Anda di halaman 1dari 38

i TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

TEKNOLOGI TEPAT GUNA (DRAFT)

ALAT PEMBUAT BIO-ARANG DAN ASAP CAIR

TIM PEMBUAT :

Kemas Ridhuan, M.Eng. (NIDN. 0210096904)


Dwi Irawan, M.T. (NIDN. 0231128602)

Diabiayai oleh
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat
Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementrian
Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Sesuai dengan surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Program Penelitian
Nomor : 2581 SP2H/K/2/KM/2017

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO


AGUSTUS 2017

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


ii TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

IDENTITAS PENEMU/PEMBUAT

1. a. Judul Karya : Alat Pembuat Arang Aktif Dan Asap Cair


Dari Bahan Biomassa
b. Jenis Karya : Alat Konstruksi
c. Kategori : Perorangan
2, Pencipta/Penemu Utama :
a. Nama lengkap : Kemas Ridhuan, M.Eng.
b. NIDN. : 0210096904
c. Nomor HP : 085366311404
d. Alamat email : kmsridhuan@yahoo.co.id
e. Program Studi : Teknik Mesin
f. Jenis Kelamin : Laki-laki
g. Pangkat/Gol. : Penata Muda Tk I/III.b
h. Jabatan Fungsional : Lektor
i. Unit Kerja : Fakultas Teknik U.M. Metro
j. Alamat Unit Kerja : Jl. Kihajar Dewantara No.116 Metro
3. Anggota Tim Penemu :
a. Nama Anggota : Dwi Irawan, M.T.
b. NIDN : 0231128602
4. Lokasi : Kampus 2 FT. UM.Metro Kota Metro
5. Tahun Pembuatan : 2017

Metro, Oktober 2017


Mengetahui/Mengesahkan: Penemu/Pembuat Utama,
Ketua LPPM UM.Metro

(Prof. Dr. Juhri AM., M.Pd.) (Kemas Ridhuan, M.Eng)


NIP. 19530307 1985011001 NIDN. 0210096904

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


iii TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

PRAKATA

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala Nikmat, Karunia, Rahmat dan Hidayah-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan
teknologi tepat guna ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Teknologi tepat guna ini merupakan salah satu luaran dari penelitian produk
terapan yang berjudul “Pengembangan Reaktor Pirolysis Dengan Menggunakan Bahan
Bakar Biomassa Untuk Peningkatan Produksi Dan Efisiensi Hasil Bio-Arang Dan Bio-
Oil”. Teknologi tepat guna ini masih dalam bentuk draft yang masih sangat perlu
dikembangkan dan disempurnakan lagi sehingga bisa menjadi sebuah Teknologi tepat
guna yang sempurnah.
Teknologi tepat guna ini membahas mengenai alat pembuat arang aktif dan asap
cair dari bahan biomassa. Arang aktif merupakan suatu bahan bakar yang memiliki
kadar nilai kalor yang lebih besar sehingga sangat potensial untuk dijadikan sumber
bahan bakar yang dapat dioleh dalam bentuk arang beriket. Kemudian asap cair
merupakan salah satu jenis bahan pengawet produk makanan alami atau bahan lain
untuk beberapa produk seperti campuran proses olahan karet, zat pewarna alami dan
lain-lain. Pentingnya bahan yang alami yang tidak mengandung dampak negatif bagi
kesehatan manusia disaat sekarang banyaknya bahan-bahan yang mengandung unsur
kimia yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
Teknologi tepat guna ini berisikan tentang beberapa komponen penting, fungsi
dan cara kerjanyakesehatyang disertai dengan gambar dan keterangan dari alat pirolisis
agar dapat lebih mudah dipahami oleh masyarakat dalam pengoperasiannya. Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penerapan dan pemanfaatan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdampak langsung pada nilai kehidupan,
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan
transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk juga alat pirolisis ini. Bentuk
partisipasi dan kontribusi ilmiah dari Civitas Akademika Teknik Mesin Universitas
Muhammadiyah Metro dalam mengembangkan keilmuan khususnya tentang pembuatan
peralatan dalam pemanfaatan sumber daya alami bagi kehidupan masyarakat yang lebih
luas lagi.

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


iv TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

Diharapkan teknologi tepat guna ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan sumber daya alam Indonesia
umumnya sehingga dapat memberikan kontribusi keilmuan dan informasi yang bernilai
guna dan berdaya guna bagi kehidupan umat manusia dimasa yang akan datang.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Metro
2. Ketua Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Metro
3. Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Kementrian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
4. Kopertis Wilayah II Palembang
5. Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Metro
6. Rekan-rekana Dosen Universitas Muhammadiyah Metro
7. Rekan-rekan dilapangan yaitu Desa Banjarejo 38 Batanghari Lampung Timur
yang telah membantu dalam penelitian ini
8. Mahasiswa-mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah
Metro terutama angkatan 2013
9. Setaf TU dan karyawan Universitas Muhammadiyah Metro
10. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penelitian ini hingga selesai.

Penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa dengan segala kekurangan dan


keterbatasan yang ada baik pada diri penulis maupun peralatan yang digunakan, masih
sangat banyak hal-hal yang perlu diperbaiki dan disempurnakan serta dikembangkan
lebih lanjut dari teknologi tepat guna ini. Dan akhir kata, semoga teknologi tepat guna
yang tidak seberapa ini kiranya akan dapat menambah wawasan dan pemahaman untuk
kajian penelitian selanjutnya.

Metro. Agustus 2017

Penulis.

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


v TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

DAFTAR ISI

halaman
HALAMAN SAMPUL .................................………………………….... i i
HALAMAN PENGESAHAN .................................…………………………… ii
RINGKASAN ......................................................................... Iii
PRAKATA ......................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................…………………………… v


DAFTAR GAMBAR .................................…………………………... vii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….... 15
1.1. Dasar Penemuan............................................................................ 1
1.2. Tujuan Penemuan.......................................................................... 2
1.3. Manfaat Penemuan........................................................................ 3
1.4. Ruang Lingkup Penemuan............................................................ 4
BAB II RANCANGAN ALAT PIROLISIS……………………..…………... 5
2.1. Energi Terbarukan........................................................................ 5
2.2. Biomassa...................................................................................... 5
2.7. Pembakaran.................................................................................. 6
2.8. Pirolisis........................................................................................ 7
2.9. Bio Arang.................................... ................................................ 8
2.10. Asap cair.................................................................................... 9
BAB III PROSEDUR PEMBUATAN ALAT PIROLISIS................................. 12
3.1. Reaktor Pirolisis............................................................................. 12
2 3.2. Tabung Pitot................................................................................... 13
3.3. Alat Destilasi................................................................................ 14
BAB IV PENGGUNAAN ALAT PIROLISIS ……………………………...... 16
4.1. Cara Pemakaian Tabung Pitot....................................................... 16
4.2. Cara Pemakaian Reaktor Pirolisis................................................. 17
4.3. Cara Pemakaian Kondensor........................................................... 18

BAB V PENUTUP........................................................................................... 19

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


vi TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

7.1. Kesimpulan................................................................................. 19
7.2. Saran........................................................................................... 20

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


vii TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.4. Limbah Biomassa.............................................................. 5


Gambar 2.2. Reaktor Pirolisis................................................................ 10
Gambar 2.3. Alat Condensor.................................................................. 11
Gambar 4.3. Rangkaian Sistem Reaktor Pirolisis.................................. 13
Gambar 4.2. Tabung Pitot..................................................................... 14
Gambar 4.4. Pembuatan Reaktor.......................................................... 15
Gambar 5.1. Pembuatan alat penunjang................................................ 16

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


1 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Dasar Penemuan


Krisis energi merupakan persoalan yang krusial dibanyak negara di dunia yang
menuntut penanganan serius untuk segera diatasi, termasuk juga di Indonesia.
Ketersediaan energi semakin lama semakin menipis seiring pertambahan pendudu yang
tidak dapat dielakan dan kemajuan teknologi serta peningkatan perekonomian
menyebabkan peningkatan konsumsi energi di Indonesia semakin tinggi. Namun
peningkatan kebutuhan akan konsumsi energi tersebut tidak diiringi dengan kestabilan
harga dan pasokan energi yang mencukupi.
Berdasarkan Kajian Kebutuhan dan Penyediaan Energi di Indonesia oleh
Kemenristek bahwa kebutuhan energi nasional akan meningkat dari 122 GWth (674 juta
SBM) pada tahun 2002 menjadi 304 GWth (1680 juta SBM) pada tahun 2020,
meningkat sekitar 2,5 kali lipat atau naik dengan laju pertumbuhan rerata tahunan
sebesar 5,2%. Kebutuhan energi sebanyak itu ternyata masih dominan ditopang oleh
bahan bakar minyak. Bahan bakar minyak yang merupakan sumber energi tak
terbarukan diperkirakan akan habis dan Indonesia akan menjadi negara net impor
minyak apabila ketergantungan terhadap bahan bakar minyak tidak teratasi. Untuk itu
pengembangan dan penggunaan energi alternatif harus dilakukan demi memenuhi
kebutuhan energi Nasional.
Pemerintah terus menggalakkan dan mendorong untuk peningkatan ketersediaan
sumber-sumber energi, yaitu dengan pengembangan dan pemanfaatan sumber energi
baru dan terbarukan. Salah satu sumber energi terbarukan cukup potensial dan
berlimpah di Indonesia adalah biomasa. Energi biomasa merupakan sumber energi yang
berasal dari sisa tumbuh-tumbuhan atau sering disebut dengan limbah biomassa.
Berdasarkan Departemen ESDM tahun 2005 tentang sumber energi primer di Indonesia
bahwa kapasitas energi biomassa yang tersedia sebesar 49,81 GW sementara kapasitas
terpasang hanya 0,302 GW. Ini menunjukkan bahwa pemanfaatan energi biomassa
masih sangat sedikit dan perlu ditingkatkan. Bila kita maksimalkan potensi yang ada
dengan menambah jumlah kapasitas terpasang, maka akan membantu bahan bakar fosil
yang selama ini menjadi tumpuan dari penggunaan energi. Hal ini akan membantu

