Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

GALAKSI DAN ALAM SEMESTA MELIPUTI SEJARAH KOSMOLOGI, QUASAR,


KOSMIK DAN MATERI ANTAR BINTANG

Alam semesta merupakan keseluruhan tempat yang ada selama kita hidup baik yang
dapat terlihat dengan mata telanjang maupun yang memerlukan alat bantu lihat, atau bahkan
yang tidak akan pernah kita lihat sekalipun. Dari benda-benda yang sering kita lihat tersebut,
seringkali kita kelompok-kelompokkan sesuai dengan ciri-ciri yang dimilikinya. Yang paling
mudah misalnya benda-benda tersebut kita kelompokkan sesuai dengan sifatnya, seperti
tanaman, hewan, zat cair, padat, dan gas. Berbicara tentang alam semesta, tentu saja di dalam
benak kita sebagai manusia biasa timbul sebuah pertanyaan bagaimanakah alam semesta
yang begitu besar dan luas tak bertepi ini berawal, kemana ia menuju bagaimana hukum yang
menjaga tatanan dan keseimbangannya bekerja. Alam semesta itu ada seperti yang kita
ketahui sekarang ini bukanlah tanpa suatu proses, akan tetapi alam semesta ini ada karena
tercipta dan melalui proses yang begitu panjang. Berikut kami akan membahas mengenai
galaksi dan alam semesta yang meliputi sejarah kosmologi, Quasar, kosmik dan materi antar
bintang.
BAB II
ISI

1. KOSMOLOGI
Istilah kosmologi berasal dari bahasa Yunani kosmos yang dipakai oleh Pythagoras
(580-500 SM) untuk melukiskan keteraturan dan harmoni pergerakan benda-benda langit.
Istilah ini dipakai lagi dalam pembagian filsafat Christian Wolff (1679-1754). Kosmologi
adalah Ilmu Alam Semesta adalah ilmu pengetahuan tentang kosmos (cosmos) atau universe.
Istilah universe ditujukan kepada segenap pangada atau segenap yang ada, yang tercipta
mulai dari atom, molekul, batu metal, gas, tumbuhan, binatang, sistem solar (Matahari) dan
segala yang ada lainnya.
Dalam penggunaan modern oleh para ilmuwan, kosmologi adalah cabang ilmu
pengetahuan yang berupaya memahami struktur ruang-waktu dan komposisi alam semesta
skala besar dengan menggunakan metode ilmu pengetahuan alam. Ini berarti kosmologi
memanfaatkan pengamatan rinci untuk memperoleh data dan memanfaatkan teori-teori fisika
untuk menafsirkan data tersebut, serta mempergunakan penalaran matematika atau penalaran
logika lainnya yang terkandung dalam teori-teori tersebut untuk memperoleh pengetahuan
lengkap mengenai alam semesta fisik.
Kosmologi bukan astronomi yang membagi-bagi seluruh alam semesta menjadi
galaksi, bintang, planet, bulan, lalu menelaahnya satu demi satu. Kosmologi memadukan
semua cabang dan ranting pohon ilmu pengetahuan untuk memperoleh gambaran yang
menyeluruh mengenai alam semesta. Kosmologi menelaah ruang dan waktu, menyelidiki
asal-usul semua materi pengisi alam, mempelajari peristiwa kosmis penting, termasuk asal
mula kehidupan dan kemungkinan perkembangan kecerdasan. Masalah yang dihadapi para
kosmolog modern adalah mempersatukan sifat-sifat alam semesta teramati untuk
memperoleh model-model alam semesta yang akan mendefinisikan struktur dan evolusinya.
Model alam semesta menjadi sarana yang dibangun manusia untuk memperoleh gambaran
mengenai alam semesta yang demikian luas. Model ini dibentuk dengan bertumpu pada data
empiris dan teori-teori fisika. Model alam semesta pun senantiasa diujikan. Hasil-hasil
amatan baru atau teori-teori baru akan mengubah model alam semesta dari waktu ke waktu.
Dalam mempelajari ilmu lingkungan, yakni ilmu pengetahuan tentang segala sesuatu
yang kita pelajari dalam kehidupan, istilah lingkungan secara khusus mendalami seluk beluk
lingkungan hidup di mana manusia berada. Ilmu lingkungan juga disebut envirologi (Soerjani
1994) atau enviromental science yang dalam Chiras (1991) lebih dikhususkan lagi dengan
subjudul:Action for a sustainable future.

a. TEORI TERBENTUKNYA ALAM SEMESTA


Teori tentang terbentuknya alam semesta terlah terjadi perhatian para astronom sejak
lama. Hal ini diungkapkan melalui apa yang diketahui tentang ruang angkasa, bintang,
galaksi, nebula, komet, planet dan sebagainnya. Sampai saat ini ada dua teori yang mencoba
menerangkan bagaimana alam semesta terbentuk.

