Anda di halaman 1dari 27

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

Audit Kinerja Sektor Publik

Pengumpulan &
Pengolahan Data
Kerjasama Pusdiklat Pengawasan dengan
Deputi Akuntan Negara

2007
KATA PENGANTAR

Sesuai dengan Inpres No. 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)
telah mewajibkan setiap instansi pemerintah untuk nelaporkan kinerjanya kepada yang memberikan hak
atau wewenang dalam bentuk Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Pertanggungjawaban ini
tentunya memberikan informasi kinerja yang objektif, andal dan terpercaya.

APIP yang diperankan dalam bidang pengawasan, mengemban tugas untuk memberikan keyakinan
bahwa laporan kinerja telah menyajikan informasi yang memadai dan dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk itu diperlukan audit atas laporan tersebut yang dikenal dengan audit kinerja sektor publik.

Untuk memahami audit kinerja sektor publik ini, Pusdiklatwas BPKP bekerjasama dengan
Performance Assessment Task Force (PAT) pada Deputi Akuntan Negara BPKP, menyusun pedoman
dan modul yang dapat menjadi acuan dalam melakukan audit kinerja sektor publik. Pedoman dan modul-
modul tersebut terdiri dari: Pedoman Umum Audit Kinerja, Petunjuk Pelaksanaan Audit Kinerja, Sistem
Pengendalian Manajemen, Pengolahan Data, Survai Pegawai, Survai Pelanggan, dan Audit Kinerja.

Untuk meningkatkan kualitas modul di masa mendatang, kami mengharapkan masukan maupun
sumbang saran dari para pemakai modul.

Akhirnya kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi sehingga terwujudnya pedoman dan modul ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 1
A. Tujuan Pemelajaran Umum ............................................................................................................. 1
B. Latar Belakang Dan Tujuan ............................................................................................................. 1
C. Metode Pemelajaran ........................................................................................................................ 2
D. Struktur Modul .................................................................................................................................. 2

BAB II PENGUMPULAN DATA .................................................................................................................... 4


A. Tujuan Pengumpulan Data .............................................................................................................. 4
B. Perencanaan Pengumpulan Data .................................................................................................... 5
C. Proses Pengumpulan Data .............................................................................................................. 7

BAB III PENGOLAHAN DATA .................................................................................................................... 17


A. Tujuan Pengolahan Data ............................................................................................................... 17
B. Pendekatan Pengolahan Data ....................................................................................................... 17
C. Tahap Persiapan Dalam Pengolahan Data ................................................................................... 18
D. Pengolahan Data dalam Audit Kinerja ........................................................................................... 22
E. Pengolahan Data dengan Bantuan Komputer ............................................................................... 29
F. Simpulan Hasil Pengolahan Data .................................................................................................. 33
G. Latihan ........................................................................................................................................... 34

BAB IV PENUTUP ...................................................................................................................................... 35

Daftar Pustaka ............................................................................................................................................ 36

LAMPIRAN ................................................................................................................................................. 37
1. Tabel Penentuan Jumlah Sampel dari Suatu Populasi dengan Taraf Kepercayaan 95 % (Krejcie dan
Morgan 1970) ....................................................................................................................................... 37
2. Kelebihan dan Kelemahan Teknik Wawancara dan Teknik Kuesioner................................................ 39
BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan Pemelajaran Umum

Setelah mengikuti pemelajaran mata ajaran ini, diharapkan peserta pelatihan dapat menjelaskan
konsep-konsep yang mendasari pekerjaan pengumpulan dan pengolahan data serta mampu
melakukan pekerjaan lapangan berkaitan dengan penugasan audit Kinerja.

B. Latar Belakang Dan Tujuan

1. Latar Belakang

Audit kinerja adalah bagian integral dari manajemen terhadap hasil-hasil (managing for results)
yang meliputi: perencanaan stratejik, perencanaan kinerja tahunan, anggaran berbasis kinerja,
sistem pengindikator kinerja, analisis dan pelaporan capaian kinerja. Oleh sebab itu, dalam
melaksanakan audit kinerja adalah penting bagi auditor untuk memiliki pengetahuan yang
memadai tentang pengelolaan terhadap hasil-hasil dan pengorganisasiannya.

Audit kinerja dapat dilaksanakan oleh pihak auditor internal atau auditor eksternal yang
profesional dan kompeten sehingga menjamin objektifitas hasil audit.

Oleh karena itu untuk menjamin hasil yang objektif diperlukan pengetahuan dasar agar hasil audit
tidak bias yaitu pekerjaan pengumpulan dan pengolahan data.

2. Tujuan

Dengan pengetahuan auditor mengenai konsep-konsep pengumpulan dan pengolahan data


dapat dicapai tujuan sebagai berikut:

a. Dapat menjamin kesahihan dan keabsahan dari simpulan yang didapat.


b. Dapat menjamin standarisasi pelaksanaan pekerjaan atas auditor yang berbeda.
c. Dapat melakukan intepretasi atas hasil pengolahan data dan mendapatkan simpulan hasil
evalusi.
d. Dapat dipakai sebagai media pertanggungjawaban pelaksanaan ke jenjang yang tinggi.

C. Metode Pemelajaran

Dalam pelatihan ini digunakan metode pelatihan andragogi yaitu metode pelatihan yang lebih banyak
menggunakan diskusi, tanya jawab dan latihan terstruktur daripada ceramah. Modul ini dibuat cukup
lengkap sehingga dapat dipergunakan oleh peserta sebagai referensi dibelakang hari.

D. Struktur Modul
Modul ini dibagi dalam 4 (empat) bab yang terdiri dari:

1. Bab I : Pendahuluan.

2. Bab II : Pengumpulan Data

Menguraikan materi bahasan sebagai berikut: tujuan pengumpulan data, perencanaan


pengumpulan data, dan metode pengumpulan data.

3. Bab III : Teknik Pengolahan Data

Terdiri dari materi bahasan: tujuan pengolahan data, pendekatan pengolahan data, tahap
persiapan dalam pengolahan data, pengolahan data dalam tahapan audit kinerja, pengolahan
data dengan bantuan komputer (software aplikasi), dan simpulan hasil pengolahan data.

4. Bab IV : Penutup

Bab ini merupakan rangkuman dari bab-bab sebelumnya.

Modul ini merupakan dukungan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Modul Pedoman Audit Kinerja
Sektor Publik.
BAB II
PENGUMPULAN DATA

TUJUAN PEMELAJARAN KHUSUS

Setelah mempelajari bab ini dan menjawab latihan dan kasus yang terdapat pada bab ini, peserta
diharapkan dapat menjelaskan:
1. Sumber dan jenis data sebagai alat yang digunakan dalam evaluasi kinerja.
2. Metode pengumpulan data yang dipakai dalam evaluasi kinerja.
3. Keunggulan dan kelemahan dari masing-masing metode di atas.

