Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU

“Pengendalian Mekanik”

Oleh:
KELOMPOK E

SUKMA E28118050
MUTMAINNAH E28118009
MUH.ULL ABSAR E28118071
BIMA GUNAWAN E28118001
RIWAN BUDI SANTOSO E28118041
LA ODE RISKI ANDI D1F119008
TRIBUANA TOVANI E28118063
RANI S.LIHAWA E28118028
FADIA DWIRIANDINI E28118018

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun makalah ini. Tidak lupa pula penulis

ucapkan terima kasih kepada dukungan teman- teman yang telah membantu dalam

pembuatan makalah ini.

Makalah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengelolaan

Hama dan Penyakit Terpadu Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin

untuk membuat makalah ini, namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih

kurang sempurna. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah

ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih atas dukungan dan partisipasinya. Salah

dan khilafnya, penulis mohon maaf.

Palu, 10 April 2021

Kelompok E
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Para ahli hama pada akhir abad ke 19 dan permulaan abad ke 20 mulai

menyadari bahwa dasar-dasar bilogis dalam mengatasi hama tanaman yang

dikembangkan terdahulu kebanyakan hanya mencoba-coba saja. Sebagian

berdasarkan naluri dan sebagian karena tidak tersedianya alternatif-alternatif lain,

mereka menganjurkan penggunaan varietas tahan hama dan pengelolaan habitat

(pergiliran tanaman, pembajakan, pemusnahan sisa-sisa tanaman) untuk

memaksimalkan keuntungan dari pemberantasan alamiah dan lingkungan.

Dengan ditemukannya pestisida kimia menjelang akhir Perang Dunia II

pemberantasan hama model dulu diganti dengan penggunaan pestisida, terutama

untuk mengatasi hama serangga. Namun sekitar tahun 1950an dan pada tahun-tahun

berikutnya, ketika dampak negative penggunaan pestisida makin menjadi-jadi yang

merupakan dorongan kepada pada ahli untuk mengembangkan konsepsi PHT.

Pemikiran-pemikiran yang menekankan perlunya pendekatan ekologi dalam

pemberantasan hama berkembang di Jerman, Nova Scotia, Kanada dan California,

Amerika Serikat menganjurkan perencanaan penyemprotan pestisida yang harus

sesedikit mungkin berakibat buruk bagi spesies-spesies yang berguna, tetapi

sepenuhnya menekan hama.


Penggunaan konsepsi PHT untuk memberantas hama yang dapat

mengintegrasikan pemberantsan hayati dengan insektisida. Dikatakan dalam banyak

hal kedua komponen pemberantasan dapat koplementer dan saling menunjang

asalkan saat aplikasi insektisida itu tepat yaitu apabila populasi hama telah mencapai

tingkat kepadatan tertentu. Dalam mengendalikan sesuatu hama merupakan masalah

ekologi yang kompleks.

Menjadi suatu keharusan untuk menekan risiko dampak negative pestisida

tersebut menjadi sekecil mungkin. Pestisida harus digunakan secara bijaksana yaitu

bila perlu saja dengan memperhitungkan jumlah populasi hama sasaran dan musuh-

musuh alamnya, spesifisitas, lamanya residu pada tanaman. Penanganannyapun harus

sangat hati-hati, misalnya ketika mengencerkan dengan air, mengaduk, teknik

menyemprot, menyumpan membuang wadah kaleng atau pembungkusnya dan

membersihkan tubuh setelah aplikasi.

Indonesia yang juga mengalami dampak-dampak negatif tersebut karena

penggunaan pestisida yang sangat berlebihan dalam program intensifikasi masal,

mendorong para pakarnya untuk mengkaji ulang dan mencari alternatif jawaban yang

lebih baik dalam mengatasi masalah hama-hama. Konsep yang paling tepat ialah

pengendalian hama terpadu yang penenrapannnya disesuaikan dengan kondisi

lingkungan dan social/budaya setempat. Konsep pengendalian hama terpadu tersebut

mutlak penting diterapkan untuk lebih menjamin proses pembangunan pertanian yang

mengutamakan kelestarian lingkungan, termasuk kesehatan manusia suatu teknologi


pertanian yang bersahabat dengan lingkungan, memantapkan taraf produksi yang

telah dicapai dan meningkatkan efisiensi masukan.