1. Teori “Big-Bang”
Alam Semesta sangat luas dan tak ada seorangpun yang mengetahui secara pasti berapa
luas alam semesta ini,orang orang dulu mengira Alam semesta ada dengan sendirinya dan
akan tetap ada sampai kapanpun, pendapat ini sangat salah dengan ilmu pengetahuan modern
saat ini. Banyak Teori yang berkembang tentang Alam Semesta,ada yang menyebutkan ada
dengan sendirinya, ada yang menyebutkan terjadi karena ledakan dahysat dan berbagai Teori
lainnya, namun saat ini yang paling banyak disepakati adalah teori big bang, teori ini
berdasarkan kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan perkembangan alam semesta. Teori
Big Bang menjadi Teori yang mendekati kebenaran berdasarkan Sains dan Teknologi, bahkan
para ilmuwan menyepakati bersama bahwa Teori terbentuknya alam semesta yakni Teori Big
Bang.
Teori Big Bang (terjemahan bebas: Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar) dalam
kosmologi adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan
bentuk awal dari alam semesta. Menurut teori ini, alam semesta semual berwujud sebagai
gumpalan sangat padat dan besar dari sekelompok atom. Gumpalan ini meledak yang
menghasilkan panas sampai 100 miliar Celcius, dan dari ledakan inilah terbentuknya berbagai
maca kosmos, benda alam. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini terbentuk dari
ledakan mahadahsyat yang terjadi sekitar 13.700 juta tahun lalu. Ledakan ini melontarkan
materi dalam jumlah sangat besar ke segala penjuru alam semesta. Materi-materi ini
kemudian yang kemudian mengisi alam semesta ini dalam bentuk bintang, planet, debu
kosmis, asteroid/meteor, energi, dan partikel lainnya dialam semesta ini.

Pada tahun 1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia
mengatakan bahwa setelah pembentukan alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi
yang ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi ini haruslah
tersebar merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang ’seharusnya ada’ ini pada
akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penziaz dan Robert
Wilson menemukan gelombang ini tanpa sengaja. Radiasi ini, yang disebut ‘radiasi latar
kosmis’, tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan
ruang angkasa. Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan dari
tahapan awal peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel untuk
penemuan mereka.
Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit COBE (Cosmic Background Explorer).
COBE ke ruang angkasa untuk melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya
perlu 8 menit bagi COBE untuk membuktikan perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah
menemukan sisa ledakan raksasa yang telah terjadi di awal pembentukan alam semesta.
Dinyatakan sebagai penemuan astronomi terbesar sepanjang masa, penemuan ini dengan jelas
membuktikan teori Big Bang.
Bukti penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa.
Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta
bersesuaian dengan perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan
peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan dan jika ia telah ada sejak
dulu kala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah habis sama sekali dan berubah menjadi
helium.
Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat
ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal
muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan oleh Allah Yang Maha
Perkasa dengan sempurna tanpa cacat.

