Anda di halaman 1dari 74

BEBAN ANGIN

64
Beban Angin

Beban angin bekerja sebagai sebuah pressure pada


permukaan dan dapai baik positive maupun negative dan
biasany antara 15 dan 30 psf tergantung pada kecepatan
angin, tinggi bangunan, dan exposure.

65
Beban Angin

Kecepatan angin static bertambah dengan quadrat ketinggian


bangunan [2], dan tekanan angin bertambah sebagai quadrat dari
kecepatan angin [1][4], dengan demikian efek angin pada
bangunan tinggi berlipat ganda dengan bertambahnya tinggi.

66
Beban Angin
Gambar 10 Distorsi pada kolom dari Mayer-Kiser building
(Devenport, 1972a) [5]

Gambar 9 Kerusakan pada Mayer-Kiser building akibat


hurricane tahun 1926 di Miami, Florida (Schmitt, 1926) [5] 67
Beban Angin
Definisi:
•Angin adalah gerakan udara dan biasanya digunakan terhadap gerakan
horizontal natural dari atmosphere.
•Gerakan dalam arah vertical disebut current.
•Angin disebakan oleh perbedaan tekanan atmosphere, yang secara primer
akibat perbedaan temperatur.
•Sedangkan perbedaan temperatur karena distribusi yang tidak sama dari
panas matahari, dan perbedaan thermal properties dari daratan dan lautan.
•Jika temperatur dua wilayah yang bersebelahan menjadi tidak sama, yang
lebih panas (lebih ringan) cendrung meninggi dan mengalir diatas yang lebih
dingin (yang lebih berat).
•Angin yang disebakan hal ini dimodifikasi oleh rotasi bumi

68
Karakteristik Angin
Variasi kecepatan angin dengan ketinggian

Gambar 11 Variasi kecepatan angin dengan ketinggian [4]


69
Secara praktis variasi kecepatan angin diberikan dengan sebuah
‘simpler power-law’ dalam bentuk [4][5]:

 Z 
Vz  Vg  
Z 
Di mana:
 g 
Vz = kecepatan rata-rata pada ketinggian Z diatas muka tanah
Vg = gradient kecepatan angin dianggap konstan diatas boundary layer

Z = ketinggian diatas muka tanah

Zg = ketebalan boundary layer


α = power law coefficient, 0.14 (open country)-0.50 (built-up urban area)
70
Rekaman kecepatan angin pada tinggi berbeda

Gambar 12. Rekaman kecepatan angin pada tiga ketinggian pada sebuah tiang (mast) pada terrain
terbuka, East Scale, Australia (Deacon, 1955) [5]

71
Gambar 13 Variasi kecepatan angin dengan waktu [4]

72
Gambar 14 [4] secara skematis menunjukkan fluktuasi dari
tekanan rata-rata dan tekanan gust sepanjang tinggi sebuah
bangunan.

Gambar 14 Tekanan rata-rata dan tekanan gust [4]


73
Gambar 16 Phenomena Vortex-shedding [4]

74
Gambar 17 Response bangunan terhadap angin [5]
75
Gambar 18 [5] menunjukkan rekaman observasi defleksi dan stress pada kolom
dari Empire State Building, New York yang dilaporkan oleh Coyle (1931).

Gambar 18 Response dari bangunan tinggi (Coyle, 1931) 76


[5]
Beban angin
(1) Penentuan beban angin
Beban angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan
positif dan tekanan negatif (isapan), yang bekerja tegak lurus pada
bidang yang ditinjau dan
besarnya beban angin = Tekanan tiup x Koefisien angin.

(2) Tekanan tiup


•Tekanan tiup minimum 25 kg/m2
•Tekanan tiup dilaut dan ditepi laut sampai dengan 5 km, minimum
40 kg/m2
Dalam hal tekanan tiup lebih besar, tekanan tiup dihitung dengan
Rumus:
V2
p [Kg/m2] 77
16
Cerobong

h
pp=(42,5+0,6h)
= (42,5+kg/m0,62 h) kg/m2

Dalam hal terlindung, reduksi 0.50

78
(3) Koefisien angin
- Gedung tertutup
(a) Dinding vertical: dipihak angin +0.90
(b) Atap segitiga dengan kemiringan α:
Dipihak angina: α< 60º : (0.02α-0.40)
60˚<α<90º: +0.90
Dibelakang angin: -0.40

(c) Atap lengkung


- Gedung terbuka sebelah
- Atap tanpa dinding
+0,90
+0,9 -0,4
-0,4
Dinding berdiri bebas

