Anda di halaman 1dari 28

TUGAS BESAR MAKALAH DEMOGRAFI

FERTILITAS

DISUSUN OLEH:
Nama : Sumardiono
Nim : 301301181030042
Kelas :C
MK : Demografi

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


JAMBATAN BULAN TIMIKA
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Makalah
dengan judul “Fertilitas“, penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata Demografi di program studi Ekonomi Pembangunan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Jambatan Bulan.
Dalam penulisan makalah ini saya telah berusaha semaksimal mungkin
untuk memberikan hasil yang terbaik. Namun demikian kami juga mempunyai
keterbatasan kemampuan. Oleh karena itu kami menyadari tanpa adanya
bimbingan, dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai
pihak, maka makalah ini dapat terselesaikan

Saya juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas ini. Khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada saya,
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.

Timika,05 Desember 2020

Sumardiono
(301301181030042)

ii
Daftar Isi

COVER..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1. Pengertian Fertilitas.........................................................................................3
2.2. Beberapa Problema Pengukuran Fertilitas Penduduk..................................3
2.3. Pengukuran Fertilitas Tahunan......................................................................4
2.4. Tingkat fertilitas kasar (crude birth rate)......................................................4
1. Tingkat fertilitas umum( General Fertility Rate = GFR)....................................7
2. fertilitas menurut umur( Age Spesific Fertility Rate =ASFR)............................8
2.5. Tingkat Fertilitas menurut urutan kelahiran (Birth Order Specific
Fertility Rates)............................................................................................................11
2.5 Standarisasi Tingkat Fertilitas (Standardized Pertility Rates)...................12
2.6 Pengukur Fertilitas Kumulatif......................................................................13
A. Tingkat Fertilitas Total (Total Fertility Rates = TFR)......................................13
B. Gross Reproduction Rates (GRR)....................................................................14
C. Net Reproduction Rates (NRR)........................................................................15
2.7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya fertilitas Penduduk
16
LAMPIRAN...................................................................................................................18
BAB III...........................................................................................................................24
PENUTUP.......................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................24
3.2 Saran.....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................25

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Istilah fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu
terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda
kehidupan; misalnya berteriak, bernafas, jantung berdenyut, dan sebagainya.
Apabila pada waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan disebut dengan
lahir mati (still birth) yang di dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu
peristiwa kelahiran. Di samping istilah fertilitas ada juga istilah fekunditas
(fecundity) sebagai petunjuk kepada kemampuan fisiologis dan biologis
seorang perempuan untuk menghasilkan anak lahir hidup. Seorang
perempuan yang secara biologis subur (fecund) tidak selalu melahirkan anak-
anak yang banyak, misalnya dia mengatur fertilitas dengan abstinensi atau
menggunakan alat-alat kontrasepsi. Kemampuan biologis seorang perempuan
untuk melahirkan sangat sulit untuk diukur. Ahli demografi hanya
menggunakan pengukuran terhadap kelahiran hidup (live birth).
Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran
mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia
dapat melahirkan lebih dari seseorang bayi. Disamping itu seseorang yang
meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulaim saat itu orang
tersebut tidak menmpunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya seorang
perempuan yang teláh melahirkan seorang anak tidak berarti resiko
melahirkan dari perempuan tersebut menurun. Kompleksnya pengukuran
fertilitas, karena kelahiran melibatkan orang (suami dan istri), sedangkan
kematian hanya melibatkan satu orang saja(orang yang meninggal) Masalah
yang lain yang dijumpai dalam pengukuran fertilitas ialah tidak semua
perempuan mengalami resiko melahirkan karena ada kemungkinan beberapa
dari mereka tidak mendapat pasangan untuk berumah tangga. juga ada
beberapa perempuan yang bercerai menjanda memperhatikan masalah-
masalah di atas terdapat variasi pengukuran fertilitas yang dapat diterapkan
dan masing-masing mempunyai keuntungan dan kelemahan.
memperhatikan perbedaan antara kematian dan kelahiran seperti
tersebut di atas, memungkinkan untuk melaksanakan dua macam pengukuran
fertilitas yaitu pengukuran fertilitas tahunan, dan pengukuran fertilitas
kumulatif. pengukuran fertilitas kumulatif ialah mengukur jumlah rata-rata
anak yang dilahirkan oleh seseorang perempuan hingga mengakhiri batas
usia subur. sedangkan pengukuran fertilitas tahunan (vital rates) ialah
mengukur jumlah kelahiran pada tahun tertentu dihubungkan dengan jumlah
penduduk yang mempunyai resiko untuk melahirkan pada tahun tersebut