A. Tujuan Pengumpulan Data

Secara umum tujuan pengumpulan data adalah:


1. Membantu dalam setiap pengambilan keputusan yang lebih baik
2. Membantu melihat kemajuan dari kegiatan tertentu.

Pengumpulan data merupakan kegiatan yang banyak dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh, seseorang akan membeli sebuah pesawat televisi baru di sebuah toko. Ada dua
jenis data yang dibutuhkan yaitu, harga pesawat televisi dan jumlah uang yang tersedia. Bahkan jika
orang tersebut hati-hati tentu akan mengumpulkan data lain seperti, harga pesawat sejenis di toko
lain bahkan mungkin harga barang lain yang diperlukan yang mungkin lebih penting manfaatnya dari
pesawat TV. Jadi, orang tersebut punya data-data untuk membantu dalam pengambilan
keputusannya.

Tujuan pengumpulan data dalam audit kinerja adalah untuk memperoleh bukti audit untuk
mendukung temuan audit.

Dalam proses pengumpulan dan pengolahan data pada audit kinerja dibedakan antara: bukti audit,
bukti, informasi dan data. Istilah-istilah tersebut memiliki pengertian sebagai berikut:
- Data adalah kumpulan bahan keterangan yang dapat berwujud angka dan tidak berwujud angka.
- Informasi adalah data yang sudah diolah.
- Bukti adalah segala informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi
terukur yang diauditnya memang sesuai dengan kriteria (tolok ukur) yang ditetapkan.
- Bukti audit adalah bukti-bukti yang dikumpulkan auditor selama audit berlangsung untuk
mendukung simpulan audit.

Simpulan audit dan rekomendasi audit sangat tergantung kepada bukti-bukti audit yang didapat.
Bukti-bukti tersebut hams memenuhi sifat, kualitas dan jumlah yang memadai, agar simpulan yang
dibuat berdasarkan bukti-bukti tersebut valid.

Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk rnenjadi dasar yang memadai bagi
temuan dan simpulan auditor. Suatu catatan mengenai pekerjaan auditor harus dibuat dalam bentuk
kertas kerja audit. Kertas kerja audit harus memuat informasi yang cukup untuk memungkinkan
auditor memastikan bahwa dari kertas kerja audit tersebut diperoleh bukti yang mendukung simpulan
dan penilaian audit. Hal tersebut disyaratkan dalam standar audit kinerja.

B. Perencanaan Pengumpulan Data

Perencanaan kegiatan pengumpulan data serta aspek-aspek yang terdapat di dalamnya perlu
dipahami secara baik. Setiap pengumpulan bukti haruslah direncanakan menurut tujuannya secara
beraturan. Namun, dalam kenyataannya tidak dapat dihindarkan adanya tumpang tindih dan saling
terkaitnya diantara tahap-tahap kegiatan. Adanya saling ketergantungan antara satu kegiatan dengan
kegiatan lainnya, menuntut kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan secara bersamaan.

Perencanaan atas bagaimana mengumpulkan data harus dilakukan berdasarkan "APA" yang
dilakukan, "BAGAIMANA" cara melakukannya, "SIAPA" yang akan melaksanakan setiap aspek
pekerjaan, "KAPAN" kegiatan dilakukan, dan "DI MANA" akan dilakukan.

Dengan kata lain, pengumpulan bukti audit mencakup langkah-langkah berikut:


1. Menentukan tujuan kegiatan yang terdiri dari kegiatan (APA):
a. Tujuan pengumpulan data
b. Ruang lingkup pengumpulan data
c. Buat narasi dan tabel yang merupakan simpulan perencanaan kegiatan.
d. Pada Kegiatan Audit Kinerja, tahap-tahap perencanaan di atas ditetapkan dalam program
kerja audit.
2. Melaksanakan pengumpulan bukti sesuai prosedur audit yang telah ditetapkan.
3. Menganalisa bukti-bukti yang dikumpulkan dan membandingkan dengan informasi lain yang ada
(BAGAIMANA).
4. Memutuskan apakah masih perlu untuk mengumpulkan bukti-bukti lebih banyak lagi, apakah
bukti-bukti telah cukup dan memadai untuk mengukur kinerja (KAPAN DAN DIMANA).

C. Proses Pengumpulan Data

Dalam audit kinerja yang meliputi beberapa tahap mulai dari tahap memahami informasi kinerja klien,
perencanaan, survai pendahuluan, tahap pekerjaan lapangan, laporan audit, dan tindak lanjut.

Di semua tahap itu diperlukan data-data pendukung yang perlu dikumpulkan dari berbagai sumber
untuk dianalisa. Untuk mempermudah pengumpulan data auditor perlu memahami sumber data itu
berasal.

1. Sumber Data
Sumber data merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode
pengumpulan data. Sumber data pada dasarnya terdiri dari Data Primer dan Data Sekunder.
Data Primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya (tidak
melalui perantara). Data primer dapat berupa opini/persepsi orang secara individual dan
kelompok serta hasil observasi terhadap suatu benda atau kegiatan.
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data primer, yaitu:
a. metode survai dan
b. metode observasi.

Data Sekunder merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media
perantara (dicatat oleh orang lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan yang disimpan
(data dokumenter) yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan.

Metode yang umum digunakan untuk mengumpulkan data sekunder adalah melalui reviu
dokumen ataupun penelitian arsip.

Data sekunder bisa berupa data internal maupun eksternal perusahaan. Data yang bersumber
dari internal dapat berupa ketentuan, kebijakan, data yang dihasilkan oleh sistem informasi yang
diterapkan oleh perusahaan.

Data dari hasil sistem informasi adalah data yang telah tersedia dalam bentuk dokumen seperti
laporan keuangan tahunan/triwulan/bulanan, RKAP, RJPP, kebijakan direksi dan Iain-Iain. Data
dari sumber eksternal berupa dokumen yang diterbitkan oleh pihak eksternal dan hasil
kuesioner/wawancara yang diajukan oleh auditor kepada pihak eksternal perusahaan.

Disamping sumber data, jenis data juga dipertimbangkan dalam penentuan metode pengumpulan
data.

2. Jenis data

Dari jenisnya, data yang menjadi bukti audit dapat dibedakan menjadi bukti fisik, dokumenter,
dan kesaksian (testimonial).
a. Bukti fisik adalah bukti yang berasal dari data yang berupa objek atau benda-benda fisik,
yaitu:
1 ) Bukti-bukti audit yang berupa foto yang dibuat oleh auditor dianggap sebagai bukti audit
yang lebih meyakinkan daripada penjelasan tertulis.
2) Apabila pengamatan terhadap kondisi-kondisi fisik akan sangat mempengaruhi
pencapaian tujuan audit, maka bukti-bukti audit harus bisa dikonfirmasikan. Hal ini bisa
dilakukan dengan melakukan pengamatan oleh dua orang auditor, dan apabila mungkin
didampingi oleh wakil dari auditan.
3) Pembicaraan melalui telepon yang direkam dengan persetujuan pembicara dapat
dimasukkan ke dalam kelompok bukti fisik.
b. Bukti dokumen adalah bukti yang berasal dari data yang memuat apa, kapan, serta siapa
yang terlibat dalam suatu kejadian, yaitu:
1) Bukti-bukti audit berupa dokumen, baik dalam bentuk foto maupun elektronik yang dibuat
oleh auditan adalah bentuk bukti-bukti audit yang paling umum. Bukti-bukti audit, dapat
berasal dari dalam atau luar auditan.
2) Bukti audit berupa dokumen yang berasal dari luar, bisa berupa surat atau memorandum
yang diterima oleh entitas, seperti faktur-faktur, kontrak-kontrak, laporan-laporan audit
dan laporan-laporan lainnya yang berasal dari pihak ketiga.
3) Bukti-bukti audit berupa dokumen yang berasal dari dalam, dapat berupa catatan-catatan
akuntansi, salinan surat-surat keluar, uraian kerja {Job descriptions), rencana-rencana
kerja, anggaran, laporan audit oleh Satuan Auditor Intern, kebijaksanaan-kebijaksanaan
dan prosedur-prosedur yang ada, dan sebagainya.
c. Bukti Subjek atau Testimonial adalah bukti yang datanya berupa opini, sikap, pengalaman,
dari seseorang ataupun kelompok yang menjadi subjek.

