Anda di halaman 1dari 39

Join Multiply to get updates from Totok

.
HomeNotesBlogPhotosVideoMusicCalendarLinks

Mar 26, '08 11:29 PM


PTK
for everyone
ABSTRAK

Rubiarto, Totok, 2007, Implementasi Pembelajaran Berbasis Kontekstual


Untuk Meningkatkan Pemahaman Table Manner Pada Siswa
Kelas IX A Di SMP Negeri 1 Giligenting Kabupaten Sumenep,roebyarto
Penelitian Tindakan Kelas, Pemerintah Kabupaten Sumenep,Premium Account
Dinas Pendidikan, SMP Negeri 1 Giligenting Sumenep
• View
Kata Kunci : Kontekstual, pemahaman, siswa, pembelajaran, table manner Contacts
(214)
Table Manner atau etiket makan tidak hanya ada di negara-negara • View
barat. Di negara lain seperti Jepang, Cina, termasuk di Indonesia pun, Groups (3)
dikenal etiket makan Untuk memberi bekal pengetahuan dan pemahaman
• Photos of
kepada siswa tentang table manner, peneliti melakukan pembelajaran
Totok
dengan pendekatan yang berbasis kontekstual.
• Personal
Pada penelitian tindakan kelas ini rumusan masalahnya adalah
Message
sebagai berikut Apakah dengan mengimplementasikan pembelajaran
kontekstual dapat meningkatan pemahaman table manner pada siswa kelas • RSS Feed
IX A di SMP Negeri 1 Giligenting Kabupaten Sumenep ? [?]
Untuk menjawab permasalahan tersebut peneliti melakukan • Report
penelitian tindakan kelas di kelas IX A SMP Negeri 1 Giligenting. semester Abuse
1 tahun pelajaran 2007/2008 pada bulan Agustus sampai dengan Oktober
2007. Jumlah siswa 38 terdiri atas 23 siswa laki-laki dan 15 siswa
perempuan.. Pelaksaan tindakan dalam penelitian ini melalui proses
pembelajaran yang terbagi empat siklus penelitian

Hasil penelitian ini menunjukkan Dengan mengimplementasikan


pembelajaran berbasis kontekstual dapat meningkatkan pemahaman table
manner pada siswa kelas IX A di SMP Negeri 1 Giligenting Kabupaten
Sumenep.

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Etiket pergaulan adalah ketentuan sopan santun yang dipakai oleh

manusia untuk saling bergaul. Etiket ini mempunyai hubungan yang sangat

erat dengan tata susila dan adat istiadat. Ketentuan sopan santun ini meliputi

berbagai segi dan bidang kehidupan kita se-hari-hari dan kadang kadang

suatu hal yang diangggap sopan disuatu daerah ternyata sanga tidak sopan

didaerah lain, tidak terkecuali etiket makan (Table Manner)

Istilah Table Manner atau etiket makan, selama ini identik dengan

acara jamuan makan resmi bergaya Barat. Sebenarnya tidak demikian.

Etiket makan tidak hanya ada di negara-negara barat. Di negara lain seperti

Jepang, Cina, termasuk di Indonesia pun, dikenal etiket makan. Etiket

makan adalah alat bantu komunikasi, paham etiket di meja makan

mempermudah kita dalam pergaulan. Dalam acara jamuan makan, tata cara

makan atau Table Manner merupakan hal utama yang penting diperhatikan.

Tata cara makan menunjukkan siapakah diri kita sebenarnya.

Hal-hal paling utama yang harus diperhatikan dalam hal tata krama

Table Manner adalah: (1) Datanglah tepat waktu, (2) Catat aturan busana

(biasanya tertulis dibawah kiri undangan), (3) Jenis dan sifat Kegiatan yang

akan dihadiri:acara resmi, tidak resmi atau acara santai, (4) Waktu

Penyelenggaraan (Nurul,2001).

Untuk memberi bekal pengetahuan dan pemahaman kepada siswa

tentang hal itu, peneliti melakukan pembelajaran dengan pendekatan yang


berbasis kontekstual. Pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep belajar

yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan

situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dan implementasinya dalam kehidupan

mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini hasil

pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.

Proses pembelajaran kontekstual berlangsung alamiah dalam bentuk

kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan sekedar transfer pengetahuan

dari guru ke siswa. Dalam konteks pembelajaran ini siswa perlu mengerti

apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana

mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidup

mereka nanti. Dengan begitu mereka akan memposisikan diri sebagai diri

sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya kelak dikemudian

hari. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi diri mereka dan

berupaya menggapainya. Dalam upaya itu mereka memerlukan guru sebagai

fasilitator dan motifator.

Pembelajaran tersebut diatas berangkat dari pemahaman siswa kelas

IX A yang kurang terhadap Table Manner. Untuk itu peneliti melakukan

penelitian tindakan kelas, yang biasa disebut classroom action research

dengan judul “ Implementasi Pembelajaran Berbasis Kontekstual Untuk

Meningkatkan Pemahaman Table Manner Pada Siswa Kelas IX A Di SMP

Negei 1 Giligenting Kabupaten Sumenep” hal ini penulis anggap penting

untuk diangkat dan diteliti demi untuk mencari solusi yang terbaik dalam
peningkatan prestasi siswa khususnya tentang table manner.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari fakta dan pemikiran diatas maka peneliti membuat

rumusan masalah yang dapat digunakan sebagai acuan dan arahan dalam

melakukan penelitian tindakan kelas (classroom action research) ini,

rumusan masalahnya adalah : Apakah dengan mengimplementasikan

pembelajaran kontekstual dapat meningkatan pemahaman table manner pada

siswa kelas IX A di SMP Negeri 1 Giligenting Kabupaten Sumenep ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui sejauhmana implementasi pembelajaran

kontekstual dapat meningkatan pemahaman table manner pada siswa kelas

IX A di SMP Negeri 1 Giligenting Kabupaten Sumenep.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ada diatas maka

Pembelajaran Tata Boga dengan pokok bahasan table manner apabila

dilakukan dengan mengimplementasikan pembelajaran kontekstual diduga

akan meningkatkan pemahaman Table Manner pada siswa kelas IX A di

SMP Negeri 1 Giligenting Kabupaten Sumenep.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa : Dapat meningkatkan pemahaman table manner,


berani mengemukakan pendapat, menjawab, kritis, serta dapat

menumbuhkan kemauan belajar yang tinggi

2. Bagi guru : Dapat menumbuhkan profesionalisme mengajar,

serta dapat meningkatkan kemampuan menuyusun strategi dan

metode pembelajaran

3. Bagi Guru Lain : Dapat memberi dorongan bagi gurui lain untuk

melaksanakan penelitian sejenis

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Table Manner

Istilah table manner alias etiket makan, selama ini identik dengan

acara jamuan makan resmi bergaya Barat. Sebenarnya tidak demikian.

