Disusun oleh :
Achluljanna R.M ( 18/427373/KT/08685 )
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
II
KATA PENGANTAR
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa
serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka
seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun
sarannya demi penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................I
DAFTAR ISI.................................................................................................... II
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 HAM
II
2.2.5 PENERAPAN AJARAN NILAI ISLAM DI DEMOKRASI
INDONESIA ............................................................................ 19
BAB 3 PENUTUP
3.1 KESIMPULAN......................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 23
II
BAB 1
PENDAHULUAN
Setiap manusia memiliki hak-hak pokok dari lahir hingga mati. Hak-
hak pokok tersebut adalah hak asasi manusia yang atau biasa disebut dengan
HAM. Pengertian HAM dalam Islam berbeda dengan pengertian HAM yang
umum dikenal. Rasulullah saw pernah bersabda: "Sesungguhnya darahmu,
hartamu dan kehormatanmu haram atas kamu”. Maka negara mempunyai
kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak tersebut.
Selain itu pada masa dewasa ini sering kita jumpai maraknya
perdebatan yang menyangkut kehidupan masyarakat Indonesia maupun
masyarakat luar negeri , beberapa contoh perdebatan yang terjadi tidak lain
mengenai HAM, dan juga demokrasi. Untuk itu ,kami selaku mahasiswa yang
berjiwa islam mencoba untuk mengkilas balik ilmu yang mengenai HAM, dan
juga demokrasi islmayang berkaitan dengan konsep umum maupun agama.
Yang melatarbelakangi topic bahasan kami adalah tugas dari mata kuliah
Pendidikan Agama Islam mengenai HAM , dan demokrasi.
1
mengharamkannya sama sekali. Dan adapula yang tidak ingin bersikap
apapun. Hal tersebut dilatar belakangi karena ketidak pahaman kalangan umat
islam tentang bagaimana cara memandang dan memahami istilah demokrasi.
Maka dari itu pada makalah kali ini kami akan membahas mengenai
bagaimana sebenarnya HAM dan Demokrasi menurut ajaran dan
pandangannya dari sisi Islam.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. Musyawarah
4
Pengalihan wewenang ijtihad dan individu-individu berbagai
madzab kepada suatu majelis legislatif muslim yang dalam kondisi
kemajemukan madzab merupakan satu-satunya bentuk ijma’ yang
dapat diterima di zaman modern, akan terjamin kontribusi dalam
pembahasan hukum dari kalangan rakyat yang memliki wawasan
yang tajam.
5
mudarat dan sebagainya. Kunci dari itu semua adalah manusia
dikaruniai akal pikiran dan hati nurani (qalb).
6
oleh manusia lain. Manusia bebas dalam kemauan dan perbuatan,
bebas dari tekanan dan paksaan orang lain.
7
A. HAM sebagai tuntutan fitrah manusia
Setiap perbuatan yang membawa perbaikan manusia oleh
sesama manusia sendiri mempunyai nilai kebaikan dan
keluhuran kosmis, menjangkau batas-batas jagad raya,
menyimpan kebenaran dan kebaikan universal, suatu nilai yang
berdimensi kesemestaan seluruh alam karena manusia adalah
puncak ciptaan tuhan. Ia dikirim kebumi untuk menjadi khalifah
atau wakil-Nya.
8
terhadap alam semesta, termasuk apa yang dimiliki oleh
manusia itu sendiri. Hal ini ditegaskan oleh firman-nya antara
lain:
9
“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki tentulah beriman semua
orang yang dimuka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu
(hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang
yang beriman semuanya ?“ (Q.S. Yunus/10:99)
10
kebenaran, kebajikan serta mencegah kemungkaran. Bahkan hal itu
disampaikan bukan saja karena ada hak tapi sekaligus merupakan suatu
kewajiban sebagai orang beriman.
“ Hai sekalian Manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat dibumi…..” (Q.S Al-Baqarah/2:168)
11
hukum dan orang yang dipilih rakyat harus melaksanakan apa yang
telah ditetapkan rakyat tersebut.
a. Kebebasan berpendapat
12
b. Kebebasan kepemilikan
d. Kebebasan beragama
13
rakyat dan menyuarakan pendapat mereka. Menurut Syaikh Abdul
Qadim Zallum, dalam kitabnya Demokrasi Sistem Kufur, demokrasi
mempunyai latar belakang sosio-historis yang tipikal Barat selepas
Abad Pertengahan, yakni situasi yang dipenuhi semangat untuk
mengeliminir pengaruh dan peran agama dalam kehidupan manusia.
14
penting dalam perdebatan menyangkut demokratisasi di kalangan
masyarakat muslim. Perlunya musyawarah merupakan konsekuens i
politik kekhalifahan manusia.
Selain syura dan ijma’, ada konsep yang sangat penting dalam
proses demokrasi Islam, yakni ijtihad. Bagi para pemikir muslim, upaya
ini merupakan langkah kunci menuju penerapan perintah Tuhan di suatu
tempat atau waktu. Hal ini dengan jelas dinyatakan oleh Khursid
Ahmad: “Tuhan hanya mewahyukan prinsip-prinsip utama dan
memberi manusia kebebasan untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut
dengan arah yang sesuai dengan semangat dan keadaan zamannya”.