Bukti Subjek bisa diperoleh dari pernyataan-pernyataan yang biasanya sebagai jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan atau interviu. Pernyataan-pernyataan tersebut bisa berasal dari
pegawai auditan, para ahli, konsultan dan pihak-pihak lain yang dihubungi untuk memberikan
bukti-bukti audit tersebut. Konfirmasi terhadap bukti-bukti kesaksian sangat diperlukan,
antara lain dengan:

1) menentukan pernyataan tertulis dari orang yang diwawancarai.


2) menilai bukti audit yang sama oleh sumber-sumber atau orang-orang yang berbeda.
3) melakukan cek ulang terhadap catatan-catatan yang ada.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data sebagaimana telah dikemukakan di atas dapat dijelaskan sebagai
berikut:

a. Reviu Dokumen
Metode ini banyak digunakan dalam tahap-tahap Audit Kinerja. Hasil reviu dokumen
diharapkan dapat memberikan gambaran sejauh mana suatu kondisi atau fakta dalam
perusahaan memenuhi kriteria yang ada. Beberapa kriteria dapat langsung terpenuhi dari
ada atau tidaknya suatu dokumen, namun ada beberapa kriteria yang hanya dapat terpenuhi
melalui analisis lebih lanjut.
Untuk topik yang belum/tidak terdukung oleh dokumen karena ketiadaan dokumen atau
ketidakcukupan dokumen harus dilakukan teknik lain misal kuesioner, wawancara, atau
observasi.

b. Survai melalui Kuesioner

Metode survai observasi seperti yang disebutkan sebelumnya adalah metode pengumpulan
data primer yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Metode survai merupakan
metode yang menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis, Metode tertulis mengunakan
kuesioner sebagai alat bantunya. Kuesioner adalah seperangkat pertanyaan/pernyataan
yang telah disusun sebelumnya. Kuesioner bertujuan mengumpulkan informasi guna
menjawab kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Kuesioner merupakan mekanisme
pengumpulan data yang efisien apabila auditor mengetahui dengan tepat variabel atau data
penting apa yang ingin di peroleh dan bagaimana cara mengukurnya. Namun demikian,
meskipun perancangan kuesioner telah disusun dengan sangat hati-hati, jelas dan tidak bias,
kurangnya pengetahuan responden mengenai permasalahan yang dipertanyakan akan
sangat berpengaruh pada hasil akhir kuesioner. Dengan memahami bahwa perancangan
kuesioner merupakan hal yang kritis dalam perolehan informasi, diharapkan kesalahan
dalam perancangannya dapat diminimalisir.

Sehubungan dengan evaluasi Kinerja, kuesioner merupakan bagian dari metodologi evaluasi
kinerja yang dipakai mulai dari penilaian SPM (berupa check list) sampai penilaian capaian
kinerja. Adapun informasi yang ingin diperoleh melalui kuesioner adalah:

1) Informasi yang tidak dapat diperoleh melalui reviu dokumen ataupun observasi;

2) Pendalaman dan/atau validasi, serta uji silang dari informasi lain yang sudah diperoleh
sebelumnya.

Mempertimbangkan manfaat, kelebihan, dan kekurangan dari kuesioner, sangatlah penting


untuk memperhatikan langkah-langkah dalam penyusunan kuesioner sehingga tujuan
pengumpulan informasi dapat diperoleh semaksimal mungkin.

c. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survai yang menggunakan
pertanyaan secara lisan kepada subjek pemeriksaan.

Teknik wawancara dilakukan jika memerlukan komunikasi atau hubungan dengan


responden. Data yang dikumpulkan umumnya berupa masalah tertentu yang bersifat
kompleks, sensitif atau kontrovesial, sehingga kemungkinan jika dilakukan dengan teknik
kuesioner akan kurang memperoleh tanggapan responden. Teknik wawancara dilakukan
terutama untuk responden yang tidak dapat membaca dan menulis, atau pertanyaan yang
memerlukan pernjelasan dari pewawancara atau memerlukan penerjemaahan. Hasil
wawancara selanjutnya dicatat oleh pewawancara sebagai data penelitan untuk bahan
evaluasi.

Teknik wawancara dapat dilakukan dengan cara tatap muka atau melalui telepon.
Wawancara tatap muka dilakukan antara pewawancara yang mengajukan pertanyaan secara
lisan dengan responden yang menjawab pertanyaan secara lisan.

Teknik ini memungkinkan untuk mengajukan banyak pertanyaan dan memerlukan waktu
lebih lama dibandingkan dengan wawancara melalui telepon.

Pertanyaan peneliti dan jawabanjawaban dapat pula melalui telepon. Teknik ini dapat
mengatasi kelemahan wawancara tatap muka karena dapat mengumpulkan data dari
responden yang letak geografisnya terpencar dengan biaya relatif lebih murah dan diperoleh
dengan waktu yang relatif lebih cepat. Jumlah tenaga pengumpul data relatif lebih sedikit
dibandingkan dengan tenaga yang diperlukan dalam wawancara tatap muka. Namun
kelemahan yang paling utama dari metode ini adalah masalah validitas bukti apabila
responden berbohong. (untuk rincian lengkap kelebihan dan kekurangan metode di atas lihat
lampiran 2)

d. Observasi

Metode pengumpulan data lainnya adalah observasi, yaitu proses pencatatan pola perilaku
subjek (orang), objek (benda) atau kejadian yang sistematis tanpa adanya pertanyaan atau
komunikasi dengan individu sebagai narasumber.

Kelebihan metode ini dibandingkan dengan metode survai bahwa data yang dikumpulkan
umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat, dan menghasilkan data lebih rinci mengenai objek
tertentu.

Metode observasi, meskipun demikian, tidak bebas dari kesalahan-kesalahan. Pengamat


kemungkinan memberikan catatan tambahan yang bersifat subjektif, seperti halnya terjadinya
bias karena pengaruh peran wawancara dalam metode survai.