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


2 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

perekonomian yang selama ini menjadi boros akibat dari anggaran subsidi bahan bakar
minyak yang jumlahnya melebihi anggaran sektor lainnya. Energi biomassa menjadi
penting bila dibandingkan dengan energi terbaharukan karena proses konversi menjadi
energi listrik memiliki investasi yang lebih murah bila di bandingkan dengan jenis
sumber energi terbaharukan lainnya.
Berbagai jenis biomassa yang banyak terdapat di Indonesia bahkan sebagian
besar merupakan limbah yang tidak termanfaatkan dan sudah sangat mengganggu
lingkungan, seperti limbah pertanian, yang banyak dihasilkan diantaranya yaitu batok
kelapa atau degan, kulit durian, tongkol jagung, sekam padi, bungkil kelapa sawit dan
serbuk gergaji serta yang lainnya. Pengembangan biomasa sebagai sumber energi untuk
substitusi bahan bakar bisa menjadi solusi untuk mengurangi beredarnya gas rumah kaca
di atmosfer. Dengan penggunaan biomassa sebagai sumber energi maka konsentrasi
CO2 dalam atmosfer akan seimbang.
Limbah/Sampah adalah merupakan suatu buangan/sisa yang kehadirannya pada
suatu waktu dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak
mempunyai nilai ekonomi dan bahkan sangat mengganggu lingkungan. Limbah
mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya sehingga akan sangat
berdampak negatife bagi kehidupan manusia, sehingga diperlukan suatu solusi untuk
mengatsi hal-hal tersebut. Dengan demikian kegiatan ini akan sangat bermanfaat sekali
dimana disatu sisi dapat menghasilkan sumber-sumber energy baru dan dilain sisi kita
mampu mengatsi pencemaran dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh limbah
pertanian tersebut.
Kemudian pesatnya pembangunan menuntut segala sesuatu serba instan atau
cepat terutama untuk penyediaan akan bahan makanan dan kesibukan para pekerja
membuat segala sesuatunya menjadi sangat berarti terutama masalah waktu akan
menjadi sangat berharga. Penyediaan akan bahan makanan yang tahan lama
memungkinkan pengggunaan akan bahan pengawet makan yang mengandung kimia,
disisi lain penggunaan bahan kimia pada makanan akan berdampak pada kesehatan
manusia. Berbagai penyakit yang mungkin akan timbul akibat mengkonsumsi makanan
yang mengandung bahan kimia, seperti penyakit tumor dan kanker. Oleh karena itu
diperlukan suatu bahan pengawet makan yang alami yang tidak lagi berefek samping
bagi kesehatan manusia.

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


3 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

1.2. Tujuan Penemuan


Tujuan dari penemuan ini diantaranya menciptakan suatu alat yang dapat
menghasilkan sumber energy-energi baru yang dapat dikembangkan lebih lanjut
sehingga penggunaannya dapat terus dimanfaatkan dan dikembangkan lebih lanjut. Dan
juga penggunaan alat tersebut dapat lebih mudah dikerjakan oleh banyak orang.
Kemudian itu penemuan ini juga diharapakan dapat menghasilkan bahan pengawet
makanan yang alami sehingga bila dikonsumsi bahan tersebut akan sangat aman bagi
kesehatan masyarakat.

1.3. Manfaat Penemuan


Adapun manfaat dari penemuan ini yaitu diantaranya :
a. Dapat mengembangkan dan meningkatkan sumber-sumber energi baru dan
terbarukan yang ada serta peningkatan akan konservasi energi.
b. Dapat mengatasi krisis dan kelangkaan bahan bakar khususnya bahan bakar
dari sumber energy fosil
c. Dapat mencegah dan menanggulangi kerusakan dan pencemaran lingkungan
akibat peningkatan jumlah limbah biomassa
d. Dengan pengembangan biomasa sebagai sumber energi untuk substitusi bahan
bakar bisa menjadi solusi untuk mengurangi beredarnya gas rumah kaca di
atmosfer karena konsentrasi CO2 dalam atmosfer akan seimbang.
e. Mengurangi keperluan akan tempat penimbunan sampah karena penyediaan
tempat penimbunan akan menjadi lebih sulit dan mahal, khususnya di
perkotaan.
f. Dengan proses pirolisis ini maka akan dapat menghemat penggunaan atau
pemakaian bahan bakar minyak, gas LPG, kayu atau listrik yang selama ini
selalu digunakan.
g. Dapat menghasilkan produk / bahan pengawet makan alami yang baik bagi
kesehatan manusia yang bersumber dari biomassa.
h. Dapat meningkatkan efisiensi energi secara keseluruhan karena kandungan
energi yang terdapat pada limbah cukup besar karena limbah biomassa tersebut
terbuang begitu saja secara percuma.

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


4 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

1.4. Ruang Lingkup Penemuan


Ruang lingkup dari penemuan ini meliputi beberapa komponenen atau bagian
dari peralatan pirolisis yaitu pertama Reaktor pirolisis yaitu suatu bagian dari alat
pirolisis yang berfungsi untuk memanaskan atau pembakaran bahan bakar sehingga
timbul peningkatan suhu pada ruang bakar. Kedua silinder pitot yaitu tempat
penampung bahan baku biomassa yang tertutup rapat sehingga tidak ada uap cair yang
terbuang dan juga tidak ada udara yang masuk. Yang ketiga adalah alat condenser yaitu
merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mendinginkan asap cair yang dihasilkan
dari reactor. Di kondensor terdapat air yang berfungsi menurukan suhu asap cair
sehingga terkondensasi.
Kemudian untuk ruang lingkup hasil yang didapat yaitu pertama Bio-arang yang
merupakan bahan padatan yang berwarna hitam pekat, memiliki nilai kalor yang tinggi.
Ini merupakan bahan bakar arang yang dihasilkan dari pembakaran biomassa yang
tanpa menggunakan udara. Yang kedua adalah asap cair yang merupakan cairan
berwarna kehitaman dan beraroma sangat kuat yaitu merupakan bahan alami untuk
berbagai keperluan tergantung dari biomassa yang digunakan, kebanyakan merupakan
bahan pengawet makanan alami yang tidak mengandung bahan kimia.

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


5 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

BAB II
RANCANGAN ALAT PIROLISIS

2.1. Energi Terbarukan


Energi terbarukan adalah energi yang pada umumnya sumberdaya non fosil
yang dapat diperbaharui dan apabila dikelola dengan baik maka sumberdayanya tidak
akan habis. Jenis energi terbarukan meliputi biomasa, panas bumi, energi surya, energi
hidro, energi angin dan samudera.
Pada tahun 2010, banyak negara telah menyadari pentingnya pemanfaatkan
sumber-sumber Energi Terbarukan sebagai pengganti energi tidak terbarukan seperti
minyak bumi, batubara dan gas yang telah menimbulkan dampak yang sangat merusak
terhadap bumi. Dengan semakin menipisnya cadangan sumber energi tidak terbarukan,
maka biaya untuk penambangannya akan meningkat, yang berdampak pada
meningkatnya harga jual ke masyarakat .Pada saat yang bersamaan, energi tidak
terbarukan akan melepaskan emisi karbon ke atmosfir, yang menjadi penyumbang besar
terhadap pemanasan global.
Dibanyak daerah pedalaman di Indonesia, solusi energi tidak terbarukan belum
tersedia. Karena akses kepada jaringan PLN belum ada ataupun masih sangat terbatas.
Daerah perdesaan ini sering menjadi tempat-tempat yang terisolasi dan bergantung
kepada pemakaian energi tradisional yang tidak bisa diandalkan, seperti generator yang
berbahan bakar minyak, kayu atau tabung LPG sebagai sumber energi yang digunakan
untuk memasak, penerangan, serta kebutuhan listrik dasar lainnya. Solusi Energi
Terbarukan menjadi jawaban terhadap permintaan kebutuhan pembangunan desa di
Indonesia, serta mempromosikan solusi praktis dan berkelanjutan yang bisa langsung
diadopsi oleh masyarakat pedesaan yang menjadi prioritas bagi bangsa Indonesia.
Ada banyak alasan mengapa energi terbarukan menjadi pilihan, diantaranya;
relatif tidak mahal, bersifat netral karbon, kebanyakan tidak menimbulkan polusi dan
semakin mendapatkan dukungan dari berbagai LSM untuk menggantikan solusi energi
tidak terbarukan berbasis bahan bakar minyak. Lebih lanjut, mengimplemantasikan
teknologi ini dalam masyarakat perdesaan bisa memberikan peluang kemandirian
kepada masyarakat perdesaan untuk mengelola dan mengupayakan kebutuhan energi
mereka sendiri beserta solusinya.