1
1.2 Tujuan Penulisan
Agar mahasiswa dapat memahami pengertian fertilitas dan Pengukuran
fertilitas lebih kompleks. Adapun tujuan penulisan makalah, sebagai
berikut:       
1.      Memahami pengertian fertilitas.
2.      Memahami Pengukuran fertilitas lebih kompleks
3.      Mengetahui tentang apa memperhatikan perbedaan antara kematian dan
kelahiran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Fertilitas


Istilah fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth),
yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-
tanda kehidupan; misalnya berteriak, bernafas, jantung berdenyut, dan
sebagainya. Apabila pada waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan
disebut dengan lahir mati (still birth) yang di dalam demografi tidak
dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran. Di samping istilah fertilitas
ada juga istilah fekunditas (fecundity) sebagai petunjuk kepada
kemampuan fisiologis dan biologis seorang perempuan untuk
menghasilkan anak lahir hidup. Seorang perempuan yang secara biologis
subur (fecund) tidak selalu melahirkan anak-anak yang banyak, misalnya
dia mengatur fertilitas dengan abstinensi atau menggunakan alat-alat
kontrasepsi. Kemampuan biologis seorang perempuan untuk melahirkan
sangat sulit untuk diukur. Ahli demografi hanya menggunakan
pengukuran terhadap kelahiran hidup (live birth).

2.2. Beberapa Problema Pengukuran Fertilitas Penduduk


Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan
pengukuran mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu
kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih dari seseorang bayi. Disamping itu
seseorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulaim
saat itu orang tersebut tidak menmpunyai resiko kematian lagi.
Sebaliknya seorang perempuan yang teláh melahirkan seorang anak tidak
berarti resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun.
Kompleksnya pengukuran fertilitas, karena kelahiran melibatkan orang
(suami dan istri), sedangkan kematian hanya melibatkan satu orang
saja(orang yang meninggal) Masalah yang lain yang dijumpai dalam
pengukuran fertilitas ialah tidak semua perempuan mengalami resiko
melahirkan karena ada kemungkinan beberapa dari mereka tidak
mendapat pasangan untuk berumah tangga. juga ada beberapa perempuan
yang bercerai menjanda memperhatikan masalah-masalah di atas terdapat
variasi pengukuran fertilitas yang dapat diterapkan dan masing-masing
mempunyai keuntungan dan kelemahan.
memperhatikan perbedaan antara kematian dan kelahiran seperti
tersebut di atas, memungkinkan untuk melaksanakan dua macam
pengukuran fertilitas yaitu pengukuran fertilitas tahunan, dan
pengukuran fertilitas kumulatif. pengukuran fertilitas kumulatif ialah
mengukur jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seseorang

3
perempuan hingga mengakhiri batas usia subur. sedangkan pengukuran
fertilitas tahunan (vital rates) ialah mengukur jumlah kelahiran pada
tahun tertentu dihubungkan dengan jumlah penduduk yang mempunyai
resiko untuk melahirkan pada tahun tersebut.

2.3. Pengukuran Fertilitas Tahunan

Baik pengukuran fertilitas maupun moralitas tahunan hasilnya


berlaku untuk periode waktu tertentu sebagai contoh perhitungan tingkat
kelahiran kasar (CBR) di Indonesia tahun 1975 sebesar 42,9 kelahiran
per 100 penduduk pertengahan tahun. angka ini terjadi pada periode
tahun 1970 -1980. selama periode ini tahun ada kelahiran sebesar 42,9
per 100 penduduk. pengukuran fertilitas tahunan hampir sama dengan
pengukuran moralitas. ukuran ukuran fertilitas tahunan yang akan
dibicarakan di bawah ini meliputi:
a. Tingkat fertilitas kasar (crude birth rate)
b. Tingkat fertilitas umum (general fertility rate)
c. Fertilitas menurut umur (age specific fertility rate)
d. tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran (Onter specific fertility
rates)

