (d) 34 cm diperoleh titik focusnya yaitu 20,70 cm.
Pada percobaan ketiga dengan jarak benda 100 cm didapatkan jarak benda yang mendapatkan
bayangan diperbesar (vb) 29 cm, jarak benda yang mendapatkan bayangan diperkecil (vk) 72
cm, dengan jarak 2 lensa (d) 43 cm diperoleh titik focusnya yaitu 20,37 cm.
Pada percobaan keempat dengan jarak benda 105 cm didapatkan jarak benda yang mendapatkan
bayangan diperbesar (vb) 29 cm, jarak benda yang mendapatkan bayangan diperkecil (vk) 77
cm, dengan jarak 2 lensa (d) 48 cm diperoleh titik focusnya yaitu 20,76 cm. Pada percobaan
keempat dengan jarak benda 109 cm didapatkan jarak benda yang mendapatkan bayangan
diperbesar (vb) 27 cm, jarak benda yang mendapatkan bayangan diperkecil (vk) 82 cm, dengan
jarak 2 lensa (d) 55 cm diperoleh titik focusnya yaitu 20,31 cm.
c. Lensa Divergen
Dari percobaan lensa tipis kami memperoleh bayangan yang belum jelas karena jaraknya belum
diatur. Pada percobaan pertama didapatkan jarak benda lensa positif 39 cm, jarak bayangan
lensa positif 41 cm, jarak benda lensa negatif -3 cm, jarak bayangan lensa negative 25cm,
diperoleh jarak antar lensa 38 cm dan terbentuk titik focus – 3,40.
Pada percobaan kedua didapatkan jarak benda lensa positif 44 cm, jarak bayangan lensa positif
39 cm, jarak benda lensa negative -12 cm, jarak bayangan lensa negative 26 cm , diperoleh jarak
antar lensa 27 cm dan terbentuk titik focus – 22,28.
Page 21
Pada percobaan ketiga didapatkan jarak benda lensa positif 41 cm, jarak bayangan lensa positif
39 cm, jarak benda lensa negative -9 cm, jarak bayangan lensa negative 28 cm , diperoleh jarak
antar lensa 30 cm dan terbentuk titik focus – 13,26.
Pada percobaan keempat didapatkan jarak benda lensa positif 31 cm, jarak bayangan lensa
positif 57 cm, jarak benda lensa negative -14 cm, jarak bayangan lensa negative 19 cm,
diperoleh jarak antar lensa 43 cm dan terbentuk titik focus – 53,2.
Pada percobaan kelima didapatkan jarak benda lensa positif 28 cm, jarak bayangan lensa positif
70 cm, jarak benda lensa negative -8 cm, jarak bayangan lensa negative 18 cm , diperoleh jarak
antar lensa 62 cm dan terbentuk titik focus – 14,4.
d. Cermin Datar
Pada percobaan diatas didapatkan hasil v = f, yaitu pada percobaan pertama v1 = 10 cm dan
f1=10 cm, kemudian v2 = 20 dan f2= 20cm, hal ini dikarenakan sifat cermin datar yang
menghasilkan bayangan sama besar dalam bidang fokus atau benda.
Kesimpulan
Untuk menghitung jarak fokus lensa konvergen dan divergen dapat digunakan 3 cara yaitu
cara Gauss, Bessel, dengan bantuan cermin datar, dan cara gabungan.
Panjang fokus ditentukan oleh jarak benda ke lensa dan jarak bayangannya ke lensa pada
metode konvensional, jarak benda bayangan dan jarak 2 posisi lensa yang bayangannya bagus
pada metode Bessel, panjang fokus lensa cembung dan jarak benda bayangan serta jarak 2 posisi
lensa yang bayangannya bagus pada metode kombinasi
Sifat konvegen/divergen dari suatu lensa tidak mungkin berubah.
Kesimpulan pada lensa tipis adalah semakin jauh jarak benda maka semakin jauh pula jarak
bayangan dan sebaliknya semakin dekat jarak benda semakin dekat pula jarak bayangan. Dalam
hal ini jarak sangat berpengaruh terhadap fokus bayangan.
Saran
Agar percobaan ini dapat memperoleh hasil yang maksimal maka hal-hal berikut harus
diperhatikan :
*Mengukur jarak benda dan jarak bayangan dengan memperhatikan ketilian alat ukur yang
digunakan.
*Menentukan letak bayangan yang jelas dan tajam
Page 22
PRAKTIKUM 2
Page 23
TES FUNGSI PENDENGARAN DENGAN GARPU TALA
Tujuan Praktikum
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :
1. Mendemonstrasikan cara untuk melakukan tes pendengaran yang benar.
2. Memahami hasil interprestasi dari hasil percobaaan dari tes pendengaran yang didapat.
Alat-alat yang diperlukan: Garpu tala
Teori Dasar
a. Test Rinne
Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang dengan
hantaran udara pada satu telinga pasien. Ada 2 macam tes rinne, yaitu :
Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada
planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar
bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes
Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien
tidak dapat mendengarnya.
Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak
lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan meatus akustikus
eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus
eksternus lebih keras dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes
rinne positif jika pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya
tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau
lebih keras dibelakang.
Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun
pasien. Kesalahan dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak lurus, tangkai
garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa
karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal.
Page 24
Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak
mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala di planum mastoid pasien.
Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah berhenti saat kita memindahkan garputala
kedepan meatus akustukus eksternus.
Test Weber
Tujuan melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga
pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya
kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar
atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga
maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar
atau sam-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi.
Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan terdengar
diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis pada MAE atau cavum timpani missal: otitis
media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau pus di dalam cavum timpani ini
akan bergetar, biala ada bunyi segala getaran akan didengarkan di sebelah kanan.
Test Swabach
Bertujuan untuk membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa
(normal) dengan probandus. Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada
puncak kepala probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin
melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala tidak
mendengar suara garputala, maka penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak
kepala orang yang diketahui normal ketajaman pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding
dua kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar suara, atau tidak mendengar suara.
Tabel 1. Membedakan Tuli konduktif dan Tuli Sensorineural pada Tes Garputala
Metode Meletakkan garpu tala Meletakkan garpu tala yang Konduksi tulang
yang bergetar pada dahi bergetar di prosesus mastoid pasien dibandingkan
hingga subjek tidak dengan pemeriksa
mendengar lalu di (normal).
dipindahkan ke depan telinga
Normal Mendengar sama pada Mendengar vibrasi di udara Sama panjang antara
kedua telinga. setelah konduksi tulang pemeriksa dan pasien.
selesai.
