Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas Rahmat dan Ridho - Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan yang sederhana ini dalam waktu yang singkat.

Tujuan penulisan laporan ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Struktur
Baja 1 dan juga sebagai bahan pembelajaran untuk menganalisis rangka billboard
menggunakan aplikasi SAP2000.

Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan laporan ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih.

Cimahi, 22 November 2015

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Baja struktur adalah suatu jenis baja berdasarkan pertimbangan
kekuatan dan sifatnya, cocok sebagai pemikul beban. Dalam hal ini baja
digunakan untuk billboard.
Penggunaan baja di bidang konstruksi sangat diminati karena baja
mempunyai beberapa kelebihan yaitu :
1. Mempunyai kekuatan yang cukup tinggi.
2. Ukuran batang yang cukup kecil jika dibanding dengan
konstruksi yang lain.
3. Daktilitas.

Selain kelebihan, baja-pun mempunyai beberapa kekurangan yaitu:

1. Biaya pemeliharaan tinggi.


2. Buckling (Tekuk).
3. Fatik.

Terlepas dari semua kekurangan dan kelebihannya dalam rangka


batang baja terdapat gaya – gaya dalam yang bekerja di dalamnya seperti
aksial dan lentur. Gaya tersebut berpengaruh terhadap dimensi
penampangnya.

Dalam baja terdapat batang-batang yang berkerja menahan beban


baik tekan maupun tarik, maka ada yang dinamakan batang tekan dan
batang tarik. Pada keduan batang tersebut memiliki kemampuan dan
kapasitas yang berbeda-beda. Begitupun keruntuhannya, keruntuhan
batang tarik dapat terjadi dalam 2 kategori yaitu keruntuhan leleh dan
keruntuhan fraktur sedangkan pada batang tekanpun terdapat 2 kategori
keruntuhan yaitu keruntuhan akibat terlampauinya tegangan leleh dan
keruntuhan akibat tekuk.
Tekuk pada baja akan mempengaruhi banyak hal, maka
dibutuhkan analisis yang tepat untuk mengantisipasi agar batang tersebut
terhindar dari keruntuhan tersebut, maka terdapat tiga parameter batang
tekan yaitu :
1. A (Luas).
2. Imin (Momen inersia minimum).
3. KL (Panjang efektif).

Pada laporan ini khusus akan membahas tentang panjang efektif


(KL) pada batang tekan, karena panjang efektif ini merupakan langkah
awal untuk perhitungan selanjutnya. Maka dalam laporan ini akan dibahas
cara mencari dimensi penampang dan nilai k pada struktur billboard

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dalam pembuatan laporan ini yaitu untuk
mencari dimensi penampang pada struktur billboard dibantu dengan
software SAP 2000.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana cara mencari dimensi penampang dan nilai faktor tekuk


(k) pada struktur billboard?
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Dimensi

Pengertian dimensi menurut KBBI adalah ukuran yang meliputi


panjang, luas, tinggi, lebar dan sebagainya. Dimensi dalam hal ini
merupakan suatu ukuran yang digunakan dalam setiap batang, dimensi
yang digunakan adalah hasil asumsi, apakah dimensi yang digunakan
mampu menahan struktur atap tersebut atau tidak.

2.2 Gaya Batang

Dalam batang terdapat gaya dalam yang bekerja yaitu momen serta
gaya aksial, gaya dalam tersebut akan berpengaruh pada perilaku batang
tersebut. Terdapat beberapa perilaku batang yaitu :

a. Perilaku Batang Aksial

Gaya aksial adalah gaya yang bekerja searah dengan sumbu batang.
Parameter yang menentukan besarnya deformasi, selain beban P,
dipengaruhi juga oleh panjang (L), Luas penampang (A), dan modulus
elastisitas bahannya (E).

σ =ε × E

Hubungan persamaan
Dimana :

σ : Tegangan (N/mm²)

ε : Regangan

E : Modulus elastisitas (MPa)

“Rumus diatas berlaku untuk batang TARIK, karena untuk batang TEKAN
dipengaruhi oleh kelangsingan penampang”

Jadi meskipun luas penampang sama, kapasitas TARIK ≠ TEKAN

b. Perilaku Batang Lentur

Deformasi lentur

Deformasi geser

Gaya Lentur adalah gaya yang bekerja searah tegak lurus bidang
penampang.

2.3 Pu

Pu merupakan kebutuhan gaya ultimit yang dipengaruhi oleh beban


hidup dan beban mati. Dalam peraturan diatur bahwa :

Pu=1,2 DL+1,6≪¿
Dimana :

Pu : Kebutuhan ultimit (N)

DL : Beban mati (N)

LL : Beban hidup (N)


Cara mencari Pu ditunjukkan dalam flowchart berikut ini :

Flowchart Pu

Mulai

Run Rangka Atap di


SAP 2000

Klik kanan pada batang


yang diinginkan

Klik Details

Pu

Selesai

Setelah rangka atap selesai didesain di dalam SAP2000, langkah


untuk menemukan nilai Pu di dalam SAP2000 adalah dengan cara Run
terlebih dahulu rangka atap. Setelah itu klik kanan pada batang yang
diinginkan. Akan muncul kotak dialog, pilih “details” pada kotak dialog
tersebut. Lalu akan muncul data-data yang terkait dengan batang yang
dipilih, salah satunya adalah Pu.
2.4 Pn

Pn merupakan kapasitas tarik nominal. Terdapat dua macam


kondisi kapasitas tarik yaitu :

a. Kondisi Utuh
Kondisi utuh yaitu kondisi dimana penampangnya utuh maka pada
kondisi ini terjadi keruntuhan leleh. Disusun dalam persamaan sebagai
berikut :

∅ Pn=0,9. Fy . Ag

Dimana :

Pn : Kapasitas tarik nominal (N)

Ø : Faktor ketahanan

Fy : Tegangan leleh (MPa)

Ag : Luas gross (mm²)

b. Kondisi Berlubang
Kondisi berlubang merupakan kondisi dimana penampangnya
berlubang yaitu tempat sambungan berada. Pada kondisi ini dapat
menyebabkan keruntuhan getas atau fraktur, maka disusun persamaan
sebagai berikut :

∅ Pn=0,75 Fu. An. U

Dimana :

Pn : Kuat tarik nominal (N)

Ø : Faktor ketahanan

Fu : Tegangan putus (MPa)


An : Luas netto (mm²)

U : Perbandingan antara x́ dengan L

Cara mencari Pn ditunjukkan dalam flowchart berikut ini :

Flowchart Pn

Mulai

Ag

no An
Kondisi
diagonal

An = Ag-baut yes

An = Ag – baut + diagonal

Pilih An terkecil

1
x́= × panjang
3


U =1−
L

A
A

yes no
∅ Pn
Kondis
Utuh

∅ Pn=fy × Ag × 0.9 ∅ Pn=0.75 × fu ×U × An

Selesai

Untuk mengetahui nilai ∅ Pn kita harus melalui beberapa tahapan.


Tahapan-tahapan tersebut dapat kita lihat pada flowchart di atas. Pertama
kita harus memasukkan data-data yang kita perlukan seperti dimensi
imajiner, jumlah baut, fy, fu, dan g. Untuk mencari luas gross atau luas
utuh (Ag), kita membutuhkan data dimensi penampang. Dari data tersebut
kita dapat mencari luas utuh.

Setelah kita menemukan nilai luas penampang utuh, langkah


selanjutnya adalah mencari luas penampang netto. Untuk mencari luas
penampang netto ini, ada dua kondisi yang terjadi, kondisi retak secara
diagonal dan retak secara lurus. Jika sambungan baut mengalami retak
secara lurus, maka mencari luas netto dengan cara mengurangi luas utuh
dengan hasil kali jumlah baut dengan diameter imajiner baut dan tebal.
Diameter imajiner itu adalah diameter yang di tambahkan panjang celah
akibat masuknya baut, masing masing celah mempunyai jarak 2 mm.
Sedangkan untuk mencari luas penampang dengan kondisi retak diagonal
adalah dengan menambahkan unsur diagonal.
Setelah kita mendapatkan luas penampang netto dari dua kondisi
tersebut, kemudian pilih luas penampang netto yang paling kecil.
Menghuting nilai U yaitu dengan membandingkan x́ dengan L.

Luas penampang gross (Ag) dan luas penampang netto (An) yang
tadi telah dicari, digunakan dalam mencari nilai ∅ Pn. Apabila penampang
utuh, maka mencari nilai ∅ Pn menggunakan luas penampang gross (Ag)
dengan faktor keruntuhan leleh (∅ ¿sebesar 0.9. Sedangkan untuk mencari
nilai ∅ Pn penampang berlubang, faktor keruntuhan frakturnya sebesar
0.75.

2.5 Rasio Kapasitas

Rasio kapasitas merupakan hasil perbandingan antara kebutuhan ultimit


dengan kapasitas tarik nominal. Dibuktikan dalam persamaan berikut :

Pu
Rasio Kapasitas= ≤ 1,00
∅ Pn

Dimana :

Pu : Kebutuhan ultimit (N)

Pn : Kuat tarik nominal (N)

Jika nilai rasio kapasitasnya kurang atau sama dengan 1,00 maka struktur
dinyatakan kuat menahan beban ultimit, sedangkan apabila nilai rasio
kapasitasnya lebih dari 1,00 maka struktur dinyatakan tidak kuat menahan beban
ultimit dan akan terjadi keruntuhan.

2.6 Pengertian Batang Tekan

Batang tekan merupakan batang atau elemen yang menerima gaya


tekan searah panjang batang, batang tekan cenderung membuat batang
bertambah pendek dan umumnya batang tekan ada pada tepi atas struktur
rangka.
2.7 Hubungan Antara Batas Kekuatan dengan Batas Kestabillan

Kehancuran batang tekan akan terjadi pada tegangan dibawah


tegangan leleh. Dengan profil yang sama, semakin panjang batang tekan
akan semakin kecil beban yang dapat diterima. Hal ini disebabkan semakin
langsing batang maka semakin besar kecenderungannya untuk menekuk.

Keruntuhan tekan dapat terjadi dalam 2 kategori :

Yell Inelastic bucking Elastic


bucking bucking

fy

L
r
Short Intermediate length column Long column
column

1. Keruntuhan akibat terlampauinya tegangan leleh.


2. Keruntuhan akibat kekuk.

2.8 Parameter Batang Tekan

Pada batang tekan, fu tidak akan pernah tercapai, parameter lain


yang mempengaruhi batang tekan, antara lain :

1. A (Luas).
2. Imin (Momen inersia minimum).
3. KL (Panjang efektif).
Ketiga parameter diatas disusun dalam satu parameter tunggal,
yaitu:
KL
rmin
Imin
Dimana rmin ¿
√ A

L : Panjang tekuk (m)

K : Faktor panjang tekuk (m)

Agar penggunaan dimensi batang tekan menjadi optimal, maka


resiko tekuk harus dihindari (terutama tekuk lokal) untuk itu dibuat
klasifikasi untuk memisahkan penampang langsing dan penampang tidak
langsing.

2.9 Panjang Efektif

Panjang kolom L pada model kolom ideal dari Euler dapat


dipakai sebagai acuan mengevaluasi kolom dengan kondisi tumpuan lain.
Pcr 4Pcr Pcr

KL = 0,669L
KL = 0,5L
L KL = L

Pcr
0,25P cr

KL = 2L
KL =L

π 2 EI
Pcr= 2
( KL)

Pcr
σcr =
A

π 2 EI
¿
A ( KL)2

π 2 EI
¿
K
L( )²

2.10 Rangka Bergoyang dan Tidak Bergoyang


- Rangka tidak bergoyang : 0,5 ≤ k ≤ 1,0
- Rangka bergoyang : 1,0 ≤ k ≤
Cara memprediksi nilai k dengan menggunakan nomogram yaitu
dengan menghubungkan 2 titik yaitu titik GA dan GB dengan garis lalu
mencari pertotongan garis k tersebut.

EI
Σ()
L c
GA=
EI
Σ( )
L q
(Kolom Atas)

EI
Σ()
L c
GB=
EI
Σ( )
L q
(Kolom Bawah)

GA dan GB adalah perbandingan antara kekakuan


komponen struktur dengan tekan dominan terhadap kekakuan komponen
struktur relatif bebas tekan. Kecuali bahwa :
1. Untuk komponen struktur tekan yang dasarnya tidak terhubungkan
secara kaku pada fondasi, nilai G tidak boleh diambil kurang dari 10,
kecuali dilakukan analisis khusus untuk menetapkan nilai G tersebut.
2. Untuk komponen struktur tekan yang dasarnya terhubungkan secara
kaku pada fondasi, nilai G tidak boleh diambil kurang dari 1, kecuali
bisa dilakukan analisis khusus untuk menetapkan nilai G tersebut.
Menurut teori, nilai G sama dengan nol bila kolom dihubungkan
ke pondasi oleh perletakkan jepit. Namun untuk perencanaan praktis, nilai
G sama dengan satu. Bila kolom dihubungkan ke pondasi oleh perletakan
sendi, nilai G teoritis adalah tak terhingga, tetapi untuk perencanaan
praktis, nilai G diambil sama dengan 10. Penggunaan nilai G=1 untuk
perletakan jepit dan G=10 untuk perletakkan sendi.
Berikut ini flowchart perhitungan k :

Start

L, I, E, Profil kolom,
Profil balok, Tumpuan

yes
Rangka tidak
bergoyang

no

EI EI
Σ( ) Σ( )
L c L c
GA= GA=
EI EI
Σ( ) Σ( )
L q L q
EI EI
Σ( ) Σ( )
L c L c
GB= GB=
EI EI
Σ( ) Σ( )
L q L q
atau GB nilai G
tumpuan
Ploting di
nomogram

Finish
BAB III
PEMODELAN

3.1 Gambar Struktur Billboard di Lapangan

3.2 Struktur Billboard di SAP 2000

a. Gambar 3D
b.Tampak Belakang

c. Tampak Muka
TUGAS BAJA

STRUKTUR BILLBOARD

Disusun oleh:

Nadhia Diva Saraswati 2411141084

Andhini Kartika Putri 2411141094

Siti Susela 2411141112

Sriajie Abinowo 2411141113

Fahmi Nurjihaan 2411141115

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

2015

Anda mungkin juga menyukai