2.4. Tingkat fertilitas kasar (crude birth rate)


Banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu setiap 1000
penduduk pada pertengahan tahun atau dengan rumus dapat ditulis sebagai
berikut:
B
CBR= xk
Pm
di mana:
CBR = Crude Birth Rate atau tingkat kelahiran kasar
Pm = penduduk pertengahan tahun
k= bilangan konstan yang biasanya 1000
B = jumlah kelahiran pada tahun tertentu
contoh:
pada tahun 1975 penduduk Indonesia pada pertengahan tahun sebesar
136.000.000 orang, sedangkan jumlah kelahiran pada tahun tersebut
sebesar 5.834.400 . Tingkat fertilitas kasar untuk Indonesia pada tahun
1975 dapat dihitung seperti dibawah ini:

4
5.834 .400
CBR= x 1000
136.000.000
= 42,9
Ini berarti di Indonesia pada tahun 1975 tiap 1000 penduduk terdapat 42,3
kelahiran.
pada tahun 1980-an, kasar di dunia berkisar antara 10 hingga 53
kelahiran tiap tahun tiap 1000 penduduk. tingkat fertilitas tertinggi di
dijumpai di negara-negara Afrika, Amerika Latin, dan Asia, dan yang
terendah terdapat di negara Eropa. pada periode tahun 1960-an 83% dari
negara-negara sudah maju mempunyai tingkat fertilitas kasar sebesar 25,
dan sekitar 90% negara-negara yang sedang berkembang tingkat fertilitas
kasar lebih besar dari 35 (palmore, 1972 ).
Tabel
Negara-negara yang berpenduduk lebih dari 500.000 jiwa dengan tingkat
fertilitas kasar tertinggi dan terendah tahun 1982.

5
negara dan wilayah tingkat fertilitas kasar
Afrika 53
Tertinggi: kenya 27
terendah: mauritius
Amerila Latin
Tertinggi: Honduras 47
Nikaragua 47
Terendah: Kuba 14
Amerika Utara
Tertinggi: Kanada 16
terendah: Amerika Serikat 16
Asia
Tertinggi: Oman 49
Yaman Utara 49
Terendah: Jepang 14
Singapura 17
Hongkong 17
Eropa
Tertinggi: Albania 29
irlandia 22
Polandia 20
Terendah : Jerman Barat 10
Denmark 11
Italia 11
Oseania
Tertinggi: Papua Nu Gini 44
Terendah: Australia 15
Selandia Baru 17
Uni Soviet
Tertinggi dan
Uni soviet 18
terendah

Sumber: 1982 World Population Data Sheet, Prop. Ref: Burean.


Untuk Indonesia pada tahun 1982 tingkat fertilitas kasar besarnya 34
kelahiran perseribu penduduk titik pada periode tahun 1930 - 1970 taksiran
mengenai besarnya tingkat fertilitas kasar di Indonesia masih diatas 40
kelahiran per 1000 penduduk. Alden Speare Dengan menggunakan teori
”kuasi penduduk stabil” membuat taksiran besarnya tingkat fertilitas kasar
di Indonesia dari tahun 1931 hingga tahun 1971 mendapatkan kesimpulan
bahwa selama 40 tahun tingkat fertilitas kasar di Indonesia besarnya di atas
40.