2. Teori Steady State


Teori steady state atau teori pemantapan kelangsungan yang menyatakan bahwa unsur
atom baru masih akan membentuk secara terus menerus di alam semesta. Unsur ini sebagai
debu mengalami gerakan melingkar berputar-putar sampai terbentuknya galaksi baru. Jadi
alam semesta terus menerus akan mengalami pembentukannya sepanjang masa, sehingga
teori ini mempercayai bahwa alam semesta sekarang ini sama halnya dengan jutaan tahun
yang lewat, dan akan sama keadaanya jutaan tahun yang akan datang. Oleh karena itu
pengikut teori ini tidak mempercayai akan berakhirnya alam semesta. Para astronom akan
tetap mempelajari lebih lanjut dan akan menghasilkan teori baru tentang terbentuknya alam
semesta (kosmogenesis) (Ronan dalam Anon 1973). Pada akhirnya teori ini mempercayai
bahwa segala sesuatu di alam semesta mengalami tatanan atau hukum alam yang pasti
sehingga akan terjadi kelangsungan dinamika keadaan alam sesuai dengan kehendak Tuhan
yang menciptakannya. Manusia berkewajiban dengan rasio dan intuisi (kata hati) untuk
mengikuti dengan kearifan dan keikhlasan akan adanya segenap kenyataan yang dihadapi
dengan pendekatan nisbi atau relatif.
Pada pertengahan abad ke-20 seorang materialis, astronom terkemuka asal Inggris Fred
Hoyle mengemukakan suatu teori yang disebut dengan teori “Steady State” yang mirip
dengan teori alam semesta tetap abad ke-19. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta
berukuran tak hingga dan kekal sepanjang masa, tujuannya adalah untuk mempertahankan
faham materialis. 
Menurut H. Bondi, T. Gold, and F. Hoyle mengatakan bahwa alam semesta
tidak ada awalnya  dan tidak ada akhirnya. Alam semesta selalu terlihat tetap seperti
sekarang. Materi secara terus menerus datang berbentuk atom-atom hidrogen dalam angkasa
(space) yang membentuk galaksi baru dan mengganti galaksi lama yang bergerak menjahui
kita dalam ekspansinya.  Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai
satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Berakar
pada kebudayaan Yunani Kuno, dan mendapat penerimaan yang meluas di abad 19, sistem
berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham Materialisme dialektika Karl Marx.

3. ALAM MIKRO
Menurut teori terbentuknya alam semesta, bermiliar tahun yang lewat, alam semesta
mulai mendingin, sehingga terbentuklah secara mantap berbagai atom seperti yang dikenal
pada saat ini. Atom merupakan unsur dasar yang hakiki dari segenap pengada. Inti atom
adalah nukleus yang terdiri atas proton dan neutron yang dikelilingi oleh elektron yang
beredar secara tetap dan teratur di sekeliling nekleus.
Unsur atom yang ada adalah hidrogen dan helium. Dalam evolusinya berbagai gerakan
atom yang anorganik akan menghasilkan molekul anorganik, untuk kemudian membentuk
molekul yang lebih besar (liposom atau lemak, protein dan karbohidrat) sampai terbentuknya
protosel dan sel organik pertama dalam alam kehidupan. Selanjutnya dalam evolusi
berikutnya terbentuk molekul dalam susunan protoplasma yang merupakan sel dalam
pembentukan jaringan dari sistem organ individu makhluk hidup. Bakteri merupakan
mikroba pertama yang terbentuk 3.7 miliar tahun yang lewat.  
4. ALAM MAKRO
Alam makro adalah pengenalan pengada yang kasat mata. Sebelum terbentuknya jenis
makhluk hidup yang berwujud individu, baik flora, fauna, mikroba, dan manusia, dengan
kasat mata daat di lihat adanya jaringan, seperti phloem dan xylem sebagai jaringan dari
flora, jaringan deging atau jaringan tulang sebagai bagian dari hewan. Makhluk hidup yang
kasat mata mulai dari individu (undivided) artinya tidak dapat di bagi – bagi karena
merupakan suatu keutuhan suatu jenis.

- Ekosfer
Ekosfer adalah bulatan planet (Bumi) yang ditempati atau dihuni oleh makhluk hidup
dalam rumah tangganya (oikos) . Kehidupan seperti yang kita kenal di bumi ini (ekosfer)
menurut teori adalah di wilayah 0,93 – 1,01 UA (unit astronomi atau jarak antara Matahari
dan Bumi). Menurut kasting dkk (1988; 49), ‘’teori baru’’ memperkirakan wilayah kehidupan
berada pada jarak 0,95 – 1,5 UA.
Menurut hipotesis Gaia (Dewi Bumi) dari James Lovelock (dalam Odum 1983; 24 – 26)
antara bumi dan kehidupan di Bumi berlangsung proses saling pengaruh-mempengaruhi
antara hidup dan nirhidup sehingga bumi dapat mendukung kehidupan karena pengaruh
seluruh keihidupan itu sendiri. Andaikata kehidupan itu tidak ada, bumi akan gersang,
suhunya akan tinggi sekali (=290oC), kandungan CO2 juga tinggi (98%) sedang kadar
02 sangat rendah, demikian juga netrogen (hanya 1,9%).