D. Latihan
1. Uraikan secara singkat arti pentingnya pengumpulan data dalam Audit Kinerja!
2. Sebutkan dan beri penjelasan sumber-sumber data dan Jenis data dalam Audit Kinerja!
3. Uraikan secara singkat metode pengumpulan data bila dikaitkan dengan tahap-tahap dalam Audit
Kinerja!
4. Buatlah skema hubungan sumber dan jenis data dalam audit kinerja!
5. Uraikan secara singkat kelebihan dan kekurangan teknik pengumpulan data berikut ini:
a. Wawancara tatap muka
b. Wawancara melalui telepon
c. Kuesioner secara personal
d. Kuesioner melalui pos
e. Observasi langsung

Kasus

Sebuah anak perusahaan BUMN bertugas mendistribusikan bahan-bahan bakar dalam jenis yang
tersedia dipasar. Distribusi dilakukan dengan mobil perusahaan dan pada prinsipnya pembayaran
dilakukan secara kontan, supir selain menyalurkan bahan bakar juga bertugas melakukan proses
penagihan.
Dalam sistem penagihan selama ini supir akan menyerahkan nota tagihan tanpa kuitansi apabila
pelanggan berniat membayar melalui giro. Jika setelah 4 minggu tidak diterima pembayaran melalui
giro dari pelanggan yang bersangkutan, maka perusahaan akan mengirimkan surat peringatan.

Jika setelah 8 minggu masih belum dibayar, maka kuitansi tagihan diserahkan kepada bank untuk
ditagih kepelanggan.

Untuk meningkatkan hasil penjualan perusahaan ingin menjalankan suatu peraturan yang pada
intinya sebagai berikut:

a. Bagi pelanggan yang mengikuti aturan ini akan diserahkan daftar harga yang berisi macam
kualitas dan kuantitas bahan bakar yang akan dibeli selama jangka waktu tertentu (waktu
kontrak). Setelah ada kecocokan , dengan mengalikan harga dengan kuantitas maka
ditetapkanlah besarnya uang pendaftaran.
b. Para pelanggan yang mengikuti peraturan ini harus menentukan sendiri periode cicilan
pembayaran apakah bulanan atau mingguan. Berdasarkan lama kontrak maka perusahaan
menetapkan besar cicilan.
c. Dalam masa kontrak para peserta diberikan kebebasan untuk meminta penyerahan bahan bakar
secara bertahap pada waktu-waktu yang mereka tentukan.
d. Jika pada waktu tertentu jumlah penyerahan bahan bakar melebihi dari uang pendaftaran maka
kelebihan ini harus dibayar kontan pada saat bahan bakar tersebut diserahkan.
e. Saldo kredit yang mungkin timbul dari pengembalian bahan bakar yang lebih rendah dari yang
diminta semula, dianggap sebagai penyetoran untuk periode yang akan datang.

Dengan peraturan ini diharapkan dapat menarik 200 langganan yang membayartiap bulan, 1000
langganan yang membayar tiap minggu. Dari langganan bulanan diperkirakan 150 membayar melalui
giro.

Perusahaan mengambil kebijakan untuk menggunakan tenaga pensiunan guna menagih hutang
pelanggan yang tidak punya giro dengan upah tetap ditambah provisi 1%. Tenaga ini tidak
diharapkan pengetahuan administrasi yang tinggi. Di bagian administrasi cukup banyak pegawai
yang berpendidikan dan perusahaan mempunyai kemampuan dana untuk membeli alat-alat mekanis
sederhana bagi kelancaran administrasi. (evaluasi SPIVU999, Pusdiklat BPKP)

Selama ini perusahaan belum pernah melakukan survai kepuasan pengguna dan survai kepuasan
pegawai.

Dari data di atas Saudara diminta:

a. Menyusun daftar pertanyaan untuk melihat efektivitas SPM kebijakan perusahaan tersebut
berikut sumber datanya. (Kebijakan yang baik mensyaratkan: 1. Harus dibuat tertulis; 2.
Dikomunikasikan pada seluruh pegawai, dan dapat memberikan motivasi pencapaian tujuan; 3.
Harus transparan dan mampu berfungsi sebagai media komunikasi atasan dan bawahan; 4.
Harus ada peninjauan ulang terhadap keselarasan dengan lingkungan; 5. Meningkatkan disiplin
pegawai; 6. Konsisten dengan tujuan organisasi.)
b. Selanjutnya apabila auditor mendapatkan kelemahan SPM dari daftar pertanyaan di atas (poin 1
sampai 3) jelaskan sumber dan jenis data apa yang harus diambil, serta metodelogi guna
penilaian capaian kinerja perusahaan.

catatan: asumsi bisa dibuat bila Saudara mendapatkan pertanyaan tidak lengkap (termasuk nilai
indikator kinerja yang ada).
BAB III
PENGOLAHAN DATA

TUJUAN PEMELAJARAN KHUSUS

Setelah mempelajari bab ini peserta diharap mampu menjelaskan teknik pengolahan data dan
aplikasinya dalam pelaksanaan audit kinerja pada sektor publik.

A. Tujuan Pengolahan Data

Pengolahan data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca
dan diinterpretasikan untuk mendapatkan simpulan hasil evaluasi

B. Pendekatan Pengolahan Data

Pendekatan yang dilakukan dalam pengolahan data dalam modul ini adalah pendekatan kuantitatif
terutama untuk data yang diperoleh dari hasil survai.

Analisis data kuantitatif dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan statistik tergantung pada
tujuannya. Bila tujuan analisis hanya bersifat eksploratif dan deskriptif, maka teknik statistiknya pun
cukup dengan statistik deskriptif. Sedangkan bila tujuan analisis adalah untuk melihat hubungan dan
atau perbedaan antar variabel, atau membuat prediksi, maka teknik statistik yang dibutuhkan adalah
statistik inferensial.

Dikaitkan dengan tahapan dalam audit kinerja sektor publik maka teknik statistik yang sesuai adalah
statistik deskriptif, yaitu menentukan tingkat keandalan pengendaiian manajemen khususnya soft
control, indeks kepuasan pegawai dan indeks kepuasan pelanggan.

C. Tahap Persiapan Dalam Pengolahan Data

Secara garis besar pengolahan atau analisis data dilakukan setelah seluruh data yang diperlukan
telah terkumpul. Sebelum dilakukan analisis perlu dilakukan persiapan data untuk memudahkan
proses analisis data dan interpretasi hasilnya, yaitu: pengeditan, pemberian kode dan pemrosesan
data.

1. Pengeditan (Editing)
Pengeditan merupakan proses pengecekan dan penyesuaian yang diperlukan terhadap data
untuk memudahkan proses pemberian kode dan pemrosesan data dengan teknik statistik. Data
yang diperoleh dari hasil survai atau observasi perlu diedit dari kemungkinan kekeliruan dalam
proses pencatatan yang dilakukan oleh pengumpul data, serta dari pengisian kuesioner yang
tidak lengkap atau tidak konsisten. Tujuan pengeditan data adalah untuk menjamin kelengkapan,
konsistensi dan kesiapan data dalam proses analisis. Proses pengeditan dapat dilakukan di
lapangan (field editing) sesaat setelah melakukan pengecekan terhadap isian kuesioner.
Pengeditan dapat juga dilakukan di tempat pemrosesan data (in house editing) setelah beberapa
atau semua data terkumpul, misalnya karena field editing sulit dilakukan. Prosedur pengeditan
akan memudahkan proses pemberian kode dan data entry.
2. Pemberian Kode (Coding)
Pemberian kode merupakan proses identifikasi dan klasifikasi data ke dalam skor numerik.