Taksiran tingkat fertilitas kasar di Indonesia Tahun 1930-1971

6
Periode Tingkat Fertilitas Kasar
- 1930 47,4
- 1931-1936 47,2
- 1936-1941 47,1
- 1941-1946 42,8
- 1946-1951 43,8
- 1951-1956 48,9
- 1956- 1961 47,7
- 1961-1966 45,5
- 1966-1971 43,8
Sumber Alden Speare (1976)
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat fertilitas kasar di
Indonesia sebelum PD II besarnya sekitar 47, kemudian pada masa PD II
dan perang kemerdekaan tingkat fertilitas menurun menjadi sekitar 43. pada
saat itu suasana perang terasa sekali sehingga orang takut untuk menambah
kelahiran. setelah tahun 1950-an suasana menjadi aman kembali terjadilah
ledakan penduduk( baby Boom). periode 1950-1959 Ditandai dengan angka
tingkat fertilitas kasar tertinggi, yaitu sebesar 48,9 kelahiran per 1000
penduduk. setelah tahun 1961 tingkat fertilitas kasar mulai menurun.
dampak kebijaksanaan demografi yang” pronatalis” jaman Orde Lama
adalah tingginya angka kelahiran. di lain pihak angka kematian sudah mulai
menurun Sehingga laju pertambahan penduduk alami terus meningkat.
sehubung dengan hal tersebut pemerintah Orde Baru memprioritaskan
kebijaksanaan demografi dengan usaha penurunan kelahiran dengan
mengimplementasikan program Keluarga Berencana (KB). Pelaksanaan
program Keluarga Berencana mulai mulai dilaksanakan di pulau Jawa dan
Bali dengan alasan bahwa kedua Pulau ini menghadapi masalah demografi
yang serius yang perlu mendapatkan penyelesaian dengan segera. setelah
PELITA 1 program berencana diperluas pelaksanaannya ke luar pulau
Jawa dan Bali.
perlu dicatat bahwa tujuan program KB tidak hanya menurunkan
jumlah anak yang dilahirkan, tetapi merupakan upaya utama untuk ikut
mewujudkan keluarga sejahtera. menurut undang-undang Nomor 10 Tahun
1992, Keluarga Berencana telah mendapatkan definisi yang baru dan
semakin luas yaitu upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga
untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (siswanto,1996).
Akibat pelaksanaan program ini terjadi penurunan angka kelahiran
kasar dari 39,9% kelahiran perseribu penduduk pada tahun 1870 menurun
menjadi 35,9 pada tahun 1976. jadi terjadi penurunan fertilitas sebesar

7
10%. pada pada tahun 2005 diperkirakan angka kasar sebesar 19,5
kelahiran perseribu penduduk ( Ananta, 1989)
Di samping penurunan angka kelahiran kasar, juga terjadi penurunan
angka kematian kasar, maka periode tahun 1980-1990 laju pertumbuhan
penduduk menurun( kecuali di pulau Kalimantan). pada periode tahun 1971
- 1980 laju pertumbuhan Indonesia sebesar 2,3% pada periode tahun
1980-1990 dan 1990-2000 laju pertumbuhan penduduk terus menurun,
masih masing-masing menjadi 1,9% dan 1,3%.
Pulau 1930-1961 1961-1971 1971-1980 1980-1990 1990-2000
jawa dan 1,3 1,9 2,0 1,3 1,0
madura 2,1 2,9 3,3 2,6 1,8
sumatera 2,1 2,4 2,8 3,0 2,3
kalimantan 1,7 1,8 2,2 1,4 1,6
sulawesi 1,8 2,8 2,8 2,0 1,6
pulau-pulau lain
INDONESIA 1,5 2,1 2,3 1,9 1,3

Sumber : Birp Pusat Statistik,1982,1991, dan 2001


1. Tingkat fertilitas umum( General Fertility Rate = GFR)
tingkat fertilitas kasar yang telah dibicarakan sebagai ukuran fertilitas
masih terlalu kasar karena membandingkan jumlah kelahiran dengan
jumlah penduduk pertengahan tahun kita mengetahui bahwa penduduk
yang mempunyai resiko hamil adalah perempuan dalam usia produksi si
umur 15 sampai 49 tahun . dengan alasan tersebut ukuran fertilitas ini
perlu diadakan perubahan yaitu membandingkan jumlah kelahiran dengan
jumlah penduduk perempuan usia subur 15 sampai 49 tahun. jadi sebagai
penyebut tidak menggunakan jumlah penduduk pertengahan tahun tetapi
jumlah penduduk perempuan pertengahan tahun umur 15 sampai 49 tahun.
tingkat fertilitas penduduk yang dihasilkan dari perhitungan ini disebut
tingkat fertilitas umum (General fertility rate atau GFR ) yang ditulis
dengan rumus:

jumlah kelahiran pada tahun tertentu


GFR= xk
jumlah penduduk perempuan umur 15−49
pada pertengahantahun

Atau
B
GFR= xk
pf (15−49)