Etiket makan tidak hanya ada di negara-negara barat. Di negara lain

seperti Jepang, Cina, termasuk di Indonesia pun, dikenal etiket makan.

Makan, adalah alat bantu komunikasi. Paham etiket di meja makan

mempermudah kita dalam pergaulan. Dalam acara jamuan makan, tata

cara makan atau Table Manner merupakan hal utama yang penting

diperhatikan. Tata cara makan menunjukkan siapakah diri kita

sebenarnya.

1. Jenis-jenis jamuan makan internasional

Dalam jamuan makan internasional dikenal enam jenis istilah


makan.

Yakni coffee morning, brunch, lunch, teatime, cocktail, dan terakhir

dinner

a. Cofee morning diadakan pada pagi hari, pukul 10.00-12.00.

b. Brunch alias breakfast lunch, diadakan antara waktu makan pagi

hingga siang, biasanya di atas jam sembilan, makanan disajikan

prasmanan.

c. Lunch diadakan mulai pukul 11.30-17.00.

d. Sedangkan cocktail merupakan jamuan berdiri, yang diadakan

sebelum makan malam. Yakni, antara pukul 18.00-19.00.

d. Dinner. Yakni jamuan makan yang diadakan pada pukul 19.00.

2. Etiket Makan

a. Memberi konfirmasi / jawaban undangan

b. Datang tepat waktu

c. Tidak membawa teman / anak kecil untuk acara resmi

d. Berpakaian rapi, bersih dan sesuai dengan jenis acara

e. Duduk pada tempat yang telah disiapkan

f. Bukalah serbet makan dan letakkan diatas pangkuan

g. Makanlah setelah semua tamu sudah mendapat hidangan

h. Letakkan tangan sebatas pergelangan tangan diatas meja

i. Tangan yang tidak digunakan diletakkan diatas pangkuan

j. Duduk dengan tegak (tidak membungkuk)

k. Gunakan alat makan sesuai dengan fungsinya

l. Bila tidak mengerti tanyakan pada pelayan / teman


m. Gunakan alat makan yang letaknya bagian luar lebih dahulu

n. Bawalah makanan dari piring ke mulut Artinya, Anda tidak

dibenarkan untuk membungkukkan badan. Kunyah makanan

dengan tenang, tidak berbunyi atau mengecap.

o. Menelan makanan / minuman dengan tenang (jangan berbunyi)

p. Tidak berbicara bila masih ada makanan dalam mulut

q. Letakkan sendok, garpu dan pisau pada posisi jam empat untuk

menyatakan selesai makan

r. Lipatlah serbet seadanya dan letakkan pada bagian kiri

s. Keluarlah dari sisi sebelah kanan kursi dan dahulukan orangtua /

wanita pada saat meninggalkan tempat

t. Doronglah kursinya kembali, masukkan kebawah meja baru

meninggalkan tempat

3. Tata Cara Makan

a. Roti dimakan dengan cara disobek, setelahnya baru dioles

mentega.

Ambillah (suaplah) hidangan sedikit, karena anda akan bercakap

selama jamuan makan

b. Katupkan mulut sewaktu makan

c. Telanlah makanan yang ada di mulut sebelum anda menjawab

pertanyaan atau memberi komentar

d. Anda boleh meminta makanan yang jauh kepada kawan anda

e. Jangan memberikan pertanyaan kepada kawan yang baru saja

menyuap, juga kepada yang sedang mengedarkan makanan


f. Jangan berkumur-kumur

g. Perhatikan letak siku pada saat makan

h. Tidak menggunakan jari untuk melepas makanan dari garpu

i. Jangan menumpuk piring

j. Tidak menggunakan tusuk gigi didepan tamu

4. Tata Cara Makan jamuan Prasmanan (Buffet)

a. Kendati buffet, hidangan tetap menuruti "hukum jamuan makan",

yakni berurutan dari pembangkit selera, sup, hidangan utama,

hingga hidangan penutup.

b. Mengambil hidangan step by step, sambil menjauhi meja

prasmanan, karena ini memang standing party

c. Menikmati hidangan sambil berdiri, atau duduk di meja sekalipun,

disarankan jangan mengambil makanan berlebihan. Karena

suasana informal, disarankan mendatangi meja prasmanan

berulang kali ketimbang menumpuk makanan di piring

d. Jangan mencampur segala hidangan, semisal appetizer, dessert,

dan hidangan utama ke dalam satu piring.

e. Batasi nafsu makan Anda. Jangan berpikiran ingin menyantap

semuanya, meskipun makanan yang disajikan amat memancing

selera. betapapun anda harus dapat menjaga image.

B. Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep belajar yang


membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi

dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan

pembelajaran kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan belajar

sebagai berikut:

1. Proses Belajar

a. Belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa mengkonstruksikan

atau menyusun pengetahuan di benaknya sendiri.

b. Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola

bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh

guru.

c. Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu

terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam

tentang suatu persoalan (subject matter)

d. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau

proposisi yang terpisah tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat

diterapkan.

e. Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi suatu

yang baru

f. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu

yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide

h. Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak

itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi


pengetahuan dan keterampilan seseorang. Untuk itu perlu dipahami,

strategi belajar yang salah dan terus-menerus dipajankan akan

mempengaruhi struktur otak, yang pada akhirnya mempengaruhi cara

seseorang berperilaku.

2. Transfer Belajar

a. Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari ‘pemberian orang

lain’

b. Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang

terbatas (sempit), sedikit-demi sedikit.

c. Penting bagi siswa tahu ‘untuk apa’ ia belajar, dan bagaimana’ ia

menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu.