Gambar 20 Koefisien angin pada dinding bebas [1]


79
- Cerobong dengan penampang lingkaran

0,70 0,70

Gambar 21 Koefisien angin pada cerobong dengan


penampang lingkaran [1]
- Struktur rangka

80
(4) Beban angin
Beban angin = Luas bidang x koefisien angin
Z

X
Y

0.5 By
0.5 By

0.5 Bx 0.5 Bx
-0.40

0.90 -0.40

0.90

Gambar 22 Beban angin pada bangunan bertingkat 81


(5) Pembebasan Peninjauan beban angin:

(1) Pada gedung tertutup dan rumah tinggal dengan tinggi


tidak lebih dari 16 m, dengan struktur yang cukup kaku.
(2) Apabila perbandingan antara tinggi dan lebar gedung
dan strukur gedung cukup kecil

SKBI 1.3.53.1987[2] telah di ganti dengan SNI 1727:2013 Beban


miminum untuk perancangan gedung dan struktur lainnya

82
Beban Angin sesuai SNI 1727:2013

83
Pasal 26-Persyaratan Umum: Penggunaan menentukan parameter
dasar untuk penentuan beban agin pada SPBAU dan K&K.
Parameter-parameter dasar adalah:
-Kecepatan angin dasar, V, lihat Pasal 26.5
-Faktor arah angin, Kd, lihat Pasal 26.6
-Katagori eksposur, lihat Pasal 26.7
-Faktor topografi, Kzt, lihat Pasal 26.8
-Faktor Pengaruh Tiupan Angin, lihat Pasal 26.9
-Klasifikasi ketertutupan, lihat Pasal 26.10
-Koefisien tekanan internal, (Gcpi), lihat Pasal 26-11

Beban angin pada SPBAU boleh Beban angin pada K&K boleh
ditentukan dengan ditentukan dengan

Pasal 27: prosedur pengarah untuk


Pasal 30:
bangunan gedung seluruh
-Prosedur amplop pada Bagian 1 dan 2,
ketinggian
atau
- Prosedur Pengarah pada bagian 3, 4,
Pasal 27: prosedur amplop untuk
dan 5
bangunan gedung bertingkat rendah
- Perlengkapan bangunan gedung
(konsol)
Pasal 29: prosedur pengarah untuk
perlengkapan bangunan gedung
(konsol atap dan parapet) dan
struktur-struktur lainnya Pasal 31: Prosedur terowongan angin
untuk setiap bangunan gedung atau
Pasal 31: Prosedur terowongan struktur lainnya
angin untuk setiap bangunan 84
gedung atau struktur lainnya Sistem Penahan Beban Angin Utama
Parameter beban angin yang disyaratkan dalam Pasal 26
-Kecepatan angin dasar, V (Pasal 26.5)
-Faktor arah angin, Kd, (Pasal 26.6)
-Kategori eksposur, lihat Pasal 26.7
-Faktor topografi, Kzt, lihat Pasal 26.8
-Faktor Pengaruh Tiupan Angin, lihat Pasal 26.9
-Klasifikasi ketertutupan, lihat Pasal 26.10
-Koefisien tekanan internal, (Gcpi), lihat Pasal 26-11

85
Step 1: Tentukan kategori risiko bangunan gedung atau struktur lain, lihat Tabel 1.4-1
Step 2: Tentukan kecepatan angin dasar, V, untuk katagori resiko yang sesuai
Step 3: Tentukan parameter beban angin:
- Faktor arah angin, Kd, lihat Pasal 26.6 dan Tabel 26.6-1
- Kategori eksposure, lihat Pasal 26.7
- Faktor topografi, Kzt, lihat Pasal 26.8 dan Tabel Tabel 26.8-1
- Faktor efek tiupan angin, G, lihat Pasal 26.9
- Klasifikasi ketertutupan, lihat Pasal 26.10
- Koefisien tekanan internal, (Gcpi), lihat Pasal 26.11 dan Tabel 26.11-1
Step 4: Tentukan koefisien eksposure tekanan velositas, Kz atau Kh, lihat Tabel 26.11-1
Step 5: Tentukan tekanan velositas q, atau qh Persamaan 27.3-1
Step 6: Tentukan koefisien tekanan eksternal, CP atau CN
- Gambar 27.4-1 untuk dinding dan atap rata, pelana, perisai, miring sepihak
atau mansard
- Gambar 27.4-2 untuk atap kubah
- Gambar 27.4-3 untuk atap lengkung
- Gambar 27.4-4 untuk atap miring sepihak, bangunan gedung terbuka
- Gambar 27.4-5 untuk atap berbubung
- Gambar 27.4-6 untuk atap cekung, bangunan gedung terbuka
- Gambar 27.4-7 untuk beban ngin sepanjang bubungan kasus untuk atap
miring sepihak, berbubung, atau cekung, bangunan gedung terbuka
Step 7: Hitung tekanan angin, p, pada setiap permukaan bangunan gedung
- Persamaan 27.4-1 untuk dbangunan gedung kaku
- Persamaan 27.4-2 untuk bangunan gedung fleksibel
- Persamaan 27.4-3 untuk atap lengkung 86
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