Dimana :

8
GFR = Tingkat Fertilitas Umum
B = Jumlah Kelahiran
Pf(15-49)= jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada
peretengahan tahun.
contoh:
pada tahun 1964 jumlah penduduk perempuan usia subur umur 15 - 49
tahun besarnya 30.351.000 jiwa, Sedangkan jumlah kelahiran pada tahun
tersebut sebesar 2.982.000 bayi. tingkat fertilitas umum untuk Indonesia
tahun 1964 dapat dihitung seperti berikut:
2.982.000
GFR= x 1.000
30.351.000
= 98,25 kelahiran per 1000 perempuan usia 15-49 tahun

Lee-Jae Cho (1964) Pada tahun 1960 mengadakan mengenai besarnya


tingkat fasilitas umum pada beberapa negara di dunia mendapatkan bahwa
negara dengan tingkat fertilitas umum tertinggi terdapat di Sudan (234,8),
dan Brunei (234,4) , sedangkan yang terendah terdapat di Swedia(61,1)
dan Jepang(62,2) sama sama seperti khas pengukur tinggi kaca maka
tinggi Ungu tertinggi terdapat berkembang dan terendah terdapat negara-
negara maju misalnya Eropa.

2. fertilitas menurut umur( Age Spesific Fertility Rate =ASFR)


Terdapat variasi mengenai besar kecilnya kelahiran antar kelompok
kelompok penduduk tertentu, karena tingkat fertilitas penduduk ini dapat
pula dibedakan menurut: jenis kelamin, umur, status perkawinan, atau
kelompok penduduk penduduk yang lain.
Diantara kelompok perempuan usia reproduksi(15-49) terdapat
variasi kemampuan melahirkan, karena itu perlu di hitung tingkat fertilitas
perempuan pada tiap-tiap kelompok umur( age spesific fertility rate).
perhitungan tersebut dapat dikerjakan dengan rumus sebagai berikut:
jumlah kelahiran
bayi pd kelompok
umur
tingkat kelahiran untuk kelompok umur= xk
jumlah perempuan
kelompok umur i pada
pertengahantahun

Atau

Bi
ASFRi = xk
PF i
Dimana :

9
Bi = jumlaj kelahiran bayi pada kelompok umur i
PFi= jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun
K = angka konstan = 1.000

Contoh :
Perhitungan tingkat fertilitas menurut umur untuk jawa Tengah pada
periode tahun 1971-1976

perhitungan tingkat fertilitas menurut kelompok umur untuk Jawa Tengah


pada periode tahun 1971- 1976
kelompok umur jumlah perempuan, jumlah kelahiran tingkat fertilitas
menurut umur (ASFR) per 1000 perempuan

tingkat fertilitas
jumlah jumlah menurut umur
kelompok umur
perempuan kelahiran (ASFR) per
1000 perempuan

1 2 3 4=3/2x1000
15-19 1.170.505 151.697 129,6
20-24 589.154 208.001 242,1
25-29 777.519 186.138 239,4
30-34 842.807 169.910 201,6
35-39 810.804 103.621 127,8
40-44 683.817 44.937 65,7
45-49 504.942 4.999 9,9
jumlah ASFR 1.016,10

Sumber , Muryati , (1980)


Contoh perhitungan diatas terlihat bahwa tingkat fertilitas perempuan
tinggi pada kelompok umur 20 - 34 tahun, dan terendah pada kelompok
umur 45 - 49 tahun. hal ini akan jelas terlihat apabila digunakan dalam
sebuah grafik.

