Anda di halaman 1dari 60

EVALUASI PENGELOLAAN DAN PENANGANAN VAKSIN DI

PUSKESMAS TANRU TEDONG KECAMATAN DUAPITUE


KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

Oleh :

YUYUN ANGRAINI
PO.71.3.251.16.1.100

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN FARMASI
PRODI D-3 FARMASI
2019
EVALUASI PENGELOLAAN DAN PENANGANAN VAKSIN DI
PUSKESMAS TANRU TEDONG KECAMATAN DUAPITUE
KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

Karya Tulis Ilmiah Diajukan Untuk Memenuhi Syarat


Dalam Menyelesaikan Tugas Akhir Program
Pendidikan Ahli Madya Farmasi

Oleh

YUYUN ANGRAINI

PO.71.3.251.16.1.100

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN FARMASI
PRODI D-3 FARMASI
2019

ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Assalamu A’laikum warahmatulillah wabarakatuh

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Tuhan

Yang Maha Esa atas limpahan rahmat hidayah-Nya sehingga penyusunan Karya

Tulis Ilmiah yang berjudul “Evaluasi Pengelolaan dan Penanganan Vaksin di

Puskesmas Tanru Tedong Kecamatan Dua Pitue Kabupaten Sidenreng Rappang”

yang merupakan salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan tugas akhir

pada jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar RI dapat

terselesaikan.

Ucapan terima kasih tak terhingga teruntuk orang tua tercinta, Ayahanda

Alimuddin, S.Pd.,M.Sidan Ibunda Nasri, S.Pd, semoga Allah SWT senantiasa

memelihara keduanya. Terima kasih atas segala doa, cinta, kasih sayang, dan

dukungan baik moral maupun material yang diberikan selama penulis menempuh

pendidikan semoga menjadi pelengkap bangunan surgamu di akhirat kelak, juga

terimah kasih kepad seluruh keluargaku atas dukungan yang diberikan.

Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak, karya tulis ilmiah

ini tidak dapat terslesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan

terimah kasih serta pengharaan yangg setinggi-tingginya terutama kepada bapak

Dr. H. Asyhari Asyikin, S.Farm, M.Kes selaku pembimbing pertama dan bapak

Raimundus Chaliks, S.Si., M.Sc.,Apt selaku pembimbing kedua, yang telah

meluangkan waktu, pikiran, perhatian, motivasi serta bimbingan yang telah

v
diberikan kepada penulis selama proses penelitian dan penyelesaian tugas akhir

ini.

Pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Ir. H. Agustina Ipa, M.Kes selaku direktur Politeknik Kesehatan

Makassar yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan di

Politeknik Kesehatan Makassar.

2. Bapak Ali Taba, SKM, M. Adm. KP selaku Kepala Puskesmas Tanru

Tedong Kecamatan Dua Pitue Kabupaten Sidenreng Rappang yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitia ini.

3. Bapak Drs. H. Ismail Ibrahim, M.Kes, Apt selaku Ketua Jurusan

Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar atas kesempatan yang diberikan

untuk menjadi salah satu dari mahasiswa Jurusan Farmasi Politeknik

Kesehatan Makassar.

4. Bapak Raimundus Chalik, S.Si.,M.Sc.,Apt selaku Ka.Prodi yang

senantiasa menasehati, memotivasi dan membimbing dengan sepenuh hati.

5. Bapak Drs. H. Ismail Ibrahim, M.Kes, Apt selaku Pembimbing

Akademik yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan selama

penulis menuntut ilmu di Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar.

6. Bapak dan Ibu dosen serta staf tata usaha yang telah banyak

membantu mulai dari administrasi pendidikan sampai penyelesaian tugas

akhir.

vi
7. Sahabat-sahabatku : Irawati, Rusniati, Sri Kartini dan Uswatun

Hasanah yang selalu menjadi penyemangat dan penghibur dalam

menjalani perkuliahan.

8. Kepada seluruh mahasiswa kelas B Elixir 2016 yang selama ini sama-

sama berjuang menempuh pendidikan di bangku perkuliahan.

9. Kepada seluruh teman seperjuanganku “ELIXIR 2016” Jurusan Farmasi

apoliteknik Kesehatan Makassar yang telah menggoreskan kenangan suka

maupun duka selama menjalani pendidikan bersama.

10. Dan untuk semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu-ersatu,

terima kasih karena telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan

tugas akhir ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian.

Penulis menyadari bahwa penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini

jauh dari sempurna,dan hal ini semata-mata karena keterbatasan yang ada pada

penulis. Oleh karena itu saran dan kritik sangat diarapkan demi tercapainya hasil

yang lebih baik.

Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada

umumnya.

Makassar, 4 Juli 2019

Penulis

vii
PERNYATAAN KEASLIAN

KARYA TULIS ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Yuyun Angraini

NIM : PO.71.3.251.16.1.100

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini

bennar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil

alihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau

dapat dibuktikan bahwa sebagian keseluruhan karya tulis ilmiah ini merupakan

hasil karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggung jawabkan sekaligus

bersedia menerima sanksi yang mempertanggung jawabkan sekaligus perbuatan

tidak terpuji tersebut.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan sama

sekali.

Makassar, 4 juli 2019

Yang membuat pernyataan,


Yuyun Angraini

viii
ABSTRAK

Vaksin merupakan komponen utama dalam pelaksanaan imunisasi, untuk


mencapai tujuan imunisasi secara maksimal, maka perlu ditunjang dengan
penanganan dan ketersediaan vaksin dalam jumlah cukup, berkualitas serta tepat
waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan sistem
penanganan vaksin di Puskesmas Tanru Tedong Kecamatan Duapitue Kabupaten
Sidenreng Rappang sesuai dengan pengelolaan vaksin berdasarkan standar
Permenkes No. 12 Tahun 2017. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode
observasi langsung, wawancara dan melakukan check list pada tabel panduan
observasi pengelolaan dan penanganan vaksin yang baik. Data yang diperoleh
menunjukkan bahwa dari beberapa variabel yang telah diteliti diperoleh hasil
bahwa sistem pengelolaan vaksin di Puskesmas Tanru Tedong belum sepenuhnya
memenuhi persyaratan yang disyaratkan dalam Permenkes No. 12 Tahun 2017.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disimpulkan bahwa implementasi
pengelolaan dan penanganan vaksin di Puskesmas Tanru Tedong Kecamatan
Duapitue Kabupaten Sidenreng Rappang sudah sesuai dengan Standar Permenkes
No. 12 Tahun 2017.

Kata kunci : vaksin, pengelolaan, Puskesmas Tanru Tedong Kabupaten Sidenreng


Rappang

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

HALAMAN PRASYARAT.............................................................. ........... ii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................……... iii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI............................................ iv

KATA PENGANTAR............................................................…………….. v

HALAMAN PERNYATAAAN KEASLIAN................................... …….. viii

ABSTRAK...........................................................................................……..ix

DAFTAR ISI......................................................................................……... x

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................…….. xii

DAFTAR TABEL......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................….....….. 1

A. Latar Belakang........................................................…….. 1

B. Rumusan Masalah...................................................…….. 3

C. Tujuan Penelitian.....................................................……..
3

D. Manfaat Penelitian..................................................…….. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................... …….. 5

A. Vaksin.....................................................................…….. 5

B. Pengelolaan Vaksin Berdasarkan Peraturan Mentseri Kesehatan

RI Nomor 12 Tahun 2017......................................……... 7

C. Imunisasi................................................................……... 12

D. Profil Puskesmas Tanru Tedong....................................... 15

BAB III METODE PENELITIAN....................................... ……... 18

x
A. Jenis Penelitian.......................................................……...18

B. Tempat dan waktu penelitian............................................ 18

C. Populasi dan sampel...............................................……... 18

D. Teknik Pengumpulan Data.....................................……...18

E.. Teknik Pengolahan Data................................................... 19

F. Variabel Penelitian..................................................……...20

G. Definisi Operasional...............................................…….. 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................... ……... 23

A. Hasil Penelitian.......................................................…….. 23

B. Pembahasan.............................................................……..26

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................…….. 36

A. Kesimpulan ...........................................................……... 36

B. Saran.......................................................................……...36

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................……... 37

LAMPIRAN.......................................................................................…….. 39

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skema Kerja............................................................................. 39

Lampiran 2 Hasil Format Check List........................................................... 40

Lampiran 3 Persuratan................................................................................. 41

Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian.................................................……...42

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. K ondisi Bagian Dalam tempat penyimpanan vaksin............................. 41

Gambar 2. Cold Box atau Vaccine Carier....................................................... 42

Gambar 3. Safety Box....................................................................................... 42

Gambar 4. Buku Monitoring suhu.................................................................... 42

Gambar 5. Pemantauan kondisi tempat penyimpanan vaksin.......................... 43

xiii
xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Programimunisasi merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan

yangbertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kecatatan dan kematian

dari penyakit khususnya pada balita yang mana dapat meningkatkan

kekebalan secara aktif terhadap suatu penyakit. Tujuan jangka pendek

diberikannya imunisasi yaitu pencegahan penyakit secara perorangan dan

kelompok sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah eliminasi suatu

penyakit (Ponidjan, 2012).