3. Siswa Sebagai Pembelajar

a. Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang

tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar

dengan cepat hal-hal baru.

b. Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu

baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat

penting.

c. Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara ‘yang

baru’ dan yang sudah diketahui.

d. Tugas guru memfasilitasi: agar informasi baru bermakna, memberi

kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide

mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi

mereka sendiri.
4. Pentingnya Lingkungan Belajar

a. Belajar efektif dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada

siswa. Dari “guru akting di depan kelas, siswa menonton” ke “

siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan”.

b. Pengajaran harus berpusat pada ‘bagaimana cara’ siswa

menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih

dipentingkan dibandingkan hasilnya.

c. Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses

penilaian (assessment) yang benar.

d. Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu

penting.

5. Lima Elemen Penting Dalam CTL

Ada lima elemen penting yang harus diperhatikan dalam praktek

pembelajaran kontekstual. 1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada

(activating knowledge) 2) Perolehan pengetahuan baru (acquiring

knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu,

kemudian memperhatikan detailnya 3) Pemahaman pengetahuan

(understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (1) konsep

sementara (hipotesis), (2) melakukan sharing (berbagi) dengan orang

lain agar mendapat tanggapan/validasi dan atas dasar tanggapan itu (3)

konsep tersebut direvisi dan dikembangkan 4) Mempraktekkan

pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) 5)

Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi

pengembangan pengetahuan tersebut


C. Tingkatan Pemahaman Siswa

Tingkatan pemahaman (the levels of understanding) pada

pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua. Menurut Skemp (1976) dalam

Wahyudi (2001) Tingkatan pemahaman yang pertama disebut pemahaman

instruksional (instructional understanding). Pada tingkatan ini dapat

dikatakan bahwa siswa baru berada di tahap tahu atau hafal tetapi dia belum

atau tidak tahu mengapa hal itu bisa dan dapat terjadi. Lebih lanjut, siswa

pada tahapan ini juga belum atau tidak bisa menerapkan hal tersebut pada

keadaan baru yang berkaitan. Selanjutnya, tingkatan pemahaman yang

kedua disebut pemahaman relasional (relational understanding). Pada

tahapan tingkatan ini, menurut Skemp, siswa tidak hanya sekedar tahu dan

hafal tentang suatu hal, tetapi dia juga tahu bagaimana dan mengapa hal itu

dapat terjadi. Lebih lanjut, dia dapat menggunakannya untuk menyelesaikan

masalah-masalah yang terkait pada situasi lain.

Menurut Byers dan Herscovics (1977) dalam Wahyudi (2001)

menganalisis ide Skemp itu dan mengembangkannya lebih jauh. yaitu, siswa

terlebih dahulu berada pada tingkatan pemahaman antara, yaitu tingkatan

pemahaman intuitif (intuitive understanding) dan tingkatan pemahaman

formal (formal understanding). Pertama, sebelum sampai pada tingkatan

pemahaman instruksional, siswa terlebih dahulu berada pada tingkatan

pemahaman intuitif. Mereka mendefinisikannya sebagai berikut. "Intuitive

understanding is the ability to solve a problem without prior analysis of the

problem." Pada tahap tingkatan ini siswa sering menebak jawaban


berdasarkan pengalaman-pengalaman keseharian dan tanpa melakukan

analisis terlebih dahulu. Akibatnya, meskipun siswa dapat menjawab suatu

pertanyaan dengan benar, tetapi dia tidak dapat menjelaskan kenapa (why).

Kedua, sebelum siswa sampai pada tingkatan pemahaman relasional,

biasanya mereka akan melewati tingkatan pemahaman antara yang disebut

dengan pemahaman formal.

Selanjutnya Buxton (1978) dalam Wahyudi (2001) juga menanggapi

pendapat Skemp tersebut dan mengembangkan dua tingkatan pemahaman

dari Skemp menjadi empat tingkatan pemahaman. Tingkatan pertama

disebut pemahaman meniru (rote learning). Pada tingkatan ini siswa dapat

mengerjakan suatu soal tetapi tidak tahu mengapa. Tingkatan pemahaman

kedua disebut pemahaman observasi (observational understanding). Pada

tingkatan ini siswa menjadi lebih mengerti setelah melihat adanya suatu pola

(pattern) atau kecenderungan. Tingkatan pemahaman ketiga yang

disebutnya sebagai tingkatan pemahaman pencerahan (insightful

understanding). Tingkatan keempat adalah tingkatan pemahaman relasional,

pada tingkatan pemahaman ini, siswa tidak hanya tahu tentang penyelesaian

suatu masalah, melainkan dia juga dapat menerapkannya pada situasi lain,

baik yang relevan maupun yang lebih kompleks.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian

1. Perencanaan Tindakan

Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa

tentang table manner di kelas IX A. Pada perencanaan tindakan ini, peneliti

melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :.

a. Menentukan kelas subjek penelitian.

b. Mendiskusikan teknik/metode dan pendekatan pembelajaran yang

akan digunakan.

c. Mengidentifikasi faktor hambatan dan kesulitan yang ditemui guru

dalam pembelajaran Tata Boga.

d. Merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan dalam

pembelajaran Tata Boga untuk meningkatkan pemahaman table

manner

e. Menentukan fokus observasi dan aspek yang diamati.

f. Menetapkan jenis data dan cara mengumpulkannya.

g. Menetapkan cara pelaksanaan refleksi.

h. Menetapkan kriteria keberhasilan dalam upaya pemecahan masalah.

2. Perencanaan Pelaksanaan

Pelaksaan tindakan dalam penelitian melalui proses pembelajaran

yang terbagi 4 (empat) siklus penelitian

a. Siklus Pertama

Pelaksanaan pembelajaran mengimplementasikan pembelajaran


berbasis kontekstual dengan pokok bahasan : Jenis-Jenis Jamuan

Makan Internasional (dilaksanakan 2 kali tatap muka). Observasi

dalam siklus ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan

secara langsung yang. Hasil pengamatan dari 2 pertemuan kemudian

dianalisis dan dipelajari sebagai bahan refleksi untuk rencana

tindakan pada siklus kedua.

b. Siklus kedua

Proses pembelajaran tetap mengimplementasikan pembelajaran

berbasis kontekstual dengan pokok bahasan : Etiket Makan

(dilaksanakan 2 kali tatap muka). Dalam siklus kedua tetap

dilakukan observasi dan hasil pengamatan dianalisis sebagai bahan

refleksi untuk rencana tindakan dalam melaksanakan siklus ke tiga.

c. Siklus ketiga

Proses pembelajaran tetap mengimplementasikan pembelajaran

berbasis kontekstual dan tetap mengacu pada hasil dari siklus II

dengan pokok bahasan : Tata Cara Makan (dilaksanakan 2 kali

tatap muka). Dalam siklus ketiga peneliti tetap melakuan observasi

sendiri. Hasil pengamatan dianalisis sebagai bahan refleksi untuk

rencana tindakan dalam melaksanakan siklus ke empat.

d. Siklus keempat

Dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus III selama 2 x

pertemuan. Metode yang digunakan tetap difokuskan pada

pembelajaran kontekstual dengan pokok bahasan : Tata Cara

Makan jamuan Prasmanan (dilaksanakan 2 kali tatap muka).. Hasil


pengamatan dianalisis sebagai bahan refleksi untuk rencana tindakan

dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.

