Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SISTEM PETERNAKAN LAHAN KERING

“Karakteristik dan Sistem Pertanian Dilahan”

DISUSUN OLEH:

ALBINA SALTIN

NIM: 1905030273

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnya, penulis dapat meyelesaikan Makalah Sistem Peternakan Lahan Kering
“Karakteristik Dan Sistem Pertanian Di Lahan Kering” sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.

Dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara moril maupun materil selama proses penulisan makalah.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem peternakan lahan
kering serta diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca guna mengembangkan ilmu
pengetahuan.

Sebagai manusia tentunya tidak terlepas dari kesalahan, begitu pula dalam penulisan
makalah ini. Sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
memperbaikinya dalam penulisan selanjutnya.

Penulis

ALBINA SALTIN

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................2

Daftar Isi.........................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................4

1.1 Latar Belakang........................................................................................................5


1.2 Tujuan.....................................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................................................6

2.1 Karakteristik Lahan Kering...................................................................................7

BAB 3 PENUTUP..........................................................................................................10

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................10

Daftar Pustaka.................................................................................................................11

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengembangan pertanian lahan kering merupakan alternatif yang sangat penting untuk
mengalihkan paradigma lahan sawah sebagai tulang punggung pertanian dan sebagai
pemenuhan utama produksi pangan nasional apalagi baru-baru ini adanya program
pemerintah, Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di daerah Aceh kecamatan
Dewantara. Hal ini sangat beralasan karena lahan-lahan persawahan di Indonesia umumnya
telah banyak mengalami alih fungsi menjadi lahan pertanian. Tantangan lain dari lahan
pertanian sawah adalah kemunduran produktivitas karena intervensi manusia yang sangat
intensif. Dengan demikian pertanian lahan kering diharapkan mampu memiliki andil yang
signifikan terhadap pengembangan potensi wilayah. Di karenakan banyaknya lahan sawah
yang tidak bisa di airi di lokasi P2BN, dari itu judul dari tugas ini Strategi
Pengelolaan Pertanian Lahan Kering Berwawasan Lingkungan.

Meskipun potensi pemanfaatan lahan kering untuk pengembangan pertanian sangat


besar, perlu dicermati pula bahwa ciri khas agroekosistem lahan kering relatif rentan terhadap
degradasi sehingga dalam pengelolaan jangka panjang harus lebih berhati-hati dengan tetap
memperhatikan aspek kelestarian dan kesinambungan produktivitas lahan (dryland
sustainable agriculture).          Tidak sekedar masalah biofisik lahan yang lemah, lahan
kering juga memiliki masalah sosial-ekonomi yang cukup kompleks. Pendekatan dalam
pengelolaan pertanian lahan kering tampaknya harus berorientasi pada pendekatan
agroekosistem wilayah dengan tetap memperhatikan aspek sosial budaya spesifik daerah
sebagai komponen pendekatan wilayah.

1.2. Tujuan

Untuk mengetahui karakteristik dari sistem peternakan lahan kering.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Karakteristik lahan kering

Pertanian Lahan Kering merupakan aktifitas pertanian (budidaya tanaman pangan,


perkebunan, peternakan dan kehutanan) yang dilakukan di lahan kering.

Salah satu manfaat dari pengolahan lahan kering yaitu dengan menanam Sumber
pakan dilahan kering karena hasilnya dapat mencukup dengan beragam dan bervariasi pakan,
selain yang bersumber dari lahan penggembalaan atau lahan umum yang selama ini berfungsi
sebagai penyuplai HMT. Tanpa adanya upaya-upaya perbaikan dan pelestarian vegetasi maka
akan terjadi penurunan kemampuan daya suplainya. Berkaitan dengan bertambahnya populasi
ternak tanpa adanya eksplorasi sumber pakan maka akan terjadi kekurangan pakan pada
musim kemarau, hal ini yang seringkali terjadi pada daerah lahan kering. Namun bila kita
melihat pola usahatani yang ada di suatu wilayah pedesaan memiliki potensi sebagai sumber-
sumber pakan alternatif. Disamping itu lahan-lahan usahatani masih memungkinkan untuk
ditanami jenis hijauan pakan ternak unggul dengan kriteria tahan kekeringan, produksi tinggi
dan memiliki kandungan nutrisi yang baik sehingga akan menjamin kontinuitas pakan ternak
sepanjang tahun (Sasongko dkk, 2012).   

Potensi lahan kering yang cukup besar memiliki ekosistem yang rapuh dan mudah
terdegradasi apabila pengelolaannya tidak dilakukan dengan cara-cara yang tepat, topografi
umumnya berbukit dan bergunung, ketersediaan air tanah yang terbatas, teknologi diadopsi
dari teknologi lahan basah yang tidak sesuai untuk lahan kering, infrasturktur tidak memadai.

Lahan kering ini terjadi sebagai akibat dari curah hujan yang sangat rendah, sehingga
keberadaan air sangat terbatas, suhu udara tinggi dan kelembabannya rendah. Lahan kering
sering dijumpai pada daerah.

2.2 Sumber Lahan Kering

Lahan kering terbagi atas dua yaitu: lahan kering beriklim basah dan lahan kering
beriklim kering.

Dan yang saya bahas, yaitu tentang Lahan Kering Beriklim Kering.

5
2.3 Lahan Kering Beriklim Kering

Lahan kering beriklim kering banyak dijumpai di wilayah timur Indonesia (Nusa
Tenggara, Timor Timur, Sulawesi, dan Maluku). Dari segi kimia tanah relatif lebih baik
dibandingkan dengan lahan kering beriklim basah, karena pH mendekati netral dan
pelindiannya terbatas, sehingga relatif kaya unsur-unsur basa seperti K, Ca, dan Mg. Curah
hujan yang rendah dan umumnya juga bersifat eratik merupakan kendala utama bagi
pengembangan tanaman pakan.

Lahan kering beriklim kering dicirikan dengan curah hujan rendah 1.000-1.500
mm/tahun selama 3-4 bulan dengan distribusi tidak teratur. Fluktuasi curah hujan sangat
tinggi, pada suatu saat bisa mencapai 100 mm per hari atau bisa berhenti sama sekali selama
2-3 minggu.

2.4 Pengelolaan Berwawasan Lingkungan

Pengelolaan lahan kering sebagai lahan produktif merupakan salah satu alternatif yang
prospektif mengingat potensi luas arealnya sangat besar dan potensi produktivitas lahannya
masih sangat terbuka untuk ditingkatkan. Pengelolaan pertanian lahan kering sesungguhnya
tidak mudah, karena sangat berkaitan dengan permasalahan lahan kering yang cukup
kompleks baik dari sumber daya lahannya dan sumber daya manusianya. Karena itu dalam
pencarian strategi pengelolaan yang tepat, dalam memfungsikan lahan kering sebagai lahan
produktif diperlukan pendekatan holistik dengan mengenali secara seksama tipe
agroekosistem lahan kering yang bersifat spesifik lokasi dengan tidak meninggalkan ciri-ciri
alamiahnya serta kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat.

1. Pengelolaan Lahan Kering dari Aspek Biofisik

Aspek biofisik pada suatu sistem pengelolaan pertanian lahan kering meliputi faktor-
faktor yang berkaitan dengan kemampuan dan kesesuaian lahan serta peningkatan kualitas
dan produktivitas lahan. Paket teknologi alternatif yang akan diterapkan dalam rangka
peningkatan kualitas dan produktivitas lahan haruslah dapat memberikan kompensasi
keterbatasan kemampuan alamiah lahan tersebut. Dalam hal ini teknologi yang sesuai adalah
teknologi tepat guna yang mengutamakan daya dukung lahan, baik dilihat dari upaya

6
mengeliminasi pengaruh erosi maupun faktor-faktor pembatas kesuburan tanah dan
keterbatasan ketersediaan air.

Penerapan teknologi tersebut dapat berbeda antara wilayah tangkapan


hujan (pluvial), wilayah konservasi air dan wilayah pengguna air.

Bagi wilayah tangkapan hujan, penerapan teknologinya ditujukan untuk:

1) Memperbesar infiltrasi dan perkolasi untuk memperkaya air tanah dan debit sumber-
sumber arteris.
2) Mempertinggi daya simpan air tanah melalui penghijauan dan reboisasi.

Pada wilayah konservasi air (freatik)  difokuskan pada upaya sebagai berikut:

1) Mencegah erosi lapisan tanah melalui penerapan sistem olah tanah konservasi,
pemberian mulsa organik, pembuatan terasering dan pertanaman menurut kontur,
system budidaya tanaman lorong (Alley cropping).
2) Memperbesar daya tampungan air hujan dan air permukaan melalui pembuatan
tandon air, bendungan dan embun. Hasil panenan air hujan di wilayah lahan kering
dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan air paska musim hujan.

2. Pengelolaan Lahan Kering dari Aspek Ekonomi


Tinjauan aspek ekonomi dalam kaitannya dengan pengembangan lahan kering sebagai
lahan produktif meliputi: (a) Manfaat finansial dan ekonomi bagi unit pelaku usaha, dan (b)
Manfaat secara luas bagi pengembangan ekonomi wilayah. Untuk itu diperlukan analisis
kelayakan usaha ditinjau dari sudut kepentingan pelaku usaha dan kelayakan dari sudut
kepentingan sosial ekonomi secara keseluruhan. Salah satu contohnya adalah introduksi
teknologi budidaya konservasi di lahan kering melalui pengaturan pola tanam tumpang gilir
legum- tanaman pangan, tanaman pakan ternak dan disertai aplikasi keseimbangan pupuk
anorganik-organik dan hayati dan pemanenan air hujan. Dengan demikian, strategi
pengelolaan pertanian lahan kering tidak hanya sekedar berorientasi pada peningkatan
produktivitas lahan tetapi harus merupakan strategi jangka panjang untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas tanah/lingkungan.

7
2.5 Faktor Pendukung Keberhasilan Sistem Pertanain Di Lahan Kering

Untuk mencapai keberhasilan usaha tani berkelanjutan di lahan kering perlu


memperhatikan beberapa faktor yang mendukung peningkatan produksi serta faktor-faktor
yang mempengaruhi proses degradasi lahan. Peningkatan produksi di lahan kering dapat
dicapai melalui cara budidaya tanaman yang tepat seperti : diversifikasi tanaman (multiple
cropping), penggunaan varietas unggul, pengolahan tanah yang tepat, pola tanam sesuai
ekosistem, pemupukan.

 Diversifikasi Tanaman

Diversifikasi tanam merupakan salah satu strategi penting dalam usahatani pada lahan
kering. Kombinasi berbagai komoditas tanaman pangan, tanaman tahunan dan pemeliharaan
ternak dinilai dapat menjamin produktifitas dan keberlanjutan usaha tani.

Pada lahan kering masam (lahan kering beriklim basah), kandungan bahan organik
pada podsolik merah kuning dapat dipertahankan dengan menerapkan daur ulang, yaitu
pemanfaatan pupuk kandang dan limbah pertanian (Partohadjono et al., 1993 dalam Soepandi
dan Utomo, 1995). Budidaya lorong (alley cropping) dengan menggunakan leguminosa
sebagai tanaman pagar (misalnya lamtoro) dinilai mampu meningkatkan keberadaan bahan
organik tanah. Pada lahan kering di daerah beriklim kering, pengembangan usaha tani
diarahkan untuk memanfaatkan lahan datar di pelembahan, dengan kendala populasi gulma
yang tinggi. Pada kondisi demikian tampaknya sistem tumpang sari dan introduksi tanaman
tahunan cukup memberikan harapan. Keberhasilan dari pola pertanaman multiple
cropping ini tampaknya dikaitkan pada dua keuntungan, yaitu pemanfaatan ruang kosong
secaraoptimal dan cepatnya penutupan tanah oleh vegetasi yang memperkecil laju erosi.

 Pengolahan Tanah

Dengan ciri lapisan bahan organik yang tipis pada kebanyakan lahan kering, maka
yang diperlukan ialah tindakan yang sekecil mungkin yang menyebabkan gangguan di
permukaan tanah. Teknik tanpa olah tanah (TOT) atau pengolahan tanah minimum diikuti
dengan perlakuan herbisida yang terkendali serta pemberian mulsa dapat dilakukan pada

8
lahan kering. Pemberian pupuk N yang memadai dapat membantu dalam mempercepat
dekomposisi gulma yang mati oleh herbisida.

 Pola Tanam Berdasarkan Ekosistem

Dengan adanya perbedaan karakteristik ekosistem antara lahan kering beriklim basah
dengan lahan kering beriklim kering, maka pola tanam tentunya akan berbeda. Pada lahan
kering beriklim basah, curah hujan merata sepanjang tahun, maka dapat dipilih komoditi
tanaman sela yang dapat menutup tanah sepanjang tahun seperti jagung dan kacang-
kacangan. Urutan penanamannya diatur secara tumpang sari.

 Pemupukan

Pemberian pupuk perlu disesuai dengan kesuburan tanah. Pupuk urea, TSP, dan KCl
diberikan untuk meningkatkan kesuburan tanah.

9
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

 Sistem pertanian lahan kering diindonesia didominasi oleh tanaman pakan ternak,
maupun pangan baik tanaman pakan maupun tanaman pangan merupakan salah satu
alternatif potensial, yang dapat memecahkan permasalahan pada usahatani tanaman
pakan dan pangan, bahkan permasalahan peternakan itu sendiri.
 Usahatani terpadu menghasilkan berlimpah limbah pertanian dan biomasa tanaman
yang secara langsung atau melalui proses pengolahan menjadi pakan ternak yang
murah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Adijaya, I.N., Suprapto, I.M.R. Yasa, dan P. Suratmini. 2012. Pemberdayaan Masyarakat Miskin di
Lahan Kering bali Utara melalui Integrasi Tanaman dan Ternak Sapi. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Bali. ntb.litbang.deptan.go.id diakses tanggal 1 Mei 2012.

Dinas Peternakan Propinsi NTT. 2007. Statistik Peternakan Tahun 2006.

Hasnudi dan E. Saleh. 2004. Rencana Pemanfaatan Lahan Kering untuk Pengembangan Usaha
Peternakan Ruminansia dan Usaha Tani Terpadu di Indonesia. Jurusan Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Karda, I.W. dan Spudiati. 2012. Meningkatkan Produktifitas Lahan Marginal Melalui Integrasi
Tanaman Pakan dan Ternak Ruminansia. Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
ntb.litbang.deptan.go.id diakses tanggal 1 Mei 2012.

Ma`shum, M., Lolita, E.S., Sukartono, dan Soemeinaboedhy, I.N. 2000. Teknik Pemanenan Aliran
Permukaan lahan Kering. Journal Agroteksos, Vol 11-3, 2000.

Suprayogo, D dkk. 2003. Peran Agroforestry pada Skala Plot: Analisis Komponen Agroforestry
Sebagai Kunci Keberhasilan atau Kegagalan Pemanfaatan Lahan. ICRAF, Bogor Indonesia.

Sopandie, D., dan I. H. Utomo. 1995. Pengelolaan Lahan dan Teknik Konservasi di Lahan Kering.
Makalah Penunjang Diskusi Pengembangan Teknologi Tepat Guna di Lahan Kering untuk
Mendukung Pertanian Berkelanjutan. Bogor, 27 September 1995.

11

Anda mungkin juga menyukai