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


6 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

Energi terbarukan adalah sumber-sumber energi yang bisa habis secara alamiah.
Energi terbarukan berasal dari elemen-elemen alam yang tersedia di bumi dalam jumlah
besar, misal: matahari, angin, sungai, tumbuhan dsb. Energi terbarukan merupakan
sumber energi paling bersih yang tersedia di planet ini.

2.2. Biomassa
Biomassa adalah material biologis yang berasal dari suatu kehidupan, atau
organisme yang masih hidup yang berstruktur karbon dan campuran kimiawi bahan
organik yang mengandung hidrogen, nitrogen, oksigen, dan sejumlah kecil dari atom -
atom & elemenelemen lainnya. Dan biomassa merupakan bahan organik yang
dihasilkan melalui pross fotosintetik, baik berupa produk maupun buangan, contohnya
tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja dan kotoran
ternak. Biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Umum yang
digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau
merupakan limbah buangan.
Biomassa merupakan bahan bakar organik yang terbentuk dari zat-zat organik
yang disusun oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis (dengan bantuan energi
matahari). Biasanya bahan bakar jenis ini diklasifikasikan ke dalam bahan bakar padat
yang memiliki unsur kimia antara lain: zat arang atau karbon (C), hidrogen (H), zat
asam atau oksigen (O), zat lemas atau nitrogen (N), belerang (S), abu dan air yang
semuanya itu terikat dalam satu persenyawaan kimia. Salah satu bahan bakar padat
alternatif yang digunakan sebagai sumber energi adalah biomassa.
Mekanisme pembakaran biomassa terdiri dari tiga tahap yaitu pengeringan
(drying), devolatilisasi (devolatilization), dan pembakaran arang (char combustion).
Proses pengeringan akan menghilangkan moisture, devolatilisasi yang merupakan
tahapan pirolisis akan melepaskan volatil, dan pembakaran arang yang merupakan
tahapan reaksi antara karbon dan oksigen, akan melepaskan kalor. Laju pembakaran
arang tergantung pada laju reaksi antara karbon dan oksigen pada permukaan dan laju
difusi oksigen pada lapis batas dan bagian dalam dari arang.
Reaksi permukaan terutama membentuk CO. Diluar partikel, CO akan bereaksi
lebih lanjut membentuk CO2. Pembakaran akan menyisakan material berupa abu.
Biomassa merupakan materi turunan organisme hidup seperti tumbuhtumbuhan.

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


7 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

Sebagai contoh pupuk, sampah, dan serbuk gergaji, yang semuanya itu merupakan
sumber biomassa. Biomasa dapat dikategorikan sebagai kayu dan biomasa non-kayu.
Biomasa kayu dapat dibagi lagi menjadi kayu keras dan kayu lunak. Biomasa non-kayu
yang dapat digunakan sebagai bahan bakar meliputi limbah hasil pertanian seperti
limbah pengolahan industri gula pasir (bagasse), sekam padi, rerantingan (stalks),
jerami, biji-bijian, termasuk pula kotoran hewan dapat juga digunakan sebagai bahan
bakar. Bahan bakar kayu meliputi gelondongan kayu (cord wood), ranting pohon, tatal
kayu, kayu sejenis cemara (bark), gergajian kayu, sisa hasil hutan, arang kayu, dan
lainlain. Biomassa merupakan sumber energi terbarukan yang meliputi banyak karbon
yang tidak sama dengan sumber-sumber alamiah lain seperti bahan bakar minyak,
batubara dan bahan bakar nuklir.
Secara umum teknologi konversi biomassa menjadi bahan bakar dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu pembakaran langsung, konversi termokimiawi dan
konversi biokimiawi. Pembakaran langsung merupakan teknologi yang paling
sederhana karena pada umumnya biomassa telah dapat langsung dibakar. Beberapa
biomassa perlu dikeringkan terlebih dahulu dan didensifikasi untuk kepraktisan dalam
penggunaan. Konversi termokimiawi merupakan teknologi yang memerlukan perlakuan
termal untuk memicu terjadinya reaksi kimia dalam menghasilkan bahan bakar.
Sedangkan konversi biokimiawi merupakan teknologi konversi yang menggunakan
bantuan mikroba dalam menghasilkan bahan bakar.
Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan antara lain merupakan
sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable) sehingga dapat menyediakan
sumber energi secara berkesinambungan (suistainable). Energi biomassa adalah energi
dibuat untuk bahan bakar yang didapatkan dari sumber alami yang dapat diperbarui.
Jadi, energi biomassa ini bisa menjadi jalan keluar dari bahan bakar yang selama ini
tidak dapat diperbaharui dan mencemari lingkungan hidup. Biasanya, bahan pembuat
biomassa ini berasal dari dua jenis, dari kategori hewan yang bisa berupa
mikroorganisme ataupun makroorganisme dan juga bahan-bahan energi biomassa dari
tumbuhan seperti tanaman sisa pengolahan ataupun hasil panen secara langsung. Energi
biomassa ini muncul berdasarkan adanya siklus carbon di bumi. Dimana, hampir semua
unsur kehidupan, mulai dari tumbuhan, hewan hingga manusia memiliki unsur karbon
yang pada dasarnya terus berputar. Karena itulah, biomassa sendiri bisa dibuat bahan
bakar karena juga mengandung unsur carbon.

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


8 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

Biomassa dapat diubah menjadi energi alternatif dengan tiga proses utama yaitu
pembakaran langsung, konversi secara termokimia dan proses biologi. Konversi secara
termokimia terdiri dari pirolisis, gasifikasi dan pencairan (liquefaction) Untuk
mengolah limbah biomassa yang biasanya memiliki kadar air relatif tinggi, metode
pirolisis dan gasifikasi membutuhkan energi tambahan untuk menguapkan air yang
terkandung, sehingga total efisiensi energinya menjadi rendah.

2.3. Pembakaran
Pembakaran merupakan reaksi kimia cepat antara oksigen dan bahan bakar pada
suhu tertentu, yang disertai pelepasan suatu kalor. Berdasarkan kondisinya, pembakaran
dibagi menjadi tiga, yaitu; pembakaran spontan, pembakaran sempurna dan
pembakaran parsial. Sebelum proses pembakaran berlangsung, terlebih dahulu bahan
bakar dinaikkan suhunya hingga titik bakarnya tercapai (flash point). Penguraian dan
oksidasi dimulai pada suhu yang rendah ke suhu tinggi. Jika bahan bakar mengandung
unsur oksigen dan zat penguap (volatile matter) yang tinggi maka suhu penguraian dan
oksidasi akan semakin rendah.
Pada proses pembakaran biomassa, 80% energi yang dilepaskan dalam bentuk
gas yang mudah terbakar dan sisanya dalam bentuk karbon. Oleh karena itu, selama
proses pembakaran sangat penting untuk mempertahankan agar oksigen dapat selalu
dijaga dalam kontak dengan bahan bakar dan gas-gas yang terbentuk ketika
pembakaran berlangsung pada suhu penyalaannya. Kontak yang baik antara bahan
bakar dengan oksigen akan menghasilkan proses pembakaran secara cepat dan komplit,
sehingga diperoleh efisiensi pembakaran yang relatif tinggi.
Jika bahan bakar dalam bentuk gas, maka pencampuran reaktan (oksigen dan
bahan bakar) dapat dicapai secara optimal karena substansi gas-gas tersebut dapat
dengan mudah dicampur secara cepat dan tepat sesuai dengan rasio kebutuhan udara
yang diperlukan. Proses pembakarannya pun mungkin dapat terjadi secara cepat, dan
kemudian pengontrolannya pun juga lebih cepat terutama dalam penambahan atau
pengurangan bahan bakar maupun oksigen yang diperlukan. Supaya proses pembakaran
bahan bakar biomassa juga dalam situasi yang sama dengan proses pembakaran gas
alam, maka bahan bakar biomassa yang dioksidasi perlu direduksi ukurannya menjadi
partikel-partikel lebih kecil dari kondisi awalnya.