Dari gambar diatas terlihat bahwa tingkat fertilitas untuk Jawa Tengah
lebih tinggi dari Amerika Serikat untuk seluruh kelompok umur. yang

10
menarik perhatian ialah tingkat fertilitas kelompok umur 20 tahun di mana
untuk Amerika Serikat sangat rendah di bawah 20 dan Jawa Tengah sangat
tinggi sekitar 130 hal ini dipengaruhi oleh umur perkawinan pertama yang
tinggi untuk Amerika Serikat, dan rendah untuk Jawa Tengah.
Di Indonesia penurunan kelahiran akibat dari pelaksanaan program
Keluarga Berencana KB tidak hanya dapat dilihat dari penurunan tingkat
kelahiran kasar CBR dapat pula dilihat dari penurunan tingkat kelahiran
menurut kelompok umur ASFR seperti terlihat pada ada tabel di bawah
ini. dari tabel ini terlihat bahwa perempuan dari seluruh umur Mengalami
penurunan angka kelahiran, tetapi kelompok umur 15 - 19 Mengalami
penurunan tertinggi yaitu 54,2% selama 29 tahun.

Tingkat fertilitas menurut kelompok umur berdasarkan propinsi di


Indonesia tahun 1980, 1990, dan 2000 dapat dilihat pada Tabel 109.
Hampir di seluruh propinsi terjadi penurunan ASFR. Dalam tabel itu juga
terlihat bahwa penurunan di Propinsi-propinsi Jawa dan Bali lebih besar
dibandingkan dengan di propinsi-propinsi luar Jawa dan Bali.

2.5. Tingkat Fertilitas menurut urutan kelahiran (Birth Order Specific


Fertility Rates)

Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran sangat penting untuk


mengukur tinggi rendahnya fertilitas suatu negara. Kemungkinan seorang
istri untuk menambah kelahiran tergantung kapada jumlah anak yang telah
dilahirkannya. Seorang istri mungkin menggunakan alat kontrasepsi
setelah mempunyai jumlah anak tertentu, dan juga umur arak yang masih
hidup. Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran dapat ditulis dengan
rumus:

jumlah kelahiran ke i
Tingkat fertlitas menurut kelahiran= xk
jml perempuan umur
15−49
pertengahantahun

11
Atau :

Bo i
BOSF=∑ xk
Pf (15−49)

Dimana :
BOSFR :Birth Order Spesific Fertility Rate
Boi : jml kelahiran urutan ke 1
Pf(15-49) : Jml perempuan umur 15-49 pertengahan tahun
K : bilangan konstan = 1.000

Penjumlahan dari Tingkat Fertilitas menurut urutan kelahiran


menghasilkan Tingkat Fertilitas Umum ( General Fertility Rate)

Bo i
GFR=∑ xk
Pf (15−49)

Sebagai contoh, dikutip sebuah Tabel Tingkat Fertilitas menurut


urutan kelahiran dari negara Amerika Serikat tahun 1942, 1960, dan 1967.
Tingkat fertilitas menurut umur dan menurut urutan kelahiran, adalah dua
buah contoh dari tingkat fertilitas khusus. Ada beberapa macam variasi
lagi , misalnya berdasarkan status perkawinan, Pendidikan yang
diutamakan, pendapatan, dan pekerjaan.

2.5 Standarisasi Tingkat Fertilitas (Standardized Pertility Rates)

Tinggi rendahnya tingkat fertilitas di suatu negara dipengaruhi oleh


beberapa variabel misalnya, umur, status perkawman, atau karak teristik

12
yang lain. Seperti halnya dengan mortalitas, kalau kuta ingiri
memperbandingkan tingkat fertilitas di beberapa negara, maka pengaruh
variabel-variabel tersebut perlu dinetralisir dengan menggunakan teknik
standarisasi sehingga hanya satu variabel yang berpengaruh. Tekmik
standarisasi yang digunakan sama dengan teknik standarisasi yang
digunakan untuk pengukuran mortalitas. Kalau diketahw tingkat festilitas
menurut umur di negara A dan B, dan ingin dibandingkan tingkat
kelahiran umum di kedua negara tersebut, maka tingkat fertilitas menurut
umur dikalikan dengan jumlah penduduk standar dan masingmasing
kelompok umur. Sebagai contoh di bawah ini dibuat perhitungan Tingkat
Fertilitav Umum untuk negara India, Swedia, dan Philipina dengan
menggunakan penduduk perempuan di Swedia tahun 1960 sebagai
standar sepert terlihat dalam Tabel 10.7