3. Pengamatan dan Refleksi

Peneliti yang juga sebagai observer menganalisis hasil

pengamatan tindakan yang telah dilaksanakan. Hal-hal yang dibahas

adalah:

a. Analisis tentang tindakan.

b. Mengulas dan menjelaskan rencana dan pelaksanaan tindakan

yang telah dilaksanakan.

c. Melakukan intervensi, pemaknaan, dan penyimpulan data yang

telah diperoleh.

B. Seting Dan Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas IX A SMP Negeri 1 Giligenting

Kabupaten Sumenep semester 1 tahun pelajaran 2007/2008 pada bulan

Agustus sampai dengan Oktober 2007. Jumlah siswa 38 terdiri atas 23 siswa

laki-laki dan 15 siswa perempuan. Sedangkan karakteristik siswa di kelas

tersebut memiliki karakteristik yang sama seperti kelas-kelas yang lain,

artinya tingkat kemampuan prestasi belajar hampir sama dengan

kemampuan prestasi kelas lainnya. Demikian pula keadaan sosial

ekonominya.

C. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data disesuaikan dengan data yang ingin

diperoleh. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan subjek penelitian dalam


pembelajaran, dilaksanakan tes formatif yang hasilnya dinyatakan dalam

bentuk skor. Kemudian ditindak lanjuti dengan wawancara untuk

memperoleh informasi lengkap tentang skor yang diperoleh. Lebih rincinya

peneliti menggunakan insrumen sebagai berikut :

1. Lembar Pengamatan
Instrumen ini dirancang oleh peneliti, untuk mengumpulkan data

mengenai aktivitas siswa selama pembelajaran.

2. Pedoman Wawancara
Instrumen ini disusun sendiri oleh peneliti, dengan pertanyaan yang

disesuaikan dengan perkembangan keadaan di lapangan.

3. Tes Hasil Belajar


Instrumen ini disusun oleh peneliti dengan berpedoman pada

kurikulum dan buku paket Tata Boga.

D. Metode Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini dimulai sejak awal sampai

berakhirnya pengumpulan data; dan dikerjakan secara intensif sesudah

meninggalkan lapangan.

Data yang berupa kata-kata/kalimat dari catatan lapangan dan hasil

wawancara diolah menjadi kalimat-kalimat yang bermakna dan dianalisis

secara kualitatif. Teknik analisis kualitatif mengacu pada model analisis dari

Miles dan Huberman (1992) dalam Nurmawati dkk (2000) yang dilakukan

dalam 3 komponen berurutan: reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan.C;/SPAN>
Dalam penelitian ini reduksi data meliputi penyeleksian data melalui

ringkasan atau uraian singkat, dan penggolongan data ke dalam pola yang

lebih luas. Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data

yang merupakan penyusunan informasi secara sistematik dari hasil reduksi

data dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi

pada masing-masing siklus (tindakan). Penarikan kesimpulan merupakan

upaya pencarian makna data, mencatat keteraturan, dan penggolongan data.

Data yang terkumpul disajikan secara sistematis dan perlu diberi makna.

Untuk menjaga keabsahan data dalam penelitian ini digunakan

teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu. Triangulasi dalam penelitian ini meliputi:

(1) triangulasi dengan sumber, dilakukan dengan membandingkan dan

mengecek ulang data hasil pengamatan dengan hasil wawancara; (2)

triangulasi dengan metode, dilakukan dengan membandingkan dan

mengecek ulang informasi dari pengamatan, wawancara, dan tes akhir

tindakan dengan metode yang digunakan dalam tindakan; dan (3) triangulasi

dengan teori, dilakukan untuk membandingkan data hasil tindakan,

pengamatan, dan wawancara dengan teori yang terkait.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Siklus I (Tindakan I)


1. Perencanaan Tindakan I
Pada tahap ini peneliti menyiapkan rancangan pembelajaran tindakan

I tentang jenis-jenis jamuan internasional yang dilengkapi dengan


alat tes formatif tindakan I. Sesuai rencana tindakan I akan

dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan.

2. Pelaksanaan Tindakan I
Pembelajaran tindakan I dilaksanakan dengan mengimplementasikan

pembelajaran berbasis kontekstual yang disesuaikan dengan tahap

perkembangan berpikir siswa SMP N 1 Giligenting. Peneliti

bertindak sebagai guru dan sebagai pengamat dibantu guru BK.

a. Pertemuan ke-1 (Tindakan I-1)


Pada tindakan I-1 ini dijelaskan agar siswa membangun pengetahuan

tentang jenis jamuan internasional, yang diawali dengan

membangkitkan memori pengalaman belajar siswa yang ditemui di

masyarakat. Dengan terbangunnya pengetahuan yang sudah dimiliki

oleh siswa, maka siswa akan lebih mudah mengikuti proses belajar

mengajar.

Pada tahap selanjutnya, setelah siswa benar-benar paham dengan

jenis jamuan yang ada dimasyarakat pada tahap berikutnya guru

memberikan gambaran secara umum jenis-jenis jamuan internasional

b. Pertemuan ke-2 (Tindakan I-2)


Pada tindakan ini, melalui media gambar jenis jenis jamuan

internasional, siswa diarahkan pada kegiatan untuk mengamati dan

memahami jenis-jenis jamuan internasional yaitu dimulai dari jenis

jamuan, jam pelaksanaan jamuan dan pengertian jamuan.

Selanjutnya, siswa diberi kesempatan berdiskusi dengan teman

sebangku mengenai hasil pengamatan dari gambar-gambar yang


diberikan guru dan akhirnya mengerjakan tes formatif tindakan I.