ENCV600101
Perancangan Struktur Beton 1
BEBAN
Dr. Dipl.-Ing. Nuraziz Handika, ST., MT., MSc.

2019/2020 88
PENGANTAR BEBAN GEMPA

89
Pengantar Beban Gempa
• Earthquake must be accepted as natural environmental
process, one of the periodic adjustment that the earth
makes in its evolution.
• Arriving without warning, the earthquake can, in a few
seconds, create a level of dead and destruction that can be
equalled by the most extreme weapons of war.
• This uncertainty, combined with the terrifying sensation of
the earth movement, creates our fundamental fear of
earthquakes.

90
The Tangshan, China, Earthquake of the1976
Largely nonengineered
Buildings, unreinforced
masonry buildings

91
Collapsed apartment house in the Marina
District of San Francisco

92
Damage in Kobe after the 1995 earthquake

93
Seismic Activity: 1961-1967

94
Plate Tectonic

95
Plate Tectonic: Subduction Zone

0-70 km

300-700 km

96
Type of Faults

97
Beban Gempa

Penentuan beban gemapa memerlukan sebuah analisa


dinamik atau suatu analisa pendekatan statik equivalen.

Percepatan dari bangunan selama sebuah gempa


menghasilkan gaya internal dari defleksi yang dihasilkan
gaya inertia bangunan sendiri.

Besarnya beban gempa tergantung lokasi geograpi dari


bangunan.

98
Gempa rencana

Gempa rencana ditetapkan sebagai gempa dengan


kemungkinan terlewati besarannya selama umur struktur
bangunan 50 tahun adalah sebesar 2 persen.

99
Katagori resiko penggunaan bangunan
I. Gedung dengan resiko rendah terhadap jiwa manusia:
Ie=1,0

II. Gedung yang memiliki resiko kecuali resiko I, III, IV:


Ie=1,0

III. Gedung yang memiliki resiko tinggi: Ie=1,25

IV. Gedung untuk fasilitas penting (essensial): Ie=1,50

100
Faktor keutamaan
Katagori resiko Faktor keutamaan gempa, Ie
IV 1.50
III 1.25
I, II 1.00

101
Klasifikasi Situs
Kelas situs vs (m/det) N atau Nch Su (kPa)
SA (batuan keras) > 1500 N/A N/A

SB (batuan) 750 vs  1500 N/A N/A


SC (batuan keras,
sangat padat dan 350 vs  750 > 50 ≥ 100
batuan lunak)

SD (tanah sedang)
175 vs  350 15  N  50 50  S u  100

SE (tanah lunak)  s  175 <15 <50


Tebal > 3 m tanah dgn karakteristik: PI > 20,
w ≥40%, dan Su < 25 kPa
SF (tanah khusus)
102
Parameter gerakan tanah

 Tersedia peta 5% damping untuk Kelas Situs SB untuk Spectral


acceleration Ss dan S1 (2% dalam 50 tahun)

 Modifikasi untuk kelas situs lain dengan koefisien Fv dan Fa


untuk menentukan koefisien spectral SMS dan SM1
 Dibagi dengan 1,5 untuk design

103
Statik Ekuivalen
• Determine SDS and SD1 from:
– http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/
Data Lokasi
PGA (g) 0,707
S S (g) 2
S 1 (g) 0,692
C RS 0,948
C R1 1
FPGA 1
FA 1
FV 1
PSA (g) 0,707
S MS (g) 2
S M1 (g) 0,692
SDS (g) 1
SD1 (g) 0,461
T0 (detik) 0,079
TS (detik) 0,393
104
Statik Ekuivalen
• Determine SDS and SD1 from:
– http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/
– SNI:
• Find Ss and S1 from “Peta Gempa SNI” for different ground motion
acceleration. Peta gempa periode ulang 2500 tahun
• Find the type of thesoil from each district. Example: Jakarta, Class
“E” for its soil., needs amplification factor. Fa and Fv.