Itjihad dapat berbentuk seruan untuk melakukan pembaharuan, karena
15
prinsip-prinsip Islam itu bersifat dinamis, pendekatan kitalah yang telah
menjadi statis.
16
8; An-Nisa’: 58 dijelaskan mengenai pentingnya menegakkan
keadilan dalam sebuah pemerintahan.
3. Al-Musawah. Al-Musawah berarti kesejajaran, artinya
kedudukan manusia dalam mengeluarkan pendapat adalah
sama, tidak ada pihak yang merasa lebih tinggi dari yang lain
sehingga dapat memaksakan kehendaknya. Penguasa tidak bisa
memaksakan kehendaknya terhadap rakyat, berlaku otoriter dan
eksploitatif. Dalam perspektif Islam, pemerintah adalah orang
atau institusi yang diberi wewenang dan kepercayaan oleh
rakyat melalui pemilihan yang jujur dan adil untuk
melaksanakan dan menegakkan peraturan dan undang-undang
yang telah dibuat. Oleh sebab itu pemerintah memiliki
tanggung jawab besar di hadapan rakyat demikian pula kepada
Tuhan. Oleh sebab itu, pemerintah harus amanah, jujur, dan
adil. Diantara dalil al-Qur’an yang sering digunakan dalam hal
ini adalah surat al-Hujurat:13.
4. Al-Amanah. Al-Amanah merupakan sikap pemenuhan
kepercayaan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain
yang harus dijaga dengan baik. Dalam konteks kenegaraan,
pemimpin atau pemerintah yang diberikan kepercayaan oleh
rakyat harus mampu melaksanakan kepercayaan tersebut
dengan penuh rasa tanggung jawab. Al-Amanah ditegaskan
Allah melalui firman surat an-Nisa’:58.
5. Al-Masuliyyah. Al-Masuliyyah berarti tanggung jawab.
Kekuasaan dan jabatan itu merupakan amanah yang harus
diwaspadai dan dijaga, bukan nikmat yang harus disyukuri. Dan
kekuasaan sebagai amanah ini mememiliki dua pengertian,
yaitu amanah yang harus dipertanggungjawabkan di depan
rakyat dan juga amanah yang harus dipertanggungjawabkan di
depan Tuhan. Penguasa merupakan wakil Tuhan dalam
mengurus umat manusia dan sekaligus wakil umat manusia
dalam mengatur dirinya. Dengan prinsip ini diharapkan masing-
17
masing orang berusaha untuk memberikan sesuatu yang terbaik
bagi masyarakat luas. Dengan demikian, pemimpin/penguasa
tidak ditempatkan pada posisi sebagai sayyid al-ummah
(penguasa umat), tetapi sebagai khadim al-ummah (pelayan
umat). Dengan demikian, kemaslahatan umat wajib senantiasa
menjadi pertimbangan dalam setiap pengambilan keputusan
oleh para penguasa, bukan sebaliknya rakyat atau umat
ditinggalkan.
6. Al-Hurriyyah. Al-Hurriyyah berarti kebebasan, artinya bahwa
setiap orang diberi hak dan kebebasan untuk mengeksperesikan
pendapatnya selama hal itu dilakukan dengan cara yang bijak
dan memperhatikan al-akhlaq al-karimah dan dalam rangka al-
amr bi-‘l-ma’ruf wa an-nahy ‘an al-‘munkar, maka tidak ada
alasan bagi penguasa untuk mencegahnya.
18
3) Islam selalu berpandangan memperbaiki kehidupan manusia tarafnya
tidak boleh tetap, harus terus meningkat untuk menghadapi
kehidupan lebih baik di akhirat.
Hukum, HAM, dan demokrasi adalah tiga konsep yang tidak dapat
dipisahkan. Hal ini dikarenakan salah satu syarat utama terwujudnya
demokrasi ialah adanya penegakkan hukum dan perlindungan HAM.
Demokrasi akan rapuh apabila HAM setiap masyarakat tidak terpenuhi.
Sedangkan pemenuhan dan perlindungan HAM dapat terwujud
apabila hukum ditegakkan. Dalam ajaran Islam, hukum, HAM dan
ddemokrasi disebutkan dengan jelas di dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
Dengan demikian manusia sebagai khalifah Allah dimuka bumi ini
dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan benar apabila ia seelalu
berpegang pada aturan-aturan pada Al-Quran dan As-Sunnah.
19
Perkembangan ajaran Islam di Indonesia pacsa masa kerajaan-
kerajaan Islam yang ada di Indonesia. secara kuantitatif ajaran agama
islam sudah tersebar ke seluruh Nusantara. Namun, jika dilihat dari sisis
kualitas masyarakat yang memeluk Agama Islam di Indonesia masih
memiliki pengetahuan yang minim tentang ajaran Islam. Tujuaan Agama
Islam bukan hanya sebatas menjalankan perintah dari Allah SWT seperti
beribadah dan menjauhi segala larangan dari Allah SWT, tetapi didalam
ajaran Islam terdapat nilai-nilai Islam. Salah satu implementasi nilai nilai
islam di demokrasi terdapat dalam usaha memasukkan nilai-nilai islam
dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia. Dalan upaya memasukkan
nilai-nilai Islam dalam Sistem Ketatanegaraan di Indonesia adalah kasus-
kasus perundangan yang secara verbatim berasal dari syariat Islam.