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


9 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

2.4. Pirolisis
Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan
tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya, di mana material mentah akan
mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. Pirolisis adalah kasus khusus
termolisis. Pirolisis ekstrim, yang hanya meninggalkan karbon sebagai residu, disebut
karbonisasi. Dan pirolisis merupakan kasus khusus dari thermolysis terkait dengan
proses kimia charring, dan yang paling sering digunakan untuk organik bahan.. Hal ini
terjadi secara spontan pada temperatur tinggi (misalnya, di atas 300°C untuk kayu, itu
berbeda untuk bahan lainnya), misalnya dalam kebakaran atau ketika vegetasi datang ke
dalam kontak dengan lava dalam letusan gunung berapi. Secara umum, gas dan cairan
menghasilkan produk dan meninggalkan residu padat kaya kandungan karbon. Extreme
pirolisis, yang daun karbon sebagai residu, disebut karbonisasi. Hal itu tidak melibatkan
reaksi dengan oksigen atau reagen lainnya, tetapi dapat terjadi dalam kehadiran mereka.
Pirolisis yang banyak digunakan dalam industri kimia, misalnya, untuk
menghasilkan arang, karbon aktif, metanol dan bahan kimia lainnya dari kayu, untuk
mengubah ethylene dichloride ke vinil klorida untuk membuat PVC, untuk
memproduksi kokas dari batubara, untuk mengubah biomassa menjadi gas sintesis,
untuk mengubah limbah menjadi bahan sekali pakai dengan aman, dan untuk retak
menengah-berat hidrokarbon dari minyak untuk memproduksi lebih ringan yang seperti
bensin. Pirolisis juga merupakan alat analisis kimia, misalnya dengan pirolisis
kromatografi gas spektrometri massa dan di carbon-14 kencan. Memang, banyak zat
kimia penting, seperti fosfor dan asam sulfat, pertama kali diperoleh dengan proses ini.
Telah diasumsikan berlangsung selama catagenesis, konversi dimakamkan bahan
organik untuk bahan bakar fosil. Pyrolysis is also the basis of pyrography . Pirolisis
juga merupakan dasar pyrography.
Pirolisa merupakan proses pemecahan lignoselulosa oleh panas dengan oksigen
yang terbatas dan menghasilkan gas, cairan dan arang yang jumlahnya tergantung pada
jenis bahan, metode, dan kondisi dari pirolisanya. Pada proses pirolisa, sellulosa
mengalami 2 tahap. Tahap pertama merupakan reaksi hidrolisis asam yang diikuti oleh
dehirasi yang menghasilkan glukosa. Tahap kedua pembentukan asam asetat dan
homolognya bersama air serta sejumlah kecil furan dan fenol (Girard, 1992). Hasil
pirolisis dari senyawa sellulosa, hemisellulosa dan lignin diantaranya akan
menghasilkan asam organik, fenol, karbonil yang merupakan senyawa yang berperan

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


10 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

dalam pengawetan bahan makanan. Senyawa-senyawa tersebut berbeda proporsinya


diantaranya tergantung pada jenis, kadar air kayu, dan suhu pirolisis yang digunakan.
Paris et al (2005) mengatakan bahwa pirolisis merupakan proses pengarangan dengan
cara pembakaran tidak sempurna bahan-bahan yang mengandung karbon pada suhu
tinggi. Asap cair pada proses ini diperoleh dengan cara kondensasi asap. yang
dihasilkan melalui cerobong reaktor pirolisis. Proses kondensasi asap menjadi asap cair
sangat bermanfaat bagi perlindungan pencemaran udara yang ditimbulkan oleh proses
tersebut. Di samping itu, asap cair yang mengandung sejumlah senyawa kimia
Pirolisis merupakan proses dekomposisi bahan-bahan yang mengandung karbon
(C), baik yang berasal dari tumbuhan, hewan maupun tambang menghasilkan arang dan
asap yang dapat dikondensasi menjadi destilat (asap cair) (Paris et al. 2005). Proses
pirolisis terdiri dua tingkat yaitu pirolisis primer dan sekunder. Pirolisis primer adalah
proses prolisis yang terjadi pada suhu 150-300°C (proses lambat), dan pada suhu 300-
400°C (proses cepat). Hasil dari proses lambat adalah arang, H2O, CO,dan CO2.
Sedangkan hasil pirolisis cepat adalah arang, berbagai gas, dan H2. Sedangkan pirolisis
sekunder adalah proses pirolisis yang terjadi pada gas hasil dan terjadi pada suhu lebih
dari 600°C dan hasil pirolisis CO, H2, dan hidrokarbon. Umumnya proses sekunder ini
digunakan untuk gasifikasi.
Proses pirolisis merupakan proses pembakaran yang dilakukan dengan
penambahan bahan biomassa dengan sedikit oksigen, agar dihasilkan produk asap cair,
arang, ter dan bahan kimia. Dekomposisi pirolisis kayu dengan adanya udara dalam
suhu akhir menghasilkan tiga kelompok (Fengel 1983), yaitu komponen padat (arang),
senyawa-senyawa yang mudah menguap dan gas yang mudah menguap. Cairan pirolisis
merupakan campuran kompleks senyawa alifatik dan aromatik. Proses pirolisis
melibatkan berbagai proses reaksi yaitu dekomposisi, oksidasi, polimerisasi. dan
kondensasi. Reaksi-reaksi yang terjadi selama pirolisis kayu adalah penghilangan air
dari kayu pada suhu 120-150°C, pirolisis hemiselulosa pada suhu 200-250°C,
Dari hasil pirolisis ini kemudian dapat dilakukan konversi produk salah satunya
untuk kepentingan sintesis bahan pengganti minyak bumi atau bahan obat-obatan.
Secara bertahap, pirolisis kayu akan mengalami penguraian yaitu (i) hemiselulosa
terdegradasi pada 200-260oC, (ii) selulosa pada 240-350oC, dan (iii) lignin pada 280-
500oC. Degradasi termal dapat dilakukan dengan adanya pelarut dalam jumlah rendah
sehingga reaksi berjalan lebih cepatProses pirolisis untuk pembentukan asap cair dan

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


11 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

arang (Jannsen et al. 2004), dimulai saat kayu yang dibakar mengalami penguraian yang
sangat kompleks (daerah 1), dimana senyawa kimia kayu yang di identifikasi sifat fisik
dan kimia akibat perpindahan massa dan panas kemudian terjadi penguapan
(evaporation) (daerah 2), yang menyebabkan titik didih air menguap pada suhu
dekomposisi antara 200-250°C (daerah 3), mengalami pirolisis (daerah 4 ), lapisan
arang (daerah 5), lapisan awal permukaan (daerah 6) dan nyala api (daerah 7).

Gambar 2.4. Rangkaian system proses pirolisis

2.5. Bio-arang
Arang atau karbon merupakan residu hitam berbentuk padatan berpori yang
mengandung 85-95 % karbon yang nantinya akan dihasilkan dengan menghilangkan
kandungan air dan komponen volatile dari bahan-bahan yang mengandung karbon
melalui pemanasan pada suhu tinggi. Kendati demikian, masih terdapat sebagian pori –
pori yang tetap tertutup dengan hidrokarbon, ter dan senyawa organik lain. Kualitas

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


12 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

arang karbon juga dipengaruhi oleh kesempurnaan dalam proses karbonisasinya.


karbonisasi merupakan proses penguraian selulosa menjadi karbon pada suhu berkisar
275°C. Proses ini sangat dipengaruhi oleh suhu dan akan menentukan kualitas dari
arang karbon yang dihasilkan. Banyaknya arang karbon yang dihasilkan ditentukan oleh
komposisi awal biomassa yang digunakan. Bila dalam proses karbonisasi kandungan
zat menguap semakin banyak maka akan semakin sedikit karbon yang dihasilkan
karena banyak bagian yang terlepas ke udara.
Karbon atau arang yang telah mengalami perbesaran pori atau luas permukaan
sehingga dapat menyerap zat-zat lain yang ada di sekitarnya. Karbon juga memiliki
kelebihan lain yakni mudah untuk dibuat, sebab proses pembuatannya termasuk proses
yang cukup sederhana. Dalam pembuatan arang karbon, tidak hanya bahan bakunya
saja yang perlu diperhatikan, juga proses aktivasinya. Karena merupakan hal penting
yang turut berpengaruh dalam pembuatan karbonaktif. Proses aktivasi merupakan suatu
perlakuan terhadap karbon agar karbon mengalami perubahan sifilt, baik fisik maupun
kimia, dimana luas permukaannya meningkat tajam akibat terjadinya penghilangan
senyawa tar dan senyawa sisa -sisa pengarangan.
Ada dua metode aktivasi yang dapat digunakan dalam pembuatan arang karbon,
yakni :
1. Aktivasi kimia yakni pengaktifan arang atau karbon dengan menggunakan bahan-
bahan kimia sebagai activating agent yang dilakukan dengan cara merendam arang
dalam larutan kimia, seperti ZnCl2, KOH, HNO3, H3PO4, dan sebagainya.
2. Aktivasifisikayakni pengaktifan arang atau karbon dengan menggunakan panas, uap,
dan CO2 dengan suhu tinggi dalam sistem tertutup tanpa udara sambil dialiri gas
inert.

Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon,


dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu
tinggi. Bio-arang merupakan bahan bakar arang yang dibuat dari bahan tumbu-
tumbuhan dengan cara proses pirolisis dan dengan kwalitas kalori yang lebih baik
dibanding arang biasa. Pambayun (2013) mengatakan persen removal tertinggi didapat
pada karbon aktif dengan zat aktivator Na2CO3 5% dengan persen removal sebesar
99,745%. Kapasitas optimum penyerapan fenol dengan karbon aktif dari arang
tempurung kelapa terbaik didapat pada karbon aktif dengan zat aktivator Na2CO3 5%

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


13 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

dengan kapasitas serapan sebesar 220,751 mg fenol/gram karbon aktif. Bio-arang yang
dihasilkan dari pembakaran pirolisis kemudian dibuat beriket agar membentuk
gumpalan lebih padat, bahkan dapat menaikan nilai kalorimya.
Arang diperoleh dengan memanaskan kayu sampai lengkap pirolisis
(karbonisasi), hanya meninggalkan karbon dan anorganik abu. Di banyak bagian dunia,
arang masih diproduksi semi-industri, dengan membakar tumpukan kayu yang telah
sebagian besar tertutup lumpur atau batu bata. Panas yang dihasilkan oleh pembakaran
bagian dari kayu dan produk sampingan pyrolyzes volatile sisa tumpukan. Terbatasnya
pasokan oksigen mencegah dari pembakaran arang juga. Alternatif yang lebih modern
adalah dengan memanaskan kayu dalam kapal logam kedap udara, yang jauh lebih
sedikit polusi dan memungkinkan produk volatile akan terkondensasi.

2.6. Asap Cair


Pada awalnya Asap cair merupakan asa cuka (veenager) yang diperoleh melalui
proses pirolisis bahan yang mengandung selulosa, hemi selulosa, dan lignin pada suhu
4000c selama 90 menit lalu diikuti proses kondensasi dalam kondensor pendingin
destilat yang diperoleh berupa asap cair yang memiliki kemampuan untuk
mengawetkan, karena adanya senyawa fenol, asam dan karbonil. Asap cair (Liquid
Smoke) merupakan suatu hasil destilasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran
tidak langsung maupun langsung dari bahan bahan yang banyak mengandung karbon
serta senyawa-senyawa lain dan merupakan salah satu hasil pirolisis tanaman atau kayu
pada suhu sekitar 400℃ pirolisis tempurung kelapa yang telah menjadi asap cair akan
memiliki senyawa fenol sebesar 4,13%, karbonil 11,3% dan asam 10,2%. Senyawa-
senyawa tersebut mampu mengawetkan makanan sehingga mampu bertahan lama
karena memiliki fungsi utama yaitu sebagai penghambat perkembangan bakteri. Asap
cair merupakan bahan kimia hasil destilasi asap hasil pembakaran yang mampu
menjadi desinfektan sehingga bahan makanan dapat bertahan lama tanpa
membahayakan konsumen. Pemanfa’atan limbah kayu sebagai asap cair telah mendapat
perhatian belakangn ini. Pada umumnya diperoleh secara pirolisis. Pada proses pirolisis
terjadi dekomposisi dari senyawa selulosa, hemi selulosa dan lignin yang terdapat pada
bahan baku tersebut, pirolisis tersebut pada umumnya menghasilkan asap cair, ter,
arang, minyak nabati dan lain-lain.

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


14 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

Asap cair merupakan campuran larutan dan dispersi koloid dari uap asap kayu
dalam air yang diperoleh dari hasil pirolisis kayu atau dibuat dari campuran senyawa
murni (Maga 1988). Asap diproduksi dengan cara pembakaran yang tidak sempurna
yang melibatkan reaksi dekomposisi konstituen polimer menjadi senyawa organik
dengan berat molekul rendah yang diakibatkan oleh panas. Reaksi yang terjadi adalah
oksidasi, polimerisasi dan kondensasi (Girrard 1992). Proporsi partikel padatan dan
cairan dalam medium gas menentukan kepadatan gas. Selain itu asap juga
memberikan atribut warna dan flavor pada medium pendispersi gas.
Hasil pirolisis sellulosa yang terpenting adalah asam asetat dan fenol dalam
jumlah yang sedikit. Sedangkan pirolisis lignin mengahasilkan aroma yang berperan
dalam produk pengasapan. Senyawa aroma yang dimaksud adalah fenol dan eterfenolik
seperti guaikol (2-metoksi fenol), syringol (1,6-dimetoksi fenol) dan derivatnya (Girard,
1992). Asap cair dibuat dari pirolisis kayu atau dibuat dari campuran senyawa murni
(asap buatan). Prinsip utama dalam pembuatan asap cair sebagai bahan pengawet adalah
dengan mendestilasi asap yang dikeluarkan oleh bahan berkarbon dan diendapkan
dengan destilasi multi tahap untuk mengendapkan komponen larut. Untuk
menghasilkan asap yang baik pada waktu pembakaran sebaiknya menggunakan jenis
kayu keras seperti kayu bakau, rasa mala, serbuk dan serutan kayu jati serta tempurung
kelapa, sehingga diperoleh ikan asap yang baik (Tranggono dkk, 1997). Hal tersebut
dikarenakan asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu keras akan berbeda
komposisinya dengan asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu lunak. Pada
umumnya kayu keras akan menghasilkan aroma yang lebih unggul, lebih kaya
kandungan aromatik dan lebih banyak mengandung senyawa asam dibandingkan kayu
lunak (Girard, 1992). Komposisi kimia asap cair tempurung kelapa adalah fenol 5,13%,
karbonil 13,28%, asam 11,39%.

Asap memiliki kemampuan untuk mengawetkan bahan makanan karena adanya


senyawa asam, fenolat dan karbonil. Seperti yang dilaporkan Darmadji dkk, (1996)
yang menyatakan bahwa pirolisis tempurung kelapa menghasilkan asap cair dengan
kandungan senyawa fenol sebesar 4,13 %, karbonil 11,3 % danasam 10,2 %. Asap
memiliki kemampuan untuk pengawetan bahan makanan telah dilakukan di Sidoarjo
untuk bandeng asap karena adanya senyawa fenolat, asam dan karbonil (Tranggono
dkk, 1997). Asap cair banyak digunakan pada industri berfungsi untuk mengawetkan

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


15 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

serta memberi aroma dan cita rasa yang khas. Asap cair memiliki sifat fungsional
sebagai anti oksidan, anti bakteri dan pembentuk warna serta cita rasa yang khas. Sifat-
sifat fungsional tersebut berkaitan dengan komponen-komponen yang terdapat di dalam
asap cair tersebut.
Asap cair memiliki kemampuan untuk mengawetkan bahan makanan karena
adanya senyawa asam, derivat fenol, dan karbonil. Komponen asap yang berperan dan
temasuk dalam kelompok phenol adalah guaicol dan1,3-dimethyl phyragallol, yang
berfungsi sebagai anti oksidan, cita rasa produk asap (Pearson and Tauber, 1984: Maga,
1987; Burt, 1988; Girard, 1992). Asap cair seperti asap dalam fasa uap mengandung
senyawa fenol yang selain menyumbang cita rasa asap, juga mempunyai aksi sebagai
antioksidan dan bakterisidal pada makanan yang diasap. Fenol merupakan anti oksidan
utama dalam asap cair. Peran anti oksidatif dari asap air ditunjukkan oleh senyawa fenol
bertitik didih tinggi terutama 2,6- dimetoksifenol; 2,6 dimetoksi-4-metilfenol dan2.6-
dimetoksi-4-etilfenol yang bertindak sebagai donor hidrogen terhadap radikal bebas dan
menghambat reaksi rantai. Asap cair pada umumnya dapat digunakan sebagai bahan
pengawet karena memiliki derajat keasaman (pH) dengan nilai 2,8-3,1 sehingga dapat
menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Asap cair terbukti menekan tumbuhnya
bakteri pembusuk dan patogen seperti Escherichia coli, Bacillus subtiliis, Pseudomonas
dan Salmonella (Darmadji, 2006).

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


16 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

BAB III
PROSEDUR PEMBUATAN ALAT PIROLISIS

3.1. Reaktor Pirolisis


Reaktor Pirolisis adalah alat pengurai senyawa-senyawa organik yang dilakukan
dengan proses pemanasan tanpa berhubungan langsung dengan udara luar dengan suhu
300-600°C. Reaktor pirolisis dibalut dengan selimut dari bata dan tanah untuk
menghindari panas keluar berlebih, memakai bahan bakar kompor minyak tanah atau
gas. Menurut Hadi (2014) Instalasi dengan ceret dapat menghasilkan biochar dengan
biaya sangat murah, efisiensi rendah, kualitas biochar rendah. Sedangkan instalasi
wajan dan drum menghasilkan efisiensi tinggi, biaya murah, asap cair tidak dapat
ditampung. Dan desain instalasi kombinasi drum-wajan mempunyai rendement tinggi,
biaya murah, asap bisa ditampung.
Perubahan suhu pada proses pemanasan reaktor mengikuti persamaan
polynomial dan pada proses pendinginan perubahan suhu berlangsung secara
logaritmik. Kecepatan reaksi dikendalikan oleh langkah reaksi kimia, berorde satu,
mengikuti model unreacted-core. Penelitian Caturwati (2015) bahwa semakin tinggi
temperatur pirolisis yang diberikan maka produk padatan (Char) yang dihasilkan
semakin sedikit. Setiap kenaikan temperatur pada proses pirolisis akan disertai dengan
penurunan massa padatan (Char) biomassa, kenaikan temperatur pirolisis
mengakibatkan meningkatnya energi panas untuk mendekomposisi biomassa terutama
kandungan zat mudah terbangnya (volatilematter).
Berbagai metoda dan teknik yang digunakan untuk menentukan jumlah
kehilangan dari tungku dan metoda untuk melakukan pengkajian kinerja tungku.
Kehilangan panas yang mempengaruhi kinerja tungku Idealnya, seluruh panas yang
dimasukkan ke tungku harus digunakan untuk memanaskan muatan atau stok. Namun
demikian dalam prakteknya banyak panas yang hilang dalam beberapa cara. kehilangan
panas dalam tungku meliputi, yaitu :
a. Kehilangan gas buang: merupakan bagian dari panas yang tinggal dalam gas
pembakaran dibagian dalam tungku. Kehilangan ini juga dikenal dengan
kehilangan limbah gas atau kehilangan cerobong.