Tabel perbandingan kondisi atmosfer dan suhu di Mars, Venus dan Bumi (dengan
dan tanpa kehidupan)
Kandungan Mars Venus Bumi tanpa Bumi dengan
Atmosfer Kehidupan kehidupan
sekarang
CO2 95 % 98 % 98 % 0,03 %
N2 2,7 % 1,9 % 1,9 % 79 %
O2 0,13 % Sedikit Sedikit 21 %
Suhu Permukaan C -53 477 250 + 50 13
Sumber: Odum 1983: 24 – 26

Dengan adanya kehidupan, CO2 akan terserap dalam proses fotosintesis, sehingga


kadarnya tinggal 0,03 % dan O2 terlepas sehinggadi udara kadarnya naik menjadi 21%.
Hipotesis Gaia ini juga menekankan pentingnya peranan jasad renik (mikroba) yang
tergolong dalam sapravor, yang hidup di antara bahan organik dari mahkluk hidup yang mati
(daun yang gugur) dan berfungsi sebagai saprofog (pemakan) sisa makhluk hidup (bangkai,
sisa makanan) sehingga terjadi peruraian yang menghasilkan bahan anorganik kembali
walaupun biota pemakan sisa ini (cacing, jamur dan mikroba) sering kali secara salah disebut
“pengurai”. Jadi kehidupan mengalami daur (siklus/ cycle) kembali pada tumbuhan autotrof
yang memerlukan bahan anorganik dalam proses metabolisme.
Kemungkinan adanya kehidupan di luar Bumi dapat dipertimbangkan berdasarkan sifat
keadaan (suhu, CO2, O2 dan N2) seperti terlihat pada tabel di atas. Oleh karenanya kalau
benar kemudian terdapat kehidupan di Planet Mars, diperkirakan wujud dan sifat kehidupan
mungkin sekali akan lain dengan kehidupan Bumi.
- Ekosistem
Di dalam ekosfer pengada yang mendukung kehidupan adalah satuan – satuan ekosistem,
yakni segenap unsur dalam sistem yang mendukung rumah tangga makhluk hidup. Jadi
dalam ekosistem tercakup unsur makhluk hidup dan keseluruhan penyangganya yakni ruang,
benda, tanah, air, atmosfer, atau segala pengada baik biota maupun abiota berada dalam
hubungan integratif yang memungkinkan kelangsungan kehidupan secara keseluruhan.
Pengertian tentang kehidupan dalam ekosistem telah sangat menarik perhatian karena
eratnya hubungan anatara makna hidup – mati yang merupakan ciri makhluk hidup dengan
pengada nirhidup yang memang tidak hidup, jadi yang nirhidup ini tidak mengalami
kematian. Antara keduanya terlihat adanya wilayah/batas peralihan (border line).

- Komunitas, masyarakat makhluk hidup


Dalam ekosistem, makhluk hidup baik flora, fauna maupun mikroba di kelompokkan
dalam komunitas sebagai masyarakat makhluk hidup. Segenap makhluk hidup ini terkait satu
dengan yang lainnya melalui hubungan interaktif, baik secara langsung dalam jenis yang
sama atau jenis serta kondisi yang berbada. Di samping itu juga terjadi interaksi melalui
pengada nirhidup seperti air, oksigen, materi dan sebagainya.

- Populasi dan individu


Kelompok manusia yang sering disebut “masyarakat” manusia sebenarnya adalah
populasi manusia dari salah satu jenis (spesies) makhluk hidup, seperti populasi harimau,
populasi nyamuk dan sebagainya.
Individu merupakan ciri utama makhluk hidup yang tercipta masing – masing individu
secra berbeda – beda dengan cirinya sendiri secara khusus. Sebenarnya tidak ada individu
dari suatu jenis (spesies)) makhluk hidup yang sama. Semua yang ada di ciptakan dengan ciri,
sifat dan keindahan masing – masing. Kalaupun ada kesamaanya, sebenarnya sekedar mirip
saja, karena semuanya memiliki keindahannya sendiri. Menurut paham amenity (amenitas)
atau keunggulan dan keindahan sifat semua pengada baik flora dan fauna sama indah dan
maknanya.

5. ALAM SUPERMAKRO
Alam semesta atau universe mengacu pada segenap pengada (entity. Entitas), benda
angkasa atau kosmos dan segenap proses yang menyertainya. Ilmu pengetahuan yang
mempelajarinya adalah kosmologi yang banyak menggunakan peralatan fisik mekanik seperti
teleskop, juga memanfaatkan teori dari fisika-matematik, dari mana disusun “model” dari
alam semesta. Disamping itu juga dirumuskan observasi melaui radio-teleskopi. Model ini
digunakan untuk menelaah penyelidikan lebih lanjut dan untuk mengartikan
(menginterpretasikan) data astronomi yang sudah diperoleh. Salah satu penemuan dalam
model ini adalah adanya galaksi seperti galaksi Bima Sakti (the milky way). Berbagai model
yang dikenal itu mengacu pada teori relativitas.
Dulu kalau pada awalnya pemahaman tentang terjadinya alam semesta mengarah pada
mitologi, semacam “dongengan” yang disebut kosmogoni. Kosmologi kuno mengikuti
pendapat bahwa alam semesta itu terbatas dan berorientasi pada bumi sebagai pusatnya (finite
and earth-centered). Kemudian timbul anggapan lain, yakni bahwa alam semesta itu
menjangkau sesuatu yang tidak terbatas, tanpa permulaan dan tanpa akhir. Jadi benda alam
(galaksi, bintang, planet dan segainya) dapat berada, tumbuh, terpecah-pecah dan berada
dalam ruang tanpa batas.
Dalam perkembangannya kosmologi mengalami perubahan, pendapat para ahli yang
berbeda, saling mendukung tetapi juga ada yang saling bertentangan. Berbagai konsep
digunakan untuk menerangkan pengertian tentang alam semesta.beberapa diantara nama
terkenal adalah Newton dengan teori gravitasi, Einstein dengan teori relativitas. 
Nebula yang merupakan materi ruang angkasa dapat terkumpul sebagai galaksi yang
merupakan kumpulan dari bintang., diantaranya adalah Galaksi Bima Sakti dimana matahari
berada, Galaksi Andromeda yang berada relatif paling dekat dengan Galaksi Bima Sakti, dan
sebagainya.
- Nebula
Setelah benda-benda angkasa mengalami ledakan, berjuta tahun kemudian suhu alam raya
menurun sampai 3.000 C. Materi dan energi yang ada mengalami terbentuknya asap dan
kabut yang disebut nebula. Jadi nebula adalah seperangkat awan terdiri atas asap dan kabut.
Nebula kemudian menggumpal sebagai protogalaksi. Dari padanya terbentuklah macam-
macam galaksi melalui proses pengkerutan dan kondensasi. Jadi nebula yang ada merupakan
nebula galaksi. Ada nebula yang berada di sekitar Matahari yang mengalami perubahan
rotasi, sehingga keluar sebagai komet seperti benda angkasa yang bergerak (sering kali
disebut Bintang Berekor) karena terlihat lewatnya cahaya seolah-olah ekornya (Munitz dalam
Anon 1971).

- Galaksi
Protogalaksi yang berasal dari kondensasi nebula akan mengalami kontaksi dan
perputaran yang makin cepat. Beberapa miliar tahun kemudian mengalami fragmentasi
menjadi apa yang disebut protobintang (protostar). Dalam mengalami pengekerutan melalui
proses gravitasi dan dalam suhu yang tinggi terbentukklah inti fusi nuklir yang menyebabkan
energi berubah bentuk sebagai panas dan sinar. Dalam hipotesis nebula, akhirnya
terbentuklah jutaan biintang-bintan dalam berbagai bentuk yang reguler maupun yang tidak
teratur (irregular). Galaksi yang teratur di antaranya adalah Galaksi Bima Sakti (Milky Way)
dimana Matahari beradaa di antara 7.000 bintang didalam galaksi yang terbentuk.