2 Where: (Pasal 6.2)


S DS  S MS SS = parameter respons spektral percepatan
3
gempa MCER terpetakan untuk perioda
2 pendek
S D1  S M 1
3 S1 = parameter respons spektral percepatan
gempa MCER terpetakan untuk perioda
S MS  Fa S S 1.0 detik
S M 1  Fv S1
Fa and Fv dan be found in Table 4 and 5
105
Percepatan response spectral 1 detik
(2% dalam 50 tahun, 5% damping, Kelas Situs SB)

106
Percepatan response spectral 0,2 detik
(2% dalam 50 tahun, 5% damping, Kelas Situs SB)

107
Statik Ekuivalen
• Determine SDS and SD1 from:
– SNI:
• Find Ss and S1 from “Peta Gempa SNI” for different ground motion
acceleration. Peta gempa periode ulang 2500 tahun
• Find the type of thesoil from each district. Example: Jakarta, Class
“E” for its soil, needs amplification factor. Fa and Fv.

2 Where: (Pasal 6.2)


S DS  S MS SS = parameter respons spektral percepatan
3
gempa MCER terpetakan untuk perioda
2 pendek
S D1  S M 1
3 S1 = parameter respons spektral percepatan
gempa MCER terpetakan untuk perioda
S MS  Fa S S 1.0 detik
S M 1  Fv S1
Fa and Fv dan be found in Table 4 and 5

108
Koefisien untuk Kelas Situs, Fa
Parameter respons spektral percepatan gempa MCER
Kelas terpetakan pada perioda pendek, T=0.2 detik, SS
situs
SS ≤ 0.25 SS =0.25 SS =0.75 SS =1.0 SS ≥ 1.25
SA 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8
SB 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
SC 1.2 1.2 1.1 1.0 1.0
SD 1.6 1.4 1.2 1.1 1.0
SE 2.5 1.7 1.2 0.9 0.9
SF SSb

Catatan:
(a) Untuk nilai-nilai antara SS dapat dilakukan interpolasi linear
(b) SSb = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons
situs-spesifik, lihat Pasal 6.9.1 109
Koefisien untuk Kelas Situs, Fv
Parameter respons spektral percepatan gempa MCER
Kelas terpetakan pada perioda pendek, T=1 detik, S1
situs
S1 ≤ 0.1 S1 =0.2 S1 =0.3 S1 =0.4 S1 ≥ 0.5
SA 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8
SB 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
SC 1.7 1.6 1.5 1.4 1.3
SD 2..4 2 1.8 1.6 1.5
SE 3.5 3.2 2.8 2.4 2.4
SF SSb

Catatan:
(a) Untuk nilai-nilai antara SS dapat dilakukan interpolasi linear
(b) SSb = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons
situs-spesifik, lihat Pasal 6.9.1 110
Parameter percepatan spektral design
Parameter percepatan spektral design untuk perioda pendek,
SDS dan pada perioda 1 detik, SD1, ditentukan sebagai berikut,

2
S DS  S MS
3
2
S D1  S M 1
3

111
Spektrum respons design
 T 
S a  S DS  0.4  0.6  T T0

Percepatan respons spektra, Sa (g)


 T0 
 

S a  S DS T0  T  TS SDS Sa 
S D1
T

Sa 
S DS
T  TS
SD1
T

S D1
T0  0.2
S DS
S D1
TS  T0 TS 1.0
S DS Perioda, T (detik)

dimana: SDS = parameter response spektral percepatan design pada perioda pendek
SD1 = parameter response spektral percepatan design pada perioda 1 detik
T = periode getar fundamental struktur 112
R (Pasal 7.2.2)
• Determine R, from SNI (for 2 storey Building in soft clay

113
W (DL +SIDL) of structure
Fn i=n wn
Fn-1 i=n-1 wn-1
Fx i=x wx
F6 i=6 w6
F5 i=5 w5
F4 i=4 w4
hx
F3 i=3 w3
F2 i=2 w2
F1 i=1 w1

114
Periode Getar (Pasal 7.8.2)
• Determine Ta, from SNI

115
Periode Getar (Pasal 7.8.2)
• Determine Ta, from SNI

116
Prosedur analisis gaya lateral ekivalen
Prosedur ini hanya berlaku untuk struktur tanpa diskontinuitas
yang signifikan dalam massa dan kekakuan sepanjang tinggi, di
mana respon dominan terhadap gerakan tanah dalam arah
horisontal tanpa signifikan torsi.

The ELF Prosedur memiliki tiga langkah dasar:


1. Tentukan geser dasar seismik, V;
2. Distribusikan V vertikal sepanjang ketinggian struktur; dan
3. Mendistribusikan V horizontal di lebar dan luasnya struktur.

117
Prosedur analisis gaya lateral ekivalen
Tentukan Gaya Geser Dasar: V=CsW
S DS
R (22)
 
Koefisien respons seimik, Cs

 Ie 
S D1
R (23)
T   Cs (min)  0.044 S DS I e  0.01
(24)
 Ie  atau
0.5S1
Cs (min)  jika S1  0.6 g (25)
R
 
 Ie 

Perioda, T (detik)

Koefisien Response Seismik Versus Period 118


Periode getar pendekatan
Perioda fundamental pendekatan (Ta) , dalam detik, harus ditentukan dari
persamaan berikut:
Ta  Ct hnx
Tipe struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100
persen gaya gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi
atau dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan
akan mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya
gempa:
Rangka baja pemikul momen 0.0724 0.8
Rangka beton pemikul momen 0.0466 0.9
Rangka baja dengan bresing eksentris 0.0731 0.75
Rangka baja dengan bresing tertekuk 0.0731 0.75
Semua sistem struktur lainnya 0.0488 0.75 119
Periode Getar (Pasal 7.8.2)
• Determine Ta, from SNI

120
Periode Getar (Pasal 7.8.2)

121
Distribusi vertikal gaya gempa

Fn i=n wn
Fn-1 i=n-1 wn-1
Fx  CvxV Fx i=x wx
F6 i=6 w6
k
wh F5 i=5 w5
Cvx  n
x x
F4 i=4 w4

wh
hx
k F3 i=3 w3
i i F2 i=2
w2
i 1
F1 i=1 w1

122
Koefisien Respons Seismik

123
Koefisien Respons Seismik

124
Koefisien Respons Seismik

  S DS I e S D1 I e  
 0.044 S DS I e ...  ... 
  R Ta.R  

 0.01

125
126
Geser Dasar Seismik

127
k
wh
Fx  CvxV Cvx  n
x x
Distribusi Vertikal
wh
i 1
i i
k

Gaya Gempa
Cvx = Faktor Distribusi Vertikal
V = Gaya lateral desain total atau gaya geser di dasar struktur (kN)

= Bagian berat seismic total struktru (W) yang ditempatkan atau


wi and wx
dikenakan pada tingkat ke-i atau ke-x.

hi and hx = Tinggi dari dasar sampai tingkat ke-I atau ke-x (m)

k = Eksponen yg terkait dg perioda struktur


k = 1 untuk struktur dengan T ≤ 0,5 dtk
k = 2 untuk struktur dengan T ≥ 2,5 dtk
k = interpolasi linier untuk struktur dengan 0,5 < T < 2,5 dtk128
Distribusi Vertikal Gaya Gempa

Fx  CvxV Fn i=n wn
Fn-1 i=n-1 wn-1
k
wh Fx i=x wx
Cvx  n
x x
F6 i=6 w6

wh k F5 i=5 w5
i i F4 i=4 w4
hx
i 1 F3 i=3 w3
F2 i=2
w2
F1 i=1 w1

129
130
Efek gaya lateral pada struktur

n
V j   Fi
i j
n Fn

j Fj Vj

1 F1 V1

Frame Gaya Gempa Gaya Geser Tingkat Overturning Moment

131
Perhitungan Statik Ekuivalen

Diskusi

132
Story 2
6m
Story 1
8m
Lt. Dasar
6m 6m
6m
6m
6m
6m
6m

6m
6m
b = 300 mm b = 200 mm

Tebal pelat: 12 cm
h =300mm
h = 350 mm

Peruntukan Ruangan : Rumah Sakit


Lokasi : Lombok 133
kolom balok
134
135
136
Referensi:

[1] _________________, Beban miminum untuk perancangan


gedung dan struktur lainnya, SNI 1727:2013, BSN 2013.
[2] _________________ , Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Bagunan Gedung dan Non Gedung, Badan
Standarisasi Nasional, SNI 1726:2012
[3] _________________ , Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Bagunan Gedung dan Non Gedung, Badan
Standarisasi Nasional, SNI 1726:2012

137

Anda mungkin juga menyukai