Anda di halaman 1dari 39

Konsep kebutuhan dasar manusian

KEBUTUHAN OKSIGENISASI

DefinisiOksigenasi
Oksigen(O2)adalahsalahsatukomponengasdanunsurvitaldalam
proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel- sel
tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan
setiap kali bernapas (Tarwoto & Wartonah edisi 3, 2006).
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
mempertahankan hidup dan aktifitas berbagai organ dan sel tubuh.
Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital
dalam proses metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara
menghirup O2 setiap kali bernapas dari atmosfer. Oksigen (O2) untuk
kemudian diedarkan ke seluruh jaringan tubuh (Sulistiyo Andarmoyo, 2012).

Anatomi fisiologi
Anatomi pernafasan

Hidug

Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,
mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung.
(septumnasi). Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring
udara, debu dan kotoran yang masuk kedalam lubang hidung. Bagian luar
dinding terdiri dari kulit. Lapisan tengah terdiri otot otot dan tulang rawan.
Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan
karang hidung (konka nasalis), yang berjumlah 3 buah, Konka nasalis inferior
(karang hidung bagianbawah). Konka nasalis media (karang hidung bagian
tengah). Konka nasalis superior (karang hidung bagian atas).
Faring

Tekak atau Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan
jalan makanan, terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung
dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-
organ lain : keatas berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantara
lobang yang bernama koana. Kedepan berhubungan dengan rongga mulut,
tempat hubungan ini bernama istmus fausium, kebawah terdapat dua lubang
kedepan lubang laring, kebelakang lubang esophagus. Dibawah selaput lendir
terdapat jaringan ikat, juga dibeberapa tempat terdapat folikel getah bening.
Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid.
Rongga tekak dibagi 3 bagian
1. Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana disebut nasofaring.
2. Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut
orofaring.
3. Bagian bawah sekali dinamakan laringofaring.
Laring

Laring atau pengkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak


sebagai pembentuk udara, terletak dibagian depan faring sampai ketinggian
vertebra servikalis dan masuk kedalam trakea dibawahnya .
Trakea

Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk
oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiiri dari tulang tulang rawan yang berbentuk
seperti kuku kuda (huruf c). sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang
berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak kearah luar. panjang
trakea 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot
polos Selsel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang
masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. yang memisahkan trakea
menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina.
Bronkus

Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah
yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan 8 V, mempunyai
struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus itu
berjalan kebawah dan kesamping kearah tampuk paru-paru. bronkus kanan
lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin,
mempunuyai 3 cabang. bronkus kiri lebih panjang dan lebih dari yang kanan,
trdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang cabang, yang
lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada ujung bronkioli tak terdapat
cincin lagi dan ujung bronkioli terdapat alveoli.
Paru-paru

Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung (gelembung hawa, alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari
sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaanya lebih kurang
dari 90 m2. Pada lapisan ini terjadi 9 pertukaran udara, o2 masuk kedalam
darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. banyaknya gelembung paru-paru ini
kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan). Paru-paru dibagi
dua paru-paru kanan, terdiri dari pulmo dekstra superior, lobus media, dan
lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobules. Paru-paru kiri, terdiri dari
pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. tiap-tiap lobus terdiri dari
belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10
segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada
lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Tiap tiap segmen ini
masih terbagi lagi menjadi belahan belahan yang bernama lobulus.
Kapasitas paru-paru yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paruparu pada
inspirasi sedalam dalamnya. Dalam hal ini angka yang kita dapat tergantung
pada beberapa hal:kondisi paru-paru, umur, sikap, dan bentuk seseorang
yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal.
Sistem pernafasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan
sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan,
diafragma, isi abdomen, dinding abdomen, dan pusat pernafasan di otak
(Tarwoto & Wartonah edisi 3, 2006).
Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru,
dan difusi.
Ventilasi
Ventilasi adalah keluar proses keluar masuknya udara dari dan ke
paru-paru, jumlahnya sekitar 500ml sehingga terjadi pertukaran gas
antara tekanan atmosfer dan alveolus. Kepatenan
ventilasitergantungpadafaktoryaitukebersihanjalannafas,sistem saraf
pusat dan pusat pernafasan, pengembangan dan pengempisan paru-paru
dan kemampuan otot-ototpernafasan.