3. Hasil Tindakan I

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti yang juga

sebagai observer diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

a. Pengamatan terhadap aktivitas subjek penelitian (siswa)


Pada awal pembelajaran I-1, siswa terlihat bingung, karena belum

terbiasa. model pembelajaran yang digunakan oleh guru sehingga

pembelajaran agak terganggu. Selain itu, antusiasme dan motivasi

dari siswa belum nampak, bahkan siswa masih sangat tergantung

pada instruksi guru.

Selanjutnya, pada pembelajaran tindakan I-2 siswa mulai terlihat

antusias dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Siswa Eki,

Herman, dan, Syakir lebih cepat memahami materi baik melalui

penjelasan guru maupun pengamatan terhadap gambar, dibanding

siswa Rohaniyah, dan Romlah yang banyak memerlukan bimbingan

dari peneliti.Lebih rinci hasil pengamatan pada siklus I ada pada

tabel 4.1 dibawah ini

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Terhadap Aktivitas Siswa


Hasil Observasi
C
B u
No Indikator
ai k Kurang
k u
p
1. Keseriusan √ - -
2. Inisiatif bertanya - √ -
3. Partisipasi dalam - √ -
pembelajaran
4. Kemampuan memahami - √ -
pemodelan
5. Kemampuan berdiskusi - - √

b. Hasil tes pemahaman subjek penelitian (siswa)

Hasil tes pemahaman (formatif 1) yang dicapai oleh lima subjek

penelitian mencapai tingkat keberhasilan optimal dengan nilai tes

formatif 90 - 100, siswa Sindi yang sedikit terlihat lambat ternyata

dapat mencapai tingkat keberhasilan maksimal (100%). Selanjutnya

diadakan wawancara untuk memantapkan hasil yang dicapai siswa,

yang hasilnya semua jawaban yang diberikan, konsisten dengan hasil

yang dicapai. Hasil tes formatif selengkapnya ada pada tabel 4.2
4. Refleksi

Pembelajaran pada tindakan I yang difokuskan pada pemahaman

siswa tentang jenis-jenis jamuan internasional dimana

pembelajarannya mengimplementasikan pembelajaran kontekstual

belum dapat terlaksana secara optimal, karena siswa masih sangat

tergantung pada instruksi guru (peneliti). Namun demikian, hasil tes

formatif I ternyata mencapai standar yang ditetapkan. secara klasikal

target telah terpenuhi karena hanya satu siswa yang mendapatkan

nilai dibawah ketuntasan belajar atau 2,6%. Selanjutnya dengan hasil

wawancara diperoleh jawaban yang konsisten. Untuk subjek

penelitian yang masih melakukan kesalahan diberikan bimbingan

langsung saat wawancara, dan hasilnya efektif dapat membetulkan

kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa.

Berdasarkan hasil tersebut ditetapkan bahwa tujuan pembelajaran

tindakan I telah tercapai. Oleh karena itu tidak diperlukan

mengulang tindakan, artinya dapat dilanjutkan ke tindakan II.


B. Deskripsi Data Siklus II (Tindakan II)
1. Perencanaan Tindakan II
Pada tahap ini peneliti menyiapkan rancangan pembelajaran tindakan

II yang dilengkapi dengan skenario pembelajaran (terlampir)pokok

bahasan etiket makan, peneliti juga membuat alat tes formatif

tindakan II. Sesuai rencana tindakan II akan dilaksanakan dalam 2

kali pertemuan.

2. Pelaksanaan Tindakan II
Pembelajaran tindakan II merupakan kelanjutan dari tindakan I,

dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan peneliti sebagai guru

dan sebagai observer.

a. Pertemuan ke-1 (tindakan II-1)


Pada tindakan II difokuskan agar siswa menguasai dan

meningkatkan pemahamannya tentang etiket makan. Selanjutnya,

guru membagi siswa dalam 7 (tujuh) kelompok. Setiap kelompok

menata meja sedemikian rupa sehingga terbentuklah meja makan

untuk setiap kelompok yang dilengkapi dengan alat-alat makan.

Tahap pembelajaran selanjutnya guru memberikan contoh

(pemodelan) etiket makan, siswa memperhatikan sambil menirukan

apa yang diperagakan guru. Sesuai dengan karakteristik

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, pemodelan

merupakan salah satu komponen utama pendekatan kontekstual

b. Pertemuan ke-2 (tindakan II-2)


Pada tindakan II-2 tetap difokuskan agar siswa dapat memahami

etiket makan: yang selanjutnya dapat diterapkan dalam kehidupan


sehari-hari mereka dalam bergaul. Tindakan II-2 siswa tetap

membentuk kelompok seperti pertemuan sebelumnya (tindakan II-2)

untuk berdiskusi dan membuat kesimpulan, yang diteruskan

membacakan hasil kesimpulannya.

Selanjutnya guru menggaris bawahi kesimpulan yang dibacakan oleh

setiap kelompok. Sebelum berakhirnya pembelajaran diadakan tes

formatif II untuk mengetahui sejauhmana proses pembelajaran

dengan mengimplementasikan pembelajaran berbasis kontekstual

untuk meningkatkan pemahaman siswa pada table manner ini dapat

tercapai.

3. Hasil Tindakan II

a. Pengamatan terhadap aktivitas subjek penelitian (siswa)


Pada tindakan II-1 dan II-2, subjek penelitian sudah menampakan
keseriusan
dan motivasi yang tinggi. Hal ini nampak dari keberanian siswa
untuk bertanya dan
mengemukkan pendapatnya. Siswa Rohaniyah, dan Romlah sudah
menunjukkan
kemampuan yang mendekati Siswa Eki, Herman, dan, Syakir. Hasil
keseluruhan
pengamatan aktivitas siswa ada pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Terhadap Aktivitas Siswa
Hasil Observasi
C
B u
No Indikator
ai k Kurang
k u
p
1. Keseriusan √ - -
2. Inisiatif bertanya √ - -
3. Partisipasi dalam - √ -
pembelajaran
4. Kemampuan memahami √ - -
pemodelan
5. Kemampuan berdiskusi - √ -

b. Hasil tes pemahaman subjek penelitian (siswa)