Imunisasi penting untuk diberikan, hal ini karena kira-kira 3 dari 100

kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak. Sebanyak 2 dari

100 kelahiran akan meninggal karena batuk rejan. Dari setiap 200.000 anak,

1 anak akan menderita penyakit polio. Satu dari 100 anak akan meninggal

karena penyakit tetanus. Imunisasi yang dilakukan akan melindungi anak

terhadap penyakit. Walaupun pada saat ini fasilitas pelayanan untuk

vaksinisasi ini telah tersedia di masyarakt, akan tetapi tidak semua bayi telah

dibawa untuk diberikan imunisasi yang lengkap. (Mega, 2013).

Vaksin merupakan komponen utama dalam pelaksanaan imunisasi,

untuk mencapai tujuan imunisasi secara maksimal, maka perlu ditunjang

dengan penanganan dan ketersediaan vaksin dalam jumlah cukup,

berkualitas serta tepat waktu.Salah satu tahap dalam pengelolaan vaksin

adalah penyimpanan dengan memperhatikan syarat-syarat penyimpanan

1
2

antara lain pemantauan suhu yang harus sesuai dengan sensitivitas vaksin,

terhindar dari kelembaban serta terhindar dari paparan sinar matahari

langsung. Penyimpanan vaksin yang tidak memenuh isyarat-syarat tersebut

akan menyebabkan kerusakan pontensi vaksin dan jika digunakan di unit

pelayanan dapat menyebabkan kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

(Jefrin Sambara, 2016).

Penggolongan vaksin dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu,

pertama penggolongan vaksin berdasarkan antigen. Kedua penggolongan

berdasarkan sensitivitas terhadap suhu. Penelitian yang dilakukan oleh

McGuire tahun 2006 di Pakistan menunjukkan bahwa dari 90 sampel

pengiriman vaksin, 60% vaksin terpapar suhu beku ketiga dibawa oleh

layanan pos. PATH/UNICEF (2005) melakukan monitoring suhu pada cold

chain di Bolivia menunjukkan pembekuan terjadi hampir pada setiap tingkat

dari setiap sistem distribusi rantai dingin, terutama selama menyimpan di

lemari es, dari 25 sampel 60% mengalami pembekuan, dan juga selama

transportas, dari sampel 11 pengiriman vaksin 100% mengalami

pembekuan. (Kairul, 2016).

Menurut pedoman pengelolaan vaksin oleh Kementrian Kesehatan

menunjukkan bahwa semua vaksin disimpan pada suhu 20C - 80C, pada

lemari es. Penyimpanan pelarut vaksin pada suhu 20C s.d 80C atau pada

suhu ruang terhindar dari sinar matahari langsung (Depkes, 2009).

Hasil penelitian dari Gebble Prisiliya Lumentut dkk (2005) pada tiga

Puskesmas di Manado menunjukkan bahwa ketiga Puskesmas tersebut


3

belum sesuai dengan pengelolaan cold chain yang merupakan pedoman

dari Kementrian Kesehatan melalui Dinas Kesehatan Kota Manado

khususnya dalam hal pengaturan suhu dan penyipanan vaksin.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Puskesmas Tanru

Tedong Kecamatan Dua Pitue Kabupaten Sidenreng Rappang menunjukkan

adanya beberapa permasalahan yang yang terjadi seperti yang tertera di atas,

misalnya kurangnya tenaga kesehatan yang khusus menangani vaksin, jarak

yang ditempuh cukup jauh, serta kurangnya kendaraan yang digunakan

unuk mengantar vaksin ke unit-unit terkecil dari puskesmas yang

berdampak pada permasalahan vaksin. Oleh karena itu, akan dilakukan

penelitian tentang evaluasi pengelolaan dan penangana vaksin di Puskesmas

Tanru Tedong Kecamatan Duapitue Kabupaten Sidenreng Rappang

berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka ditetapkan rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimana sistem pengelolaan vaksin di

Puskesmas Tanru Tedong Kecamatan Duapitue Kabupaten Sidenreng

Rappang?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pengelolaan vaksin

di Puskesmas Tanru Tedong Kecamatan Duapitue Kabupaten Sidenreng


4

Rappang berdasarkan standar penyimpanan pengelolaan vaksin oleh

Kemenkes RI.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai referensi atau bahan evaluasi kepada petugas kesehatan dalam

penanganan vaksin khususnya penyimpanan vaksin di Puskesmas.

2. Sebagai bahan bacaan dan referensi untuk peneliti berikutnya yang

terkait dengan isi penelitian ini.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Vaksin

1. Pengertian vaksin

Vaksin adalah produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen

kuman yang telah dilemahkan, dimatikan, atau rekayasa genetika dan berguna

untuk merangsang kekebalan tubuh secara aktif. Semua vaksin merupakan

produk biologi yang tidak stabil dan mudah menjadi rusak akibat pengaruh

suhu dan kelembaban udara yang tinggi. Oleh sebab itu, vaksin seringkali

memerlukan fasilitas pendingin untuk mencegah kerusakan struktur

kimiawinya, karena perubahan dan kerusakan struktur kimiawinya dapat

menyebabkan kehilangan potensi dan menjadi tidak berguna bagi pengobatan

(Rinansita,2017).

Vaksin memerlukan fasilitas pendingin yang baik agar tidak

mengalami kerusakan. Suhu penyimpanan vaksin adalah 2oC - 8oC atau -15oC

s/d -25oC. Hal ini menunjukkan bahwa vaksin sangat sensitif terhadap panas

sehingga vaksin hanya dapat disimpan pada lemari es dan freezer. Umur

vaksin polio akan lebih lama bila disimpan pada suhu freezer jika

dibandingkan bila disimpan pada suhu lemari es. Apabila terjadi

penyimpangan terhadap suhu penyimpanan yang direkomendasikan, maka

akan berpengaruh terhadap umur vaksin.

Dasar yang menjadi pertimbangan dalam memilih cold chain antara

lain meliputi jumlah sasaran, volume vaksin yang akan dimuat, sumber energi

5
6

yang ada, sifat, fungsi serta stabilitas suhu sarana penyimpanan, suku cadang

dan anjuran WHO atau hasil penelitian atau uji coba yang pernah dilakukan.

Sarana cold chain di tingkat Puskesmas merupakan sarana penyimpanan

vaksin terakhir sebelum mencapai sasaran. Tingginya frekuensi pengeluaran

dan pengambilan vaksin dapat menyebabkan potensi vaksin cepat menurun

(Hasyim,2012).

2. Penggolongan Vaksin

a. Penggolongan berdasarkan asal antigen (Immunization Essential)

Berdasarkan asal antigen, vaksin dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

1.) Berasal dari bibit penyakit yang dilemahkan (Live Attenuated) Vaksin

yang berasal dari bibit penyakit yang dilemahkan dibedakan atas dua,

vaksin dari virus contohnya, Polio (OPV), Campak, Yellow Fever.vaksin

dari bakteri contohnya, BCG.