Perfusiparu
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru
untuk di oksigenasi, di mana pada sirkulasi paru adalah darah
doksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan
jantung.
Difusi
Oksigen terus menerus berdifusi dari udara dalam alveoli
kedalam aliran darah dan CO2 terus berdifusi dari darah kedalam
alveoli. Difusi adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi
tinggi ke area konsentrasi rendah.Difusi darah respirasi terjadi antara
alveolus dengan membrane kapiler.

B.ETIOLOGI OKSIGENISASI
A. Faktor- Faktor yang MempengaruhiOksigenasi
i. .Faktorfisiologi
Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti padaanemia.
Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas
bagianatas.
Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2terganggu.
Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan lain-lain.
Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas,
muskulus skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti TBParu.
ii.Faktorperkembangan
Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukkan surfaktan.
Bayidantoddler:adanyaresikoinfeksisaluranpernapasanakut.
Anakusiasekolahdanremaja:resikoinfeksisaluranpernapasan danmerokok.
Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang
mengakibatkan penyakit jantung danparu- paru.
Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis,
elastisitas menurun, ekspansi parumenurun.

MANIFESTASI KLINIS

A. Tipe Kekurangan Oksigen Dalam Tubuh Menurut Tarwoto &


Wartonah edisi4(2010):
i. Hipoksemia
Hipoksemia merupakan keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah
arteri (PaO2) atau saturasiO2 arteri (SaO2) di bawah normal (normal PaO2 85-100 mmHg,
SaO2 95%). Pada neonatus PaO2 <50 mmHg atau SaO2 <90%. Keadaan ini disebabkan oleh
gangguan ventilasi, perfusi, difusi, pirau (shunt), atau berada pada tempat yang kurangoksigen.

Tanda dan gejala hipoksemia diantaranya sesak napas, frekuensi napas 35 x/menit, nadi cepat
dan dangkal, serta sianosis.
i. Hipoksia
Hipoksia merupakan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya pemenuhan
kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya
penggunaan oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit ventilasi
berhenti spontan. Penyebab hipoksia lainnya adalah:
Menurunnyahemoglobin
Berkurangnya konsentrasi oksigen
Ketidakmampuan jaringan mengikatoksigen
Menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalamdarah
Menurunnya perfusijaringan
Kerusakan atau gangguan ventilasi
Tanda- tanda hipoksia adalah kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi
meningkat, pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, serta clubbing finger.
Merupakan kedaan dimana terjadi kegagalan tubuh memenuhi kebutuhan oksigen karena pasien
kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas
karbon dioksidadanoksigen.Gagalnapasditandaiolehadanyapeningkatan CO2 dan penurunan O2
dalam darah secara signifikan.Gagal napas
dapatdisebabkanolehgangguansistemsarafpusatyangmengontrol sistem pernapasan, kelemahan
neuromuskular, keracunan obat, gangguan metabolisme, kelemahan otot pernapasan, dan
obstruksi jalannapas.

ii. Perubahan polanapas


Pada keadaan normal, frekuensi pernapasan pada orang dewasa sekitar 18- 22 x/menit, dengan
irama teratur, serta inspirasi lebih
panjangdariekspirasi.Pernapasannormaldisebutapnea.Perubahan pola napas dapat berupa:
Dispnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasiendengan asma.
Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi napas lebih dari
24x/menit.
Bradipnea, yaitu pernapasan lebih lambat (kurang) dari normal dengan frekuensi kurang dari
16x/menit.
Kusmaul, yaitu pernapasan dnegan panjang ekspirasi dan inspirasi sama sehingga
pernapasan menjadi lambat dan dalam, misalnya pada penyakit diabetes melitus danuremia.
Cheyne-stokes, merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudian berangsur- angsur
dangkal dan diikuti periode apnea yang berulang secarateratur.
Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apnea dengan periode yang
tidakteratur.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORTIS

Konsep AsuhanKeperawatan
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan
yang diberikan secara langsung kepada klien pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan
ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humanistik ,dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien
untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Salah satu bagian yang terpenting dari asuhan
keperawatan ialah dokumentasi. Dokumentasi merupakan tanggung

jawab dan tugas perawat setelah melakukan intervensi keperawatan. Tetapi akhir-akhir ini
tanggung jawab perawat terhadap dokumentasi sudah berubah. Oleh karena perubahan tersebut,
maka perawat perlu menyusun suatu dokumentasi yang efisien dan lebih bermakna dalam
pencatatannya dan penyimpanannya (Nursalam, 2009).
Langkah-Langkah AsuhanKeperawatan
Tahapan–tahapan asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian data, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan (implementasi), dan evaluasi keperawatan.
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Nursalam, 2009). Tahap pengkajian
merupakandasarutamadalammemberikanasuhankeperawatan sesuai
dengan kebutuhan individu (klien). Oleh karena itu, pengkajian yang
benar, akurat, lengkap dan sesuai dengan kenyataan sangat penting
sebagai data untuk merumuskan diagnosis keperawatan dan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu yang
sesuai dengan standar praktik yang telah ditentukan oleh American Nurse
Association(ANA).
Pada pengkajian terdapat dua tipe data, yaitu data subjektif
dandataobjektif.Datasubjektifadalahdatayangdidapatkadari klien
sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dankejadian (lyer et al
dalam nursalam 2009). Data tersebut tidak dapat ditentukan oleh
perawat secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau
wawancara dengan klien. Data subjektifdiperoleh
daririwayatkeperawatantermasukpersepsiklien,perasaan,dan
idetentangstatuskesehatannya.Sedangkan,dataobjektifadalah
datayangdapatdiobservasidandiukurolehperawat(lyeretal

dalam nursalam 2009). Data ini diperoleh melalui kepekaan perawat


(senses) selama melakukan pemeriksaan fisik melalui 2S (sight,
smell) dan HT (hearing, touch/taste). Yang termasuk data objektif
adalah frekuensi pernapasan, tekanan darah, adanya edema dan berat
badan (Nursalam, 2009).
Pengkajian data ini meliputi riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik,
dan melalui pemeriksaan diagnostik. Untuk memudahkan dalam
pengkajian sebaiknya dilakukan secara berurutan,
terutamapadapemeriksaanfisikyangdimulaidarimata,hidung, mulut
dan bibir, vena leher, kulit, jari dan kuku, serta dada dan thoraks
(Andarmoyo,2012).

Diagnosa keperawatan
Diagnosa keparawatan adalah suatau pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok di mana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
membatasi, mencegah dan mengubah (Carpenito dalam Nursalam 2009).
Gordon dalam Nursalam 2009, mendefinisikan bahwa diagnosa
keperawatan adalah masalah kesehatan aktual dan potensial di mana
berdasrkan pendidikan dan pengalamannya, perawat mampu dan
mempunyai kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan.
Kewenangan tersebut dapat diterapkan berdasarkan standar praktik
keperawatan dan kode etik perawat yang berlaku di Indonesia.
Menurut standar diagnosa keperawatan indonesia SDKI (2017)
Tiga dignosa keperawatan utama yang akan muncul pada anak
dengan bronkopneumonia adalah sebagai berikut :