Penerapan tersebut dimulai pada peraturan UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan sampai UU No. 23 Tahun 2011 tentang Zakat menunjukkan
bahwa anggapan Indonesia sebagai negara yang sepenuhnya sekuler
menjadi terbantahkan. Dalam pancasila dan UUD 1945, pada sila
pancasila ke-1 “Ketuhanan Yang Maha Esa” menjadi poin utamanya.
Masyarakat majemuk seperti di masyarakat Indonesia memiliki
potensi terlahirnya potensi konflik yang besar mengingat adanya berbagai
nilai-nilai yang dianut oleh berbagai kelompok masyarakat. Hal ini dapat
pula bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Untuk itu diperlukan solusi untuk memberi jalan penegah untuk hambatan
dan tantangan, baik itu dari negara sendiri maupun dari luar negeri.
Hambatan dan Keberhasilan menerapkan nilai-nilai Islam dalam Sistem
Ketatanegaraan di Indonesia adalah Paham individualistis. Negara adalah
masyarakat hukum yang dis usun atas kontrak semua individu dalam
masyarakat dan Paham golongan (Class Theory). Membangun Pola
Sinergis antara Islam dan sistem ketatanegaraan di Indonesia dapat
dimulai dengan mengembangkan proses transformasi hukum Islam ke
dalam supremasi hukum nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut,
diperlukan partisipasi semua pihak dan lembaga terkait. Hal ini akan
menghubungan hukum Islam dengan badan kekuasaan negara yang
20
mengacu kepada kebijakan politik hukum yang ditetapkan (adatrechts
politiek). prosedur pengambilan keputusan politik di tingkat legislatif dan
eksekutif dalam hal legislasi hukum Islam yang legal drafting hendaknya
mengacu kepada politik hukum yang dianut oleh badan kekuasaan negara
secara kolektif. Contoh implementasi nilai ajaran islam dalam bidang
politik adalah terbentuknya UU No. 7 tahun 1989 tentang peradilan
agama. Keberadaan UU No.7/1989 tentang Peradilan Agama dan Inpres
No.1/1991 tentang Kompilasi Hukum Islam sekaligus merupakan landasan
yuridis bagi umat Islam untuk menyelesaikan masalah-masalah perdata.
Padahal perjuangan umat Islam dalam waktu 45 tahun sejak masa Orde
lama dan 15 tahun sejak masa Orde Baru, adalah perjuangan panjang yang
menuntut kesabaran dan kerja keras hingga disahkannya UU No.7/1989
pada tanggal 29 Desember 1989. Didalam Al-Qu’ran terdapat sejumlah
ayat dalam QS. Ali Imra, QS An-Nisa, dan QS Al Hujurat yang
mengandung petunjuk dan pedoman bagi manusia dala m hidup
bermasyarakat dan bernegara. Di antara ayat-ayat tersebut mengajarkan
tentang kedudukan manusia di bumi serta mengajarkan prinsip-prinsip
yang perlu diperhatikan dalam kehidupan kemasyarakat seperti prinsip-
prinsip musyawarah konsultasi, ketaatan kepada pemimpin, keadilan,
persamaan, dan kebebasan beragama.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
21
c) HAM adalah hak yang telah dimiliki seseorang sejak ia ada di
dalam kandungan.
d) HAM dalam islam didefinisikan sebagai hak yang dimiliki oleh
individu dan kewajiban bagi negara dan individu tersebut untuk
menjaganya.
e) Penerapan nilai ajaran islam di demokrasi Indonesia adalah ajaran
untuk bermusyawarah dan terbentuknya UU yang mengatur
perkawinan, zakat, perbankan syariah, dan peradilan agama.
3.2 Saran
22
Daftar pustaka
Husain, syekh syaukat, 1991, Hak asasi – manusia dalam islam, Jakarta. Gema
Insani perss
Lopa, Baharuddin, 1999. Al Qur’an dan Hak Azasi Manusia, Yogyakarta, PT.
Dana Bakti Prima Yasa.
Kosasih, Ahmad. 2003. HAM dalam perspektif ISLAM. Jakarta: Salemba Diniyah
Lopa, Baharuddin, 1999. Al Qur’an dan Hak Azasi Manusia, Yogyakarta, PT.
Dana Bakti Prima Yasa.
Pramudya, Willy, Cak Munir, Engkau Tak Pernah Pergi, Jakarta: GagasMedia
2004
23
Porsili, Andra. 2015. Implementasi Nilai-Nilai Islam dalam Sistem
Ketatanegaraan di Indonesia. Repositori Universitas PGRI.Halaman 1-
11.
24