2. QUASAR
Sudah diketahui secara umum kalau di pusat galaksi hampir semua galaksi ada sebuah
lubang hitam bermassa besar yang sangat kuat. Tapi ternyata di beberapa galaksi, daerah
pusatnya sangat terang, melebihi bagian lain dari galaksi itu. Inti yang sangat terang ini
disebut sebagai inti galaksi aktif ( active galactic nuclei / AGN). Inti galaksi aktif biasanya
ditemukan di pusat galaksi dimana lubang hitam bermassa super besar berada. Karena lubang
hitam inilah yang jadi pembangkit energi bagi inti galaksi aktif.
Quasar atau quasi stellar radio source merupakan inti galaksi aktif yang berada jauh
dan merupakan obyek yang sangat terang, sangat energetik dan sangat kuat. Obyek ini
memancarkan energi yang sangat besar. Kalau dilihat di teleskop, quasar akan tampak seperti
sebuah titik yang mirip dengan bintang. Tapi ternyata titik itu bukan sebuah bintang
melainkan sebuah inti galaksi yang sangat terang yang berada jauh dari kita. Dari mana kita
tahu quasar ini berada sangat jauh?
Hasil pengamatan menunjukkan kalau quasar memiliki pergeseran merah yang besar
sebagai efek dari memuainya alam semesta. Yang artinya jarak antara Bumi dan quasar itu
akan semakin bertambah seiring dengan semakin besarnya pergeseran merah si quasar.
Quasar ditenagai oleh lubang hitam bermassa sangat besar di pusat galaksi yang
mengakresi materi yang mampat di sekitarnya dan memancarkan energi gravitasi yang sangat
besar.  Lubang hitam itu selalu melahap materi yang ada di sekelilinginya untuk masuk ke
dalam dirinya. Seperti raksasa yang lahap memakan apapun yang ada di sekelilingnya
Ketika lubang hitam mengakresi materi di sekitarnya, materi-materi tersebut berputar
semakin cepat dan mulai memanas. Semua partikel saling bergesekan sehingga melepaskan
sejumlah besar cahaya dan juga radiasi sinar X. Nah ketika materi ini kemudian dilahap oleh
si lubang hitam, maka bagian kutub utara dan selatan lubang hitam akan melepaskan energi
yang sangat besar yang oleh astronom
disebut sebagai jet kosmik. Pernah liat
pesawat jet melesat di udara? Sangat
cepat dan menyisakan sebaris jejak di
angkasa kan? Kira-kira seperti itulah jet
kosmik. Energi yang dilepaskan melesat
sangat cepat dan energinya pun sangat
kuat.
Quasar sendiri tidak selalu
berasal dari penggabungan galaksi,
karena memang ia bukan hasil dari
gabungan dua galaksi. Quasar bisa berada di galaksi apa saja yang lubang hitamnya bisa
membangkitkan quasar di dalamnya. Tapi ketika dua buah galaksi bergabung, lubang hitam
super masif di dalamnya memang akan membentuk quasar. Karena lubang hitam adalah
pembangkit energi bagi inti galaksi aktif.
Jika quasarnya terbentuk setelah penggabungan dua galaksi itu dari galaksi galaksi
apa? Nah, ini bisa dari galaksi apa saja karena semua galaksi yang punya lubang hitam
dengan massa super besar bisa menghasilkan quasar.  Diperkirakan ketika Bimasakti dan
Andromeda bergabung kelak juga akan membentuk quasar
3. KOSMIK
a. SINAR KOSMIK
Sinar kosmik merupakan partikel energi tinggi di angkasa luar yang diduga berasal
dari sisa-sisa bintang mati. Namun, IceCube mendeteksi bahwa partikel-partikel itu tiba
bukan dalam kondisi "seragam" dari semua arah. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa
sinar kosmik galaksi dapat mengubah iklim bumi, mempengaruhi cuaca, memicu badai dan
menutupi awan. Seperti dilansir Livescience.com, edisi 30 Juli 2010, studi menunjukkan
bahwa sinar kosmik berlebih datang dari satu bagian di langit, dan sinar kosmik yang kurang
kadarnya datang dari bagian lain.