Menurut standar diagnosa keperawatan indonesia SDKI (2017) Tiga dignosa


keperawatan utama yang akan muncul pada anak dengan bronkopneumonia
adalah sebagai berikut :
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungandengan hipersekresi jalan
napas ( SDKI edisi1,2017).
Definisi: ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas
untuk mempertahankan jalan nafas tetappaten
Tanda dan gejala: Gejala dan
tanda mayor Subjektif :
Objektif
Batuk tidakefektif
Tidak mampubatuk
Sputumberlebih
Mengi, wheezing dan /atau ronkhi kering
Mekonium di jalan nafas (pada neonatus) Gejala
dan tandaminor
Subjektif:
Dispnea
Sulitbicara
Ortopnea
Objektif
Gelisah
Sianosis
Bunyi nafas menurunfrekuensi napasberubah
Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme.
( SDKI edisi 1,2017)
Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhikebutuhan metabolisme
Tanda dan gejala: Gejala dan
tanda mayor Subjektif:
(tidak tersedia)
Objektif:
Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentangideal Gejala dan
tandaminor
Subjektif:
Cepat kenyang setelahmakan
Kram/nyeriabdomen
Nafsu makan menurun
Objektif
Bising usushiperaktif
Otot pengunyahlemah
Otot menelanlemah
Membran mukosapucat
Sariawan
Serum albuminturun
Rambut rontokberlebih
diare
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen (SDKI edisi1,2017)
Definisi: ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari

Tanda dan gejala Gejala dan


tanda mayor Subjektif:
Mengeluh lelah
Objektif:
a) Frekuensi jantungmeningkat >20% dari kondisi istirahat Gejala
dan tanda minor
Dispnea saat/setelahaktivitas
Merasa tidak nyaman setelahberaktivitas
Merasa lemah
Objektif:
Tekanan darah berubah >20% dari kondisiistirahat
Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelahaktivitas
Gambaran EKG menunjukaniskemia
Sianosis
Adapun teori menurut nurarif & hadhi (2013) diagnosa yang muncul adalah
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksisputum

Pengkajian keperawatan
Anamnesis
Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan,pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien
baiksecarafisikmaupunpsikologis,jeniskelamindanpekerjaan perlu
dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap
terjadinya masalah/ penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan kliententang masalahnya/
penyakitnya (Sulistiyo Andarmoyo, 2012).
Keluhan utama
Keluhan utama yang biasa muncul antara lain batuk,
peningkatanproduksisputum,dispnea,hemoptisis,nyeridada,

ronchi (+), demam, kejang, sianosis daerah mulut dan hidung, muntah,
diare.
Batuk(cough)
Batuk merupakan gejala utama dan merupakan gangguan yang paling
sering di keluhkan. Tanyakan pada klien batuk bersifat produktif atau non
produktif.
Peningkatan produksisputum
Sputum merupakan suatu subtansi yang keluar bersama dengan batuk.
Lakukan pengkajian terkait warna, konsistensi, bau, dan jumlah dari sputum.
Dispnea
Dispnea merupakan suatu persepsi klien yang merasa kesulitan untuk
bernafas. Perawat harus menanyakan kemampuan klien untuk melakukan
aktivitas.
Homoptisis
Hemoptisis adalah darah yang keluar dari mulut dengan di batukan.
Perawat harus mengkaji darimana sumber darah.
Nyeridada
Nyeri dada dapat berhubungan dengan masalah jantung dan paru- paru.
Gambaran lengkap mengenai nyeri dada dapat menolong perawat untuk
membedakan nyeri pada pleura, muskuloskeletal, kardiak, dan
gastrointestinal.
Riwayat kesehatan masalalu
Riwayatmerokok
Pengobatan saat ini dan masalalu
Alergi
Tempattinggal