2.) Berasal dari bibit penyakit yang dimatikan (Inactivated)

Vaksin yang berasal dari bibit penyakit yang dimatikan dibedakan

menjadi tiga yaitu, dengan seluruh partikel diambil,hanya sebagian

partikel yang diambil, dan rekombinan (rekayasa genetika).

Seluruh sel virus yang inactivated, contoh influenza, polio, rabies,

hepatitis A. Seluruh bakteri yang inactivated, contoh pertusis, tifoid,

kolera. Sebagian partikel murni, meninggococal,sebagian partikel

bagungan Hib ( Haemofilus Infuenza type B). Rekombinan (rekayasa

genetika).Contoh vaksin dari rekayasa genetik yang saat ini telah tersedia:

vaksin Hepatitis B dan vaksin tifoid.


7

b. Penggolongan berdasarkan sensitivitas terhadap suhu

1) Vaksin sensitif beku (Freeze Sensitive = FS),

Golongan vaksin yang akan rusak terhadap suhu dingin

dibawahn 00C (beku ), seperti : Hepatitis B, DPT, DPT-HB, DT, TT.

2) Vaksin sensitif panas (Heat Sensitive = HS)

Golongan vaksin yang akan rusak terhadap paparan panas

yang berlebih, seperti: BCG,Polio, Campak (Depkes,2009).

B. Pengelolaan Vaksin Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI

Nomor 12 Tahun 2017

1. Perencanan

Perencanaan harus disusun secara berjenjang mulai dari

puskesmas, kabupaten/kota, provinsi dan pusat (bottom up). Perencanaan

merupakan kegiatan yang sangat penting sehingga harus dilakukan secara

benar oleh petugas yang profesional. Kekurangan dalam perencanaan

akan mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan program, tidak tercapainya

target kegiatan, serta hilangnya kepercayaan masyarakat. Sebaliknya

kelebihan dalam perencanaan akan mengakibatkan pemborosan keuangan

negara.

Perencanaan imunisasi wajib, meliputi:

1. Penentuan Sasaran

2. Perencanaan Kebutuhan Logistik

3. Perencanaan Pendanaan
8

2. Pengadaan Logistik, Distribusi dan Penyimpanan

a. Pengadaan Logistik

Pengadaan vaksin untuk imunisasi wajib dilakukan oleh

Pemerintah. Untuk mengatasi keadaan tertentu (Kejadian Luar Biasa,

bencana) pengadaan vaksin dapat dilakukan bekerja sama dengan mitra.

Pemerintah daerah kabupaten/kota bertanggung jawab terhadap pengadaan

Auto Disable Syringe, safety box, peralatan cold chain, emergency kit dan

dokumen pencatatan status imunisasi sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan keuangan daerah.

b. Pendistribusian

Pemerintah bertanggung jawab dalam pendistribusian logistik

sampai ketingkat provinsi. Pendistribusian selanjutnya merupakan

tanggung jawab pemerintah daerah secara berjenjang dengan mekanisme

diantar oleh level yang lebih atas atau diambil oleh level yang lebih

bawah, tergantung kebijakan masing-masing daerah. Seluruh proses

distribusi vaksin dari pusat sampai ke tingkat pelayanan, harus

mempertahankan kualitas vaksin tetap tinggi agar mampu memberikan

kekebalan yang optimal kepada sasaran.

c. Penyimpanan

Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai

didistribusikan ketingkat berikutnya (atau digunakan), vaksin harus selalu

disimpan pada suhu yang telah ditetapkan .Penyimpanan di puskesmas

semua vaksin disimpan pada suhu 2oC - 8 oC, pada lemari es. Khusus
9

vaksin Hepatitis B, pada bidan desa disimpan pada suhu ruangan,

terlindung dari sinar matahari langsung.

Tabel 2.2. Penyimpanan Vaksin


Provinsi Kab/kota Pkm/pustu BDD/UPK
Masa Simpan Vaksin
Vaksin
2 bulan 1 bulan 1 bulan 1 bulan
POLIO -15 s/d – 25 oC
DPT-HB
DT
TT Suhu
BCG 2 s/d 8 oC Ruangan
CAMPAK
Td
Hepatitis B
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi
Penyimpanan pelarut vaksin pada suhu 2oC s/d 8oC atau pada suhu
ruang terhindar dari sinar matahari langsung. Sehari sebelum digunakan,
pelarut disimpan pada suhu 2oC s/d 8 oC.
Beberapa ketentuan yang harus selalu diperhatikan dalam

pemakaian vaksin secara berurutan adalah paparan vaksin terhadap panas,

masa kadaluwarsa vaksin, waktu pendistribusian/penerimaan serta

ketentuan pemakaian sisa vaksin.

1) Keterpaparan vaksin terhadap panas

2) Masa kadaluarsa vaksin

3) Waktu penerimaan vaksin

Tabel 2.3. Masa Pemakaian Vaksin Sisa


Jenis Vaksin Masa Keterangan
Pemakaian
Polio 2 minggu Cantumkan tanggal
TT 4 minggu
10

DT 4 minggu pertama kali vaksin


Td 4 minggu digunakan
DPT-HB-Hib 4 minggu
BCG 3 jam Cantumkan waktu
Campak 6 jam vaksin dilarutkan
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi
4). Monitoring vaksin dan logistik (Rahmatiah, 2015)

Sarana penyimpanan

1) Kamar dingin dan kamar beku

2) Lemari es dan freezer

3) Alat pembawa vaksin

4) Pemeliharaan sarana Cold Chain

3. Tenaga Pengelola

Untuk terselenggaranya pelayanan imunisasi dan surveilans KIPI,

maka setiap jenjang administrasi dan unit pelayanan dari Tingkat Pusat

sampai Tingkat Puskesmas, harus memiliki jumlah dan jenis ketenagaan

yang sesuai dengan standar, yaitu memenuhi persyaratan kewenangan

profesi dan mendapatkan pelatihan kompetensi.

Jenis dan jumlah ketenagaan minimal yang harus tersedia di

Puskesmas adalah sebagai berikut :

a. Puskesmas Induk

1.) 1 orang koordinator imunisasi dan surveilans KIPI

2.) 1 atau lebih pelaksana imunisasi (vaksinator)


11

3.) 1 orang petugas pengelola vaksin

4. Penanganan Limbah Imunisasi

Pelayanan imunisasi harus dapat menjamin bahwa sasaran

memperoleh kekebalan spesifik terhadap penyakit tertentu serta tidak

terjadi penularan penyakit kepada petugas dan masyarakat sekitar dari

limbah yang dihasilkan oleh kegiatan imunisasi. Limbah imunisasi dibagi

menjadi 2 (dua), yaitu limbah infeksius dan non infeksius

a. Limbah Medis Infeksius

Limbah infeksius tajam Ada beberapa alternatif dalam

melakukan pengelolaan limbah infeksius tajam, yaitu dengan incinerator,

bak beton, alternatif pengelolaan jarum, alternatif pengelolaan syringe.

b. Limbah Infeksius Non Tajam

1) Pemusnahan limbah farmasi (sisa vaksin) dapat dilakukan dengan

mengeluarkan cairan vaksin dari dalam botol atau ampul,

kemudian cairan vaksin tersebut didesinfeksi terlebih dahulu dalam

killing tank (Tangki desinfeksi) untuk membunuh mikroorganisme

yang terlibat dalam produksi. Limbah yang telah didesinfeksi

dikirim atau dialirkan ke Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).

2) Sedangkan botol atau ampul yang telah kosong dikumpulkan ke

dalam tempat sampah berwarna kuning selanjutnya dibakar dalam

incinerator. Pengelolaan Limbah Non-Infeksius Limbah non

infeksius kegiatan imunisasi, seperti limbah kertas pembungkus

alat suntik dan kardus pembungkus vaksin dimasukkan ke dalam


12

kantong plastik berwarna hitam. Limbah tersebut dapat disalurkan

ke pemanfaat atau dapat langsung dibuang ke Tempat Pembuangan

Akhir (TPA).