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


17 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

b. Kehilangan dari kadar air dalam bahan bakar: bahan bakar yang biasanya
mengandung kadar air dan panas digunakan untuk menguapkan kadar air dibagian
dalam tungku.
c. Kehilangan dikarenakan hidrogen dalam bahan bakar yang mengakibatkan
terjadinya pembentukan air
d. Kehilangan melalui pembukaan dalam tungku: kehilangan radiasi terjadi bilamana
terdapat bukaan dalam penutup tungku dan kehilangan tersebut dapat menjadi
cukup berarti terutama untuk tungku yang beroperasi pada suhu diatas 540°C.
Kehilangan yang kedua adalah melalui penyusupan udara sebab draft tungku/
cerobong menyebabkan tekanan negatif dibagian dalam tungku, menarik udara
melalui kebocoran atau retakan atau ketika pintu tungku terbuka.
e. Kehilangan dinding tungku/permukaan, juga disebut kehilangan dinding:
sementara suhu dibagiandalam tungku cukup tinggi, panas dihantarkan melalui
atap, lantai dan dinding dan dipancarkan ke udara ambien begitu mencapai kulit
atau permukaan tungku.
f. Kehilangan lainnya: terdapat beberapa cara lain dimana panas hilang dari tungku,
walupun menentukan jumlah tersebut seringkali sulit. Beberapa diantaranya
adalah:
1) Kehilangan panas tersimpan: bila tungku mulai dinyalakan maka struktur dan
isolasi tungku juga dipanaskan, dan panas ini hanya akan meninggalkan
struktur lagi jika tungku dimatikan. Oleh karena itu kehilangan panas jenis ini
akan meningkat dengan jumlah waktu tungku dihidup-matikan.
2) Kehilangan selama penanganan bahan: peralatan yang digunakan untuk
memindahkan stok melalui tungku, seperti belt conveyor, balok berjalan,
bogies, dll. juga menyerap panas. Setiap kali peralatan meninggalkan tungku
mereka akan kehilangan panasnya, oleh karena itu kehilangan panas
meningkat dengan sejumlah peralatan dan frekuensi dimana mereka masuk
dan keluar tungku
3) Kehilangan panas media pendingin: air dan udara digunakan untuk
mendinginkan peralatan, rolls, bantalan dan rolls, dan panas hilang karena
media tersebut menyerap panas. - Kehilangan dari pembakaran yang tidak
sempurna: panas hilang jika pembakaranberlangsung tidak sempurna sebab

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


18 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

bahan bakar atau partikel yang tidak terbakar menyerap panas akan tetapi
panas ini tidak disimpan untuk digunakan
4) Kehilangan dikarenakan terjadinya pembentukan kerak.

Adapun peralatan-peralatan yang digunakan dalam pembuatan ini adalah


sebagai berikut:
a. Roll meter dan mistar baja, digunakan untuk pengukuran panjang bahan yang
dipakai.
b. Mesin potong, digunakan untuk proses pemotongan logam.
c. Gunting besi plat, digunakan untuk memotong plat yang memiliki ketebalan
tipis.
d. Las listrik, digunakan untuk proses penyambungan bagian dari tiap-tiap
komponen alat pirolisis.
e. Mesin bor, digunakan untuk melubangi bagian konstruksi yang memerlukan
sambungan menggunakan baut.
f. Mesin gerinda, digunakan untuk merapikan hasil pemotongan dan pengelasan.
g. Mesin bubut, digunakan untuk membuat silinder dan bush kunci atau pengikat
tutup reactor.
h. Las oksi asetilena, digunakan untuk proses penyambungan logam, pemotongan
logam atau membuka hasil sambungan las yang salah.
i. Combination spanner, digunakan untuk membuka dan mengencangkan baut
pengikat.
j. Palu, digunakan pada bagian-bagian benda kerja yang memerlukan proses
pemukulan.
k. Termokopel dan termokontrol, digunakan untuk mengukur dan mengatur
temperatur dari tiap-tiap titik yang dikehendaki.
l. Timbangan, digunakan untuk mengetahui berat awal bahan uji serta berat
produk yang dihasilkan.
m. Stopwatch, digunakan untuk perhitungan waktu pada saat proses pengujian
berlangsung.

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


19 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

Gambar 3.1. Desain Rangkaian Reaktor Pirolisis

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


20 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

3.2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
3.3.1 Bahan Pembuatan
a. Plat mild steel dengan tebel 1,5 – 2 – dan 3 mm, digunakan untuk
pembuatan bagian-bagian reaktor beserta perlengkapan lainnya seperti
dinding, tutup reaktor, tabung pitot, silinder kondensor dan lain-lain.
b. Pipa galvanis diameter 1 inch, digunakan untuk pembuatan saluran
penghubung uap organik dari pitot ke kondensor
c. Pipa tembaga diameter 12 mm, digunakan untuk pembuatan pipa
kondensat
d. Baja behel diameter 10 mm, digunakan untuk pegangan tutup reaktor,
pengikat dinding reactor (untuk memperkuat)
e. Baja behel diameter 15 mm, digunakan untuk menumpu reactor,
kondensor sebagi dudukan.
f. Drum, digunakan untuk menampung air pendingin kondensor
g. Glasswool atau pasir halus, digunakan sebagai isolator atau peredam
panas dari reaktor.

3.3.2 Bahan Pengujian


a. Cangkang karet
b. Kulit kelapa muda
c. Sekam padi
d. Bambu

3.3. Bentuk Tabung Pitot dan Pipa Penghubung yang Direncanakan

a. Tabung Pitot
Tabung Pitot merupakan alat pirolisis yang difungsikan untuk menghasilkan
uap organik melalui proses pemanasan biomassa tanpa adanya oksigen atau
dengan pasokan oksigen yang terbatas. Alat ini diletakkan di dalam reaktor.
Bentuk tabung pitot yang direncanakan dapat dilihat pada gambar 3.1

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


21 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

Gambar 3.2. Bentuk ilustrasi 3D tabung pitot

Keterangan:
a) Tuas angkat
b) Badan pitot
c) Kaki pitot

2. Pipa penghubung
Pipa penghubung ini berfungsi untuk menyalurkan uap organik dari tabung
pitot ke kondensor. Bentuk pipa penghubung yang direncanakan dapat dilihat
pada gambar 3.2

Gambar 3.3. Bentuk ilustrasi 3D pipa penghubung

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


22 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

Keterangan:
a) Pipa penghubung yang menuju ke kondensor
b) Pipa penghubung yang menuju ke tabung pitot
c) Penutup tabung pitot

3.4. Bentuk Konstruksi Reaktor


Reaktor pirolisis dibuat berbentuk silinder kerena untuk mendapatkan pokus
titik pusat letak dari silinder pitot di tengah agar didapat titik pusat pembakaran
sehingga pembakaran dapat merata disekeliling silinder pitot dan pemenasan juga
merata. Reaktor merupakan tempat berlangsungnya suatu reaksi pembakaran dari
bahan bakar biomassa, kemudian pembakaran tersebut memanasi tabung pitot yang
berbentuk silider berisi bahan baku biomassa yang akan dibakar secara pirolisis.
Dalam hal ini reaktor difungsikan sebagai tempat pembakaran biomassa melalui
proses karbonisasi juga. Panas yang dihasilkan dari proses pembakaran tersebut,
akan memanaskan tabung pitot secara menyeluruh, karena pembakaran serentak ke
bagian dinding silinder pitot. Bentuk konstruksi reaktor yang dibuat dapat dilihat
pada gambar 3.3. di bawah ini.

Gambar 3.4. Bentuk ilustrasi 3D reaktor (tungku pembakaran)

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


23 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

Keterangan:
a) Bagian dasar ruang pembakaran
b) Pintu udara masuk
c) Ruang pembakaran
d) Ruang isolator
e) Tutup reactor

3.5. Bentuk Kondensor yang Direncanakan

Kondensor merupakan komponen alat yang berfungsi untuk mengembunkan


asap menjadi cairan. Kondensor yang digunakan merupakan kondensor tipe
vertikal. Bentuk kondensor yang direncanakan dapat dilihat pada gambar 3.4.
Ukuran kondensor menyesuaikan dengan kapasitas reaktor pirolisis yang
digunakan. Kondensor berdiameter 25 cm dan tinggi 57 cm. bahan plat dinding
baja ST-37 dengan tebal plat 2 mm diameter pipa aliran uap asap cair 12 mm
dengan bahan tembaga dan jumlah lilitan 9 buah serta diameter lilitan 20 cm.

