Disusun Oleh :
CI : Ns.Oldi O. Rembet,S.Kep
FAKULTAS KEPERAWATAN
2020
A. Definisi
Kejang Demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering ditemukan pada anak,
hal ini terutama pada rentang usia 4 bulan sampai 4 tahun. Masalah hipertermia pada kejang
demam (febris convulsion/stuip/step) tidak di sebabkan oleh proses di dalam kepala (otak: seperti
meningitis atau radang selaput otak, ensifilitis atau radang otak) tetapi diluar kepala misalnya
karena adanya infeksi di saluran pernapasan, telinga atau infeksi di saluran pencernaan. Jika
hipertemia pada pasien kejang demam tidak teratasi maka akan terjadi kerusakan
neurotransmitter, epilepsi, kelainan anatomis di otak, mengalami kecacatan atau kelainan
neurologis, dan kemungkinan mengalami kematian (Indriyani, 2017).
Kejang adalah suatu kejadian paroksismal yang disebabkan oleh lepas muatan
hipersinkron abnormal dari suatu kumpulan neuron (Nanda NIC-NOC,2015). Kejang demam
adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 380C, yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium, biasanya terjadi usia 3 bulan – 5 tahun. Kejang demam tidak selalu
drorang anak harus mengalami peningkatan suhu seperti di atas, kadang dengan suhu yang tidak
terlalu tinggi anak sudah kejang (Ridha Nabiel, 2014).
Kejang demam pada dasarnya bersifat lokal dan tidak membahayakan, akan tetapi kejang
yang berkepanjangan dan berulang – ulang dapat menyebabkan gangguan serius pada otak anak
hingga anak mengalami kecacatan mental (Swasanti dan Putra Satria, 2013).
Otak
Otak terdiri dari otak besar yaitu disebut cerebrum, otak kecil disebut cerebellum dan batang
otak disebut brainstem.Beberapa karakteristik khas otak orang anak yaitu mempunyai berat lebih
kurang 2% dari berat badan dan mendapat sirkulasi darah sebanyak 20 % dari cardiac output dan
membutuhkan kalori sebesar 400 kkal setiap hari. Otak mempunyai jaringan yang paling banyak
menggunakan energy yang didukung oleh metabolisme oksidasi glukosa.Kebutuhan oksigen dan
glukosa otak relatif konstan, hal ini disebabkan oleh metabolisme otak yang merupakan proses
yang terus menerus tanpa periode istirahat yang berarti.Bila kadar oksigen dan glukosa kurang
dalam jaringan otak maka metabolisme menjadi terganggu dan jaringan saraf akan mengalami
kerusakan. Secara struktural,cerebrum terbagi menjadi bagian korteks yang disebut korteks
cerebri dan sub korteks yang disebut struktural subkortikal.Korteks cerebri terdiri atas korteks
sensorik yang berfungsi untuk mengenal,interpretasi inpuls sensorik yang diterima sehingga
individu merasakan,menyadari adanya suatu sensasi rasa/indera tertentu.Korteks sensorik juga
menyimpan sangat banyak data memori sebagai hasil rangsang sensorik selama manusia
hidup.Korteks motorik berfungsi untuk memberi jawaban atas rangsangan yang diterimanya.
Cerebrum terdiri dari dua belahan yang disebut hemispherium cerebri dan keduanya dipisahkan
oleh fisura longitudinalis.Hemisperium cerebri terbagi hemisper kanan dan kiri.Hemisper kanan
dan kiri ini dihubungkan oleh bangunan yang disebut corpus callosum.Hemisper cerebri dibagi
menjadi lobus lobus yang diberi nama sesuai dengan tulang diatasnya,yaitu:
1. Tulang temporalis.
Cerebelum (otak kecil) terletak di bagian belakang cranium menempati fosa cerebri posterior
dibawah lapisan durameter tentorium cerebelli.Dibagian depannya terletak batang otak.Berat
cerebellum sekitar 150 gr atau 88 % dari berat batang otak seluruhnya.Cerebellum dapat dibagi
menjadi hemisper cerebelli kanan dan kiri yang dipisahkan oleh Vermis.Fungsi cerebellum pada
umumnya adalah mengkoordinasikan gerakan-gerakan otot sehingga gerakan dapat terlaksana
dengan sempurna
Batang otak atau brainstern terdiri atas diencephalon, mid brain,pons dan medullan oblongata
merupakan tempat berbagai macam pusat vital seperti pusat pernapasan,pusat vasomotor ,pusat
pengatur kegiatan jantung dan pusat muntah.
2. Medula Spinalis
Medula spinalis merupakan perpanjangan modulla oblongata ke arah kaudal di dalam kanalis
vertebralis cervikalis I memanjang hingga setinggi cornu vertebralus lumbalias I-II.Terdiri dari
31 segmen yang setiap segmenya terdiri dari satu pasang saraf spinal.Dari medulla spinallis
bagian cervical keluar 8 pasang,dari bagian thorakal 12 pasang,dari bagian lumbal 5 pasang dan
dari bagian sakral 5 pasang serta dari coxigeus keluar 1 pasang saraf spinalis.Seperti halnya
otak,medula spinalis pun terbungkus oleh selaput meninges yang berfungsi melindungi saraf
spinal dari benturan atau cedera.
Refleks-refleks yang berpusat di sistem saraf pusat yang bukan medulla spinalis,pusat koordinasi
tidak disubstansi grisea medulla spinalis.Pada umumnya penghantaran impuls sensorik di
substansi alba medula spinalis berjalan menyilang garis tengah.Impuls sensorik dari tubuh sisi
kiri akan dihantarkan ke otak sisi kanan dan sebaliknya.Demikian juga dengan impuls
motorik.Seluruh impuls motorik dari otak yang dihantarkan ke saraf tepi melalui medula spinalis
akan menyilang.
Upper Motor Neuron (UMN) adalah neuron-neuron motorik yang berasal dari korteks serebri
atau batang otak yang seluruhnya(dengan serat saraf-sarafnya ada di dalam sistem saraf
pusat.Lower Motor Neuron(LMN) adalah neuron-neuron motorik yang berasal dari sistem saraf
pusat tetapi serat-serat sarafnya keluar dari sistem saraf pusat dan membentuk sistem saraf tepi
dan berakhir di otot rangka.Gangguan fungsi UMN maupun LMN menyebabkan kelumpuhan
otot rangka,tetapi sifat kelumpuhan UMN berbeda sifat dengan kelumpuhan LMN.Kerusakan
LMN menimbulkan kelumpuhan otot yang lemas ketegangan otot (tonus) rendah dan sukar
untuk merangsang refleks otot rangka(hiporefleksia).Pada kerusakan UMN,otot lumpuh
(paralisa/paresa) dan kaku(rigid),ketegangan otot tinggi (hiperrefleksia). Berkas UMN bagian
internal tetap berjalan pada sisi yang sama sampai berkas lateral ini tiba di medulla spinalis.Di
segmen medula spinalis tempat berkas bersinap dengan neuron LMN. Berkas tersebut akan
menyilang,sehingga kerusakan UMN diatas batang otak akan menimbulkan kelumpuhan pada
otot-otot sisi yang berlawanan.
Salah satu fungsi medula spinalis sebagai sistem saraf pusat adalah sebagai pusat refleks.Fungsi
tersebut diselenggarakan oleh substansi grisea medula spinalis.Refleks adalah jawaban individu
terhadap rangsang melindung tubuh terhadap berbagai perubahan yang terjadi baik di lingkungan
eksternal.Kegiatan refleks terjadi melalui suatu jalur tertentu yang disebut lengkung reflex.
a. Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu di kornu motorik atau kornu ventralis.
b. Mengurus kegiatan refleks spinalis dan reflek tungkai
c. Menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju cerebellum
d. Mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh. Fungsi Lengkung
Reflek
e. Reseptor : penerima rangsang
f. Aferen: sel saraf yang mengantarkan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat(ke pusat
refleks).
g. Pusat Refleks : area di sistem saraf pusat (di medula spinalis : substansia grisea ) tempat
terjadinya sinap(hubungan antara neuron dengan neuron dimana terjadi pemindahan
/penerusan impuls).
h. Eferen: sel saraf yang membawa impuls dari pusat refleks ke sel efektor. Bila sel
efektornya berupa otot,maka eferen disebut juga neuron motorik (sel saraf/penggerak)
i. Efektor : sel tubuh yang memberikan jawaban terakhir sebagai jawaban refleks.Dapat
berupa sel otot (otot jantung ,otot polos atau otot rangka),sel kelenjar.
Kumpulan neuron di luar jaringan otak dan medula spinalis membentuk sistem saraf
tepi(SST).Secara anatomik di golongkan ke dalam saraf-saraf otak sebanyak 12 pasang dan 31
pasang saraf spinal.Secara fungsional,SST di golongkan ke dalam :
a. Saraf sensorik (aferen) somatik : membawa informasi dari kulit,otot rangka dan sendike
sistem saraf pusat.
b. Saraf motorik (eferen) somatik : membawa informasi dari sistem saraf pusat ke otot
rangka
c. Saraf sensorik (aferen) viseral : membawa informasi dari dinding visera ke sistem saraf
pusat
d. Saraf motorik (aferen) viseral : membawa informasi dari sistem saraf pusat ke otot
polos,otot jantung dan kelenjar. Saraf eferen viseral di sebut juga sistem saraf
otonom.Sistem saraf tepi terdiri atas saraf otak ( s.kranial) dan saraf spinal. (Pearce,
2006).
C. Etiologi
Peranan infeksi pada sebagian besar kejang demam adalah tidak spesifik dan timbulnya
serangan terutama didasarkan atas reaksi demamnya yang terjadi(Lumbantobing,
2004).Bangkitan kejang pada bayi dan anak disebabkan oleh kenaikan suhu badan yang
tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan syaraf pusat misalnya tonsilitis,
ostitis media akut, bronkitis(Judha & Rahil, 2011).Kondisi yang dapat menyebabkan kejang
demam antara lain infeksi yang mengenai jaringan ekstrakranial sperti tonsilitis, otitis media
akut, bronkitis (Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009). Kejang demam yang menetap lebih lama
dari 15 menit menunjukan penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik dan
memerlukan pengamatan menyeluruh. Tanggung jawab dokter yang paling penting adalah
menentukan penyebab demam dan mengesampingkan meningitis. Infeksi saluran pernapasan
atas, dan otitis media akut adalah penyebab kejang demam yang paling sering.
D. Klasifikasi
Kejang demam dapat dibedakan menjadi 2 jenis:
1. Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang berlangsung singkat,
kurang 15 menit dan umumnya dapat berhenti sendiri. Kejangnya bersifat umum
artinya melibatkan seluruh tubuh. Kejang tidak berulang dalam 24 jam pertama.
Kejang demam tipe ini merupakan 80% dari seluruh kasus kejang demam.
2. Kejang demam kompleks adalah kejang dengan satu ciri sebagai berikut: kejang
lama > 15 menit, kejang fokal / parsial satu sisi tubuh, kejang > 1 kali dalam 24
jam ( Hartono, 2011 : 194 ).
E. Manifestasi klinis
1. Suhu tubuh anak (suhu rektal) lebih dari 38°C
2. Timbulnya kejang yang bersifat tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau kinetik. Beberapa
detik setelah kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun tetapi beberapa saat
kemudian anak akan tersadar kembali tanpa ada kelainan persarafan.
3. Saat kejang anak tidak berespon terhadap rangsangan seperti panggilan, cahaya
(penurunan kesadaran).
Selain itu pedoman mendiagnosis kejang demam menurut Livingstone juga dapat kita jadikan
pedoman untuk menetukan manifestasi klinik kejang demam. Ada 7 kriteria antara lain:
Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan
sifat kejang dapat berbentuk tonik-klonik, tonik,klonik, fokal atau kinetik. Umumnya kejang
berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun sejenak tapi setelah
beberapa detik atau menit anak akan sadar tanpa ada kelainan saraf.(Judha & Rahil,2011).
F. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi di pecah menjadi CO2
dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan
mudah oleh ion kalium dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan elektrolit lainya kecuali ion
klorida. Akibatnya konsentrasi ion kalium dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi natrium
rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat
perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran di perlukan energi dan bantuan enzim NA-K ATP-ase yang
terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan
konsentrasi ion di ruang ekstraseluler. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme,
kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya.
Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun
ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam
yang berlangsung lama biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi
untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hiposemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi, artenal disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktivitas otot dan
mengakibatkan metabolisme otak meningkat (Judha & Rahil, 2011).
Infeksi yang terjadi pada jaringan di luar kranial seperti tonsilitis, otitis media akut,
bronkitis penyebab terbanyak adalah bakteri yang bersifat toksik. Toksik yang dihasilkan oleh
mikroorganisme dapat menyebar keseluruh tubuh melalui hematogen maupun limfogen.
Penyebaran toksik ke seluruh tubuh akan direspon oleh hipotalamus dengan menaikkan
pengaturan suhu di hipotalamus sebagai tanda tubuh mengalami bahaya secara sistemik. Naiknya
pengaturan suhu di hipotalamus akan merangsang kenaikan suhu di bagian tubuh yang lain
seperti otot, kulit sehingga terjadi peningkatan kontraksi otot.
Naiknya suhu di hipotalamus, otot, kulit jaringan tubuh yang lain akan disertai
pengeluaran mediator kimia seperti epinefrin dan prostaglandin. Pengeluaran mediator kimia ini
dapat merangsang peningkatan potensial aksi pada neuron . Peningkatan potensial inilah yang
merangsang perpindahan ion natrium, ion kalium dengan cepat dari luar sel menuju ke dalam sel.
Peristiwa inilah yang diduga dapat menaikkan fase depolarisasi neuron dengan cepat sehingga
timbul kejang. Serangan cepat itulah yang dapat menjadikan anak mengalami penurunan
kesadaran, otot ekstremitas maupun bronkus juga dapat mengalami spasma sehingga anak
beresiko terhadap injuri dan kelangsungan jalan nafas oleh penutupan lidah dan spasma bronkus
(Price, 2005).
Patoflow
INFEKSI BAKTERI
Reaksi inflamasi
Infeksi ekstakranial
Suhu di hipotalamus, otot, Bakteri masuk di Fase deplorasi dan otot
kulit jaringan tubuh bronkus (peradangan dengan cepat
bronkus)
Peningkatan
metabolisme Ekspansi paru dan input
Pengeluaran mediator
basal dan suhu 02 menurun
kimia (epineprin dan Penumpukan sekret
hipotalamus sekr
prostaglandin)
meningkat
Ketidakseimbangan suplai
Secret tidak keluar saat dan kebutuhan 02
Peningkatan potensi aksi batuk
HIPERTERMIA
I. Komplikasi
a. Epilepsi
Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat yang dicirikan oleh terjadinya serangan yang
bersifat spontan dan berkala. Bangkitan kejang yang terjadi pada epilepsi kejang akibat lepasnya
muatan listrik yang berlebihan di sel neuron saraf pusat.
Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu kejang melepaskan
glutamat yang mengikat resptor M Metyl D Asparate (MMDA) yang mengakibatkan ion kalsium
dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuoran secara irreversible.
c. Retardasi mental
d. Aspirasi
e. Asfiksia
Keadaan dimana bayi saat lahir tidak dapat bernafas secra spontan atau teratur.