5. Pemantauan dan Evaluasi

Salah satu fungsi penting dalam manajemen program adalah

pemantauan. Dengan pemantauan kita dapat menjaga agar masing-masing

kegiatan sejalan dengan ketentuan program. (Permenkes, 2017)

C. Imunisasi

1. Pengertian

Imunisasi adalah upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan

kekebalan tubuh seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga

Bila vaksin diberikan pada seseorang akan menimbulkan kekebalan

spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu (Kairul, 2016).

Imunisasi merupakan reaksi antara antigen dan antibodi, yang

dalam bidang ilmu imunologi merupakan kuman atau racun (toxin disebut

antigen). Secara khusus antigen merupakan bagian dari protein kuman atau

protein racunnya. Bila antigen untuk pertama kalinya masuk ke dalam

tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti

terhadap racun kuman yang disebut dengan antibodi.Imunisasi merupakan

usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan

vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah

terhadap penyakit tertentu (Yanti,2013)


13

Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh,

bukan dibuat oleh individu. Contohnya adalah kekebalan pada janin yang

diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian

suntikan imunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena

akan dimetabolisme oleh tubuh.

Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri

akibat terpapar pada antigen seperti pada imunisasi, atau terpapar secara

alamiah. Kekebalan aktif biasanya berlangsung lama karena adanya

memori. (Hasyim,2012).

2. Manfaat dan Tujuan

Imunisasi sangat penting untuk melindungi bayi terhadap

penyakit-penyakit menular, yang bahkan bisa membahayakan jiwa.

Imunisasi juga merupakan upaya untuk pemusanahan penyakit secara

sistematis. Imunisasi bertujuan agar zat kekebalan tubuh balita

terbentuk,sehingga resiko untuk mengalami penyakit yang bersangkutan

lebih kecil. dan diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga

dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi

kecacatan akibat penyakit tertentu.

3. Pengembangan program imunisasi di Indonesia

Di Indonesia menurut pasal 6 Permenkes RI nomor 42 tahun 2013

tentang penyelenggaraan imunisasi Imunisasi wajib terdiri atas imunisasi


14

rutin, Imunisasi tambahan dan imunisasi khusus. Imunisasi wajib diberikan

sesuai jadwal sebagaimana ditetapkan dalam Permenkes RI.

Terdapat program imunisasi yang disusun oleh pemerintah melalui

Departemen Kesehatan Program Pengembangan Imunisai (PPI-Depkes)

dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menyusun satgas

Imunisasi PP IDAI. Adapun Kelompok vaksin yang diwajibkan ini

disubsidi oleh pemerintah. Oleh karena itu, baik dari segi harga maupun

ketersediaanya, vaksin-vaksin tersebut mudah dijangkau oleh masyarakat

luas melalui puskesmas dan posyandu. Sedangkan, kelompok yang kedua

adalah vaksin-vaksin yang dianjurkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia

(IDAI). Jenis vaksin dalam kelompok ini, meskipun penting, belum

diwajibkan karena biayanya masih cukup mahal (Yanti,2013).

Pemberian vaksin yang salah dapat menambah jumlah pasien yang

menderita penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).

Kegagalan untuk mematuhi prosedur penyimpanan dan penanganan dapat

mengurangi potensi vaksin, sehingga menghasilkan respon imun yang

tidak kuat dan perlindungan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan

vaksin tidak tercapai secara optimal (Nadia,2014).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan imunisasi


15

Keberhasilan imunisasi tergantung pada beberapa faktor antara

lain: status imun, faktor genetik, serta kualitas dan kuantitas vaksin

(Hasyim,2012).

D. Profil Puskesmas TanruTedong

1. Definisi Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah unit pelayanan

kesehatan strata pertama yang bertugas menyelenggarakan upaya

kesehatan di satu wilayah tertentu. Upaya kesehatan yang diselenggarakan

tersebut meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu demi

terlaksananya pembanguan berwawasan kesehatan, puskesmas harus dapat

meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan dengan efektif dan efisien. Hal

itu tentunya tidak lepas dari berbagai kendala yang muncul dalam

memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat baik dari segi internal

maupun eksternal puskesmas. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah

pelayanan kesehatan yang mengutamakan kesehatan pelanggan. Untuk itu

Puskesmas harus dapat meningkatkan standar mutu pelayanan yang

berorientasi pada kepuasaan pelanggan.

2. Gambaran umum Organisasi

Puskesmas Tanru Tedong terletak di kelurahan Tanru Tedong

Kecmatan Dua Pitue dan merupakan salah satu dari 14 Puskesmas yang

ada di Kabupaten Sidenreng rappang yang mempunyai tugas sebagai unit

pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten Sidenreng Rappang untuk


16

meaksanakan tiga fungsi pokok Puskesmas yang meliputi Upaya

Kesehatan Masyarakat Esensial, Upaya Kesehatan Masyarakat

Pengembangan dan Upaya Kesehatan Perorangan.

Puskesmas Tanru Tedong memiliki jumlah karyawan sebanyak

118 orang yatu Pegawai negeri sipil sebanyak 49 orang dari Kepala

Puskesmas 1 orang, Kepala Tata Usaha 1 orang, Dokter Umum 1 orang,

Dokter gigi 1 orang, Perawat 12 orang, Bidan 7 orang, Kefarmasian 3

orang, Adminikes 3 orang, Tenaga Gizi 3 orang, Perawat gigi 1 orang,

Mikrobiologi Kesehatan 2 orang, Penyuluhan Kesehatan 2 orang,

Administrasi 4 orang, Kesehatan Kerja 1 orang, CPNSD 4 orang, urusan

umum 1 orang. Pegawai Tidak Tetap (PTT) sebnanyak 9 orang yang

semuanya merupakan Diploma III Kebidanan dan Tenaga

Honorer/Sukarela sebanyak 60 orang yang terdiri dari : Dokter 1 orang,

Administrasi 1 orang, Bidan 33 orang, Perawat 21 orang, farmasi 1 orang

dan Gizi 2 orang.

3. Pelayanan Puskesmas Tanru Tedong

Pelayanan yang diberikan Puskesmas Tanru Tedong yakni :

a. Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial (Pelayanan promosi kesehatan,

Pelayanan kesehatan lingkungan, Pelayanan KIA/KB, Pelayanan Gizi,

Pelayanan penceghan dan pengendalian penyakit)

b. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan (Pelayanan kesehatan

jiwa, Pelayanan UKS/UKGS, Pelayanan kesehatan tradisional


17

komplementer, Pelayanan kesehatan olahraga, Pelayanan kesehatan

indra, Pelayanan lansia, Pelayanan kesehatan kerja)

c. Upaya Kesehatan Perorngan (Pelayanan pemeriksaan umum,

Pelayanan kesehatan gigi & mulut, Pelayan KIA/KB, Pelayanan gawat

darurat, Pelayanan gizi, Pelayanan Kesehatan lingkungan, Pelayanan

persalinan, Pelayanan rawat inap, Pelayanan kefarmasian, Pelayanan

Laboratorium).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

mengetahui sistem penanganan vaksin di Puskesmas Tanru Tedong

Kecamatan Duapitue Kabupaten Sidrap.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Tanru Tedong Kecamatan

Duapitue Kabupaten Sidenreng Rappang pada bulan Mei-Juni 2019.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah beberapa petugas yang menangani vaksin di

Puskesmas Tanru Tedong Kecamatan Duapitue Kabupaten Sidrap.

2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah petugas yang menangani vaksin,tempat

penyimpanan vaksin, serta keadaan vaksin di Puskesmas Tanru Tedong

Kecamatan Duapitue Kabupaten Sidrap.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung keadaan

pengelolaan dan penanganan vaksin di Puskesmas Tanru Tedong

Kecamatan Duapitue Kabupaten Sidenreng Rappang.

18
19

2. Wawancara

Melakukan wawancara kepada petugas kesehatan yang menangani vaksin,

berkaitan dengan pengelolaan dan penanganan vaksin di Puskesmas Tanru

Tedong Kecamatan Duapitue Kabupaten Sidrap.

3. Checklist

Melakukan checklist pada tabel panduan dengan membandingkan

pengelolaan dan penanganan vaksin di Puskesmas Tanru Tedong

Kecamatan Duapitue Kabupaten Sidrap dengan standar penyimpanan

pengelolaan vaksin oleh Kemenkes RI.

E. Teknik Pengolahan Data

Data yang dip eroleh dari hasil checklist pengelolaan dan penanganan

vaksin ditabulasi,dipresentasikan dan dikategorikan.

Kesesuaian sistem pengelolaan dan penanganan vaksin ditentukan

dengan menghitung presentase kesesuaiannya dengan sistem pengelolaan

vaksin menurut Permenkes nomor 12 tahun 2017.

Skor sesuai : jumlah poin x 1 ( skor jawaban yang sesuai )

Skor tidak sesuai : jumlah poin x 0 ( skor jawaban yang tidak sesua )

Jawaban yang diperoleh berdasarkan presentase skor dibagi dalam

dua kategori, yaitu :

a). Sesuai bila total skor ≥ 8

b). Tidak sesuai bila total skor < 8


20

F. Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri atas variabel terikat dan variabel bebas.

Sebagai variabel terikat adalah kualitas pengelolaan vaksin, sedangkan

variabel bebasnya meliputi :

1. Kondisi luar lemari es.

2. Vaksin tidak ada yang kadaluarsa

3. Suhu lemari es (ketersediaan thermometer)

4. Ketersediaan pedoman pengelolaan vaksin

5. Cara menyimpan vaksin

6. Cara membawa vaksin

7. Ketersediaan catatan suhu

8. Cara memantau suhu vaksin

9. Suhu vaksin tetap terjaga saat pendistribusian

10. Adanya pencatatan dan pelaporan

G. Defenisi Operasional

Untuk menyamakan pemahaman terhadap variabel penelitian, perlu

ditetapkan definisi operasional masing-masing variabel penelitian. Definisi

operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel terikat

Kualitas pengelolaan vaksin adalah penilaian terhadap pengelolaan vaksin

berdasarkan kualitas vaksin saat dilakukan penilaian.


21

2. Variabel bebas

Variabel bebas terdiri atas 10 variabel, defenisi operasional masing-masing

variabel dan cara pengukurannya.

Tabel berikut : Defenisi operasional, cara pengukuran dan skor


penilaian variabel penelitian menurut Permenkes N0. 12 Tahun 2017
Defenisi Cara pengukuran dan skor 22
NO Variabel operasional penilaian
Pengamatan/observasi
1 Fungsi lemari
es - sesuai (skor 1)
Khusus vaksin
- tidak sesuai (skor 0)
Vaksin yang Wawancara, Pengamatan
2 Vaksin tidak tersedia di -Jika tidak ada yang kadaluarsa
kadaluarsa puskesmas tidak (skor 1)
ada yang - Jika ada yang kadaluarsa
kadaluarsa (skor 0)
Suhu lemari es Pengamatan/observasi:
3 Suhu lemari es yang ditunjukkan - 2-8 oC (skor 1)
oleh thermometer - bukan 2-8 oC (skor 0)
Kondisi luar Kondisi lemari es Pengamatan
4 lemari es bagus (tidak ada -Jika lemari es tidak berkarat(skor
karatan) 1)
- Jika lemari es berkarat
(skor 0)
Cara Susunan vaksin Wawancara, pengamatan
5 Penyimpanan dalam - benar, jika : vaksin heat sensitif
vaksin lemari es diletakkan di rak bawah dan
vaksin freeze sensitive diletakan
di rak atas; (skor 1)
- salah, jika tidak sesuai dengan
ketentuan (skor 0)
Cara Tempat dan Wawancara
6 membawa perlengkapan - benar, jika vaksin diletakkan
Vaksin saat membawa dalam termos/vaccine carier
vaksin yang berisi cool pack dan
dari puskesmas ke thermometer (skor 1)
posyandu. - salah, jika tidak sesuai dengan
pernyataan (skor 0)
7 Cara Kegiatan Wawancara, Pengamatan
pemantauan untukmemantau -ada (skor 1 )
Suhu suhu vaksin - tidak ada (skor 0)

8 Pedoman Ada tidaknya Wawancara, Pengamatan


pengelolaan pedoman - ada (skor 1)
vaksin pengelolaan - tidak ada (skor 0)
vaksin,
9 Pencatatan dan Adanya Wawancara, pengamatan
pelaporan pencatatan dan - benar, jika suhu dipantau secara
pelaporan semua rutin sehari 2x , dan pencataan
kegiatan yang setiap kondisi, perawatan,
berkaitan dengan pembersihan, dan perbaikan
pengelolaan dan peralatan. (skor 1)
penanganan - salah, jika tidak dilakukan
vaksin. pemantauan suhu secara rutin
(skor 0)
10 Pemantauan & Adanya kegiatan Wawancara
evaluasi pemantauan dan -jika dilakukan evaluasi (skor 1)
evaluasi yang -jika tidak dilakukan evaluasi
dilakukan setelah (skor 0)
pelayanan
imunisasi
23
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Tanru Tedong

Kec. Duapitue Kab. Sidenreng Rappang pada bulan Mei-Juni 2019 mengenai

Evaluasi Pengelolaan dan Penanganan Vaksin dengan metode wawancara yang

dilakukan dengan petugas yang menangani vaksin, dengan kuisioner yang

ditawarkan berdesarkan Permenkes No.12 Tahun 2017 tentang Pengelolaan dan

Penanganan vaksin di Puskesmas yang meliputi perencanaan, pengadaan,

penyimpanan, pendistribusian, penggunaan, pencatatan dan pelaporan serta

monitoring dan evaluasi.

Tabel 4.1 Hasil penelitian di Puskesmas Tanru Tedong mengacu pada Permenkes
No. 12 Tahun 2017.
Observasi Hasil
Perencanaan Perencanaan dalam melakukan penyelenggaraa

pelayanan imunisasi, pihak Puskesmas terlebih dahulu

melakukan pendataan sasaran imunisasi yang

dilakukan diawal tahun untuk mendata jumlah bayi

yang akan di imunisasi. Pendataan juga dilakukan di

setiap sekolah dalam setiap desa diawal tahun ajaran

baru untuk memperoleh jumlah siswa sasaran

imunisasi yang pasti untuk perencanaaan kebutuhan

logistik dan sarana kebutuhan Bulan Imunisasi Anak

Sekolah (BIAS)
Pengadaan Dalam hal Pengadaan, pengambilan vaksin di gudang

23
24

Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sidenreng

Rappang dilakukan setelah mendapat persetujuan dari

penanggung jawab vaksin yang diketahui oleh Kepala

Puskesmas sesuai dengan ssasaran imunisasi yang

telah didata sebelumnya.


Penyimpanan Penyimpanan vaksin yang dilakukan di Puskesmas

Tanru Tedong disimpan dalam lemari pendingin

khusus vaksin dengan suhu 2o-8oC


Pendistribusian Dalam pendistribusian vaksin ke unit-unit terkecil

seperti Posyandu, Vaksin yang akan didistribusikan

disimpan di dalam cold box yang di dalamnya telah

dilengkapi coll pack dan thermometer yang bertujuan

untuk memudahkan petugas dalam mengontrol suhu

agar tetap terjaga.


Penggunaan Sebelum menggunakan vaksin pihak Puskesmas

melakukan pengecekan terlebih dahulu terhadap

vaksin yang akan digunakan. Vaksin yang dipakai

haruslah poten dan aman. Petugas yang melakukan

pelayanan imunisasi adalah petugas yang terlatih dan

memiliki pengetahuan tentang vaksin.


Pencatatan dan Puskesmas Tanru Tedong memiliki Dokumentasi atau
Pelaporan
pencatatan mengenai cakupan imunisasi, stok dan

pemakaian vaksin, monitoring suhu serta kasus KIPI

atau diduga KIPI. Hasil dokumentasi atau pencatataan

tersebut kemudian dilaporkan kepada Pemerintah


25

Pusat melalui Dinas Kesehatan Tingkat

Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Tingkat

Provinsi.
Monitiring & Evaluasi Setelah melakukan imunisasi petugas Puskesmas

Tanru Tedong melakukan pemantauan terhadap

sasaran imunisasi di wilayah cakupan serta dilakukan

supervisi suportif untuk memantau hasl pelaksanaan

program imunisasi.
Sumber : Data Primier, 2019

Berdasarkan Permenkes No. 12 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan

imunisasi, maka kesesuaian pengelolaan dan penanganan vaksin menunjukkan

bahwa Puskesmas Tanru Tedong Kabupaten Sidenreng Rappang dalam kategori

yang sesuai dengan Permenkes RI No. 12 Tahun 2017. Hasil yang diperoleh dari

10 indikator tersebut adalah ada 1 indikator yang tidak sesuai dengan Pedoman

Permenkes yakni poin 7 tentang penyimpanan vaksin. Di Puskesmas Tanru

Tedong vaksin yang ada tidak disusun berdasarkan sensitifitasnya terhadap suhu.

Hal ini diakibatkan karena kuranngnya jumlah petugas yang menagani vaksin.

Penyimpanan vaksin yang tidak sesuai dengan sensitifitasnya dapat menyebabkan

kerusakan terhadap vaksin dan tidak dapat digunakan lagi.

B. Pembahasan

Telah dilakukan penelitian di Puskesmas Tanru Tedong Kabupaten Sidenreng

Rappang selama bulan Mei-Juni 2019. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan

terhadap pengelolaan dan penanganan vaksin di Puskesmas Tanru Tedong


26

Kabupaten Sidenreng Rappang menunjukkan bahwa pengelolaan dan penanganan

vaksin belum sepenuhnya sesuai dengan pengelolaan dan penyimpanan yang baik

dan benar menurut Permenkes No.12 Tahun 2017. Terbukti hasil persentase yang

didapatkan sebesar 90%. Berikut adalah penjelasan secara detail mengenai

pengelolaan dan penanganan vaksin berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan :

a. Perencanaan

Sebelum melakukan penyelenggaraan imunisasi, hendaklah dilakukan

Perencanaan agar program imunisasi berjalan sebagaimana mestinya. Di

Puskesmas Tanru Tedong sendiri sebelum dilakukan penyelenggaraan pelayanan

imunisasi petugas Puskesmas terlebih dahulu melakukan pendataan sasaran

imunisasi yang dilakukan diawal tahun untuk mendata jumlah bayi yang akan di

imunisasi. Pendataan juga dilakukan di setiap sekolah dalam setiap desa diawal

tahun ajaran baru untuk memperoleh jumlah siswa sasaran imunisasi yang pasti

untuk perencanaaan kebutuhan logistik dan sarana kebutuhan Bulan Imunisasi

Anak Sekolah (BIAS). Penentuan target cakupan sasaran imunisasi merupakan

bagian yang penting dari perencanaan karena target dipakai sebagai salah satu

tolak ukur dalam pelaksanaan, pemantauan maupun evaluasi. Untuk mengurangi

faktor subjektifitas diperlukan analisa situasi yang cermat.

Dalam perencanaan hal yang juga harus diperhatikan adalah sistem rantai

dingin vaksin atau Cold Chain. Sarana Cold Chain dibuat secara khusus untuk

menjaga potensi vaksin agar khasiat vaksin tetap terjaga demi menghindari
27

kerusakan vaksin yang memungkinkan dapat terjadi sehingga menimbulkan

dampak yang berbahaya bagi sasaran imunisasi atau pengguna vaksin.

Dalam Permenkes No. 12 Tahun 2017 Pasal 13 ayat 3 disebutkan

“Perencanaan peyelenggaraan Imunisasi Program oleh Pemerintah Daerah

meliputi operasional penyelengaraan pelayanan, pemeliharaan peralatan Cold

Chain, penyediaan alat pendukung Cold Chain dan Dokumen Pencatatan

Pelayanan Imunisasi”. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas

Tanru Tedong Kecamatan Dua Piue Kabupaten Sidenreng Rappang menunjukkan

bahwa proses Perencanaan yang dilakukan oleh Puskesmas Tanru Tedong telah

sesuai dengan Permenkes No. 12 Tahun 2017.

b. Pengadaan

Setelah melakukan pendataan mengenai jumlah sasaran imunisasi, petugas

yang bertanggung jawab menangani vaksin di Puskesmas Tanru Tedong

mengirimkan rencana kebutuhan logistik imunisasi salah satunya vaksin ke Dinas

Kesehatan Kabupaten Sidenreng Rappang. Dinas Kesehatan Kabupaten Sidenreng

Rappang melakukan kompilasi lalu ditambah dengan kebutuhan dari RSU, RS

Swasta, Puskesmas dan beberapa fasilitas pelayanan kesehatan yang lain. Setelah

terkompilasi, Dinas Kesehatan Kabupaten Sidenreng Rappang mengirimkan

rencana kebutuhan vaksin ke Dinas Kesehatan tingkat provinsi. Dinas Kesehatan

Provinsi juga melakukan kompilasi kebutuhan vaksin kab/kota yang ada di

wilayah Sulawesi Selatan. Selanjutnya angka kebutuhan vaksin per

Kabupaten/kota dikirim oleh Dinas Kesehatan Provinsi ke pusat untuk dikakukan

proses pengadaan.
28

Setelah vaksin tersedia di Dinas Kesehatan Kabupaten Sidenreng

Rappang, petugas yang menangani vaksin melakukan pengambilan di Gudang

Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sidenreng Rappang setelah mendapat

persetujuan dari penanggung jawab imunisasi yang telah diketahui oleh Kepala

Puskesmas Tanru Tedong. Petugas yang bertugas untuk mengambil vaksin

melakukan pemeriksaan terhadap kondisi vaksin yang diterima sebelum dilakukan

penyimpanan dan disesuaikan dengan daftar permintaan vaksin.

Dalam Permenkes No. 12 Tahun 2017 Pasal 16 ayat 1 disebutkan

“Pemerintah Pusat bertanggung jawab terhadap penyediaan dan pendistribusian

logistik imunisasi berupa vaksin, ADS, Safety Box, dan peralatan Cold Chain

yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan Imunisasi Program”. Dari hasil

penelitian yang dilakukan di Puskesmas Tanru Tedong Kecamatan Dua Pitue

Kabupaten Sidenreng Rappang berdasarkan hasil wawancara terhadap petugas

yang menangani vaksin menunjukkan bahwa proses pengadaan yang dilakukan

oleh Puskesmas Tanru Tedong telah sesuai dengan Permenkes No. 12 Tahun

2017.

c. Penyimpanan

Cara penyimpanan untuk vaksin sangat penting karena menyangkut potensi

dan daya antigennya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi vaksin diantaranya

adalah suhu, sinar matahari, dan kelembaban. Untuk menjaga kualitas vaksin

maka vaksin harus selalu disimpan pada suhu yang telah ditetapkan yaitu 2o-8oC

pada lemari es khusus penyimpanan vaksin.


29

Setelah dilakukan penelitian di Puskesmas Tanru Tedong berdasarkan

hasil penelitian lemari es yang digunakan hanya berisi vaksin, selain itu juga tidak

ditemukan adanya vaksin yang rusak atau kadaluarsa. Suhu lemari es khusus

penyimpanan vaksin juga menunjukkan suhu 3oC maka dari itu suhu lemari es

yang digunakan untuk menyimpana vaksin di Puskesmas Tanru Tedong telah

sesuai dengan suhu yang telah ditetapkan oleh undang-undang. Lemari es tempat

penyimpanan vaksin telah dilengkapi dengan thermometer dalam dan luar,

thermometer ini berfungsi untuk memudahkan petugas yang menagani vaksin

dalam mengontrol suhu.

Berdasarkan hasil pengamatan penyimpanan vaksin pada lemari es belum

sesuai dengan pedoman pengelolaan vaksin oleh Kemenkes RI. Hal ini

disebabkan karena kurangnya jumlah petugas yang khusus menangani vaksin.

Menurut peraturan perundang-undangan vaksin harus disimpan berdasarkan

penggolongan sensitifitasnya terhadap suhu, dimana peletakan vaksin untuk

vaksin heat sensitive diletakkan di rak bawah tepat di atas cool pack berada,

karena golongan vaksin ini akan rusak jika terkena paparan panas yang berlebih,

contoh vaksin yang termasuk dalam golongan heat sensitivediantaranya vaksin

BCG, polio dan campak. Sedangkan untuk vaksin frezee sensitive diletakkan di

rak paling atas pada lemari es penyimpanan vaksin, karena golongan vaksin ini

akan rusak jika terkena suhu dingin di bawah 0 oC, contoh vaksin golongan ini

diantaranya vaksin Hepatitis B, DPT-Hb-Hib. Hal ini dilakukan agar kualitas

vaksin tetap terjaha dan tidak terjadi kerusakan vaksin akibat suhu.
30

Dalam Permenkes No. 12 Tahun 2017 Pasal 23 ayat 1 dan 2 disebutkan

“(1) untuk menjaga kualitas, vaksin harus disimpan pada tempat dengan kendali

suhu tertentu. (2) Tempat menyimpan vaksin hanya diperuntukkan khusus

menyimpan vaksin saja”. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di

Puskesmas Tanru Tedong Kecamatan Dua Pitue Kabupaten Sidenreng Rappang

dari hasil wawancara dan obseravasi langsung maka sistem penyimpanan vaksin

di Puskesmas Tanru Tedong belum sepenuhnya sesuai dengan Permenkes No. 12

Tahun 2017.

d. Pendistribusian

Dari gudang farmasi provinsi vaksin diambil oleh petugas kabupaten/kota

dan dari gudang farmasi kabupaten/kota vaksin lalu diambil oleh petugas

Puskesmas, dengan demikian untuk tingkat kabupaten/kota dan Puskesmas

diperlukan biaya pengambilan vaksin. Frekuensi pengambilan vaksin juga

bervariasi antar kabupaten/kota dan Puskesmas, tergantung pada kapasitas tempat

penyimpanan vaksin, biaya transportasi serta volume kegiatan.

Pendistribusian vaksin di PuskesmasTanru Tedong dilakukan oleh petugas

penanggung jawab vaksin itu sendiri berdasarkan permintaan di setiap unit-unit

kecil pelayanan kesehatan seperti posyandu dan sekolah. Vaksin yang akan di

distribusikan tersebut dimasukkan ke dalam vaccine carier atau cold box yang di

dalamnya telah dilengkapi dengan beberapa cool pack dan thermometer. Cool

pack tersebut bertujuan agar kondisi vaksin tetap dalam kondisi dingin sesuai

dengan temperatur suhu semestinya, sedangkan thermometer bertujuan agar

petugas dapat lebih mudah untuk mengontrol suhu vaksin yang ada di dalam cold
31

box. Hal yang juga harus dibawa ketika mendistribusikan vaksin ke Posyandu

adalah ADS (Auto Disable Syringe), Safety Box serta Peralatan Anafilaktik. Auto

Disable Syringe (ADS) adalah alat suntik sekali pakai untuk pelaksanaan

pelayanan imunisasi. Safety Box adalah sebuah tempat yang berfungsi untuk

menampung sementara limbah bekas ADS yang telah digunakan dan pemakaian

harus memenuhi persyaratan khusus. Adapun peralatan anafilaktik adalah alat

kesehatan dan obat yang digunakan untuk penanganan syok anafilaktik.

Berdassarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan wawancara terhadap

petugas yang menangani vaksin menyebutkan bahwa di Puskesmas Tanru Tedong

petugas yang bertanggung jawab untuk menangani vaksin hanya 2 orang dan itu

tidak seimbang dengan jumlah Posyandu dan sekolah tempat imunisasi

berlangsung. Selain itu yang menjadi kendala dalam pendistribusain vaksin

tersebut adalah jumlah kendaraan yang disediakan oleh piha Puskesmas Tanru

Tedong yang terbatas dan kurang memadai serta jarak ke unit-unit pelayanan

kesehatan seperti Posyandu cukup jauh, hal trsebut dikhawatirkan akan

berdampak pada kualitas vaksin yang didistribusikan.

e. Penggunaan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Tanru Tedong

Kecamatan Dua Pitue Kabupaten Sidenreng Rappang berupa observasi langsung

dan wawancara yang dilakukan dengan petugas yang menangani vaksin

menjelaskan bahwa vaksin yang didistribusikan dari Puskesmas Tanru Tedong ke

unit pelayan kesehatan seperti posyandu sebelum digunakan dilakukan


32

pemeriksaan kembali oleh petugas yang bertanggung jawab menangani vaksin,

hal ini bertujuan agar vaksin yang akan digunakan tidak mengalami kerusakan.

Proses pemberian imunisasi dilakukan oleh Petugas dari Puskesmas Tanru

Tedong itu sendiri. Berdasarkan Permenkes No. 12 Tahun 201 tentang

Penyelenggaraan Imunisasi Pasal 30 disebutkan “Pelayanan Imunisasi Program

dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan”.

Vaksin yang dipakai dalam penyelenggaraan imunisasi haruslah vaksin

yang poten dan aman serta sesuai dengan khasiatnya. Sisa vaksin yang sudah

dibawa ke lapangan namun belum dibuka harus segera dipakai pada pelayanan

berikutnya sedangkan yang sudah dibuka harus dibuang. ADS yang telah

digunakan untuk menyuntik segera dimasukkan ke dalam safety box.

f. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan dalam manajemen program imunisasi memegang

peranan penting dan sangat menentukan. Selain menunjang pelayanan imunisasi

juga menjadi dassar untuk membuat perencanaan maupun evaluasi. Menurut

Permenkes No. 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi Pasal 45 ayat

2 mengatakan “Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan disetiap fasilitas

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan imunisasi meliputi cakupan

imunisasi, stok dan pemakaian vaksin, ADS, Safety Box, monitoring suhu, kondisi

peralatan Cold Chain dan kasus KIPI atau diduga KIPI”.

Di Puskesmas Tanru Tedong sendiri telah dilakukan pencatatan cakupan

imunisasi. Setelah melakukan program imunisasi pihak yang bertanggung jawab


33

mencatat semua hasil kegiatan imunisasi baik di Posyandu ataupun di sekolah.

Pencatatan stok dan pemakaian vaksin juga dilakukan, petugas puskesmas yang

bertanggung jawab enangani vaksin melakukan pencatatan berupa keluar

masuknya vaksin yang terperinci menurut jumlah nomor batch dan tanggal

kadaluarsa hjuga harus dicatat dalam kartu stok. Sisa atau stok vaksin harus selalu

dihitung pada setiap kali penerimaan dan pengeluaran vaksin. Pencatatan suhu

lemari es juga dilakukan setiap dua kali dalam sehari yaitu pagi ketika datang dan

sore sebelum pulang, hal ini dilakukan agar mutu dankualitas vaksin tetap terjaga.

Selain pencatatan stok vaksin pencatatan logistik Imunisasi lainnya juga

diperlukan, untuk sarana Cold Chain seperti lemari es, mini freezer, vaccine

careier, dan container harus dilakukan pencatatan nomor seri dalam kolom

keterangan di dalam buku. Sedangkan untuk peralatan habis pakai seperti ADS

dan Safety Box cukup dicatat jumlah dan jenisnya.

Setelah dilakukan pencatatan langkah selanjutnya yang dilakukan adalah

membuat laporan berdasarkan apa yang dicatat sebelumnya baik itu cakupan

imunisasi ataupun stok dan pemakaian vaksin. Pelaporan ini dilakukan setiap satu

kali dalam sebulan. Hasil laporan yang telah dibuat oleh Puskesmas Tanru Tedong

diserahkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sidrap lalu diserahkan lagi ke Dinas

Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dan terakhir diserahkan ke Tingkat Pusat.

g. Monitoring dan Evaluasi


34

Menurut Permenkes No. 12 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan vaksin

Pasal 35 ayat 1 menyebutkan “Pemerintah pusat, Pemerinta Daerah Provinsi dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib melaksanakan pemantauan dan

evaluasi penyelenggaraan imunisasi program secara berkala, berkesinambungan

dan berjenjang”.

Salah satu fungsi penting dalam manajemen pogram adalah pemantauan.

Dengan pemantauan kita dapat menjaga agar masing-masing kegiatan sejalan

dengan ketentuan program. Setelah melakukan program imunisasi pihak

puskesmas Tanru Tedong melakukan pemantauan wilayah setempat terhadap

sasaran imunisasi kegiatan pemantauan ini memanfaatkan data yang ada dari

laporan cakupan imunisasi, kegiatan pemantauan wilayah setempat ini dilakukan

setiap bulansecara teratur dan tepat waktu. Kegiatan pemantauan ini dilakukan

untuk memantau kualitas, hasil serta menilai respon antibodi saaran imunisasi

setelah dilakukannya program pelayanan imunisasi.

Adapaun kegiatan Evaluasi bertujuan untuk mengatahui hasil ataupun

proses kegiatan bila dibandingkan dengan target atau yang diharapkan. Kegiatan

evaluasi ini dilakukan secara berkala. Dari angka-angka yang dikumpulkan oleh

pihak Puskesmas Tanru Tedong selain dilaporkan juga perlu dianalisa seperti

analisa stok vaksin, indeks pemakaian vaksin, suhu lemari es serta cakupan per

tahun.

Hasil observasi perlengkapan di Puskesmas Tanru Tedong telah dilengkapi

generator (jika terjadi pemadaman listrik) yang berguna untuk mencegah


35

kelembaban dan pemanasan yang akan menyebabkan penyimpangan kurang

efektif dan akan mencagah kerusakan vaksin akibat suhu yang tidak sesuai.

Puskesma Tanru Tedong Kabuupaten juga telah dilengkapi dengan peralatan

penunjang alat pemadam api sederhana yang tersedia dalam ruangan tempat

penyimpanan vaksin untuk menanggulangi hal-hal yang tidak diinginkan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian kesesuaian pengelolaan dan penangaan vaksin

yang baik dan benar maka disimpulkan bahwa pengelolaan dan penanganan

vaksin di Puskesmas Tanru Tedong Kecamatan Dua Pitue Kabupaten Sidenreng

Rappang termasuk dalam kategori sesuai dengan skor 90%. Namun masih tetap

terdapat kekurangan diantaranya :

1. Kurangnya Petugas Puskesmas yang khusus menangani vaksin.

2. Penyusunan vaksin dalam lemari es yang belum sesuai dengan

sensitivitas suhunya. (Head sensitive dan Frezee Sensitive)

B. Saran

Setelah memperhatikan kesimpulan di atas dimana pengelolaaan dan

penanganan vaksin belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan pengelolaan dan

penyimpanan yang baik dan benar sehingga perlu dipertahankan serta terus

ditingkatkan. Dan disarankan untuk :

1. Perlu adanya penambahan petugas kesehatan khusus menangani vaksin

2. Perlu adanya penambahan jumlah transportasi yang disediakan oleh

pihak Puskesmas yang digunakan untuk melakukan proses

pendistribusian.

3. Perlu adanya ketekunan serta kedisiplinan yang keras yang ditanamkan

oleh petugas yang menangani vaksin.

36
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, 2009, Pedoman Pengelolaan Vaksin, Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan,
Jakarta. http://Pedoman.pengeloaan.vaksin.ac.id.pdf, diakses diakses 10
Februari 2019

Hasyim, 2012. Studi Kualitas Penanganan Vaksin Di Beberapa Puskesmas Kota


Makassar. KTI.Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Farmasi.

Kairul,dkk..2013. Gambaran Pengelolaan Ranta Dingin Vaksin Program


Imunisasi Dasar.Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-journal) Volume 4
nomor 4, oktober 2016 (ISSN:2356-3346).Semarang,
http://ejournal3.undip.ac.id/Gambaran.pengelolaan.
rantai.dingin.vaksin.index.php/jkm.pdf,diakses 12 Februari 2019

Mega. 2013 . Imunisasi Untuk Anak. Yogyakarta : Nuha Medika

Nadia, dkk. 2014. Hubungan Karakteristik dan Tingkat Pengetahuan Petugas


Imunisasi Terhadap Praktik Penyimpanan dan Transportasi Vaksin
Imunisasi di Tingkat Puskesmas Kota Padang Tahun 2014 .Padang,
http://jurnal.fk.unand.ac.id,diakses 10 Februari 2019

Puskesmas Tanru Tedong.. Pedoman Mutu Puskesmas Tanru Tedong. 2015.


Sidrap. Puskesmas Tanru Tedong.

Peratutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1059/Menkes/SK/IX/2004 TentangPedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
Jakarta Depkes.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang


PenyelenggaraanImunisasi.Jakarta.Depkes.

Ponidjan, Tati S. 2012. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Status


Imunisasi Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Kecamatan
Malayayang, Volume I No. 1 Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Manado.

37
38

Rahmatiah, 2015. Pengaruh Vaksinasi Terhadap Kekebalan Tubuh Bayi.


Artikel ebuletin LPMP Sulsel. ISSN 2355‐
3189.http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?
option=com_content&view=article&id=343:pengaruh‐ vaksinasi‐
terhadap‐kekebalan‐tubuhbayi&catid=42:ebuletin&Itemid=215 

Rinansita, 2017. Menjamin Kualitas Vaksin Dengan Manajemen Rantai


Dingin.Jurnal.Yogyakarta,http://jurnal.poltekkapp.ac.id/menjamin.kualit
as.vaksin.dengan.manajemen.rantai.dingin./JMIL/article/download/7/6.p
df., diakses 12 Februari 2019.

World Health Organization,1998, Thermostability of Vaccines.Book.


www.clinisense.com/WHO_vaccine_stability_1998.pdf,diakses 12
Februari 2019

Yanti, 2013. Faktor-Faktor Internal Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan


Imunisasi Dasar Balita Usia 1-5tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Situ
Gintung Ciputat Tahun 2013.Skripsi.Universitas Islam Negti Syarif
Hidayatullah.Jakarta.Http://lib.unair.ac.id..Faktorfaktor.internal.yang.ber
hubungan.dengan.kelengkapan.imunisasi.dasar.balita.pdf,diakses 12
Februari 2019
LAMPIRAN

Lampiran 1

SKEMA KERJA

SuratPengantardariKampus Politekkes Makassar


Jurusan Farmasi
DinasKesehatanKabupaten Sidenreng Rappang

KepalaPuskesmas Tanru Tedong Kecamatan Dua


Pitue Kabupaten Sidenreng Rappang
PetugasKesehatanPenanggungJawabVaksin

Pengumpulan Data : Observasilangsung

Pengolahan Data

Kesimpulan

39
40

Lampiran 2

HASIL CHECK LIST

Chek list
No Pengamatan Skor
Ya Tidak
1 Lemari es yang digunakan khusus 1

untuk menyimpan vaksin
2 Vaksin yang tersedia tidak ada yang 1

kadaluarsa
3 Suhu lemari es 2o-8oC  1
4 Susunan vaksin heat sensitive
diletakkan di rak bawah dan vaksin  0
freeze sensitive diletakkan di rak atas
5 Selama proses pendistribusian vaksin
diletakkan dalam vaccine carier atau
 1
cold box yang berisi coll pack dan
thermometer
6 Dilakukan pemantauan suhu secara
rutin dua kali sehari yaitu pagi saat  1
datang dan sore sebelum pulang
7 Adanya kartu monitoring suhu  1
8 Adanya pedoman pengelolaan vaksin  1
9 Adanya pencatatan dan pelaporan
semua kegiatan berkaitan dengan  1
pengelolaan dan penanganan vaksin
10 Adanya evaluasi yang dilakukan
 1
setelah dilakukannya imunisasi
Jumlah 9 1 9
Persentase 90%

Lampiran 3

PERSURATAN
41
42
43

Lampiran 3

DOKUMENTASI

Kondisi Bagian
Dalam tempat
penyimpanan vaksin
44

Cold Box/ Vaccine


Carier

Safety Box

Buku Monitoring suhu


45

Pemantauan kondisi tempat


penyimpanan vaksin

Anda mungkin juga menyukai