Hasil tes pemahaman (formatif 2) yang dicapai pada penelitian ini

sudah mendekati optimal, yaitu untuk 16 siswa mendapatkan nilai

formatif antara 90 sampai dengan 100 . Hasil ini sekaligus

menunjukkan bahwa Siswa Rohaniyah, dan Romlah sudah dapat

menyesuaikan diri pada dua tindakan walau belum mencapai nilai

optimal. Selanjutnya dilakukan wawancara dengan beberapa siswa

untuk mengetahui konsistensi jawaban siswa, dari wawancara itu

diperoleh jawaban yang konsisten. Selengkapnya nilai tes formatif 2

ada pada tabel 4.4 dan dilengkapi dengan histogram


4. Refleksi Tindakan II
Implementasi pembelajaran yang yang berbasis kontekstual pada

tindakan II ini sudah lebih baik dibanding tindakan I, tetapi belum

optimal. pemodelan yang dilakukan oleh guru. pada pembelajaran

tindakan II ini, sudah baik dan tujuan pembelajaran sudah tercapai,

sehingga dapat dilanjutkan pada siklus III

C. Deskripsi Data Siklus III


1. Perencanaan Tindakan III
Peneliti menyiapkan rancangan pembelajaran tindakan III tentang
tata cara
makan, dilengkapi dengan skenario pembelajaran siklus III dan tes

formatif tindakan III.

2. Pelaksanaan Tindakan III

a. Pertemuan ke-1 (Tindakan III-1)


Sebagai kelanjutan dari dua tindakan sebelumnya, tindakan III-1 ini

difokuskan agar siswa menguasai dan meningkatkan pemahamannya

pada tata cara makan dengan menghubungkan pengalaman sehari-

hari tentang tata cara makan siswa dirumah. siswa masih berada

dalam kelompoknya. Alat peraga difokuskan pada alat-alat


menghidangkan makanan dan guru melakukan pemodelan.

b. Pertemuan ke-2 (Tindakan III-2)


Pada tindakan III-2 ini siswa melukan diskusi kelompok kemudian

setiap kelompok membacakan kesimpulannya dan guru

memantapkan kesimpulan kelompok. Selanjutnya diadakan tes

formatif III

3. Hasil Tindakan III


a. Pengamatan terhadap subjek penelitian (siswa)
Pada tidakan III-1 dan III-2 ini, seluruh subjek penelitian terlihat

sudah terbiasa dengan situasi pembelajaran yang diterapkan peneliti;

sehingga siswa hafal urutan yang harus dilakukan. Suasana

pembelajaran semakin menarik Selengkapnya hasil pengamatan

aktivitas siswa yang dilakukan peneliti sebagai observer tampak

pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Terhadap Aktivitas Siswa


Hasil Observasi
C
B u
No Indikator
ai k Kurang
k u
p
1. Keseriusan √ - -
2. Inisiatif bertanya √ - -
3. Partisipasi dalam √ - -
pembelajaran
4. Kemampuan memahami √ - -
pemodelan
5. Kemampuan berdiskusi - √ -
b. Hasil tes pemahaman subjek penelitian (siswa)
Hasil tes pemahaman (formatif 3) yang dicapai sangat memuaskan
nilai maksimal atau 100 diraih 4 siswa (Sindi, Syakir, Herman dan

Istihara) dan yang mendapatkan nilai antara 90 sampai dengan 95

meningkat menjadi 18 siswa. Selanjutnya hasil wawancara juga

menunjukkan jawaban yang konsisten. Nilai formatif selengkapnya

ada pada tabel 4.6

4. Refleksi Tindakan III


Implementasi pembelajaran berbasis kontekstual ternyata

menunjukkan peningkatan dari tiap-tiap siklus. Pada tindakan III siswa

nampak sudah paham dengan yang harus dikerjakan. Bahkan hasil tes

formatif menunjukkan tidak ada satupun siswa yang nilainya dibawah


65. Maka dengan demikian dapat dilanjutkan pada siklus IV

D. Deskripsi Data Siklus IV


1. Perencanaan Tindakan IV
Peneliti menyiapkan rancangan pembelajaran tindakan IV tentang

tatacara makan jamuan prasmanan (Buffet) dilengkapi dengan

skenario pembelajaran siklus IV dan tes formatif untuk mengetahui

pemahaman siswa pada tindakan IV.

<SPAN style="mso-list: Ignore">2. Pelaksanaan Tindakan III

a. Pertemuan ke-1 (Tindakan IV-1)


Sebagai kelanjutan dari tiga tindakan sebelumnya, tindakan IV-1 ini

dititikberatkan pada penguasaan dan peningkatan pemahaman siswa

pada tata cara makan jamuan prasmanan (Buffet). Dengan

mengingatkan kembali tata cara jamuan makan pada pengalaman

sehari-hari siswa dimasyarakat.. Selanjutnya kelas dibentuk seperti

tempat pesta dan semua siswa bekerja bergotong royong sesuai

dengan arahan guru, dimulai dari menata meja, menata peralatan

penghidang, dan menghias seperlunya.

Setelah semua tertata rapi, satu persatu siswa memperagakan tata

cara makan jamuan prasmanan (Buffet) bergiliran setelah peneliti

memperagakan lebih dulu. Untuk menambah suasana tata cara

jamuan parasmanan didalam kelas seperti suasana jamuan

prasmanan betulan (asli) peneliti memutar musik pop.

b. Pertemuan ke-2 (Tindakan IV-2)


Pada tindakan IV-2 ini siswa melukan diskusi dengan teman
sebangku kemudian membuat catatan kecil atau rangkuman tentang

hal-hal yang berkaitan dengan tata cara makan jamuan prasmanan

(Buffet). Selanjutnya diadakan tes formatif 4

3. Hasil Tindakan IV

a. Pengamatan terhadap subjek penelitian (siswa)


Pada tidakan IV-1 dan IV-2 ini, seluruh subjek penelitian terlihat

sudah terbiasa dengan situasi pembelajaran yang diterapkan peneliti.

Suasana kelas semakin hidup dan pembelajaran semakin menarik

dalam melaksanakan kegiatan tindakan IV-1 siswa terlihat sangat

menikmati tahap demi tahap pembelajaran. Selengkapnya hasil

pengamatan aktivitas siswa tampak pada tabel 4.7

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Terhadap Aktivitas Siswa


Hasil Observasi
C
B u
No Indikator
ai k Kurang
k u
p
1. Keseriusan √ - -
2. Inisiatif bertanya √ - -
3. Partisipasi dalam √ - -
pembelajaran
4. Kemampuan memahami √ - -
pemodelan
5. Kemampuan berdiskusi √ - -

b. Hasil tes pemahaman subjek penelitian (siswa)


Hasil tes pemahaman (formatif 4) yang dicapai sangat memuaskan

nilai maksimal atau 100 diraih 8 siswa dan yang mendapatkan nilai

antara 90 sampai dengan 95 meningkat menjadi 20 siswa.