Riwayat kesehatankeluarga
Penyakit infeksitertentu
Kelainanalergis
Klienbronkitiskronikmungkinbermukimdidaerahyangpolusi udaranyatinggi.
Pemeriksaanfisik
Menurut Irman Somantri edisi 2, 2009 yaitu:
Inspeksi
Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada posis duduk.
Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yanglainnya.
Inspeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan
kondisinya, lesi, massa, dan gangguan tulangbelakang.
Catat jumlah irama, kedalaman pernapasan, dan
kesimetrisan pergerakandada.
Observasi tipepernapasan
Inspeksi pada bentukdada
Observasi kesimetrisan pergerakandada.
Observasi retraksi abnormal ruang intercostal selama insiprasi
Palpasi
Kaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi abnormalitas.
Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saatinspeksi
Vocal fremitus, yaitu getaran dinding dada yang dihasilkan ketikaberbicara.
Perkusi
Perkusi langsung, yakni pemeriksa memukul torak klien dengan bagian palmar jari tengah keempat
ujung jari tangannya yangdirapatkan.

Perkusi tak langsung, yakni pemeriksa menempelkan suatu objek padat yang disebut pleksimeter
pada dada klien, lalu sebuah objek lain yang disebut pleksor untuk memukul pleksimeter tadi,
sehingga menimbulkansuara.
Suara perkusi pada bronkopneumonia biasanya hipersonor/ redup.
Auskultasi
Biasanya pada penderita bronkopneumonia terdengar suara napas ronchi.
Pengkajian psikososial
Kaji tentang aspek kebiasaan hidup klien yang secarasignifikan berpengaruh terhadap
fungsirespirasi.
Penyakit pernapasan kronik dapat menyebabkan perubahan dalam peran keluarga dan
hubungan dengan oranglain.
Mekanisme koping,kaji reaksi masalah stress psikososial dan mencari jalankeluarnya.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaanlaboratorium

a. Leukosit 5000-10000/mm3
Hitung jenis di dapatkan geseran kekiri
LEDmeningkat
X – fotodada
Terdapat bercak – bercak infiltrat yang tersebar
(Nursalam,2013)

Diagnosa Keperawatan
Menurut standar diagnosa keperawatan indonesia SDKI (2017) Tiga dignosa
keperawatan utama yang akan muncul pada anak dengan bronkopneumonia adalah
sebagai berikut :
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungandengan hipersekresi jalan napas
( SDKI edisi1,2017).
Definisi: ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetappaten
Tanda dan gejala: Gejala dan tanda
mayor Subjektif :
Objektif
Batuk tidakefektif
Tidak mampubatuk
Sputumberlebih
Mengi, wheezing dan /atau ronkhi kering
Mekonium di jalan nafas (pada neonatus) Gejala dan
tandaminor
Subjektif:
Dispnea
Sulitbicara
Ortopnea Objektif
Gelisah
Sianosis
Bunyi nafas menurunfrekuensi napasberubah
Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme.
( SDKI edisi 1,2017)
Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhikebutuhan metabolisme
Tanda dan gejala: Gejala dan tanda
mayor Subjektif:
(tidak tersedia) Objektif:
Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentangideal Gejala dan
tandaminor
Subjektif:
Cepat kenyang setelahmakan
Kram/nyeriabdomen
Nafsu makan menurun Objektif
Bising usushiperaktif
Otot pengunyahlemah
Otot menelanlemah
Membran mukosapucat
Sariawan
Serum albuminturun
Rambut rontokberlebih
diare
C .Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen (SDKI
edisi1,2017)
Definisi: ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari

Tanda dan gejala Gejala dan tanda mayor Subjektif:


Mengeluh lelah Objektif:
a) Frekuensi jantungmeningkat >20% dari kondisi istirahat Gejala dan tanda minor
Dispnea saat/setelahaktivitas
Merasa tidak nyaman setelahberaktivitas
Merasa lemah Objektif:
Tekanan darah berubah >20% dari kondisiistirahat
Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelahaktivitas
Gambaran EKG menunjukaniskemia
Sianosis
Adapun teori menurut nurarif & hadhi (2013) diagnosa yang muncul adalah :
Bersihan jalan napas tidak efektif
Batasan Karakteristik
Batuk
Suara napas tambahan
Perubahan frekuensi napas
Sianosis
Perubahan irama napas
Kesulitan berbicara/mengeluarkan suara
Penurunan bunyi napas
Sputum dalam jumlah yang berlebihan
Batuk yang tidak efektif
Faktor Yang Berhubungan
Lingkungan
Perokok pasif
Menghisap asap rokok
Merokok
Obstruksi jalan napas
Spasme jalan napas
Mokus dalam jumlah yang berlebihan
Eksudat dan alveoli
Materi asing dalam jalan napas
Adanya jalan napas
Sekresi yang tertahan/sisa sekresi
Sekresi dalam bronkhi
Fisiologis
Jalan napas alergik
Asma
Penyakit paru obstruksi kronis
Hyperplasia dinding bronchial
Infeksi
Disfungsi neuromuscular
b. Ketidakefektifan Pola Napas