2.6 Pengukur Fertilitas Kumulatif

Dalam pengukuran fertilitas kumulatif, kita mengukur rata-rata jumlah


anak laki-laki dan perempuan yang dilahirkan oleh seorang perempuan
pada waktu perempuan itu memasuki usia subur hingga melampaui batas
reproduksinya (15-49 tahun). Ada tiga macam ukuran fertilitas kumulatif
yang akan dibicarakan dalam bab ini yaitu: Tingkat Fertilitas Total ( Total
Fertility Rates = TFR). Gross Reproduction Rates (GRR) dan Net
Reproduction Rates (NRR).

A. Tingkat Fertilitas Total (Total Fertility Rates = TFR).


Tingkat Fertilitas Total didefinisikan sebagai jumlah kelahiran
hidup laki-laki dan perempuan tiap 1.000 penduduk yang hidup
hingga akhi masa reproduksinya dengan catatan:

13
1. tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri
masa reproduksinya.
2. tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu
tertentu.
Tingkat Fertilitas Total menggambarkan riwayat fertilitas dari
sejumlah perempuan hipotesis selama masa reproduksinya. Hal ini
sesuai dengan riwayat kematian dari tabel kematian penampang
lintang (Cross sectional life table).
Dalam praktek Tingkat Fertilitas Total dikerjakan dengan
menjumlahkan Tingkat Fertilitas perempuan menurut umur, apabila
umur tersebut berjenjang lima tahunan, dengan asumsi bahwa tingkat
fertilitas menurut umur tunggal sama dengan rata-rata tingkat
fertilitas umur lima tahunan, maka rumus dari tingkat fertilitas Total
atau TFR adalah sebagai berikut :
TFR=5 ∑ ASFR

Dimana :
TFR : total fertility rate
ȧ = penjumlahan tingkat fertilitas menurut umur
ASFRi=¿ tingkat fertilitas menurut umur ke I dari kelompok
berjenjang 5 tahunan.

Diindonesia setelah tahun 1970-an, terjadi penurunan tingkat


fertilitas total dari 5,6 pada periode tahun 1967-1970, menjadi 5,2
pada periode tahun 1971-1975. Penurunan tingkat fertilitas pada
kedua periode di atas juga terjadi pada beberapa wilayah di Indonesia.
Berdasarkan data di atas, selama periode 1971-1970 dan 19771-1975.
Tingkat Fertilitas Total untuk Indonesia menurun 7 persen, pulau Jawa
dan Bali menurun 6 persen. Penurunan Tingkat Fertilitas, Total di
Indonesia antara lain dipengaruhi oleh keberhasan program berencana
di Indonesia.

14
B. Gross Reproduction Rates (GRR)
Gross reproduction rate ialah Jumlah kelahiran bayi perempuan
oleh 1000 perempuan sepanjang masa reproduksinya dengan catatan
tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri
masa reproduksinya, seperti tingkat fertilitas total. perhitungan gross
reproduction rate sebagai di bawah ini:

GFR=5 ∑ ASFR fi
i

Dimana :

ASFR fi adalah tingkat fertilitas menurut umur ke-I dari kelompok


berjenjang 5 tahunan (Tabel 10.10)

Dalam satu generasi sejumlah 1926,0 Perempuan yang akan


menggantikan 1000 perempuan. population Council memperkirakan
bahwa pada periode 1970 i 1980 angka GRR akan turun dari 1420
menjadi 1360 per 1000 perempuan ( The population council, 1974 :
4).
Kelemahan dari GRR ialah mengabaikan kemungkinan perempuan
meninggal sebelum masa reproduksinya berakhir. agar hal ini tidak
diabaikan maka digunakan perhitungan Net Reproduction Rate.