J. Daftar Pustaka
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjV8O2XubXtAh
U0muYKHWWVDhcQFjAAegQIBBAC&url=http%3A%2F%2Frepository.unimus.ac.id
%2F1300%2F3%2FBAB%2520II.pdf&usg=AOvVaw1IugrpKlaLbkmM9MeLhhSG
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjqj5KEvLXtAhV
zIbcAHblpCe4QFjACegQIBRAC&url=http%3A%2F%2Fjournals.ums.ac.id%2Findex.php
%2FBIK%2Farticle%2Fdownload
%2F3803%2F2463&usg=AOvVaw0J_0eXYTFzFW0SzLL3ivdu
PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/nama panggilan : An. MM
2. TTL/usia : Bitung/ 14-08-2018
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. Agama : Kristen Protestan
5. Pendidikan :-
6. Alamat : Bitung, Girian Atas link V
7. Tanggal masuk : 02/12/2020
8. Tanggal pengkajian : 02/2/2020
9. Diagnosa medic : Bacterial Infection
10. Rencana therapy :
B. Identitas orang tua
1. Ayah
Nama : Tn. YM
Usia : 38
Pendidikan : SMA
Pekerjaan/sumber penghasilan : Buruh
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Bitung, Girian Atas link V
2. Ibu
Nama : Ny. SK
Usia : 32
Pendidikan : SMA
Pekerjaan/sumber penghasilan : IRT
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Bitung, Girian Atas link V
3. Identitas saudara kandung
2. Natal
a. Tempat melahirkan : Rumah sakit
b. Lama dan jenis persalinan : Spontan
c. Penolong persalinan : bidan
d. Cara untuk memudahkan persalinan : -
e. Komplikasi waktu lahir : tidak ada
3. Post natal
a. Kondisi bayi : BB lahir 2,9 gram, PB 52 cm
b. Apakah anak mengalami : penyakit kuning (-),kebiruan (-),kemerahan (-),
problem menyusui (-), BB tidak stabil (-)
D. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
VII.Riwayat psichososial
1. Apakah anak tinggal di : rumah sendiri
2. Lingkungan berada di : desa
3. Apakah rumah dekat : rumah jauh dari sekolah dan punya kamar tidur sendiri : tidak
4. Apakah ada tangga yang bisa berbahaya : tidak
5. Hubungan antara anggota keluarga : harmonis
6. Pengasuh anak : orang tua
X. Ativitas sehari-hari
A. Nutrisi
B. Cairan
D. Istirahat tidur
E. Olahraga
H. Rekreasi
B. Tanda-Tanda vital
1. Suhu : 37 C
2. Nadi : 120 x/m
3. Respirasi : 24x/m
4. Tekanan darah :
C. Antropometri
Tinggi badan : 112 cm
Berat badan : 11 kg
Lingkar lengan atas : 17 cm
Lingkar kepala : 47,5 cm
Lingkar dada : 48,3 cm
Lingkar perut : 49,5 cm
Skin fold :-
System pernapasan
1. Hidung : simetrisan… .pernapasan cuping hidung…secret…..polip….epistaxis
2. Leher : tidak pembesaran kelenjar tiroid dan tumor
3. Dada
a. Bentuk dada normal……barrel……pigeon chest….
b. Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal :
c. Gerakan dada : simetris
d. Suara napas : vocal fremitus……ronchi…..wheezing….steridor……rales
D. System Kardiovaskuler
1. Conjungtiva : anemis
Arteri carotis : kuat/lemah,tekanan vena jugularis : meninggi/tidak
2. Ukuran jantung : normal…..membesar…..ictus cordis/apex
3. Suara jantung : S1…..S2…..bising aorta……mur-mur…….gallop
4. Capillary refilling time…..detik
E. System Pencernaan
1. Sclera : tidak ikterik,bibir : lembab
2. Mulut : tidak ada stomatitis dan palato skizis, jumlah gigi lengkap (20
buah),kemampuan menelan baik
3. Gaster : tidak ada nyeri tekan dan perut kembung,gerakan peristaltic normal
4. Abdomen : hati : teraba…..lien…..ginjal….faeses
5. Anus : normal,tidak ada hemoroid dan lecet
F. System Indra
1. Mata
- Kelopak mata….bulu mata…alis
- Visus :
- Lapang pandang :
2. Hidung
- Penciuman : normal
- Secret yang menghalamgi penciuman : tidak ada
3. Telinga
- Keadaan daun telinga : simetris kiri dan kanan, kanan auditoris : bersih, serumen
:tidak ada
- Fungsi pendengaran : baik
G. System Saraf
1. Fungsi cerebral
a. Status mental : orientasi : baik,daya ingat : baik, perhatian dan perhitungan :
pasienbelum bisa berhitung , bahasa : bahasa Manado
b. Kesadaran (eyes : 4, motorik : 6, verbal : 5) dengan GCS : 15
c. Bicara receptive : pasien belum mampu mengerti apa yang di sampaikan ibunya
dan perawat
2. Fungsi cranial
- Nervus I : baik
- Nervus II : visus : tidak dikaji menggunakan snellen card , lapang pandang : baik
- Nervus III,IV,VI : gerak bola mata : baik, pupil isokor : normal, anisokor : -
- Nervus V : normal
- Nervus VII : normal
- Nervus VIII : pendengaran : baik, keseimbangan : normal
- Nervus IX : normal
- Nervus X : normal
- Nervus XI : normal
- Nervus XII : gerakan lidah : normal
3. Fungsi motorik : massa otot : baik tonus otot :- kekuatan otot :
normal
4. Fungsi sensorik : suhu : normal nyeri : - getaran : - posisi :
Diskriminasi :
5. Fungsi cerebellum : koordinasi : baik, keseimbangan : baik
6. Reflex : bisep : normal, trisep : normal, patella : normal, babinski : normal
7. Iritansi meningen : kaku kuduk : negative, lasaque sign: negatif , kernig sign :
negative, brudzinki sign I : II :
I. System integument
1. Rambut : warna : hitam,mudah dicabut : tidak
2. Kulit : warna : sawo matang, temperature : baik, kelembaban : normal, bulu kulit :
sedikit dan pendek, erupsi : ,tahi lalat : tidak ada, ruam : tidak ada, texture :
3. Kuku : warna : bening, permukaan kuku : clubbing,mudah patah : tidak, kebersihan :
bersih
J. System endokrin
1. Kelenjar tiroid : tidak ada pembengkakan
2. Eksresi urine berlebihan : tidak, polydipsi : tidak, polyphagi : tidak
3. Suhu tubuh yang tidak seimbang :-, keringat berlebihan : -
4. Riwayat bekas air seni dikelilingi semut : tidak
K. System perkemihan
1. Odema palpebra : tidak, moon face : tidak ada pembengkakan, odema anasarka :
tidak ada edema di seluruh tubuh
2. Keadaan kandung kemih : kosong
3. Nocturia : tidak, dysuria : tidak, kencing batu : tidak
L. System repoduksi
1. Laki-laki
- Keadaan gland penis : uretra : normal, kebersihan : bersih
- Testis :
- Pertumbuhan rambut : kumis : belum tumbuh, janggut : belum tumbuh,ketiak :
belum tubuh
- Pertumbuhan jakun :, perubahan suara :
M. System immune
1. Allergi : tidak ada
2. Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca
Do:
- Tampak demam, Sb=38,2ᵒc Pengeluaran mediator kimia
(epineprin dan prostaglandin)
- Tampak riwayat
kesehatan : kejang 1 kali, Peningkatan potensi aksi
Resiko jatuh
Diangnosa Keperawatan
Edukasi 3. Edukasi
3. Jelaskan tujuan dan keluarga klien
prosedur batuk tentang batuk
efektif efektif dengan
benar dalam
memudahkan
pengeluaran
dahak
Pemantauan
Respirasi
4. Kaji fungsi 4. Penurunan
pernapasan ; buyi bunyi napas
napas, kecepatan, indikasi
irama, kedalaman, atelektasis.
dan pengunaan otot Ronchi
aksesori indikator
akumulasi
sekret atau
ketidaknyaman
an atau
kemampuan
membersihkan
jalan napas
sehingga otot
aksesori di
gunakan dan
kerja
pernapasan
meningkat
5. Pengeluaran
5. Catat kemampuan sulit bila sekret
untuk megeluarkan tebal, sputum
sekret atau batuk berdarah
efektif, catat akibat
karakter, jumlah kerusakan paru
sputum, adanya atau luka
hemoptisis bronchial yang
memerlukan
evaluasi atau
intervensi
lanjut
6. Mencegah
6. Bersihkan sekret obstruksi atau
dari mulut dan aspirasi
trakea, suction bila suction
perlu dilakukan bila
pasien tidak
mampu
megeluarkan
sekret
7. Menurunkan
Kolaborasi keketalan
7. Pemberian Terapi sekret dan
Nebulizer ventolin memudahkan
sekret keluar
dari jalan
napas
Teraupetik
5. Dampingi selama 5. Mendampigi
periode kejang periode kejang
dapat
mengatasi
cedera klien
6. Durasi Kejang
6. Catat durasi kejang menentukan
jenis dan
kualitas kejang
klien
Kolaborasi 7. terapi
7. Kolaborasi antikonvulsan
pemberian dapat
antikonvulsan, jika mencegah atau
perlu mengatasi
kejang