Batasan Karakterisltik
Bradipnea
Dispnea
Fase ekspirasi memanjang
Penggunaan otot bantu pernapasan
Penggunaan posisi tiga-titik
Peningkatan diameter anterior-posterior
Penurunan kapasitas vital
Penurunan tekanan ekspirasi
Penurunan tekanan inspirasi
Penurunan ventilasi semenit
Pernapasan cuping hidung
Perubahan ekskursi dada
Pola napas abnormal (misalnya, irama,frekuensi,kedalaman)
Faktor Yang Berhubungan
Ansietas
Cedera medula spinalis
Deformitas dinding dada
Deformitas tulang
Disfungsi neuromuscular
Gangguan musculoskeletal
Gangguan neurologis (misalnya,elektroensefalogram[EEG]positif, trauma kepala,gangguan
kejang)
Hiperventilasi
Imaturitas neurologis
Keletihan
Keletihan otot pernapasan
Nyeri
Obesitas
Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
Sindrom hipoventilasi
Penyakit infeksi pada paru
Depresi pusat pernapasan
Lemah otot pernapasan
Turunnya ekspansi paru
Obstruksi trakea

Gangguan Pertukaran Gas


Batasan Karakteristik
Diaforesis
Dispnea
Gangguan penglihatan
Gas darah arteri abnormal
Gelisah
Hiperkapnia
Hipoksemia
Hipoksia
Iritablitas
Konfusi
Napas cuping hidung
Penurunan karbon dioksida
Ph arteri abnormal
Pola pernapasan abnormal(misalnya, kecepatan, irama,kedalaman)
Sakit kepala saat bangun
Somnolen
Takikardia
Warna kulit abnormal (misalnya, pucat, kehitaman)
Faktor Yang Berhubungan
Ketidakseimbangan ventilasi perfusi
Perubahan membran alveolar-kapiler

Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan tahapan selanjutnya dari diagnosis keperawatan yang
sudah ditegakkan. Dalam rencana keperawatan penulis akan lebih fokus pada rencana
untuk bersihan jalan nafas tidak efektif, Ketidakefektifan Pola Napas, gangguan
pertukaran gas.
Tabel 1.1 Rencana Keperawatan menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(Bersihan jalan napas berhubungan dengan hipersekresi jalan napas).

Perencanaan KeperawatanTabel 2.1 Perencanaan Keperawatan


N Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
o Keperawatan

1. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas


tidak efektif keperawatan 3x24 jam
berhubungan dengan bersihan jalan napas Observasi
benda asing dalam meningkat dengan kriterian monitor pola nafas
jalan napas di hasil: ( frekuensi, kedalaman, usaha
buktikan dengan: nafas)
Produksi sputum
Monitor bunyi nafas
menurun
tambahan (mis. Gurgling ,
Mengi menurun
wheezing, ronkhi kering)
Mekonium (pada
Monitor sputum(jumlah,
neonatus) menurun
warna, aroma)
Terapeutik

Mainkan kepatenan jalan


nafas dengan head-tilt
danchin-lit(jaw-thrust jika
curiga trauma servikal)
Posisikan semi-fowler atau
fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda
padat dengan McGill
Berikan oksigen, Jika perlu