C. Net Reproduction Rates (NRR)


Net Reproducton Rate ralah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh
sebuah hipotesis dari 1.000 perempuan dengan memperhitungkan
kemungkinan meninggalkan perempuan-pererpuan itu sebelum
mengakhiri masa reproduksinya. Misalnya sebuah kohor yang terdiri

15
dari 4000 bayi perempuan, beberapa dari perempuan tersebut
mempunyai kesempatan melahirkan hingga umur 20, sebagian hingga
umur 03, segian hingga umur 40, dan seterusnya dan hanya sebagian
yang dapat melewati usia 50 tahun (usia reproduksi) Jadi dari kohor
tersebut diutung jumlah perempuan-perempuan yang dapat bertahan
hidup pada umur tertentu dengan mengalikannya dengan
kemungkinan hidup dari waktu lahir hingga mencapai umur tersebut.
Dalam prakteknya perhitungan Net Reproduction Rate dapat didekati
dengan rumus di bawah ini :
n Lx
NRR=∑ ASFR fi x
i lo
Contoh perhitungan seperti terlihat dalam table 10.11

Angka NRR sebesar 1.390,83nberarti bahwa dari 1.000 perempuan


selama periode masa reproduksinya rata-rata mempunyai 1.391 anak
perempuan.

2.7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya fertilitas


Penduduk
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas dapat
dibagi menjadi dua yaitu faktor demografi dan faktor non demografi.
Faktor demografi diantaranya adalah: struktur umur, struktur
perkawinan, umur kawin pertama, paritas, disrupsi perkawinan, dan
proporsi yang kawin. Sedangkan faktor non demografi antara lain,
keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status
perempuan, urbanisasi dan industrialisasi. Variabel-variabel di atas
dapat berpengaruh secara langsung terhadap fertilitas, ada juga
berpengaruh tidak langsung.
Davis dan Blake (1956) dalam tulisannya berjudul: The Social
Structure of Fertility: An Analitical Framework, menyatakan bahwa
faktorfaktor sosial mempengaruhi fertilitas melalui variabel antara
(Gambar 27).

16
FAKTOR VARIABEL FERTILITAS
SOSIAL ANTARA

Skema dari faktor sosial yang mempengaruhi fertilitas lewat Variabel


Antara

Dalam tulisan tersebut Davis dan Blake juga menyatakan bahwa


Proses reproduksi seorang perempuan usia subur melalui tiga tahap
yaitu hubungan kelamin, konsepsi, kehamilan dan kelahiran.

17
LAMPIRAN

18
19
20
21
22
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil
reproduksi yang nyata dari seseorang wanita atau sekelompok wanita.
Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir
hidup. Fekunditas, sebaliknya, merupakan potensi fisik untuk
melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas. Natalitas
mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang
lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan
penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada
perubahan penduduk dan reproduksi manusia. Sumber-sumber data
fertilitas dapat diketahui melalui registrasi, sensus penduduk dan
survei.
Pengukuran fertilitas memiliki dua macam pengukuran, yaitu
pengukuran fertilitas tahunan dan pengukuran fertilitas kumulatif.
Pengukuran fertilitas tahunan (vital rates) adalah mengukur jumlah
kelahiran pada tahun tertentu yang dihubungkan dengan jumlah
penduduk yang mempunyai resiko untuk melahirkan pada tahun
tersebut. Sedangkan pengukuran fertilitas kumulatif adalah mengukur
jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang wanita hingga
mengakhiri batas usia subur.
Ada beragam faktor yang mempengaruhi dan menentukan
fertilitas baik yang berupa faktor demografi maupun faktor non-
demografi. Yang berupa faktor demografi diantaranya adalah struktur
umur, umur perkawinan, lama perkawinan, paritas, distrupsi
perkawinan dan proporsi yang kawin sedangkan faktor non-demografi
dapat berupa faktor sosial, ekonomi maupun psikologi.
3.2 Saran
Demikianlah yang bisa saya sampaikan mengenai materi yang
menjadi bahasan makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan
kelemahan karena terbatasnya pengetahuan dan rujukan atau refrensi
yang saya peroleh.sehubungan dengan makalah ini penulis banyak
berharap kepada pembaca yang budiman memberikan kritik saran
yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis para pembaca
khusus pada penulis.

23
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Ida Bagoes Mantra, Ph.D, 2012. “Demografi Umum”.


Yogyakarta .Pustaka Pelajar, edisi kedua.

24

Anda mungkin juga menyukai