Selanjutnya dilakukan wawancara kepada sebagian siswa ternyata

menunjukkan jawaban yang konsisten. Nilai formatif selengkapnya

ada pada tabel 4.8

E. Pembahasan Hasil Penelitian


1. Pembahasan Hasil Tindakan I

Berdasarkan data tabel aktivitas siswa dengan 5 (lima)

indikator keberhasilan menunjukkan keseriusan siswa baik, hanya

saja kemampuan siswa berdiskusi masih kurang selebihnya tiga

indikator keberhasilan yang lain yaitu inisiatif bertanya, partisipasi

dalam pembelajaran, dan kemampuan memahami pemodelan dari

hasil pengamatan peneliti sebagai observer rata-rata cukup.


Sementara dari hasil tes formatif 1, yang tergambarkan dalam

distribusi frekuensi dengan menggunakan SPSS 13.0 menunjukkan

jumlah siswa yang mendapatkan nilai 60 = 1 siswa (2,6%), 65 = 5

siswa (13,2%), 70 = 5 siswa (13,2%), 75 = 11 siswa (28,9%), 80 = 9

siswa (23,7%), 85 = 2 siswa (5,3%), 90 = 2 siswa (5,3%), 95 = 1

siswa, dan yang mendapatkan nilai sempurna = 2 siswa (5,3%).

Maka dengan mengacu dari data yang ada siswa yang mendapatkan

nilai kurang hanya 1 siswa (2,6%) Sementara itu dari wawancara

yang dilakukan setelah pelaksanaan formatif ternyata sangat efektif

untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan siswa.. Bila dilihat secara

keseluruhan pelaksanaan tindakan I nilai rata-rata kelas 76,97 dan

97,4 % tidak ada nilai kurang maka dapat dikatakan secara klasikal

sangat baik .

2. Pembahasan Hasil Tindakan II

Dari data tabel 4.3 yang ada diatas, hasil pengamatan

terhadap aktivitas siswa dengan 5 (lima) indikator keberhasilan

menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan hasil tindakan I,

dimana inisiatif bertanya sudah menunjukkan peningkatan dari yang

sebelumnya cukup menjadi baik dan kemampuan siswa memahami

pemodelan juga sudah baik, hanya saja kemampuan siswa berdiskusi

masih sebatas cukup walau terdapat peningkatan dibandingkan

sebelumnya yang terlihat kurang. dan partisipasi siswa dalam proses

pembelajaran masih tetap cukup. Sementara dari hasil tes formatif 2,

untuk mengetahui pemahaman siswa tentang etiket makan yang


tampak pada distribusi frekuensi dengan menggunakan SPSS 13.0

menunjukkan jumlah siswa yang mendapatkan nilai 60 = 2 siswa

(5,3%), 65 = 3 siswa (7,9%), 70 = 6 siswa (15,8%), 75 = 2 siswa

(5,3%), 80 = 5 siswa (13,2%), 85 = 4 siswa (10,5%), 90 = 7 siswa

(18,4%), 95 = 8 siswa (21,1%), dan yang mendapatkan nilai 100 atau

sempurna = 1 siswa (2,6%). Dengan mengacu dari data yang ada

walau siswa yang mendapatkan nilai kurang terdapat 2 siswa (5,3%)

dan 1 siswa saja yang mendapatkan nilai 100 bukan berarti terjadi

penurunan hasil belajar karena secara klasikal nilai rata-rata

mengalami peningkatan secara signifikan dari 76,97 pada tindakan I

menjadi 81,97 pada tindakan II maka terjadi peningkatan sebesar

3,00. oleh karena pelaksanaan tindakan II 94,7 % tidak ada nilai

kurang maka dapat dikatakan secara klasikal pembelajaran tata boga

denagan pokok bahasan table manner pada kelas IX tuntas.

3. Pembahasan Hasil Tindakan III

Berdasarkan data tabel aktivitas siswa pada tindakan III

menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan tindakan I dan

tindakan II peningkatan ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan

peneliti sebagai observer dari lima indikator semua menunjukkan

baik kecuali kemampuan berdiskusi yang masih tetap pada posisi

cukup. Sementara itu dari hasil tes formatif 3, yang termuat dalam

distribusi frekuensi juga menunjukkan peningkatan yang signifikan

hal ini ditunjukkan dengan jumlah siswa yang mendapatkan nilai

kurang atau 60 sudah tidak ada (0%), yang mendapatkan nilai 65


juga tidak ada (0%) kemudian yang mendapat nilai 70 = 3 siswa

(7,9%), 75 = 4 siswa (10,5%), 80 = 5 siswa (13,2%), 85 = 4 siswa

(10,5%), 90 = 10 siswa (26,3%), 95 = 8 siswa (21,1%), dan yang

mendapatkan nilai sempurna atau 100 = 4 siswa (10,5%). Bila

dibandingkan dengan rata-rata kelas hasil tes formatif 1 maka rata-

rata kelas hasil tes formatif 3 terjadi peningkatan sebesar 87,11 -

76,97 = 10,14 dan bila dibandingkan dengan rata-rata kelas hasil tes

formatif II maka terjadi peningkatan sebesar 87,11 – 81,97 = 5,14

peningkatan ini diluar dugaan peneliti karena hasil tes formatif 1

dibandingkan dengan formatif 2 rata-rata peningkatannya hanya

3,00. Maka dapat dikatakan siswa mulai meraskan manfaat

pembelajaran berbasis kontekstual.