Edukasi

Anjurkan asupan cairan 2000


ml/hari, Jika tidak
kontraindikasi
Ajarkan teknik batuk efektif

kolaborasi

Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran
mukolitik, Jika perlu
2. Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas
efektif berhubungan keperawatan 3x24 jam pola
dengan hambatan napas membaik dengan Observasi
upaya napas kriteria hasil monitor pola nafas
Dispnea menurun ( frekuensi, kedalaman, usaha
penggunaan otot bantu nafas)
napas menurun Monitor bunyi nafas
Pemanjang fase tambahan (mis. Gurgling ,
ekspirasi menurun wheezing, ronkhi kering)
frekuensi napas Monitor sputum( jumlah,
membaik warna, aroma)
kedalaman napas Terapeutik
membaik
Mainkan kepatenan jalan
nafas dengan head-tilt dan
chin-lit(jaw-thrust jika curiga
trauma servikal)
Posisikan semi-fowler atau
fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda
padat dengan McGill
Berikan oksigen, Jika perlu

Edukasi

Anjurkan asupan cairan 2000


ml/hari, Jika tidak
kontraindikasi
Ajarkan teknik batuk efektif

kolaborasi

Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran
mukolitik, Jika perlu
3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi
pertukaran gas keperawatan 3x24 jam
berhubungan dengan pertukaran gas meningkat Observasi
ketidakseimbangan dengan kriteria hasil
ventilasi-perkusi Monitor frekuensi, irama,
Dispnea menurun kedalaman, dan upaya napas
Bunyi napas menurun
PCO2 membaik Monitor pola napas (seperti
PO2 membaik bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
Takikardi menurun Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
pH arteri membaik ataksik0

Monitor kemampuan batuk efektif

Monitor adanya produksi sputum

Monitor adanya sumbatan jalan


napas
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

Auskultasi bunyi napas

Monitor saturasi oksigen

Monitor nilai AGD

Monitor hasil x-ray toraks

Teraupetik

Atur interval waktu


pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien

Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

Jelaskan tujuan dan prosedur


pemantauan

Informasikan hasil pemantauan, jika


perlu.

Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana keperawatan untuk mencapai


tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana keperawatan
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu pasien mencapai
tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, rencana keperawatan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan pasien. Tujuan dariimplementasia dalah membantu pasien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Perencanaan keperawatan lain dapat dilaksanakan dengan baik jika pasien
mempunyai keinginan untuk berpartisispasi dalam implementasi keperawatan
(Nursalam,2009).
6. Evaluasi

Evaluasi keperawatan berdasarkan sdki, slki, sik:


Bersihan jalan napas tidak efektif. Mainkan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt dan chin-lit (jaw-
thrust jika curiga trauma servikal), mengeluarkan sekret dari jalan napas dengan memasukkan sebuah
kateter penghisap kedalam jalan napas oral dan trakea pasien, mencegah atau memunimalkan faktor
resiko pada pasien yang beresiko mengalami aspirasi, mengidentifikasi, menangani dan mencegah
reaksi inflamasi / kontriksi didalam jalan napas.
Pola napas tidak efektif. Memfasilitasi kepatenan jalan napas, meningkatkan ventilasi dari perfusi
jaringan yang adekuat untuk individu yang mengalamireaksi alergi berat (antigen-antibodi),
meningkatkan pola pernapasan spontan yang optimal sehingga memaksimalkan pertukaran oksigen
dan karbondioksida di dalam paru
Gangguan pertukaran gas. Kaji tingkat pernapasan, kedalaman dan usaha termasuk penggunaan otot
aksesoris, kaji paru-paru untuk area ventilasi yang menurun dan auskultasi adanya suara, pantau
perilaku pasien dan status mental untuk mengatasi kegelisahan.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E.J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

H, A. Aziz, Alimul (2011). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Lyndon, (2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa Aksara

Muttaqin, Arif, (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

Muttaqin, Arif. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

PPNI, (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

PPNI, (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai