Anda di halaman 1dari 6

Lampiran 1.

Materi
Akulturasi Kebudayaan Islam

• Pengertian
Akulturasi Kebudayaan Islam
Akulturasi Kebudayaan Islam Adalah sebuah perpaduan budaya yang kemudian
menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur asli dalam budaya
Contohnya sebuah proses percampuran 2 budaya atau lebih yang saling bertemu dan
berlangsung dalam waktu yang lama sehingga dapat saling memengaruhi.

Faktor Kontak Akulturasi


• Kontak sosial pada semua lapisan masyarakat, sebagian masyarakat,
maupun antar individu dalam dua masyarakat.
• Kontak budaya dalam situasi bersahabat ataupun situasi bermusuhan.
• Kontak budaya antara kelompok yang menguasai dan dikuasai dalam semua
unsur budaya, baik dalam ekonomi, bahasa. teknologi. kemasyarakatan.
agama, kesenian, ataupun ilmu pengetahuan.
• Kontak budaya antara masyarakat yang jumlah warganya banyak ataupun
sedikit.
• Kontak budaya baik antar sistem budaya, sistem sosial, ataupun unsur
budaya fisik.
Macam Jenis dan Contoh Akulturasi Kebudayaan Islam

• Seni Bangunan
Seni dan Arsitektur bangunan Islam di Indonesia sangatlah unik, menarik dan
akulturatif. Seni bangunan yang menonjol di zaman perkembangan Islam ini adalah
masjid, menara dan makam.

• Masjid dan Menara


Dalam seni bangunan di zaman perkembangan Islam, terlihat ada perpaduan
antara unsur Islam dengan kebudayaan praIslam yang sudah ada sebelumnya.

Ciri-cirinya adalah:

1. Atapnya berbentuk tumpang yakni atap yang bersusun semakin ke atas


semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya
ganjil 1, 3 atau 5 Dan biasanya ditambah dengan kemuncak guna memberi
tekanan akan keruncingannya yang disebut Mustaka.
2. Tak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid
yang ada di luar Indonesia atau yang ada sekarang, namun dilengkapi
dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan
sholat. Bedug dan kentongan adalah budaya asli Indonesia.
3. Letak masjid biasanya dekat dengan istana yakni sebelah barat alun-alun
atau bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yakni di atas bukit atau dekat
dengan makam.

• Makam
Makam-makam yang lokasinya di dataran dekat masjid agung, bekas kota pusat
kesultanan adalah makam sultan-sultan Demak di samping Masjid Agung Demak,
makam raja-raja Mataram-Islam Kota Gede (D.I. Yogyakarta), makam sultan-sultan
Palembang, makam sultan-sultan di daerah Nanggroe Aceh, yakni kompleks
makam di Samudera Pasai, makam Sultan Ternate di Ternate, makam sultan-
sultan Goa di Tamalate, serta kompleks makam raja-raja di Jeneponto dan
kompleks makam di Watan Lamuru (Sulawesi Selatan), makam-makam di berbagai
daerah lainnya di Sulawesi Selatan, dan kompleks makam Selaparang di Nusa
Tenggara serta masih banyak yang lainnya.

Di beberapa tempat ada makam-makam yang penempatannya ada di daerah


dataran tinggi. Contohnya makam Sunan Bonang di Tuban, makam Sunan Derajat
(Lamongan), makam Sunan Kalijaga di Kadilangu (Demak), makam Sunan Kudus
di Kudus, makam Maulana Malik Ibrahim dan makam Leran di Gresik (Jawa Timur),
makam Datuk Ri Bkalianng di Takalar (Sulawesi Selatan), makam Syaikh
Burhanuddin (Pariaman), makam Syaikh Kuala atau Nuruddin ar-Raniri (Aceh)
serta masih banyak para dai lainnya di tanah air yang dimakamkan.

Ciri-ciri:

• Makam-makam kuno dibangun di atas bukit maupun tempat-tempat yang


tinggi.
• Makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing,
nisannya pun terbuat dari batu.
• Di atas jirat umumnya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan
cungkup atau kubba.
• Dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antar makam
dengan makam ataupun kelompok-kelompok makam.
• Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan
biasanya makam itu adalah makam para wali atau raja Contohnya adalah
masjid makam Sendang Duwur di Tuban.

• Seni Ukir
Pada masa perkembangan Islam di zaman madya, berkembang ajaran bahwa seni
ukir, patung, dan melukis makhluk hidup, bahkan manusia secara nyata, tak
diperbolehkan. Di Indonesia ajaran itu ditaati. Hal tersebut menyebabkan seni
patung di Indonesia pada zaman madya, kurang berkembang. Padahal pada masa
sebelumnya seni patung sangat berkembang, baik patung-patung bentuk manusia
ataupun binatang. Akan tetapi, seteah zaman madya, seni patung berkembang
seperti yang bisa kita saksikan sekarang ini.

Meskipun seni patung untuk menggambarkan makhluk hidup secara nyata tak
diperbolehkan. Namun, seni pahat atau seni ukir terus berkembang. Para seniman
tak ragu-ragu mengembangkan seni hias dan seni ukir dengan motif daun-daunan
dan bunga-bungaan seperti yang sudah dikembangkan sebelumnya. Lalu ditambah
seni hias dengan huruf Arab (kaligrafi). Bahkan muncul kreasi baru, yakni kalau
terpaksa mau melukiskan makluk hidup, akan disamar dengan berbagai hiasan,
sehingga tidak lagi jelas-jelas berwujud binatang atau manusia.