4. Pembahasan Hasil Tindakan 4


Berdasarkan data tabel 4.7 tentang aktivitas siswa dengan 5 (lima)

indikator keberhasilan menunjukkan peningkatan yang optimal

seluruh indikator keberhasilan menunjukkan hasil baik, bila

dibandingkan dengan tindakan I, II dan III maka tindakan IV boleh

dikatakan sempurna dengan demikian seluruh siswa dapat mengikuti

seluruh tahapan pembelajaran yang diterapkan peneliti. Keberhasilan

ini merupakan keberhasilan seluruh individu yang terlibat dalam

penelitian. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah dari hasil tes

formatif 4 siswa yang mendapatkan nilai sempurna atau 100 menjadi

8 siswa (21,1%), 95 = 7 siswa (18,4%), 90 = 13 siswa (34,2%), 85 =

3 siswa (7,9%) 80 = 5 siswa (13,2%) dan yang mendapatkan nilai 75

= 2 siswa. Secara keseluruhan hasil tes formatif 4 mengalami


kenaikan bila dibandingkan dengan tindakan I mengalami kenaikan

sebesar 90,53 – 76,97 = 13,56, dengan tindakan II 90,53 – 81,97 =

8,56, dengan tindakan III 90,53- 87,11 = 3,42. Berangkat dari hasil-

hasil yang dicapai oleh siswa, maka dapat dikatakan implementasi

pembelajaran berbasis kontekstual dapat meningkatkan pemehaman

table manner pada siswa kelas IX A di SMP Negeri 1 Giligenting

Kabupaten Sumenep

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang telah

terpaparkan pada Bab IV diperoleh kesimpulan : Dengan

mengimplementasikan pembelajaran berbasis kontekstual dapat

meningkatkan pemahaman table manner pada siswa kelas IX A di SMP

Negeri 1 Giligenting Kabupaten Sumenep. Hal ini ditunjukkan dengan hasil

dari tindakan I sampai dengan tindakan IV ada peningkatan sebagai berikut:

1. Aktivitas siswa, observasi 1 = 1 baik, 3 cukup, 1 kurang, observasi 2 =

3 baik, 2 cukup. observasi 3 = 4 baik, 1 cukup. observasi 4 = 5 baik

2. Tes pemahaman, formatif 1 rata-rata kelas = 76,97, formatif 2 rata-rata

kelas = 81,97, formatif 3 rata-rata kelas = 87,11, dan formatif 4 rata-

rata kelas = 90,53

B. Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, peneliti mengajukan


saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

a. Suatu keberhasilan dalam bentukan prestasi belajar tidak

bergantung pada orang lain tetapi lebih banyak ditentukan oleh

diri sendiri. untuk itu siswa harus terlibat secara penuh baik

secara fisik maupun mental dalam proses belajar mengajar, hal ini

akan mempermudah tercapainya tujuan belajar.

b. Keterlibatan secara aktif didalam proses pembelajaran perlu

dilakukan siswa karena paradigma yang berkembang saat ini

adalah kontrol belajar sepenuhnya ada pada diri siswa.

2. Bagi Guru

a. Penguasaan model pembelajaran yang inovatif memungkinkan

berkembangnya potensi siswa..

b. Guru harus mampu menjadi motivator sekaligus menjadi fasilitator

bagi siswanya. Hal ini akan merangsang identifikasi pada diri

siswa yang sekaligus dapat menemukan jati diri siswa yang pada

akhirnya dapat mempercepat pemehaman dalam belajar.

3. Bagi Sekolah

a. Memberikan kebebasan kepada staf pengajarnya untuk

mengembangkan kemapuan yang dimilkinya.

b. Memberikan dorongan secara terus menerus kepada guru dan

siswa guna tercapainya visi dan misi yang dikembengkan oleh

sekolah.
.

Tags: ptk, kontekstual, pemahaman, siswa


Prev: Bintang Tak Pernah Sembunyi
Next: FENOMENA MENCARI SEKOLAH UNGGUL
reply share

14 CommentsChronological Reverse Threaded


reply
zeventina wrote on Mar 27, '08
Ini posting terpanjang sepanjang saya ngeblog pak.. hehe..

Tulisannya jangan merah dunks, pedih mata pak..


reply
roebyarto wrote on Apr 3, '08
Nih.. non dah aku ganti tulisannya... apa gara-gara panjang ya...
tulisan ini menang dilomba penulisan karya ilmiah...!

reply
bevienoviantini wrote on Apr 3, '08
Wah hebat banget mas bisa menag lomba... ijin ya aku kopi,
mumpung ada contoh.. thnx ya....
reply
dody006 wrote on Apr 14, '08
Mmmm...contoh yang baik nih untuk bikin PTK.....Thanks for
sharing...

reply
roebyarto wrote on Apr 14, '08
Moga2 cepat ke IVb...!

reply
dody006 wrote on Apr 16, '08
waduh...saya nih masih GTT bukan PNS...Mudah-mudahan saya
jadi PNS juga ya seperti guru yang lain...

reply
roebyarto wrote on Apr 17, '08
Amin......... dongoku... menyertaimu...!
reply
dody006 wrote on Apr 18, '08
Thanks Mas Totok...
Comment deleted at the request of the author.
reply
rachmiwi wrote on Mar 8, '09
mas jan e aku luwih seneng didongengi daripada moco..*hihihi
norak ya*..tapi lha apik2 tulisane sampeyan..sek tak copas disik yo
reply
roebyarto wrote on Mar 8, '09
dody006 said
Thanks Mas Totok...
sama2 mas...

reply
roebyarto wrote on Mar 8, '09
rachmiwi said
mas jan e aku luwih seneng didongengi daripada moco..*hihihi
norak ya*..tapi lha apik2 tulisane sampeyan..sek tak copas disik yo

monggo... kalo mau aku dongengi... yo monggo... sampean


rungokke... hehehe.....
reply
rachmiwi wrote on Mar 8, '09
bueheheheh...recokan dimulai yo mas..po arep sampeyan rekan
disik ta? hehehehe

reply
roebyarto wrote on Mar 8, '09
rachmiwi said
bueheheheh...recokan dimulai yo mas..po arep sampeyan rekan
disik ta? hehehehe
wakakakkaka... yo.. wis tak rekamme..
audio reply video reply
Add a Comment
Top of Form
U2FsdGVkX18G8 reply 1

reply 5638:U2FsdGVkX
F Add a comment to this blog entry, for everyone
o
r
Send roebyarto a personal message
:

S
u
b
j Re: PTK
e
c
t
:
-

Quote original message


Submit Preview & Spell Check

submitted

Bottom of Form
© 2011 Multiply · English · About · Blog · Terms · Privacy · Corporate · Advertise · Translate ·
API · Contact · Help

Anda mungkin juga menyukai