Tuli Konduktif Suara terdengar pada Vibrasi di udara tidak Konduksi tulang
telinga sakit karena terdengar setelah konduksi di lebih baik
tidak adanya masking tulang selesai. dibandingkan normal
effect pada sisi yang (defek konduksi
sakit. meniadakan masking
effect).
Tuli Suara terdengar pada Vibrasi pada udara terdengar Konduksi tulang
Page 25
Sensorineural telinga normal. setelah konduksi tulang lebih buruk
selesai, sepanjang tuli dibandingkan normal.
sarafnya parsial.
Hasil pemeriksaan
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan pada kedua o.p, maka didapatkan interpretasi hasil normal. Hal ini
menunjukan tidak adanya kelainan pendengaran pada kedua o.p.
VI.4.1. PENDENGARAN
Tujuan Praktikum
Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:
1. Mengukur ketajaman pendengaran dengan menggunakan audiometri
(pemeriksaan audiometri).
2. Membuat kesimpulan mengenai “hearing loss” dari hasil pemeriksaan audiometri sehingga
dapat menetapkan apakah pendengaran orang percobaan dalam batas-batas normal atau tidak.
Alat-alat yang diperlukan :
1. Audiometer merek ADC. Lengkap dengan telepon telinga dan formulir.
2. Penala berfrekuensi 256:
3. Kapas untuk menyumbat telinga.
Teori Dasar
Pemeriksaan audiometri
Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri. Alat ini menghasilkan nada-
nada murni dengan frekuensi melalui aerophon. Pada sestiap frekuensi ditentukan intensitas
ambang dan diplotkan pada sebuah grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal. Hal ini
menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian dan gambaran mengenai rentang nada yang
paling terpengaruh.
a. Definisi
Page 26
Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar dan mengukur (uji
pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur ketajaman pendengaran,
tetapi juga dapat dipergunakan untuk menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang
menimbulkan gangguan pendengaran.
Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara, audiologis dan pasien
yang kooperatif. Pemeriksaan standar yang dilakukan adalah :
*Audiometri nada murni
Suatu sistem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan
bunyi nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-8000 dan dapat diatur
intensitasnya dalam satuan (dB). Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala dan
vibrator tulang ketelinga orang yang diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk menukur
ketajaman pendengaran melalui hantaran udara dan hantran tulang pada tingkat intensitas nilai
ambang, sehingga akan didapatkankurva hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan membaca
audiogram ini kita dapat mengtahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran
audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran normal dan berusia sekitar 20-29 tahun
merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk nada murni.
Kehilangan Klasifikasi
dalam (decibel)
*Audiometri tutur
Audiometri tutur adalah sistem uji pendengaran yang menggunakan kata-kata terpilih yang
telah dibakukan, dituturkan melalui suatu alat yang telah dikaliberasi, untuk mengukur beberapa
aspek kemampuan pendengaran. Kata-kata tersebut dapat dituturkan langsung oleh pemeriksa
melalui mikropon yang dihubungkan dengan audiometri tutur, kemudian disalurkan melalui
telepon kepala ke telinga yang diperiksa pendengarannya, atau kata-kata rekam lebih dahulu
pada piringan hitam atau pita rekaman, kemudian baru diputar kembali dan disalurkan melalui
audiometer tutur. Penderita diminta untuk menirukan dengan jelas setip kata yang didengar, dan
apabila kata-kata yang didengar makin tidak jelas karena intensitasnya makin dilemahkan,
Page 27
pendengar diminta untuk menebaknya. Pemeriksa mencatatat presentase kata-kata yang ditirukan
dengan benar dari tiap denah pada tiap intensitas.
Dari audiogram tutur dapat diketahui dua dimensi kemampuan pendengaran yaitu :
a) Kemampuan pendengaran dalam menangkap 50% dari sejumlah kata-kata yang dituturkan
pada suatu intensitas minimal dengan benar, yang lazimnya disebut persepsi tutur atau NPT,
dan dinyatakan dengan satuan de-sibel (dB).
b) Kemamuan maksimal perndengaran untuk mendiskriminasikan tiap satuan bunyi (fonem)
dalam kata-kata yang dituturkan yang dinyatakan dengan nilai diskriminasi tutur atau NDT.
Pada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan komunikasi, apabila seseorang masih memiliki
sisa pendengaran diharapkan dengan bantuan alat bantu dengar (ABD/hearing AID) suara yang
ada diamplifikasi, dikeraskan oleh ABD sehingga bisa terdengar. Prinsipnya semua tes
pendengaran agar akurat hasilnya, tetap harus pada ruang kedap suara minimal sunyi. Karena
kita memberikan tes paa frekuensi tertetu dengan intensitas lemah, kalau ada gangguan suara
pasti akan mengganggu penilaian.
b. Manfaat audiometri
Untuk kedokteran klinik (khususnya penyakit telinga), untuk kedokteran klinik (kehakiman,
tuntutan ganti rugi), untuk kedokteran klinik pencegahan, deteksi ketulian pada anak-anak
Page 28
gambar 2. Normal gambar 3. CHL
gambar 4. SNHL
I. AUDIOMETER
Pada bagian muka audiometer ADC terdapat berbagai tombol dan skala (lihat gambar) yang
berungsi sebagai berikut :
Tombol1 (T) : tombol utama (gunanya untuk menghidupkan atau mematikan ala1).
Tombol2 (T2) : tombol frekuensi nada
Dengan menggunakan T2 ini kita memilih frekuensi nada yang dapat dibangkitkan oleh ala1.
Frekuensi tersebut dapat dibaca pada skala (82) yang dinyatakan dalam satuan hertz.
P-VIA. 2 Apa yang dimaksud dengan frekuensi hertz? hertz merupakan satuan frekuensi yang
menandakan banyakanya suatu gelombang dalam 1 detik.
Page 29
P-VI.3 Apa yang dimaksud dengan satuan decibel? Desibel (dB) adalah satuan untuk
mengukur intensitas suara. Satu desibel ekuvalen dengan sepersepuluh Bel. Huruf "B" pada dB
ditulis dengan huruf besar karena merupakan bagian dari nama penemunya, yaitu Bell.
Desibel juga merupakan sebuah unit logaritmis untuk mendeskripsikan suatu rasio. Rasio
tersebut dapat berupa daya (power), tekanan suara (sound pressure), tegangan atau voltasi
(voltage), intensitas (intencity), atau hal-hal lainnya. Terkadang. dB juga dapat dihubungkan
dengan Phon dan Sone (satuan yang berhubungan dengan kekerasan suara).
Tombol4 (T4) : tombol pemilih telepon telinga bila tombol ini menunjukan ke “B”, berarti nada
yang dihantarkan ketelepon berwarnahitam (black). Bila tombol menunjukan ke “G” yang
bekerja hanya telepon kalbu (Grey).
Tombol 5 (T5) : tombol penghubung nada. Dengan memutar tombol ini kekiri, nada akan
terdengar ditelepon bila tombol dilepas, nada tidak terdengar lagi.
P-VIA. Apa yang dimaksud pemutus nada pemeriksaan? maksud pemutusan nada pada
pemeriksaan adalah melepas tombol sehingga nada tidak terdengar lagi untuk menguji apakah
o.p benar-benar mendengar atau hanya pura-pura mendengar.
Tata Kerja
1. Pemeriksaan menyiapkan alat sebagai berikut:
a. putar tombol utama (T1) pada “Off”.
b. putar tombol frekuensi nada (T2) pada 125.
c. putar tombol kekuatan nada (T3) pada -10dp.
P-VIA. 5 Apa arti fisikologis intensitas 0 dp pada alat ? 0 db sama dengan tingkat tekanan
yang mengakibatkan gerakan molekul udara dalam keadaan udara diam, yang hanya dapat
terdeteksi dengan menggunakan instrumen fisika, dan tidak akan terdengar oleh telinga
manusia.
Oleh karena itu, di dalam audiologi ditetapkan tingkat 0 yang berbeda, yang disebut 0 dB klinis
atau 0 audiometrik. Nol inilah yang tertera dalam audiogram, yang merupakan grafik tingkat
ketunarunguan. Nol audiometrik adalah tingkat intensitas bunyi terendah yang dapat terdeteksi
oleh telinga orang rata-rata dengan telinga yang sehat pada frekuensi 1000 Hz.
2. Hubungan audiometer dengan sumbu listrik (125V) dan putar T1 ke “ON”, 51 dan 52 akan
menyala, bila tidak demikian halnya laporkan pada supervisior.
3. Suruhlah orang percobaan duduk membelakangi audiometer dan pasanglah telepon pada
telinganya sehingga telepon “Black” ditelinga kiri.
4. Berikan petunjuk pada orang percobaan untuk mengacungkan tangannya ke atas pada saat
mulai dan selama ia mendengar nada melalui salah satu telepon, dan menurunkan tangannya
pada saat nada mulai tidak terdengar lagi.
5. Tunggulah 2 menit lagi untuk “memanaskan” alat.
6. Putarlah T5 ke kiri dan pertahankanlah selama pemeriksaan.
Page 30
7. Putarlah tombol kekuatan T3 perlahan-lahan searah dengan jarum jam sampai orang
percobaan mengacungkan tangannya keatas.
8. Teruskanlah memutarkan tombol tersebut sebesar 10 db dan kemudian putarlah tombol T3
tersebut perlahan-lahan berlawanan dengan jarum jam sampai orang percobaan menurunkan
tangannya. Catatlah angka db pada saat itu.
9. Ulangilah tindakan 7 dan 8 dua kali lagi dan ambillah angka terkecil sebagai “hearing loss”
orang percobaan pada frequency 125 Hz.
10. Selama percobaan ini lepaskanlah sekali-kali T5 pada waktu orang percobaan mengacungkan
tangannya untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar mendengar nada atau hanya pura-
pura mendengar.
11. Ukurlah, “hearing loss” untuk telinga yang sama dengan cara yang sama pula pada requency
250,500,1000,2000,4000,8000,12000 Hz dan catatlah data hasil pengukuran pada formulir yang
telah disediakan.
12. Ulangi seluruh pengukuran ini untuk telinga yang lain.
13. Buatlah audiogram orang percobaan pada formulir yang telah disediakan dengan data yang
diperoleh pada pengukuran
Page 31
Dari skema di atas dapat disimpulkan bahwa o.p memiliki kemampuan pendengaran dalam
batas normal yang tercatat dalam bentuk angka terkecil (ambang) suara yang masih dapat
didengar dalam setiap frekuensi suara yang berbeda. Karena hasil dari pengukuran percobaan
dengan alat audiometri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah: faktor alat
(kondisi dan kualitas baik atau tidak), faktor ruangan yang tidak kedap suara, faktor kemampuan
konsentrasi/memusatkan pikiran o.p (sebaiknya konsentrasi o.p tidak terganggu dengan kondisi
suara sekitar dan fokus pada pemeriksaan), dan faktor hantaran (udara dan tulang).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan menggunakan audiogram o.p dinyatakan normal. Semakin tinggi
frekuensi suara maka intensitas yang dapat didengar semakin rendah.
PRAKTIKUM 3
Page 32
SISTEM SENSORIK
Tujuan Praktikum
Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:
1. Membedakan perasaan subjektif panas dan dingin.
2. Menetapkan adanya titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri dikulit.
3. Memeriksa daya menentukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi taktil).
4. Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada perangsangan
serentak (simultan) dan perangsangan berurutan (suksetif).
5. Menentukan adanya perasaan iringan dan menerangkan mekanisme terjadinya (after image).
6. Memeriksa daya membedakan berbagai sifat benda:
a. Kekerasan permukaan
b. Bentuk
c. Bahan pakaian
7. Memeriksa daya menetukan sikap anggota tubuh.
8. Mengukur waktu reaksi.
9. Menyebutkan faktor-faktor sikap anggota tubuh.
Page 33
Alat yang diperlukan
1. 3 waskom dengan air bersuhu 20˚C, 30˚C dan 40˚C.
2. Gelas beker dan termometer kimia.
3. Alkohol atau eter.
4. Es.
5. Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut Frey dan jarum.
6. Pensil + jangka + pelbagai jenis amplas + benda-benda kecil + bahan-bahan pakaian.
7. Mistar pengukur reaksi.
Teori Dasar
Fungsi sel saraf adalah mengirimkan impuls yang berupa rangsang. Setiap neuron terdiri dari
satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua
macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit). Setiap neuron hanya mempunyai satu
akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson
terdapat lapisan lemak disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel
pada akson.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu sel
saraf sensorik, sel saraf motorik, dan sel saraf intermediet.
a. Sel saraf sensorik berfungsi menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak
(ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori
berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).
b. Sel saraf motorik berfungsi mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar
yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motorik berada
di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi,
sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.
c. Sel saraf intermediet atau sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf
pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motorik dengan sel saraf sensorik. Sel saraf
intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya.
Reseptor sensorik berupa sel-sel khusus atau proses sel yang memberikan informasi tentang
kondisi di dalam dan diluar tubuh kepada susunan saraf pusat. Indera peraba dikulit adalah
indera yang digunakan untuk merasakan sensitivitas temeperatur, nyeri, sentuhan, tekanan,
getaran dan proprioseptif.
Nosiseptor
Reseptor nyeri /nosiseptor terletak pada daerah superficial kulit, kapsul sendi, dalam periostes
tulang sekitar dinding pembuluh darah. Reseptor nyeri merupakan free nerve ending dengan
daerah reseptif yang luas, sebagai hasilnya sering kali sulit membedakan sumber rasa nyeri yang
tepat. Nosiseptor sensitif terhadap temperatur yang ekstrim, kerusakan mekanis dan kimia seperti
mediator kimia yang dilepaskan sel yang rusak. Rangsangan pada dendrite di nosiseptor
menimbulkan depolarisasi, bila segmen akson mencapai batas ambang dan terjadi potensial aksi
di susunan saraf pusat.
Termoreseptor
Temperatur reseptor/termoreseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada dermis, otot
skeletal, liver, hipotalamus. Reseptor dingin tiga/empat kali lebih banyak daripada reseptor
Page 34
panas. Tidak ada strukur yang membedakan reseptor dingin dan panas. Sensasi temperature
diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Termoreseptor merupakan phasic
reseptor, aktif bila temperatur berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperatur yang stabil.
Mekanoreseptor
Mekanoreseptor sangat sensitif terhadap rangsangan yang terjadi pada membran sel. Membran
sel memiliki regulasi mekanis ion channel dimana bias terbuka ataupun tertutup bila ada respon
terhadap tegangan, tekanan dan yang bias menimbulkan kelainan pada membrane. Terdapat tiga
jenis mechanoreseptor antara lain:
- Tactile reseptor memberikan sensai sentuhan, tekanan dan getaran. Sensasi sentuhan
memberikan inforamsi tentang bentuk atau tekstur, dimana tekanan memberikan sensasi
derajat kelainan mekanis. Sensasi getaran memberikan sensasi denyutan/ debaran.
- Baroreseptor untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan pada dinding pembuluh darah
dan pada tractus digestivus, urinarius dan sistem reproduksi.
- Proprioseptor untuk memonitor posisi sendi dan otot, hal ini merupakan struktur dan
fungsi yang kompleks pada reseptor sensoris.
Kemoreseptor
Kemoreseptor tidak mengirim informasi pada korteks primer sensoris, jadi kita tidak tahu adanya
sensasi yang diberikan kepada reseptor tersebut. Saat informasi datang lalu diteruskan menuju
batang otak yang merupakan pusat otonomik yang mengatur pusat respirasi dan fungsi
cardiovascular.
Tata Kerja
Page 35
Hal ini terjadi karena pada saat waskom yang berisi air biasa ada pengurangan kalor pada tangan
kiri (dari hangat sampai dingin) dan ada penambahan kalor pada tangan kanan (dari dingin
sampai hangat). Pada kulit punggung tangan terasa lebih dingin setelah dibasahi dengan alcohol
atau eter.
Kesimpulan
Kulit berfungsi sebagai thermoreseptor, terdapat perbedaan subyektif antara rasa panas dan
dingin. Untuk mendeteksi rasa panas melalui reseptor Ruffini’s dan untuk mendeteksi rasa dingin
melalui reseptor Krause.
6. Selidiki pula menurut cara diatas titik-titik yang memberikan kesan tekan dengan
menggunakan estesiometer rambut Frey dan titik-titik yang memberikan kesan nyeri pada
jarum.
7. Gambarkan dengan simbol yang berbeda semua titik yang diperopleh pada lukisan tangan
dikertas.
VII.3. Menurut teori, kesan apakah yang akan diperoleh bila titik dingin dirangsang oleh
benda panas? Bagaimana keterangannya?
Tidak terdapat reaksi karena pada titik tersebut hanya terdapat reseptor dingin dimana
reseptor tersebut bekerja bila diberikan rangsangan dingin.
Hasil Praktikum dan Pembahasan
OP. Raka Aditya ( 20 tahun)
Page 36
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan pada o.p dapat menyimpukan bahwa sensasi titik panas dan dingin
dapat teraba jelas berada pada daerah tengan dari pada tangan. Disini terlihat bahwa reseptor-
reseptor panas dan dingin pada daerah tangan terbanyak terletak pada daerah tengah, dan juga
bukan karena reseptor-resptor panas dingin saja yang banyak tetapi juga karena di daerah tengah
tangan sedikit lebih curam, ini menandakan disana lebih sedikit jaringan lemaknya sehingga
sensasi titik panas dan dingin lebih terasa.
III. Lokalisasi Taktil
1. Tutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu titik dikulit ujung jarinya.
2. Suruh sekarang orang percobaan melokalisasi tempat yang baru dirangsang tadi dengan
ujung sebuah pensil pula.
3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk.
4. Ulangi percobaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari, telapak
tangan, lengan bawah, lengan atas dan tengkuk.
VII.4. Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh
bagian tubuh? Kemampuan lokalisasi taktil pada seluruh bagian tubuh berbeda-beda.
Reseptor taktil adalah mekanoreseptor. Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan
kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula, seperti pada ujung jari dan bibir yang akan
lebih sensitif terhadap rangsangan dibanding telapak tangan, lengan atas dan tengkuk.
Page 37
Lokalisasi taktil
Jarak titik di kulit ujung jari = 0 cm
Jarak titik di telapak tangan = 0,6 cm
Jarak titik di lengan bawah = 1cm
Jarak titik di lengan atas = 1 cm
Jarak titik di tengkuk = 2,5 cm
Dari data yang didapatkan lokalisasi taktil yang dilakukan normal. Hampir semua informasi
mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda spinalis melalui akar dorsal saraf
spinal yang sesuai.
Kesimpulan
Kemampuan lokalisasi taktil seseorang tidak sama besar pada seluruh bagian tubuh. Reseptor
taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula.
3. Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan diatas ambang. Ambil angka ambang
terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.
4. Lakukan percobaan diatas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan kedua ujung
jangka secara berturut-turut (suksetif).
5. Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksetif) ambang membedakan dua titik
ujung jari, tengkuk, bibir, pipi dan lidah.
6. Berikan sekarang jarak kedua ujung jangka yang sebesar-besarnya yang masih dirasakan oleh
kulit pipi depan telinga sebagai satu titik. Dengan jarak ini gerakan jangka itu dengan
ujungnya pada kulit kearah pipi muka, bibir atas dan bibir bawah. Arah gerakan harus tegak
lurus terhadap garis yang menghubungkan kedua ujung jangka.
7. Catat apa yang saudara alami.
Diskriminasi taktil
Page 38
Ujung jari = 0,4 cm
Tengkuk = 0,3 cm
Bibir = 0,7 cm
Pipi = 0,6 cm
Lidah = 0,5 cm
Dari data yang didapatkan dari praktikum diskriminasi taktil, apabila kedua titik menyentuh
lapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan sebagai satu titik. TPL (Two Point
Localization) lebih peka pada bagian yang menonjol, seperti bibir, pipi. Jarak tusuk 1 dan 2
tergantung waktu, jadi waktu mempengaruhi sehingga ada penyebaran sensasi.
Kesimpulan
Dikriminasi titik merupakan kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda
dari dua ujung disebut diskriminasi dua titik. Berbagai daerah tubuh bervariasi dalam
kemampuan membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisahan bervariasi.
Kesimpulan
Sensasi merupakan suatu perasaan yang timbul sebagai akibat adanya stimulus reseptor. Sensasi
yang berlangsung secara terus menerus disebut sensasi beriringan (after image).
Page 39
2. Perhatikan kemampuan orang percobaanm untuk membedakan derajat kekasaran ampelas.
Hasil praktikum
OP. Ravi Krista ( 21 tahun)
Dari 3 kain yang diberikan op dapat menyusun letak kebenaran dari kasar sampai ke yang halus
dengan benar. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan membedakan derajat kekasaran pada op
normal.
Kesimpulan
Kemampuan dapat membedakan berbagai sifat benda menunjukkan bahwa sifat sensoris baik.
B. Bentuk benda
1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan memegang-megang benda-benda kecil yang
saudara berikan.
2. Suruh orang percobaan menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu.
Hasil praktikum
OP. Ravi Krista ( 21 tahun)
Dari 3 benda yang diberikan op dapat menyebutkan dan membedakan semua dengan benar.
Sehingga dapat disimpulkan kemampuan membedakan bentuk benda pada op normal.
Kesimpulan
Kita dapat membedakan benda-benda tanpa melihat bentuknya. Proses berperan adalah reseptor
kinaesthesi. Bentuk dan berat benda dapat dibedakan dengan reseptor tekanan yang digeserkan.
Pada tempat di mana tidak ada rambut, tetapi dengan kepekaan yang besar terdapat stimulus
taktil, ternyata mempunyai corpuscullum tactus.
C. Bahan pakaian
1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba bahan-bahan pakaian yang saudara
berikan.
2. Suruh orang percobaan setiap kali menyebutkan jenis/bentuk benda-benda itu.
VII.8. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda
(ukuran, bentuk, berat, permukaan), apa kelainan neurologis yang dideritanya?
Terjadi lesi pada lobus parietal yang tidak dominan gangguannya disebut “agnosia”. Jika
pasien mempunyai daya visus normal dan tidak dapat mengenali benda disebut “agnosia
visual”. Jika ketidakmampuan seorang pasien mengenali sebuah benda dengan palpasi
tanpa adanya gangguan sensorik sebut “agnosia taktil”.
Hasil Praktikum
OP. Ravi Krista (21 tahun)
Dari 3 kain yang diberikan op dapat menyebutkan jenis/benda yang diberikan dengan benar.
Sehingga dapat disimpulkan kemampuan membedakan pada op normal.
Kesimpulan
Kepekaan kulit yang berambut terhadap stimulus besar, sehingga diduga bahwa akhiran syaraf
yang mengelilingi foliculus rambut adalah reseptor taktil.
Page 40
VII. Tafsiran Sikap
1. Suruh orang percobaan duduk dan tutup mata.
2. Pegang dan gerakan secara pasif lengan bawah orang percobaan kedekat kepala, kedekat
dadanya, kedekat lututnya dan akhirnya gantungkan disisi badannya.
3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan.
4. Suruh orang percobaan dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung dan dahinya dengan
perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya.
5. Perhatikan apakah ada kesalahan.
VII.9. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam melikalisasi tempat-tempat yang
diminta, apa nama kelainan neurologis yang dideritanya?
Apabila pasien tidak mampu mengenali tubuh pasien sendiri disebut “autopagnosia”. Jika
pasien tidak mampu melakukan suatu gerakan volunter tanpa adanya gangguan dalam
kekuatan, sensasi atau koordinasi motorik disebut “apraksia”, dan jika pasien dapat
mendengar dan memahami perintah tetapi tidak dapat mengintegrasikan aktivitas motorik
yang akan melakukan gerakan itu disebut “dispraksia”.
Hasil Praktikum
OP. Ravi Krista (21 tahun)
Dari hasil percobaan, op dapat meniru atau mengsingkronkan gerakan dengan tangannya.
Sehingga dapat disimpulkan tafsiran sikap pada op normal.
Kesimpulan
Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh tak lepas dari peranan sistem saraf. Jika tafsiran
sikap benar, maka daya menentukan sikap anggota tubuh baik.
Page 41
Lepasan 4 = 0.22 detik
Lepasan 5 = 0.18 detik
o .19+0.19+0.21+0.22+0.18
Rata-rata yang di peroleh =
5
= 0.19 detik
Dari hasil data yang didapatkan terlihat gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi
secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan
gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu.
Kesimpulan
Waktu reaksi seseorang ditentukan oleh kecepatan dan ketanggapannya.
Tujuan Praktikum
Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:
*Pemahaman mengenai dasar-dasar teori mengenai fisiologi pengecapan pada manusia.
Alat yang diperlukan :
1. Empat buah piringan kecil berisi :
Larutan asam cuka
Page 42
Larutan NaCl 10
Larutan kopi
Larutan gula 5%
2. Aplikator (batang kecil dengan salah stu ujung diberi kapas)
3. Peta rasa
4. Kertas hisap / saring
Teori Dasar
Reseptor adalah ujung perifer khusus neuron-neuron aferen; reseptor berespons terhadap
rangsangan tertentu, mengubah bentuk energi rangsangan menjadi sinyal listrik serta bahasa
sistem saraf. Reseptor untuk pengecapan adalah kuncup pengecapan, yaitu suatu kemoreseptor
yang terletak terutama di lidah tetapi terdapat juga pada palatum lunak dan epiglotis. Kuncup
pengecap terdapat pada tonjolan mukosa lidah yang disebut papilla. Masing-masing kuncup
pengecap merupakan sekumpulan sel penunjang dan sel sensorik yang memiliki rambut dan
menonjol membentuk pori-pori pengecap serta dibahasi oleh saliva.
Pada papilla didapatkan taste buds yang berfungsi untuk menerima rangsangan bahan kimia
dari luar. Pada sisi atas dan samping lidah banyak dijumpai papilla pengecap, yang jumlahnya
ditaksir 2000 buah dan teletak tersebar di atas lidah.
Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada di pinggir lidah adalah kumpulan otot
rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah
dan menelan. Lidah dikenal sebagai indra pengecap yang banyak memiliki struktur tunas
pengecap. Lidah juga turut menbantu dalam tindakan berbicara.
Struktur lainnya yang berhubungan dengan lidah sering disebut lingual, dari bahasa latin
lingua atau glossal dari bahasa yunani. Sebagian besar lidah tersusun atas otot rangka yang
teletak pada tulang hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis.
Terdapat dua jenis otot lidah yaitu otot ekstinsik dan instrinsik.
Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papilla. Papilla
terdiri dari dual sel yaitu sel pengecap dan sel penyokong, sel pengecap berfungsi sebagai
reseptor, sedangkan sel penyokong berfungsi sebagai menopang. Terdapat tiga jenis papilla,
yaitu ;
1. Papilla filiformis (fili = benang) = berbentuk seperti benang halus.
2. Papilla sirkumvallata (sirkum = bulat) = berbentuk bulat, tersusun seperti hutuf V di
belakang lidah.
3. Papilla fungiformis (fungi = jamur) = berbentuk seperti jamur.
Pengecapan merupakan fungsi utama dari taste buds, tetapi indra penghidu pun sangat
berperan dalam persepsi pengecapan. Indra pengecapan memungkinkan kita merasakan tekstur
makanan lembut atau kasar, zat-zat yang terkandung dalam makanan, serta rasa makanan itu
sendiri. Makna pentingnya adalah bahwa pengecapan memungkinkan manusia memilih makanan
sesuai keinginannya.
Sensasi pengecapan terjadi karena rangsangan terhadap berbagai reseptor pengecapan, ada
sedikitnya 13 reseptor kimia yang ada pada sel-sel pengecap, antara lain:
2 reseptor natrium,
2 reseptor kalium,
1 reseptor clorida,
1 reseptor adenosine,
Page 43
1 reseptor inosin,
1 reseptor manis,
1 reseptor pahit,
1 reseptor glutamate, dan
1 reseptor ion hydrogen.
Kemampuan reseptor tersebut dikumpulkan menjadi 5 kategori yang umum disebut sensasi
pengecapan utama tentunya disesuaikan dengan area saraf, yaitu :
1. Kuncup pengecap yang sensitif terhadap rasa manis terletak di ujung lidah.
2. Substansia asam terutama dirasakan dibagian samping lidah.
3. Substansia asin dapat dirasakan hampir pada seluruh area lidah, tetapi reseptornya berkumpul
pada bagian samping lidah.
4. Substansia pahit akan menstimulsi kuncup pengecap dibagian belakang lidah
Rasa umami (bahasa jepang), artinya lezat, untuk menyatakan rasa kecap yang menyenangkan
secara kualitatif. Rasa ini dominan ditentukan pada L-glutamat (terdapat pada ekstrak daging dan
keju).
Tata Kerja
1. Meminta pasangan praktikum berkumur, kemudian mengeringkan lidahnya dengan kertas
hisap
2. Mencelupkan aplikator dalam larutan asam. Membuang larutan dengan menekan isi
pinggang
3. Menyentuh aplikator pada daerah ujung, sepanjang sisi, tengah dan belakang lidah pasangan
praktikum
4. Menulis tanda (+) pada daerah pera yang sesuai jika praktikan merasakan larutan tersebut.
Menulis tanda (-) pada daerah peta rasa yang sesuai jika daerah tersebut disentuh tidak
sensitif terhadap larutan yang diuji.
5. Mengulangi prosedur diatas dengan mengunakan ketiga larutan lainnya, satu demi satu.
Page 44
Hasil Praktikum
1. Gambarlah hasil pengamatan saudara pada kotak dibawah ini
Pahit
Asam Asam
Asin Asin
Manis
2. Jelaskan mekanisme jalannya impuls pada percobaan diatas sehingga anda dapat merasakan
rasa manis, asam, asin, dan lain sebagainya !
Setiap sel reseptor umumnya lebih responsif terhadap salah satu dari kelima primary taste.
Sensasi asin distimulasi oleh NaCl, dimana Na + akan masuk melalui kanal Na+ sehingga
terjadi depolarisasi.
Sensasi asam distimulasi oleh ion H+, dimana H+ akan memblock kanal K+ sehingga terjadi
depolarisasi.
Sensasi manis distimulasi oleh glukosa, sakarin, sukralosa, aspartam, maupun thaumatin.
Ikatan tastant ini dengan reseptor akan menyebabkan aktivasi protein G yang selanjutnya
mengaktifkan cAMP. Second-messenger ini akan menyebabkan tertutupnya kanal K+ di
membran basolateral sehingga terjadi depolarisasi.
Sensasi pahit distimulasi oleh alkaloid (morfin, nikotin, kafein). Sel reseptor sensasi pahit
memiliki 50-100 reseptor yang berbeda. Ikatan tastant dengan reseptornya akan
mengaktifkan protein G, gustducin, yang selanjutnya akan mengaktifkan fosfodiesterase
sehingga terjadi penurunan cAMP intrasel.
Sensasi umami distimulasi oleh asam amino, terutama glutamat. Tastant ini berikatan
dengan metabotropic glutamate receptor, mGluR4. Aktivasi reseptor ini menyebabkan
penutupan kanal kation sehingga terjadi depolarisasi.
Page 45
Pembahasan
Pada percobaan ini menunjukkan adanya titik rasa yang berbeda karena papilla memiliki
reseptor saraf yang berbeda-beda. Adanya penyimpangan rasa yang tidak sesuai dengan teori
misalnya rasa pahit yang juga berasa pada daerah ujung lidah karena pada saat pengujian,
reseptor lidah sudah terkontaminasi dengan beberapa rasa yang lain saat pengujian sehingga peta
ras apahit menjadi beberapa titik.
Pada dasarnya, berbagai jenis rasa yang kita rasakan terdiri dari beberapa tempat pada lidah
yaitu Reseptor rasa manis terletak pada ujung lidah, reseptor rasa asin terletak pada tepi depan
lidah, reseptor rasa asam terletak pada tepi belakang lidah dan reseptor rasa pahit terletak pada
pangkal lidah. Berikut ini merupakan penyebab adanya berbagai macam rasa.
Page 46
MODUL PRAKTIKUM FISIOLOGI PENGHIDU
(Reseptor Pengecapan)
Tujuan Percobaan : Untuk membuktikan bahwa zat yang dibaui adalah zat yang berupa gas,
serta membedakan wewangian mulai dari bau yang tidak enak sampai yang enak.
Page 47
Tata kerja:
1. Siapkan 4 jenis zat yang mempunyai bau yang berbeda
2. Baui atau ciumkan ke empat zat tersebut satu persatu
3. Catat hasilnya
Hasil Praktikum
1. Gambarlah hasil pengamatan saudara pada kotak dibawah ini
OP. Ratna Dila (21 tahun)
Hasil + + + +
2. Jelaskan mekanisme jalannya impuls pada percobaan diatas sehingga anda dapat mencium
bau!
Melalui udara inspirasi sel reseptor akan terangsang oleh partikel kecil yang berasal dari
zat (Harum)
↓
Area olfaktoria
↓
Zat dilarutkan oleh sekret/mukus
Kmd diabsorpsi oleh reseptor
↓
Depolarisasi
↓
Potensial Reseptor
Page 48
PRAKTIKUM 4
Page 49
VII.2.Sikap dan Keseimbangan Badan
Tujuan Praktikum
Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:
1. Mengemukakan berbagai reaksi perubahan sikap badan katak oleh perangsangan kanalis
semisirkularis dan reaksi “menegakkan badan” setelah ekstirpasi labirin.
2. Menyebutkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi reaksi perubahan sikap diatas.
3. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan
keseimbangan badan manusia.
4. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :
a. Dengan kursi Barany terhadap
- Gerakan bola mata
- Tes penyimpangan penunjukan
- Tes jatuh
- Kesan (sensai)
b. Dengan berjalan mengelilingi statif
Alat dan binatang percobaan yang diperlukan :
1. Katak
2. Papan fiksasi katak + gelas beker
3. Ether + kapas + jarum pentul
4. Skapel + gunting halus + pinset halus + bor halus
5. Kursi putar barany
6. Tongkat atau statif yang panjang.
7. Bak berisi air.
Teori Dasar
Aparatus vestibular merupakan organ yang berperan dalam keseimbangan. Jaringan tulang
menutupi saluran-saluran bermembran. Saluran tersebut terdiri dari duktus koklearis, tiga kanalis
semisirkularis, utrikulus dan sakulus. Akan tetapi, duktus koklearis (skala media) lebih berperan
dalam pendengaran dibanding keseimbangan. Di dalam sakulus dan utrikulus, terdapat suatu area
sensorik yang kecil (diameter sekitar 2 mm) yang disebut sebagai makula.
Makula terdiri dari sel-sel rambut yang sisi basolateralnya bersinaps dengan nervus
vestibularis. Sedangkan silianya tertanam di lapisan gelatinosa. Pada lapisan gelatinosa ini juga
terdapat kristal kalsium karbonat yang disebut statokonia/otolith. Otolith mempunyai berat jenis
sebesar 2-3 kali lipat disbanding jaringan/cairan disekitarnya. Berat jenis yang besar ini berperan
untuk menarik silia ke arah gravitasi. Pada setiap sel rambut, terdapat 50-70 silia kecil
(stereosilia) dan satu silia besar (kinosilium). Kinosilium terletak di tepi permukaan apikal sel
rambut, dan kinosilium yang terletak di sebelahnya berukuran semakin kecil. Cara kerja sel
rambut di aparatus vestibular sama dengan sel rambut di organ Corti.
Di dekat utrikulus, terdapat tiga kanalis semisirkularis: anterior, posterior, dan lateral. Pada
satu ujung setiap kanalis semisirkularis terdapat pembesaran yang disebut ampula. Didalam
ampula ini terdapat suatu hubungan yang disebut krista ampularis. Ketika kepala seseorang
bergerak, inersia cairan endolimfe yang terdapat dalam kanalis semisirkularis menyebabkan
cairan cenderung diam, sedangkan kanalis semisirkularis ikut bergerak bersama kepala. Hal ini
Page 50
menyebabkan cairan bergerak dari saluran ke ampula, yang akhirnya mendorong kupula kesatu
arah.
Dalam kupula terdapat ratusan silia yang dapat terstimulasi jika membengkok (seperti sel
rambut di organ Corti). Kinosilia pada kupula mengarah ke satu arah, berbeda dengan sel rambut
pada makula. Jika kupula terdorong ke satu arah, maka sel rambut terdepolarisasi.
Tata Kerja
Page 51
9. Menggulangi sekarang tindakan no. 1 s/d no. 5
10. Mencatat hasil pengamatan pada formulir yang tersedia.
Hasil Percobaan dan Pembahasan
Gbr.1 Posisi Kepala Katak sebelum di guncang Gbr.2 Posisi Kepala Katak setelah di guncang
Pada gambar 1 didapatkan kepala katak ekstensi dan ekstremitas sedikit flexi sedangkan pada
gambar 2 setelah katak diputar atau dikocok ke atas dan bawah kepala katak sedikit ekstensi dan
ekstremitasnya sedikit ekstensi.
Setelah katak diputar dengan keadaan kedua labirin masih utuh, katak dilepaskan ke dalam
waskom berisi air, di air katak terlihat berenang lurus (terlihat pada gambar 3) sedangkan
setelah dilakukan pengrusakan pada labirin katak, arah jalan katak disesuaikan dengan labirin
yang dirusak. Ketika labirin sebelah kanan dirusak, di air katak akan berenang ke arah kanan dan
sebaliknya ketika labirin sebelah kiri yang dirusak maka katak akan berenang ke arah kiri.
Page 52
Dalam percobaan diatas dapat dilihat bahwa visual memegang peran penting dalam sistem sensoris.
Cratty & Martin (1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur,
mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan,
dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga
merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan
memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan
tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek
sesuai jarak pandang. Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi
terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang
sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.
Kesimpulan
Proses pengelihatan dapat mempengaruhi keseimbangan.
Page 53
atau dinamik. penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur
jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada.
Hasil Praktikum
Pembahasan
Hal diatas terjadi dikarenakan proses keseimbangan dalam berjalan juga dipengaruhi oleh
visualisasi atau pengelihatan. Mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk
mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau
dinamik.
Kesimpulan
Proses pengelihatan dapat mempengaruhi keseimbangan seseorang.
Page 54
Percobaan Keseimbangan pada Manusia
Tujuan Praktikum
Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:
1. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan
keseimbangan badan manusia
2. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :
a. Dengan kursi Barany terhadap
- Gerakan bola mata
- Tes penyimpangan penunjukan
- Tes jatuh (sensasi)
b. Dengan berjalan mengelilingi statif
Alat yang diperlukan
1. Kursi barany + tongkat/statif yang panjang.
Teori Dasar
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika
ditempatkan di berbagai posisi. Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan
untuk mempertahankan pusatgravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak.
Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung oleh
sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu.
Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik
(vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi,
dan jaringan lunak lain) yang diatur dalam otak sebagai respon terhadap perubahan kondisi
internaldan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi,
lingkungan,kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman terdahulu.
Fisiologi Keseimbangan
Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah: menyanggah tubuh melawan gravitasi
dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan
bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuhketika bagian tubuh lain bergerak. Komponen-
komponen pengontrol keseimbangan adalah :
Sistem vestibular
Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi
kanalis semisirkularis, utrikulus, sertasakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan
Page 55
sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan
perubahan sudut. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum,
formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.
Respon otot-otot postural yang sinergis (postural muscles response synergies)
Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok
otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa
kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat
berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan.
Page 56
3) Bidang tumpu (Base of Support-BOS). Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang
berhubungan dengan permukaan tumpuan.Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu,
tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu.
Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas.
Tata Kerja
A. Percobaan dengan kursi Barany
Nistagmus
a. Menyuruh orang percobaan duduk tegak di kursi Barany dengan kedua tangannya memegang
erat tangan kursi.
b. Menutup kedua matanya dengan sapu tangan dan menundukkan kepala o.p 30° kedepan.
P.VIA.9. Apa maksud tindakan penundukan kepala o.p 30° ke depan?
Page 57
Untuk meneliti hubungan antara aparatus vestibularis yang memberi informasi esensial bagi
sensasi keseimbangan terhadap koordinasi gerakan kepala, leher, gerakan mata dan postur
tubuh.
c. Memutarkan kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan.
d. Menghentikan pemutaran kursi secara tiba-tiba.
e. Membuka sapu tangan dan menyuruh lagi o.p melihat jauh kedepan
f. Memperhatikan adanya nistagmus. Menempatkan arah komponen lambat dan cepat
nistagmus tersebut.
P.VIA.10. Apa yang dimaksud Rotatory Nistagmus dan Postrotatory nystagmus?
Rotatory Nistagmus : Gerakan involunter bola mata sesuai gerak rotasi dari axis.
Postrotatory Nistagmus: Apabila seseorang sedang berputar dan secara tiba-tiba
dihentikan, dimana fase cepat dari nistagmus berlawanan arah dari gerakan rotasi
sebelumnya.
Hasil Praktikum dan Pembahasan
OP. Ratri ( 20 tahun)
Pada percobaan ini, setelah o.p diputar dengan kursi ke kanan sebanyak 10 kali maka pada mata
o.p terjadi nistagmus horizontal. Nistagmus horizontal adalah nistagmus yang gerakannya berada
mata disekitar aksis visual.
C. Kesan sensasi
1. Menggunakan orang percobaan yang lain
2. Menyuruh o. duduk dikursi Barany dan menutup kedua matanya dengan sapu tangan.
3. Memutar kursi Barany tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur
bertambah dan kemudian mengurangi kecepatan putarannya secara berangsur-angsur sampai
terhenti.
4. Menanyakan kepada o.p arah perasaan berputar
a. Sewaktu kecepatan putar masih bertambah
b. Sewaktu kecepatan putar menetap
Page 58
c. Sewaktu kecepatan putar dikurangi
d. Segera setelah kursi dihentikan.
5. Memberikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang
dirasakan oleh o.p
Hasil Praktikum dan Pembahasan
OP. Ratna Dila ( 21 tahun)
Dengan adanya sensasi dari arah kanan, maka reaksi tubuh pasien bergerak kesebelah kiri.
Aparatus vestibularis terdiri dari kanalis semisirkularis dan organ otolit (utrikulus dan
sakulus). Berfungsi untuk mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Kanalis
semisirkularis mendeteksi akselarasi atau deselarasi anguler atau rotasional kepala.
Page 59
Akselarasi atau deselarasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan
endolimfe yang awalnya tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi kepala karena inersia. Apabila
gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan menyusul dan
bergerak bersama dengan kepala sehingga rambut-rambut kembali ke posisi tegak. Ketika kepala
berhenti, keadaan sebaliknya terjadi. Endolimfe secara singkat melanjutkan diri bergerak searah
dengan rotasi kepala sementara kepala melambat untuk berhenti. Ketika seseorang berada dalam
posisi tegak, rambut-rambut pada utrikulus berorientasi secara vertikal dan rambut-rambut
sakulus berjajar secara horizontal.
Page 60
Daftar Pustaka
Buku Penuntun Praktikum Mahasiswa Blok Panca Indera. 2012. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Yarsi.
Ganong,.W.F. (2008), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC.
Sherwood, Lauralee. (2004). Fisiologi Manusia dari sel ke sistem Edisi 2. Jakarta. EGC.
Ilyas, Sidarta. (2004). Ilmu Penyakit Mata Edisi ketiga FKUI. Jakarta. EGC
Soepardi EA, Iskandar N, dkk. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam: Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI. ;
2010. hal. 17-8.
Mansjoer, Arif. Et al. (2000). Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid kedua. Jakarta.
Penerbit Media Aesculapius FK UI.
Anonim.
http://www.2020visionperfection.co.uk/files/1112/7860/1136/hypermetropia_image.jpg
diunduh pada 28 Februari 2012, pukul 18.00 WIB.
Anonim. http://www.rechargebiomedical.com/blog/uncategorized/604/ diunduh pada 28
Februari 2012, pukul 17.30 WIB
Joe. 2009. Fisiologi Pengecapan. http://tarihoran01.blogspot.com/2009/06/fisiologi-
pengecapan.html diambil pada hari Sabtu, 3 Maret 2012 pukul 20.15 WIB
Anonim. http://www.angelfire.com/id/christophorus/fisika/Fisika3.PDF diambil pada hari
Senin, 5 Maret 2012 pukul 08.37 WIB
Page 61