Proses pemberian kode (coding) ini diperlukan terutama untuk data yang dapat diklasifikasikan,
misal: jawaban dari tipe pertanyaan tertutup (close-ended questions) yang tidak memberikan
alternatif kepada responden selain pilihan jawaban yang tersedia.

Pemberian kode pada jawaban dari tipe pertanyaan terbuka (open-ended questions) relatif lebih
sulit karena memerlukan judgement dalam menginterpretasikan jawaban responden. Tujuan
pemberian kode pada tipe pertanyaan terbuka adalah untuk mengurangi variasi jawaban
responden menjadi beberapa kategori umum sehingga dapat diberi skor numerik. Teknis
pemberian kode dapat dilakukan sebelum atau setelah pengisian kuesioner. Proses pemberian
kode akan memudahkan dan meningkatkan efisiensi proses data entry ke dalam komputer.

3. Pemrosesan Data (Data Processing)


Setelah kedua tahap di atas dilaksanakan, maka data siap untuk diolah atau dianalisis. Analisis
yang sesuai dengan tahapan audit kinerja sektor publik adalah analisis statistik deskriptif.
Berikut akan dibahas secara rinci teknik analisis tersebut.

a. Definisi

Statistik deskriptif pada dasarnya merupakan proses transformasi data dalam bentuk tabulasi
sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan
atau penyusunan data dalam bentuk tabel numerik dan grafik. Ukuran yang digunakan dalam
deskripsi antara lain berupa: frekuensi, tendensi sentral (rata-rata, median, modus), dan
dispersi (deviasi standar dan varian).

b. Tujuan Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk melihat data secara apa adanya untuk
memperoleh gambaran umum mengenai variabel-variabel yang diukur pada sampel.

c. Jenis-jenis Analisis Deskriptif

Analisis statistik deskriptif yang umum dilakukan diantaranya adalah:

1) Analisis potret data (frekuensi dan persentase).


2) Analisis kecenderungan sentral data (nilai rata-rata, median, dan modus).
3) Analisis sebaran data (range/kisaran dan simpangan baku atau varian).

Penjelasan lebih lanjut dari jenis analisis statistik adalah sebagai berikut:

1) Analisis potret data

Potret data adalah penghitungan frekuensi suatu nilai dalam suatu variabel. Nilai dapat
disajikan sebagai jumlah absolut atau persentase dari keseluruhan. Sebagai contoh
misalnya dari 50 siswa yang dijadikan sampel pada suatu analisis, 25 siswa dapat
dikategorikan siswa berbakat, 10 orang dapat dikategorikan siswa biasa-biasa saja, dan
15 siswa dapat dikategorikan sebagai siswa yang "berprestasi rendah". Secara
persentase, maka dapat dituliskan bahwa 50% siswa adalah siswa berbakat, 20% siswa
adalah siswa rata-rata, dan 30% siswa termasuk siswa dengan prestasi rendah. Hasil
analisis protret data dapat disajikan dalam berbagai format seperti tabel, histrogram,
diagram pie.

2) Analisis Kecenderungan Nilai Tengah (Central Tendency)

Nilai rata-rata (mean) merupakan nilai rata-rata secara aritmetik dari semua nilai dalam
variabel yang diukur. Misalnya, dari suatu analisis nilai ulangan akhir Matematika
terhadap 5 siswa kelas II SD diperoleh data bahwa: siswa 1 mendapat nilai 8, siswa 2
nilai 5, siswa 3 nilai 9, siswa 4 nilai 8, dan siswa 5 nilai 7. Maka nilai rata-ratanya adalah:
(8+ 5 + 9 + 8 + 7 ) : 5 = 7,4.

Sedangkan median adalah nilai tengah dari sekumpulan nilai suatu variabel yang telah
diurutkan dari nilai yang terkecil kepada nilai yang tertinggi. Atau dengan kata lain, nilai
median adalah nilai yang membagi suatu urutan nilai menjadi dua. Pada contoh ini, maka
nilai-nilai siswa tersebut dapat diurutkan menjadi: 5, 7, 8, 8, 9. Dari urutan nilai ini,
mediannya adalah 8.

Modus (mode) adalah nilai yang paling sering muncul pada suatu distribusi nilai variabel.
Dalam contoh tadi, modusnya adalah nilai 8 yang muncul dua kali (terbanyak
dibandingkan nilai lain yang hanya muncul satu kali).

3) Analisis sebaran data

Analisis ini dilakukan untuk melihat sebaran nilai dalam distribusi keseluruhan nilai suatu
variabel dari nilai tengahnya. Dengan kata lain, analisis ini untuk melihat seberapa besar
nilai-nilai suatu variabel berbeda dari nilai tengahnya. Pengukuran variansi nilai biasanya
dilakukan dengan melihat kisaran data (range) atau simpangan baku (standard
deviation).

Kisaran memperlihatkan interval nilai dari yang terkecil hingga yang terbesar, atau selisih
nilai terkecil dan terbesar. Misalnya, bila data hasil ulangan Matematika 5 orang siswa
yang diteliti adalah: 5, 7, 8, 8, dan 9 pada contoh tadi, maka kisaran datanya adalah 9 -
5 = 4.

Sedangkan simpangan baku (biasa ditulis SD) menunjukkan selisih rata-rata nilai-nilai
suatu variabel dari nilai tengahnya. Pada contoh nilai ulangan Matematika 5 orang siswa
tadi, kita sudah menghitung nilai rata-ratanya adalah 7,4 sedangkan nilai tengah adalah
8, maka simpangan bakunya adalah -0,6 dan +0,6.

D. Pengolahan Data dalam Audit Kinerja

1. Pengumpulan Data

Sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya, data dikumpulkan pada tahapan
diagnosis pengendalian manajemen, penilaian IKK dan capaian kinerja serta audit rinci. Pada
tahapan tersebut data diperoleh melalui teknik reviu dokumen, penyebaran kuesioner,
wawancara maupun observasi.
a. Reviu Dokumen
Reviu dokumen merupakan langkah awal auditor dalam tahap perolehan informasi mengenai
Kinerja perusahaan yakni pada saat survai pendahuluan. Reviu dilakukan atas dokumen
umum yang didapat. Hasil reviu dokumen diharapkan dapat memberikan gambaran sejauh
mana suatu kondisi atau fakta dalam perusahaan memenuhi kriteria yang ada. Beberapa
kriteria dapat langsung terpenuhi dengan ada atau tidaknya suatu dokumen namun ada
beberapa yang hanya dapat terpenuhi melalui analisis lebih lanjut.

Yang harus diperhatikan dalam penggunaan dokumen sebagai sumber data adalah
keterkaitan (relevansi) dan kecukupan

informasi yang terkandung dalam mendukung fakta yang dikumpulkan untuk mengukur
kriteria tertentu. Auditor harus cermat dalam memilih dokumen yang dibutuhkan dan
menentukan relevansinya dengan kondisi yang akan dievaluasi.

Selain relevansinya, dokumen yang digunakan sebagai sumber data harus mengandung
informasi yang cukup secara kualitatif maupun kuantitatif. Suatu dokumen dapat dikatakan
cukup secara kuantitatif apabila jumlahnya telah mewakili populasi yang ada.

Dalam menentukan kecukupan kuantitatif dan kualitatif data yang ada, auditor dapat
menggunakan pendekatan statistik atau pertimbangan profesional (judgment) auditor
termasuk metode yang akan dipakai.

Setelah mempelajari dokumen yang ada, auditor hendaknya membuat simpulan hasil reviu
yang dilakukan, yaitu mengenai:

1) Tingkat keandalan sistem pengendalian manajemen.


2) Kecukupan Indikator Kinerja Kunci.
3) Capaian kinerja dibandingkan dengan target maupun benchmark.
4) Bukti-bukti pendukung untuk temuan pada audit rinci.

b. Kuesioner

Metode penyebaran kuesioner digunakan untuk menjaring tanggapan responden atas


pertanyaan maupun pernyataan yang diberikan. Biasanya responden diharapkan
memberikan tanggapan yang berupa penilaian skala (mis. 1 s.d. 5) atas pertanyaan tertutup
dan/atau jawaban atas pertanyaan terbuka.

Dalam hal ini, kuesioner bermanfaat untuk:

1) Membantu memperoleh informasi dengan menerjemahkan tujuan yang ingin dicapai


dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.
2) Membantu menstandarisasi kategori pertanyaan dan respon terhadap pertanyaan yang
dapat mengarahkan responden pada pemahaman yang sama.
3) Membantu memotivasi responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan melalui
penggunaan kata-kata yang praktis, urutan pertanyaan yang baik, serta penyajian yang
baik pula.
4) Menjadi arsip permanen dalam suatu kegiatan.
5) Mempercepat analisis data dengan penggunaan komputer.

Dibandingkan teknik pengumpulan data lainnya, kuesioner mempunyai kelebihan dan


kekurangan yang perlu diperhatikan.

Kelebihan kuesioner:

1) Menjangkau banyak responden dalam satu waktu


2) Hasilnya Lebih mudah dikelompokkan karena sudah terarah
3) Informasi bersifat kuantitatif sehingga lebih mudah diolah secara statistik
4) Dapat menjadi dokumen riset / evaluasi yang permanen

Kekurangan kuesioner:

1) Informasi yang diperoleh bersifat subjektif


2) Kalimat kuesioner yang kurang tepat dapat menghasilkan informasi yang bias
3) Memerlukan pemahaman yang cukup mengenai bahasa / istilah yang lazim digunakan
responden
4) Terdapat kemungkinan bahwa yang mengisi kuesioner bukan orang yang dimaksud.

Hasil jawaban atas kuesioner ditabulasikan dengan menghitung mean (rata-rata) untuk
setiap kuesioner. Kemudian nilai rata-rata seluruh kuesioner dihitung berdasarkan nilai rata-
rata setiap kuesioner. Dari hasil penghitungan tersebut akan diperoleh nilai
tunggal/skor/indeks.

Pengolahan kuesioner dilakukan hanya terhadap jawaban kuesioner yang valid. Jawaban
kuesioner dianggap tidak valid apabila:

1) Responden tidak memilih jawaban yang disediakan.


2) Responden memilih lebih dari satu jawaban yang disediakan untuk satu pertanyaan.

Walaupun faktanya semakin banyak responden yang dilibatkan dalam pengisian kuesioner
akan makin akurat hasil yang diperoleh, namun di lain pihak, akan makin banyak sumber
daya yang diperlukan untuk mengolah hasil kuesioner tersebut. Oleh karena itu, perlu
dilakukan sampling.

Sampling adalah mengumpulkan data dengan mencatat sebagian data populasi sehingga
hasilnya merupakan nilai karakteristik perkiraan (estimasi) dari populasi yang diteliti.

Dalam audit kinerja yang memakai metode sampling, penentuan sample adalah kegiatan
yang penting dan menentukan simpulan yang didapat. Penentuan sample ini banyak berguna
pada saat survai kepuasan pengguna jasa dan kepuasan karyawan dibanding tahap evaluasi
lainnya.

Namun demikian dalam membuat simpulan yang lebih dapat dipertanggunjawabkan secara
ilmiah, pendekatan sample ini perlu diterapkan pada perencanaan untuk semua metode
pengumpulan data yang bersumber pada orang (data subjek).
Sampel yang baik adalah sampel yang representatif (mewakili) populasi. Berapa jumlah
sampel yang akan digunakan sebagai sumber data tergantung pada tingkat kepercayaan
yang dikehendaki. Bila dikehendaki sampel yang dipercaya 100% mewakili populasi, maka
jumlah anggota sampel sama dengan jumlah anggota populasi. Bila tingkat kepercayaan
95%, maka jumlah anggota sampel akan lebih kecil dari jumlah anggota populasi. (lihat
lampiran 1)

c. Wawancara dan observasi

Hasil wawancara memuat simpulan dari pendapat auditan terhadap masalah yang
ditanyakan. Hasil wawancara ditabulasikan dan atau dikategorisasikan berdasarkan jawaban
yang diberikan.

Sementara itu untuk metode observasi juga harus dibuat simpulannya. Lembaran kerja
observasi setidaknya memuat informasi mengenai:

1) Teknik observasi yang digunakan


2) Hal-hal yang diobservasi dan
3) Simpulan Hasil observasi.

Simpulan hasil observasi akan menguatkan simpulan yang diperoleh dari metode
pengumpulan data lainnya.

2. Pengolahan Data

Pengolahan data dalam tahapan audit kinerja adalah sebagai berikut:

a. Tahap Diagnosis Pengendalian Manajemen

Pada tahap ini, auditor menilai tingkat keandalan pengendalian manajemen. Sesuai
pedoman audit kinerja, auditor diharapkan menetapkan skor dengan skala 1 sampai dengan
5. Skor 1 berarti sistem pengendalian manajemen dinilai sangat lemah, dan skor 5 berarti
sangat kuat. Skor tingkat keandalan pengendalian manajemen diperoleh dari hasil reviu
dokumen, observasi dan penyebaran kuesioner sesuai dengan teknik yang ditetapkan.

Untuk menetapkan skor hasil kuesioner dilakukan dengan teknik statistik deskriptif melalui
penghitungan nilai mean (rata-rata) terhadap skor yang diberikan responden atas jawaban
kuesioner yang valid. Dengan menggunakan program SPSS dapat diperoleh hasil yang lebih
akurat. Hasil pengukuran ini merupakan skor pengendalian manajemen dari metode
penyebaran kuesioner.

Skor lainnya ditetapkan dari metode reviu dokumen dan observasi. Skor ini ditetapkan
berdasarkan pertimbangan profesional auditor (professionaljudgement) serta didukung bukti
yang cukup.

Ketiga skor tersebut kemudian dihitung rata-ratanya untuk ditetapkan sebagai skor
pengendalian manajemen keseluruhan.
Gambar2. Skoring Penilaian Sistem Pengendalian Manajemen

b. Tahap Penilaian IKK dan Capaian Kinerja

Pada tahap ini dilakukan penilaian terhadap IKK dan capaian kinerja. Teknik yang biasanya
digunakan dalam tahap ini pada umumnya adalah reviu dokumen dan survai untuk mengukur
indikator tingkat kepuasan pegawai atau pelanggan.

Khusus untuk menetapkan indeks kepuasan pegawai ataupun pelanggan dilakukan dengan
cara menghitung mean (rata-rata) hasil penilaian responden yang tercakup dalam kuesioner.
Teknik statistik yang dapat digunakan adalah statistik deskriptif. Program komputer yang
dapat digunakan untuk membantu hal ini antara lain SPSS.

c. Tahap Audit Rinci

Pada tahap ini dilakukan pengujian rinci terhadap bukti awal yang diperoleh dari hasil tahap
sebelumnya. Pengolahan data yang dilakukan dalam tahap ini pada umumnya adalah reviu
dokumen dan observasi. Jika diperlukan dapat dilakukan survai. Analisis yang digunakan
sama dengan tahapan audit sebelumnya.

E. Pengolahan Data dengan Bantuan Komputer

Alat analisis yang disajikan pada bagian di atas merupakan sebagian dari alat analisis yang biasa
dan bisa digunakan pada penelitian/survai. Masih banyak jenis dan metode lain yang lebih kompleks
dan lebih spesifik untuk mencapai beragam tujuan survai.

Proses analisis data kuantitatif dapat dengan mudah dilakukan bila menggunakan program-program
komputer yang telah dirancang khusus untuk keperluan analisis data. Salah satu contoh program
komputer yang banyak digunakan untuk analisis data kuantitatif pada penelitian-penelitian ilmu sosial
adalah Statistical Package for Social Sciences (SPSS). Program ini mempunyai kemampuan untuk
melakukan analisis statistik dari yang paling sederhana seperti melihat kecenderungan sentral data
hingga yang paling kompleks. Program lain yang bisa digunakan antara lain: Oracle, Microsoft
Access, Foxpro Database, Dbase, dll. Dengan bantuan program komputer, proses persiapan dan
analisis data dapat dilakukan dengan cepat dan efisien serta hasilnya lebih akurat.
1. Mengapa Memilih Program SPSS?

SPSS merupakan pilihan yang lebih efektif untuk analisis yang mendalam dari pada program
aplikasi spreadsheet yang lain. Dengan SPSS tercakup seluruh fungsi yang ada pada program
spreadsheet lain dan penggunaannya sangat mudah. Beberapa kelebihan program SPSS
adalah:

a. Variasi grafik lebih banyak.

SPSS membantu dalam memahami data, karena bisa dengan cepat memberikan deskriptif
dan frekuensi data. SPSS lebih unggul daripada program spreadsheet lain karena memiliki
lebih banyak variasi grafik.

b. Eksplorasi data lebih mudah.

Dengan SPSS kita tidak akan khawatir bila merubah data sebab tidak perlu membentuk,
menjalankan dan memformat ulang tabel. Dengan menggunakan tabel pivot multi
dimensional, SPSS membuat eksplorasi data semakin mudah

c. Fungsi help yang lengkap.

SPSS memiliki serangkaian alat tes statistik untuk mengetahui pentingnya suatu hubungan
atau perbedaan. Ditambah fungsi help "What's This?" menerangkan segala hal yang ingin
kita ketahui seperti definisi, aturan, pedoman, dan Iain-Iain. Fungsi help dalam spreadsheet
hanya memberitahu perintah yang harus diikuti untuk melakukan suatu tugas, SPSS
memberi pop-up definisi istilah statistik dan patokan/pedoman untuk menginterpretasikan
hasil. Online help tersedia pada SPSS for Windows. Sebagai tambahan kita bisa mendapat
panduan teknikal dan statistikal terbaik melalui telepon, faks atau e-mail atau pada website
SPSS

d. Menghemat waktu dan meningkatkan produktivitas.

SPSS menghemat waktu jika kita menghendaki laporan atau grafik hanya dengan satu klik
mouse. Berbeda dengan spreadsheet, yang dirancang untuk penghitungan baris dan kolom,
interface SPSS yang mudah dan dukungan database membuatnya begitu mudah mengolah
dan memanipulasi data untuk melakukan analisis yang mendalam

e. Lebih menyenangkan dengan fungsi view label.

SPSS memberi gambaran yang lebih baik mengenai data sebab dengan fungsi view label,
kita akan bekerja dengan kata-kata (label) daripada menggunakan angka (kode) dan label
secara otomatis digunakan pada grafik dan laporan kita

f. Hasil yang akurat bahkan jika beberapa data "hilang" /tidak tersedia.

Jika kita temui data hilang (missing data) pada saat pemrosesan data atau menginginkan
untuk menguantifikasikan perbedaan yang signifikan terhadap pemyataan survai yang tak
terjawab, SPSS secara otomatis memberikan pada kita informasi yang lebih baik dan akurat
dibandingkan dengan spreadsheet lain.

g. Mudah dan cepat untuk mengetahui jika ada masalah dengan data kita.

SPSS membantu kita melihat kesalahan data-entry atau data yang tidak biasa/menyimpang
yang mungkin ingin kita kesampingkan dari analisis atau melihat lebih dekat sebelum kita
menulis laporan akhir.

h. Mengolah data lebih mudah.

SPSS membuat analisis data dari spreadsheet, database dan file yang strukturnya kompleks
menjadi mudah. Dengan demikian, SPSS menghilangkan risiko data mengubah secara tak
sengaja sewaktu melakukan analisis.

i. Mampu bekerja dengan database yang ukurannya sangat besar.

Tak usah takut jika program spreadsheet tidak mampu bekerja dengan data base yang
sangat besar, SPSS dapat menganalisis seluruh data tanpa risiko.

j. Fungsi statistik yang sangat lengkap (program Add-on)

Spreadsheets membatasi kita hanya pada fitur statistik dasar, sementara SPSS memberi kita
seluruhnya pada produk standarnya. Kita dapat dengan mudah membawa tugas kita ke
tingkat lanjutan dengan memilih seperangkat modul add-on yang terintegrasi

2. Langkah-langkah dalam mengolah data menggunakan program SPSS

Uraian rinci mengenai prosedur pengolahan data menggunakan program SPSS dapat dibaca
pada manual program. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah data
adalah sebagai berikut:

a. Data Entry (memasukkan data) yang diperoleh dari survai ke dalam program SPSS. Hal ini
biasa dilakukan dengan memasukkan data langsung ke Data Editor atau menggunakan
program lain yang lebih dikuasai misalnya program spreadsheet, database atau file data
teks. Dengan SPSS kita bisa membuka file data yang sebelumnya telah kita simpan dengan
SPSS, maupun membaca data dari program lain.

b. Pada saat memasukkan data ke dalam program SPSS kita akan diminta menentukan
variable (nama, jenis data, jumlah karakter, desimal, dsb).

c. Setelah seluruh data tertabulasi, pilih prosedur analisis yang akan digunakan melalui menu
Tools baik untuk melakukan penghitungan statistik maupun membuat grafik.

d. Pilih variable yang akan dianalisis. Dengan SPSS, prosedur pemilihan variable yang akan
kita analisis disajikan dalam bentuk dialog box.

e. Jalankan prosedur yang kita pilih dan hasilnya dapat kita lihat pada jendela SPSS Viewer
seketika itu juga. Perubahan terhadap prosedur analisis yang dipilih dan variable yang akan
dianalisis sangat mudah dilakukan. Setiap perubahan akan selalu diminta konfirmasi
sehingga kita tidak takut kehilangan data kita.

F. Simpulan Hasil Pengolahan Data

Hasil akhir dari pengolahan data adalah simpulan. Simpulan pengolahan data tergantung pada tujuan
audit/tahapan audit. Pada tahap Diagnosis Pengendalian Manajemen, simpulannya berupa tingkat
keandalan pengendalian manajemen yaitu lemah, cukup dan kuat. Hasil penilaian tersebut
dinyatakan dalam skor dengan skala 1 sampai dengan 5. Skor tersebut didapat dari penghitungan
rata-rata penilaian semua teknik diagnosis baik survai, reviu dokumen maupun observasi.

Demikian pula pada tahapan survai kepuasan pelanggan maupun pegawai, hasil akhir pengolahan
data berupa indeks kepuasan. Indeks tersebut adalah nilai mean (rata-rata) hasil penilaian responden
yang diolah dari kuesioner yang dikembalikan. Indeks kepuasan biasanya dinyatakan dalam skala 1
sampai dengan 5. Skor 1 adalah sangat tidak puas dan 5 adalah puas sekali.

G. Latihan

1. Mengapa kita perlu memiliki kemampuan dasar pengolahan data? Apa relevansinya dengan
penugasan audit kinerja sektor publik?
2. Dari berbagai teknik statistik yang kita ketahui, analisis deskriptif sudah cukup mamadai untuk
digunakan dalam audit kinerja sektor publik. Mengapa demikian, jelaskan!
3. Dalam audit kinerja, ada dua tahap yang menggunakan metode pengumpulan dan pengolahan
data yang sama yaitu survai pegawai. Kedua tahap tersebut adalah Diagnosis Pengendalian
Intern (terutama untuk jenis softcontrol) dan penilaian IKK untuk indikator kepuasan pegawai.

Diskusikan dengan kelompok Anda bagaimana caranya agar kedua tahap tersebut dapat efektif
dilaksanakan tanpa mengurangi kualitas hasilnya
BAB IV
PENUTUP

Setelah memahami aspek-aspek pengumpulan dan cara pengolahan data, auditor diharapkan dapat
menerapkannya dalam kegiatan audit kinerja. Pemahaman terhadap teknik pengumpulan dan
pengolahan data membantu auditor dalam memilih metode yang tepat dalam menggali informasi,
sehingga simpulan yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara profesional dan secara objektif
menggambarkan kinerja instansi yang di audit.

Penerapan metode yang tepat akan memungkinkan auditor untuk mendapatkan informasi yang valid
sehingga dapat mengambil simpulan yang dapat diandalkan mengenai kinerja instansi sektor publik yang
diaudit dan mengidentifikasi bidang-bidang yang memerlukan perhatian (areas of improvement).
Daftar Pustaka

Indriantono, Nur dan Supomo (1999), Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen, BPFE, Yogyakarta
Singarimbun, Masri dan Efendi (1989), Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta
Tarigan, Josep R dan Suparmoko (1999), Metode Pengumpulan Data Edisi 1 (Untuk llmu-ilmu
sosial dan ekonomi), BPFE, Yogyakarta
, Discover Secrets Your Spreadsheet Can't Tell You , SPSS Inc,
USA
LAMPIRAN 1

TABEL PENENTUAN JUMLAH SAMPEL DARI SUATU


POPULASI DENGAN TARAF KEPERCAYAAN 95 %
(KREJCIE DAN MORGAN 1970)

N Jumlah (s) Jumlah N Jumlah (s) Jumlah N Jumlah (s) Jumlah

anggota anggota anggota anggota anggota anggota

Populasi Sampel Populasi Sampel Populasi Sampel

10 10 220 140 1.200 291

15 14 230 144 1.300 297

20 19 240 148 1.400 302

25 24 250 152 1.500 306

30 28 260 155 1.600 310

35 32 270 159 1.700 313

40 36 280 162 1.800 317

45 40 290 165 1.900 320

50 44 300 169 2.000 322

55 48 320 175 2.200 327

60 52 340 181 2.400 331

65 56 460 186 2.600 335

70 59 380 191 2.800 338

.75 63 400 196 3.000 341

80 66 420 201 3.500 346

85 70 440 205 4.000 351

90 73 460 210 4.500 354

95 76 480 214 5.000 357

100 80 500 217 6.000 361

110 86 550 226 7.000 364

120 92 600 234 8.000 367

130 97 650 242 9.000 368

140 103 700 248 10.000 370

150 108 750 254 15.000 375

160 113 800 260 20.000 377

170 118 850 265 30.000 379

180 123 900 269 40.000 380

190 127 950 274 50.000 381

200 132 1.000 278 75.000 382

210 136 1.100 285 100.000 384


LAMPIRAN 2

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN


TEKNIK WAWANCARA DAN TEKNIK KUESIONER

TEKNIS SURVAI KELEBIHAN KELEMAHAN

1. Menghasilkan lebih banyak data 1. Memungkinkan terjadinya bias


pewawancaranya.

2. Kontak langsung dengan responden, 2. Memerlukan biaya dan waktu yang relatif
Wawancara tatap
sehingga dapat menanyakan masalah banyak, jika jumlah responden (sample)
muka
yang lebih kompleks, sensitif atau relatif besar dan secara geografis letaknya
kontroversial terpencar

3. Tingkat partisipasi responden relatif tinggi.

1. Waktu pengumpulan data 1. Pewawancara tidak dapat


responden relatif cepat dengan mengamati ekspresi responden saat
tenaga dan biaya yang relatif lebih memberikan tanggapan.
sedikit.

2. Memperoleh tanggapan segera dari 2. Responden setiap saat dapat


Wawancara responden setelah pewawancara menolak untuk menanggapi
Via Telepon dapat menghubunginya lewat pertanyaan dengan memutus
hubungan telepon.
telepon.
3. Durasi wawancara relatif terbatas.

4. Responden bukan merupakan


sample yang responsentif mewakili
semua lapisan masyarakat.

1. Dapat memberikan penjelasan pengenai 1. Waktu dan biaya pengumpulan data relatif
tujuan survai dan pertanyaan yang kurang banyak jika responden yang harus
Kuesioner
dipahami oleh responden. dihubungi secara geografis terpencar.
Secara
personal 2. Tanggapan atas kuesioner dapat 2. Memungkinkan terjadinya bias oleh
langsung dikumpulkan setelah selesai survaior.
diisi oleh responden

1. Pengumpulan data responden yang 1. Tingkat tanggapan (response rate)


secara geografis terpencar memerlukan responden umumnya lebih rendah
waktu dan biaya relatif sedikit dibandingkan dengan teknik wawancara
dibandingkan dengan teknik wawancara. dan kusioner yang dikumpulkan secara

Kuesioner personal.

melalui Pos 2. Jumlah pertanyaan yang diajukan relatif 2. Tanggapan responden kemungkinan tidak
lebih banyak. sesuai dengan konteks/maksud
pertanyaan dalam kuesioner.

3. Meminimalisasi kemungkinan terjadinya 3. Responden kemungkinan mengisi


bias oleh peneliti kuesioner secara tidak lengkap.

Anda mungkin juga menyukai