Banyak sekali bangunan-bangunan Islam yang dihiasi dengan berbagai macam


motif ukir-ukiran. Contohnya, ukir-ukiran pada pintu atau tiang pada bangunan
keraton maupun masjid, pada gapura atau pintu gerbang. Dikembangkan pun seni
hias atau seni ukir dengan bentuk tulisan Arab yang dicampur dengan ragam hias
yang lain. Malah ada seni kaligrafi yang membentuk orang, binatang, atau wayang.
• Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya Islam di Indonesia membawa pengaruh besar dalam bidang aksara atau
tulisan. Abjad atau huruf-huruf Arab sebagai abjad yang dipakai untuk menulis bahasa
Arab mulai dipakai di Indonesia. Bahkan huruf Arab dipakai di bidang seni ukir.
Berhubungan dengan itu berkembang seni kaligrafi. Di samping pengaruh sastra Islam
dan Persia, perkembangan sastra di zaman madya tak terlepas dari pengaruh unsur
sastra sebelumnya.

Dengan begitu terjadilah akulturasi antara sastra Islam dengan sastra yang
berkembang di zaman praIslam. Seni sastra di zaman Islam tersebut berkembang
di Melayu dan Jawa. Dilihat dan corak dan isinya, ada beberapa jenis seni sastra
adalah sebagai berikut:

• Hikayat
Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita sejarah maupun dongeng. Dalam
hikayat banyak ditulis berbagai peristiwa yang menarik, keajaiban, atau hal-hal
yang tak masuk akal. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran yaitu karangan bebas
atau prosa. Hikayat-hikayat yang terkenal, contohnya Hikayat Iskandar Zulkarnain,
Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Khaidir, Hikayat si Miskin, Hikayat 1001 Malam,
Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Amir Hamzah, dan masih banyak yang lainnya.

• Babad

Babad mirip dengan hikayat Penulisan babad murup tulisan sejarah, namun isinya
tidak selalu berdasarkan fakta.Jadi, isinya campuran fakta sejarah, mitos, dan
kepercayaan.Di tanah Melayu sendiri terkenal dengan sebutan tambo atau
salasilah. Contoh babad ialah Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon, Babad Mataram,
dan Babad Surakarta.

• Syair

Syair berasal dari perkataan Arab untuk menamakan karya sastra berupa sajak-
sajak yang terdiri atas 4 baris setiap baitnya. Contoh syair sangat tua ialah syair
yang tertulis pada batu nisan makam putri Pasai di Minye Tujoh.

• Suluk

Suluk adalah karya sastra yang berupa kitab-kitab serta isinya menjelaskan soal-
soal tasawufnya. Contoh nya suluk yakni Suluk Sukarsa, Suluk Wujil, dan Suluk
Malang Sumirang.
• Bidang Kesenian
Di Indonesia, Islam menghasilkan kesenian bernapas Islam yang bertujuan guna
menyebarkan ajaran Islam. Kesenian itu, contohnya adalah:

• Debus

Debus adalah tarian yang pada puncak acara para penari menusukkan benda
tajam ke tubuhnya tanpa meninggalkan luka. Tarian ini diawali dengan pembacaan
ayat-ayat dalam Al Quran serta salawat nabi. Tarian ini ada di Banten dan
Minangkabau.

• Seudati

Seudati adalah sebuah bentuk tarian dari Aceh. Seudati berasal dan kata syaidati
yang berarti permainan orang-orang besar. Seudati sering disebut saman berarti
delapan. Tarian ini aslinya dimainkan oleh 8 orang penari. Para pemain
menyanyikan lagu yang isinya adalah salawat nabi.

• Wayang

Wayang adalah termasuk wayang kulit, Pertunjukan wayang telahberkembang


sejak zaman Hindu, akan namun, pada zaman Islam terus dikembangkan
laluberdasarkan cerita Amir Hamzah dikembangkan pertunjukan wayang golek.

Wujud Akulturasi dan Perkembangan Budaya Islam


Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak
kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang pernah
Anda pelajari pada modul sebelumnya. Dengan masuknya Islam, Indonesia
kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih)
kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi),
yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya
Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya
sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat
kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.
Wujud Alkulturasi Seni Bangunan
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid,
makam, istana. Wujud akulturasi dari masjid kuno memiliki ciri sebagai berikut:

1. Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas


semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya
ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya ditambah dengan kemuncak untuk memberi
tekanan akan keruncingannya yang disebut dengan Mustaka.
2. Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang
ada di luar Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan
kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat.
Bedug dan kentongan merupakan budaya asli Indonesia.
3. Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun
atau bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat
dengan makam.

Mengenai contoh masjid kuno dapat memperhatikan Masjid Agung Demak, Masjid
Gunung Jati (Cirebon), Masjid Kudus dan sebagainya. Selain bangunan masjid
sebagai wujud akulturasi kebudyaan Islam, juga terlihat pada bangunan makam.
Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:

1. makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang


keramat.
2. makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau
Kijing,nisannya juga terbuat dari batu.
3. di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup
atau kubba.
4. dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam
dengan makam atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut
ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang
berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).
5. Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan
biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya
masjid makam Sendang Duwur di Tuban.

Anda mungkin juga menyukai