Pengendalian hama terpadu bukan merupakan tujuan, tetapi suatu teknologi

pengendalian hama yang memanfaatkan berbagai cabang ilmu dalam satu ramuan

yang serasi yang satu memperkuat yang lain. Sebab terjadinya masalah hama bukan

hanya akibat interaksi antara tanaman – hama itu sendiri, tetapi disebabkan juga oleh

berbagai factor fisik dan biota di sekitarnya, seperti iklim dan cuaca, tingkat

kesuburan tanah, mutu benih, teknik-teknik agronomi, keragaman biota dan ulah

manusia sendiri sebagai pengelola.

Dalam keadaan lapangan terdapat sejumlah spesies hama yang menyerang

tanaman. Di antaranya ada yang berstatus hama utama, sebab dari segi ekonomi

paling merugikan ada yang berstatus hama kurang penting, sebab tidak begitu

merugikan, hama sekunder, hama yang timbulnya sewaktu-waktu dan hama

potensial. Status sesuatu spesies hama dapat berubah dari berstatus hama utama

menjadi hama kurang penting atau sebaliknya.

Pengendalian secara mekanis adalah tindakan mematikan hama secara langsung

dengan menggunakan tangan atau alat (Wigenasantana : 2001). Pengendalian secara

mekanis bertujuan untuk mematikan hama secara lagsung baik dengan hanya

menggunakan tangan atau dengan menggunakan alat bantu lain. Teknik mekanik

meliputi, pengambilan dengan tangan (kelompok telur penggerek batang), Gropyokan

(pengendalian hama tikus dengan membunuh tikus menggunakan alat), memasang

perangkap (menangkap hama dengan memasang alat perangkap pada tempat yang
sering dilalui hama), Pemasangan umpan (mengendalikan hama walang sangit

dengan menggunakan umpan daging busuk), pengusiran (memasang orang- orangan

di tenah sawah).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pengendalian hama terpadu?

2. Apa yang dimaksud dengan pengendalian hama secara mekanik?

3. Bagaimana mekanisme pengendalian hama secara mekanik?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu pengendalian hama terpadu

2. Untuk mengetahui apa itu pengendalian hama secara mekanik

3. Untuk mengetahui mekanisme pengendalian hama secara mekanik


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengendalian Hama Terpadu

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) menitik beratkan pada terpeliharanya

ekosistem produksi pertanian tetap dapat dipertahakan dan kesehatan yang

mengkonsumsinya aman dari pestisida (Novizan, 2008).

Pengendalian hama secara mekanik, pengendalian hama yang dilakukan secara

fisik, perlakuan langsung terhadap tanaman baik menggunakan alat tertentu maupun

secara manual, misalnya penyiangan atau bencana gulma di sekitar tanaman. Metode

pengendalian dilakukan dengan menerapkan atau membunuh hama yang

dijumpai. Metode pengendalian mekanik untuk menghadapi masalah-masalah-

masalah akut yang ringan. Pengendalian mekanik relatif tidak berdampak negatif

terhadap musuh alami sehingga sangat tepat jika dipadukan dengan pengendalian

hayati dalam pendekatan PHT. Persiapan lahan pertanian yang dapat mengakibatkan

hama yang hidup di tanah kekeringanatau rentan terhadap pemangsa juga merupakan

contoh dari pengendalian mekanik.

Hama yang mempunyai perkembangbiakan secara eksponensial disebut hamar-

strategik dan mampu menghasilkan keturunan dalam jumlah besar dalam waktu

singkat. Hama r-strategik biasanya terdapat pada tanaman pangan, sedangkan hama

k-strategik umumnya ada di kehutanan.Hama r-strategik cepat menemukan habitatnya


yang sesuai untuk berkembangbiak, cepat dan mampu menggunakan sumber

makanan dengan baik sebelum serangga lain ikut berkompetisi, dan cepat berpindah

ke habitat baru sebelum habitat lama tidak berguna lagi (Baehaki, 2011).

Musuh alami yang efektif harus dilestarikan keberadaannya di lapangan seperti

melalui teknik manipulasi lingkungan. Manipulasi lingkungan adalah upaya

penguatan peran musuh alami melalui penyediaan inang atau mangsa alternatif,

penyediaan sumber nektar, atau memodifikasi teknik budidaya tanaman termasuk

menghindari kegiatan yang berdampak buruk terhadap musuh alami seperti

penggunaan insektisida berspektrum lebar (Samsudin, 2011).

2.1 Pengendalian secara mekanik

Pengendalian hama dan penyakit secara mekanik yaitu pengendalian yang

dilakukan secara manual oleh manusia. pengendalian secara mekanik dapat dilakukan

dengan cara yang sederhana, membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan waktu

yang lama, efektifitas dan efesiensinya rendah, tetapi tidak berpengaruh negatif

terhadap lingkungan. beberapa contoh tindakan secara mekanik dalam pengendalian

hama antara lain sebagai berikut :

2.1.1 Pengendalian Hama secara Mekanik

Pengendalian hama secara mekanik merupakan teknik pengendalian hama yang

dilakukan secara fisik, yakni perlakuan langsung terhadap tanaman baik


menggunakan alat tertentu maupun secara manual, misalnya penyiangan atau

pembersihan gulma di sekitar tanaman.

Pengendalian hama secara mekanik ini biasanya dilakukan petani di daerah-

daerah dengan memanfaatkan tenaga kerja dengan bayaran yang relatif rendah.

Pengendalian mekanik di wilayah pertanian tidak melulu memanfaatkan tenaga kerja,

tetapi juga terkadang bekerjasama dengan para petani lainnya untuk bersama-sama

melakukan pengendalian hama.

2.2 Mekanisme Pengendalian Hama Secara Mekanik

Pengendalian hama secara mekanik biasa dilakukan pada tanaman organik agar

terhindar dari obat-obatan kimia yang dapat berdampak buruk pada hasil panen

tanaman. Selain itu, juga dapat menjaga pencemaran lingkungan dan alam.

Contoh Pengendalian Mekanik

Kegiatan pengendalian hama secara mekanik yang biasa dilakukan misalnya

mengambil dan membersihkan siput atau ulat yang menyerang tanaman kubis secara

manual. Kegiatan ini oleh petani Jawa disebut “Rogesan”, yakni mengendalikan

hama ulat penggerek yang menyerang pucuk tebu. Lain lagi dengan petani kopi, yang

menyebutnya “Lelesan”, yaitu kegiatan penyortiran kopi dari serangan hama

Hypotheneemus Hampei.

Kegiatan pengendalian hama secara mekanik atau manual ini biasanya

dilakukan pada pagi hari secara serentak dengan mengumpulkan ulat yang menyerang
pucuk tembakau, dan kemudian hasil tangkapan tersebut dimusnahkan dengan cara

dibakar.

Adapun cara pengendalian secara fisik, yakni dengan memanipukasi faktor fisik

lingkungan sedemikian rupa sehingga secara alamiah dapat menurunkan dan

mematikan hama yang menyerang tanaman. Tindakan pengendalian hama secara

kultur teknis tersebut dapat berupa:

Penghalang Atau Pelindung

Pengendalian hama dengan teknik ini misalnya dengan membungkus buah

mangga dengan plastik agar terhindar dari serangan hama pohon mangga. Ada juga

dengan membuat pematang sebagai penghalang untuk membatasi pergerakan hama,

atau dibuat lubang selokan disekeliling tanaman sebagai jebakan hama.

Perlakuan Panas

Cara pemanasan ini biasanya dilakukan pada lumbung-lumbung atau gudang

agar terhindar dari serangan hama, yakni dengan cara meningkatkan suhu ruangan

pada gudang yang tertutup. Cara ini sangat efektif untuk melindungi hasil panen di

gudang maupun lumbung.

Dengan Lampu Perangkap

Teknik penerangan ini biasa diaplikasikan oleh para petani padi atau bawang

merah di Brebes misalnya. Dimaksudkan untuk mengecoh hama dengan

memanfaatkan kelemahannya pada ketertarikan sumber cahaya. Pada bawah atau


sekitar lampu diberikan cairan sabun untuk menjebak hama penyarang, sehingga

ketika hama mendekat akan terjebak lalu berjatuhan pada cairan tersebut dan

akhirnya mati.

Pengendalian Gulma Secara Mekanik

Teknik pengendalian gulma secara mekanik ini paling sederhana dan memakan waktu

yang cukup lama, karena dilakukan secara manual.

 Dengan cara pengambilan langsung menggunakan tangan, kurang efektif

memang tetapi merupakan cara yang paling murah.

 Dengan menggunakan jaring perangkap atau pemukul, untuk menangkap

hama tikus di sawah-sawah.

 Mencabut tanaman gulma dengan tangan yang mengganggu di sekitar

tanaman.

Begitu banyak cara pengendalian hama secara mekanik, misalnya saja kita

menjumpai orang-orangan sawah, yang merupakan salah satu teknik pengendalian

hama tanaman dengan menakut-nakuti burung-burung yang memakan padi.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konsep pengendalian hama terpadu tersebut mutlak penting diterapkan untuk

lebih menjamin proses pembangunan pertanian yang mengutamakan kelestarian

lingkungan, termasuk kesehatan manusia suatu teknologi pertanian yang bersahabat

dengan lingkungan, memantapkan taraf produksi yang telah dicapai dan

meningkatkan efisiensi masukan.

Pengendalian secara mekanik adalah tindakan mematikan hama secara


langsung dengan menggunakan tangan atau alat. Teknik mekanik ini seperti :
1. Pengambilan dengan Tangan, cara ini murah dan sederhana tetapi memerlukan
tenaga kerja yang banyak. OPT yang ditemukan seperti telur, larva, pupa, jika
memungkinkan imago dikumpulkan dengan tangan lalu langsung
dibunuh, misalnya kelompok telur penggerek batang.
2. Gropyokan, yaitu untuk mengendalikan hama tikus dengan membunuh tikus yang
ada di dalam maupun di luar sarang dengan menggunakan alat bantu seperti
pentungan/alat pemukul lainnya dan cangkul.
3. Memasang Perangkap, yaitu untuk menangkap OPT dengan memasang alat
perangkap di tempat yang sering dilalui oleh OPT, alat perangkap ini sering diberi
zat kimia baik sebagai perekat maupun penarik OPT.
4. Pemasangan Umpan, misalnya untuk mengendalikan hama walang sangit
(Leptocorixa acuta) dengan menggunakan umpan daging busuk atau ikan asin
yang ditancapkan di tengah-tengah sawah. Jika hama walng sangit ini sudah
terkumpul pada umpan maka dapat langsung dibunuh dengan cara di bakar. Pada
waktu membakar hindari tanaman ikut terbakar.
5. Pengusiran, yaitu memasang orang-orangan/patung di tengah lahan sawah, atau
memasang alat (kaleng-kaleng kosong) yang dapat mengeluarkan bunyi-bunyian,
sehingga OPT lari menjauhi pertanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Baehaki, 2011. Strategi fundamental pengendalian hama wereng batang coklat dalam
pengamanan produksi padi nasional. Balai Besar Penelitian Tanaman
Padi. Pengembangan Inovasi Pertanian, 4(1): 63-75.
Chandra, W., 2013. Pengendalian hama dari tanaman dan gulma yang ramah
lingkungan. (Online) http://www.mongabay.co.id/2013/09/09/pengendali-
hama-dari-tanaman-dan-gulma-yang-ramah-lingkungan/ diakses Tgl. 14 Juni
2016.
Griffin, C.T., D. Chaerani, A.P. Fallon, Reid dan M.J. Downes, 2000. Occurrence and
distributionof the entomopathogenic nematodesSteinernema spp.
and Heterorhabditis indicain Indonesia. Journal of Helminthology, 74: 143-
150.
Gunawan, C.S.E., G, Mudjiono dan L.P. Astuti, 2015. Kelimpahan populasi wereng
batang coklat Nilaparvata lugens Stal. (Homoptera: Delphacidae) dan laba-
laba pada budidayatanaman padi dengan penerapan pengendalian
hamaterpadu dan konvensional. Jurnal HPT, 3(1): 119-121.
Mudjiono, G., 2012. Pengelolaan HamaTerpadu. UB Press. Malang.
Nietschke, B.S., R.D. Magarey, D.M. Borchert, D.D. Calvin dan E.Jones, 2007.
Adevelopmental database to supportinsect phenology models. Crop
Protection, 26:1444–1448.
Nirmayanti, F., G. Mudjiono dan S. Karindah, 2015. Pengaruh beberapa jenis
tanaman pendamping terhadaphamaPhyllotreta striolata F. (Coleoptera:
Chrysomelidae)pada budidaya sawi hijau organik. Jurnal HPT, 3(2): 70-71.
Novizan, 2008. Petunjuk pemakaian pestisida. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Samsudin dan I.M. Trisawa, 2011. Teknologi pengendalian hayati hama penghisap
pucukdan bunga pada jambu mete. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Aneka Tanaman Industri. Sukabumi.

Anda mungkin juga menyukai