(a) (b)

Gambar 3.5. Bentuk ilustrasi 3D kondensor tipe vertikal

Keterangan:
a. Pipa kondensat
b. Tabung penampung air pendingin

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


24 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

3.6. Skema Pengujian Alat Pirolisis

Berikut ini adalah skema alat prolisis yang direncanakan dalam proses
pengujian

Gambar 3.6. Skema pengujian alat pirolisis

Keterangan:
a. Reaktor
b. Kondensor
c. Pipa penghubung
d. Penampung cairan pirolisis
e. Termokopel

3.7. Prosedur Pengujian Alat

1. Siapkan semua peralatan yang digunakan dan pasang termokopel pada bagian
titik-titik yang ingin dicari besar temperaturnya.
2. Timbang dan masukkan cangkang karet ke dalam tabung/silinder pitot. Sisakan
sedikit ruang untuk uap oksidasi yang dihasilkan dari proses pemanasan tabung
pitot. kemudian tutup dan masukkan pitot ke dalam reaktor.
3. Hubungkan silinder pitot dan kondensor dengan pipa penghubung yang berbahan
galvanis. Dan ikat pipa tersebut dengan baut.

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


25 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

4. Timbang dan masukkan juga cangkang karet ke dalam tabung reaktor sebagai
bahan bakar. Pengisian cangkang ke dalam tabung reaktor dilakukan sampai
tabung pitot terslimuti bahan bakar atau hampir memenuhi kapasitas reaktor.
5. Setelah tabung reaktor terisi biomassa, tambahkan kertas, karet, atau siram
sedikit minyak tanah dengan tujuan untuk mempermudah saat proses
pembakaran.
6. Nyalakan api pada bagian yang telah tersiram minyak tanah.
7. Setelah api benar-benar hidup, tutup reaktor dan pasang saluran pipa
penghubung yang menuju ke kondensor.
8. Lakukan pencatatan kenaikan temperatur pada tiap-tiap titik setiap 5 menit.
9. Amati setiap perubahan yang terjadi khususnya pada reaktor pirolisis
10. Catat waktu saat uap asap cair mulai keluar dari kondensor yang ditandai adanya
tetesan yang berwarna kehitam-hitaman.
11. Tunggu sampai proses pembakaran pirolisis selesai yaitu dengan cara melihat
tetesan asap cair masih terjadi dan temperatur api serta temperatur yang ada
dalam tabung pitot melalui pembacaan alat termokopel. Apabila temperatur api
dan pitot telah mecapai temperatur maksimal, dan kemudian menurun sampai
batas waktu tertentu, itu berarti proses pembakaran dan pirolisis telah selesai.
12. Setelah proses selesai, arang membara yang dihasilkan dari tabung reaktor dan
tabung pitot siram menggunakan percikan air, agar arang yang dihasilkan tidak
menjadi abu. Dan asap cair di pindahkan atau disimpan.
13. Setelah selang waktu satu sampai dua jam bersihkan dan pilah arang serta
pisahkan dari kotoran dan bubuk arang atau abu.
14. Bersihkan juga reaktor pirolisisnya, agar alat tersebut dapat bertahan lebih lama
atau lebih awet.
15. Jemur atau keringkan arang dipanas atau sinar matahari sampai dua hari agar
arang tersebut benar-benar kering.
16. Selanjutnya timbang arang tersebut (massanya). Dan juga produk asap cairnya
(bio-oil) diukur volumenya atau ditimbang massanya
17. Untuk menguji dengan bahan biomassa yang lainnya dapat dilakukan dengan
mengulangi langkah nomor (1) sampai (16).

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


26 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

3.8. Tabung Pitot


Tabung pitot merupakan tabung berbentuk silinder panjang yang berfungsi
untuk menanpung bahan baku biomassa dan memisahkan dengan bahan bakarnya. Pada
saat pembakaran bahan baku biomassa di tabung pitot terlindung dari udara sehingga
pembakarannya akan menghasilkan bio-arang yang lebih baik dan asap cairnya juga
akan langsung dan terus mengalir melalui pipa aliran ke kondensor, sehingga asap cair
yang dihasilkan akan lebih banyak. Tabung pitot diberi tutup berbentuk kerucut agar
asap cair yang dihasilkan dari proses pembakaran akan cepat ;angsung mengalir ke
kondensor. Bentuk kerucut akan menaikan kecepatan aliran dan menurunkan tekanan.
Bahan dinding tabung pitot dibuat dari baja carbon sedang agar tahan pada
pembakaran suhu tinggi, dan dengan ketebalan yang cukup tipis sehingga perpindahan
panas yang terjadi dapat lebih baik. Ukurang volume tabung pitot dibuat dengan
perbandingan 60 : 40 dari ukuran reaktor pirolisis, agar jumlah bio-arang dan asap cair
yang dihasilkan dapat lebih banyak. Ukuran volume ruang bakar sebesar 40% sudah
mencukupi untuk proses pembakaran bahan baku di dalam tabung pitot sebesar volume
60%. Proses pembakaran yang berlangsung daoat terus dipertahankan dengan cara
pemberian bahan bakar susulan dapat dilakukan melalui bagian pintu untu menambah
bahan bakar. Proses pembakaran juga dapat dipantau melalui pintu bahan bakar tersebut
sehingga pembakarang dipastikan akan tetap berlangsung dengan kondisi baik
Antara tabung pitot dengan tutupnya harus dibuat serapat mungkin untuk
menghindari terjadinya kebocoran pada asap cair dan bio-arang dapat terbakar
maksimum secara pirolisis sehingga kualitas bio-arang yang dihasilkan dapat lebih
baik.

3.9. Kondensor
Kondensasi adalah proses untuk mengubah suatu gas/uap menjadi cairan. Gas
dapat berubah menjadi cairan dengan menurunkan temperaturnya melalui alat yang
disebut kondensor. Kondensor berfungsi menurunkan temperatur gas dengan cara
dilewatkan pada media pendingin air atau udara. Transfer panas terjadi dari gas panas
ke media pendingin, dengandemikian proses kondensasi dapat disebut proses transfer
panas atau pertukaran panas. Pada prinsipnya desain kondensor sama dengan desain
heat exchanger. Bentuk dari kondensor ini sangat berpengaruh terhadap kapasitas hasil

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


27 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

pirolisis. Bentuk yang optimal tentu mempunyai efisiensi yang tinggi. Efisiensi
kondensor sangat tergantung pada luas permukaan pendinginan, debit air pendingin, dan
perbedaan temperatur antara air pendingin dan gas/asap.

3.10. Pengarangan
Arang yang dihasilkan dari proses pengarangan dikatakan baik jika arang
berwarna hitam merata dan tidak mengandung kotoran. Pada bagian ujung pecahan
arangnya bercahaya dan bila dijatuhkan di atas lantai yang keras, pecahan kepingannya
menampakkan lingkaran yang terang (Palungkun, 2001).
Jadi ciri arang yang baik untuk biobriket adalah :
a. Arang berwarna hitam merata
b. Tidak mengandung kotoran
c. Ujung pecahan arangnya bercahaya
d. Bila dijatuhkan pada lantai keras, pecahan kepingannya seperti lingkaran terang
Pengarangan cara sederhana banyak dilakukan oleh masyarakat, karena dengan
ciri has kesederhanaannya. Pengarangan sederhana dalam prosesnya hanya akan
menghasilkan arang saja, tidak akan menghasilkan asap cair, karena tidak ada proses
penampungan asap. Alat yang dipakai untuk pengarangan adalah sebuah drum yang
difungsikan sebagai tungku, untuk pengarangan dalam jumlah banyak, dapat
menggunakan beberapa tungku pembakaran.

a. Prosedur Pengarangan :
1) Siapkan tungku pembakaran dan tempurung yang akan dipakai
2) Bersihkan tempurung dari kotoran dan sabut
3) Keringkan tempurung dengan cara dijemur, hingga kadar airnya kirakira
15%
4) Pengarangan dapat dilakukan dengan cara pengarangan langsung pada
tungku tertutup, dengan bahan bakar dibawah tungku tersebut
5) Atau pembakaran tempurung yang akan dijadikan arang pada tungku,
kemudian pada saat semua tempurung sudah terbakar, lalu ditutup dengan
debu sisa pembakaran atau pasir, sihingga terjadi proses pengarangan. Cara
ini tidak memakai bahan bakar tersendiri.

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


28 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

6) Selanjutnya arang tempurung disortir dari bagian pengarangan yang tidak


sempurna/ masih mentah.
7) Untuk menghasilkan kualitas arang yang baik, diperlukan pengalaman dan
cara-cara yang sesuai dengan cara pengarangan modern

b. Pengarangan Tahap Suhu Tinggi (di atas 200℃).


Tahap ini merupakan reaksi eksotermis , yaitu reaksi yang menghasilkan panas
artinya panas yang dihasilkan dari reaksi ini lebih besar dari yang diterima. Pada
tahap ini proses dekomposisi meningkat pesat, dimulai dari terjadinya proses
dekomposisi komponen kayu misalkan hemiselulosa, selulosa dan lignin.

c. Hemiselulosa terdekomposisi pada suhu 200 - 250℃, selulosa mulai 280℃


dan berakhir pada 300 – 350℃, sementara lignin mulai terdekomposisi pada
suhu 300 - 350℃ dan berakhir pada suhu 400 – 450℃. Pada permulaan
pirolisis dihasilkan gas-gas yang mudah terbakar seperti CO, metana, metanol,
formaldehid dan asam asetat.
Proses pirolisis selanjutnya menghasilkan tar, termasuk di dalamnya adalah
furfural dan derivatif furan sebagai hasil dekomposisi dari pentosan, kemudian
glukosa sebagai hasil dekomposisi selulosa dan berbagai macam senyawa
aromatik (fenol, xilenol) sebagai hasil dekomposisi lignin. Semua hasil
dekomposisi menguap bersamaan dengan meningkatnya suhu pirolisis dan
residu yang tertinggal adalah arang. Setelah proses pirolisis selesai kemudian
bahan arang tempurung yang didapat digunakan sebagai bahan pembuatan
briket arang tempurung. Proses pembuatan briket arang tempurung dapat
menggunakan cara berikut.

3.11. Kondensasi/Pengembunan
Asap cair dapat diperoleh dengan cara pirolisis biomassa kemudian dilakukan
kondensasi. Untuk aplikasi asap cair, perlu dilakukan pemisahan komponen tar, karena
terikutnya komponen ini dapat memberikan kenampakan yang jelek. Salah satu cara
untuk memisahkan tar adalah dengan perlakuan destilasi untuk memperoleh sifat
organoleptik yang diinginkan. Menurut Yuwanti dkk (1999) proses destilasi terhadap
asap cair juga dapat menghilangkan senyawa yang tidak diinginkan dalam asap cair
seperti hidrokarbon karsinogen dan residu tar.

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


29 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

Lebih dari 400 senyawa kimia dalam asap telah berhasil diidentifikasi.
Komponen-komponen tersebut ditemukan dalam jumlah yang bervariasi tergantung
jenis kayu, umur tanaman sumber kayu, dan kondisi pertumbuhan kayu seperti iklim
dan tanah. Komponenkomponen tersebut meliputi asam yang dapat mempengaruhi
citarasa, pH dan umur simpan produk asapan; karbonil yang bereaksi dengan protein
dan membentuk pewarnaan coklat dan fenol yang merupakan pembentuk utama aroma
dan menunjukkan aktivitas antioksidan (Astuti, 2000).
Selain itu Fatimah (1998) menyatakan golongan-golongan senyawa penyusun
asap cair adalah air (11-92 %), fenol (0,2-2,9 %), asam (2,8-9,5 %), karbonil (2,6-4,0
%) dan tar (1-7 %). Kandungan senyawa-senyawa penyusun asap cair sangat
menentukan sifat organoleptik asap cair serta menentukan kualitas produk pengasapan.
Komposisi dan sifat organoleptik asap cair sangat tergantung pada sifat kayu,
temperatur pirolisis, jumlah oksigen, kelembaban kayu, ukuran partikel kayu serta alat
pembuatan asap cair (Girard, 1992).
temperatur pembuatan asap merupakan faktor yang paling menentukan kualitas
asap yang dihasilkan. Darmadji dkk (1999) menyatakan bahwa kandungan maksimum
senyawasenyawa fenol, karbonil, dan asam dicapai pada temperatur pirolisis 600 oC.
Tetapi produk yang diberikan asap cair yang dihasilkan pada temperatur 400 oC dinilai
mempunyai kualitas organoleptik yang terbaik dibandingkan dengan asap cair yang
dihasilkan pada temperatur pirolisis yang lebih tinggi.

Adapun komponen-komponen penyusun asap cair meliputi :


a. Senyawa fenol Senyawa fenol diduga berperan sebagai antioksidan sehingga
dapat memperpanjang masa simpan produk asapan. Kandungan senyawa fenol
dalam asap sangat tergantung pada temperatur pirolisis kayu. Menurut Girard
(1992), kuantitas fenol pada kayu sangat bervariasi yaitu antara 10-200 mg/kg
Beberapa jenis fenol yang biasanya terdapat dalam produk asapan adalah
guaiakol, dan siringol.
Senyawa-senyawa fenol yang terdapat dalam asap kayu umumnya hidrokarbon
aromatik yang tersusun dari cincin benzena dengan sejumlah gugus hidroksil
yang terikat. Senyawa-senyawa fenol ini juga dapat mengikat gugus-gugus lain
seperti aldehid, keton, asam dan ester (Maga, 1987).

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


30 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

b. Senyawa karbonil Senyawa-senyawa karbonil dalam asap memiliki peranan


pada pewarnaan dan citarasa produk asapan. Golongan senyawa ini mepunyai
aroma seperti aroma karamel yang unik. Jenis senyawa karbonil yang terdapat
dalam asap cair antara lain adalah vanilin dan siringaldehida.
c. Senyawa asam Senyawa-senyawa asam mempunyai peranan sebagai anti bakteri
dan membentuk citarasa produk asapan. Senyawa asam ini antara lain adalah
asam asetat, propionat, butirat dan valerat.
d. Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis Senyawa hidrokarbon polisiklis
aromatis (HPA) dapat terbentuk pada proses pirolisis kayu. Senyawa
hidrokarbon aromatik seperti benzo(a)pirena merupakan senyawa yang memiliki
pengaruh buruk karena bersifat karsinogen (Girard, 1992).

Girard (1992) menyatakan bahwa pembentukan berbagai senyawa HPA selama


pembuatan asap tergantung dari beberapa hal, seperti temperatur pirolisis, waktu dan
kelembaban udara pada proses pembuatan asap serta kandungan udara dalam kayu.
Dikatakan juga bahwa semua proses yang menyebabkan terpisahnya partikel-partikel
besar dari asap akan menurunkan kadar benzo(a)pirena. Proses tersebut antara lain
adalah pengendapan dan penyaringan.

e. Pembuatan Asap Cair


Pembuatan Asap Cair Sampel dimasukkan ke dalam reaktor pirolisis dan ditutup
rapat. Destilat yang keluar dari reaktor ditampung dalam dua wadah. Wadah pertama
untuk menampung fraksi berat, sedangkan wadah kedua untuk menampung fraksi
ringan. Fraksi ringan ini diperoleh setelah dilewatkan tungku pendingin yang dilengkapi
pipa berbentuk spiral. Hasil pirolisis berupa asap cair, gas-gas seperti metan dan
tempurung kelapa yang bisa dijadikan briket, bila dilanjutkan ke tahap kerja selanjutnya
bisa menjadi arang aktif. Namun, asap cair ini belum bisa digunakan, karena
dimungkinkan masih mengandung banyak tar (senyawa hidrokarbon polisiklis aromatik
(PAH) yang ada seperti benzo (a) pirena bersifat karsinogenik). Jadi perlu pemurnian
lebih lanjut yang dinamakan tahap destilasi.

Pirolisis tempurung kelapa menghasilkan asap cair dengan kandungan senyawa


fenol 4,13%, karbonil 11,3 % dan asam 10,2 %. Pada proses pirolisis sterjadi
dekomposisi dari senyawa selulosa, hemi selulosa dan lignin yang terdapat pada bahan

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro


31 TTG – Pirolisis Bio-Arang & Asap Cair

baku tersebut, pirolisis tersebut pada umumnya menghasilkan asap cair, ter, arang,
minyak nabati dan lain-lain. Adapun pada proses pirolisis tersebut yang terjadi adalah
dekomposisi senyawa-senyawa penyusunnya, yaitu :

1. Pirolisis selulosa.
Selulosa adalah makromolekul yang dihasilkan dari kondensasi linear struktur
heterosiklis molekul glukosa. Selulosa terdiri dari 100-1000 unit glukosa.
Selulosa terdekomposisi pada temperatur 2800C dan berakhir pada 3000C-
3500C. Girard (1992), menyatakan bahwa pirolisis selulosa berlangsung dalam
dua tahap, yaitu :
a. Tahap pertama adalah reaksi hidrolisis menghasilkan glukosa.
b.Tahap kedua merupakan reaksi yang menghasilkan asam asetat dan
homolognya, bersama-sama air dan sejumlah kecil furan dan fenol.

2. Pirolisis hemiselulosa.
Hemiselulosa merupakan polimer dari beberapa monosakarida seperti pentosan
(C5H8O4) dan heksosan (C6H10O5). Pirolisis pentosan menghasilkan furfural,
furan dan derivatnya beserta satu seri panjang asam-asam karboksilat. Pirolisis
heksosan terutama menghasilkan asam asetat dan homolognya. Hemi selulosa
akan terdekomposisi pada temperatur 2000C-2500 3. Pirolisis lignin C. Lignin
merupakan sebuah polimer kompleks yang mempunyai berat molekul tinggi dan
tersusun atas unit-unit fenil propana. Senyawa-senyawa yang diperoleh dari
pirolisis struktur dasar lignin berperan penting dalam memberikan aroma asap
produk asapan. Senyawa ini adalah fenol, eter fenol seperti guaikol, siringol dan
homolog serta derivatnya (Girard, 1992). Lignin mulai mengalami dekomposisi
pada temperatur 300-3500C dan berakhir pada 400-4500

Kemas Ridhuan – Mesin UM.Metro

Anda mungkin juga menyukai