b. SPEKTRUM ENERGI UNTUK SINAR KOSMIK

Sinar kosmik merupakan energi partikel subatomik bermuatan, yang berasal di luar
angkasa. Mereka mungkin menghasilkan partikel sekunder yang menembus atmosfer bumi
dan permukaan. Sinar panjang adalah sejarah sebagai sinar kosmik yang dianggap radiasi
elektromagnetik. Sinar kosmik paling utama (mereka yang memasuki atmosfer dari ruang
angkasa dalam) terdiri dari partikel subatomik akrab stabil yang biasanya terjadi di Bumi,
seperti proton, inti atom, atau elektron. Namun, sebagian kecil adalah partikel stabil
antimateri, seperti positron atau antiproton, dan sifat yang tepat dari sebagian kecil yang
tersisa adalah area penelitian aktif. Sekitar 89% dari sinar kosmik proton sederhana atau inti
hidrogen, 10% adalah inti helium atau partikel alfa, dan 1% adalah inti elemen berat. Inti ini
merupakan 99% dari sinar kosmik. Elektron menyendiri (seperti partikel beta, meskipun
sumber utama mereka tidak diketahui) merupakan lebih dari 1% yang tersisa.
Berbagai energi partikel mencerminkan berbagai sumber. Kisaran asal dari proses
pada Matahari (dan mungkin bintang lain juga), untuk yang belum diketahui mekanisme fisik
di terjauh alam semesta teramati. Ada bukti bahwa sinar kosmik energi yang sangat tinggi
yang dihasilkan selama periode jauh lebih lama dari ledakan sebuah bintang tunggal atau
peristiwa galaksi tiba-tiba, menunjukkan proses percepatan beberapa yang mencakup jarak
yang sangat jauh dalam hal ukuran bintang. Mekanisme tidak jelas produksi sinar kosmis
pada jarak galaksi ini sebagian hasil dari fakta bahwa (tidak seperti radiasi lainnya) medan
magnet di galaksi kita dan galaksi lain tikungan arah sinar kosmik parah, sehingga mereka
tiba hampir secara acak dari segala arah, menyembunyikan petunjuk apapun dari arah sumber
awal mereka. Sinar kosmik dapat memiliki energi lebih dari 1020 eV, jauh lebih tinggi dari
1012-1013 eV bahwa akselerator partikel Terestrial dapat menghasilkan.
Sinar kosmik yang diperkaya dengan lithium, berilium, dan boron berkaitan dengan
kelimpahan relatif dari unsur-unsur di alam semesta dibandingkan dengan hidrogen dan
helium, dan dengan demikian dianggap memiliki peran utama dalam sintesis ketiga unsur
melalui proses " sinar kosmik nukleosintesis ". Mereka juga menghasilkan beberapa disebut
isotop stabil dan radioisotop cosmogenic di Bumi, seperti karbon-14. Dalam sejarah fisika
partikel, sinar kosmik adalah sumber penemuan positron, muon, dan pi meson.
Sinar kosmik menulis bagian dari radiasi latar belakang alam di Bumi, rata-rata
sekitar 10-15% dari itu. Namun, orang yang hidup di ketinggian yang lebih tinggi dapat
memperoleh beberapa kali lebih banyak radiasi kosmik dari pada permukaan laut, dan awak
penerbangan jarak jauh dapat melipat gandakan radiasi pengion paparan tahunan mereka.
Karena intensitas sinar kosmik jauh lebih besar di luar atmosfer bumi dan medan magnet,
diharapkan memiliki dampak besar pada desain pesawat ruang angkasa yang aman dapat
mengangkut manusia dalam ruang antarplanet.

c. KOMPOSISI SINAR KOSMIK

Sinar kosmik secara luas dapat dibagi menjadi dua kategori: primer dan sekunder.
Sinar kosmik yang berasal dari sumber astrofisika adalah sinar kosmik primer. Sinar kosmik
primer berinteraksi dengan materi antar menciptakan sinar kosmik sekunder. Matahari juga
memancarkan sinar kosmik energi yang rendah terkait dengan jilatan api matahari. Hampir
90% sinar kosmik proton, sekitar 9% adalah inti helium (alfa partikel) dan hampir 1% adalah
elektron. Rasio hidrogen untuk inti helium (28%) adalah sama sebagai rasio kelimpahan
primordial unsur elemen ini (24%). Fraksi yang tersisa terdiri dari inti berat lainnya yang
produk akhir nuklir sintesis, produk dari Big Bang, terutama lithium, berilium, dan boron.Ini
inti cahaya muncul dalam sinar kosmik dalam kelimpahan yang jauh lebih besar (~ 1%)
dibandingkan di atmosfer matahari, di mana kelimpahan mereka adalah sekitar 10-9% bahwa
helium.
Perbedaan kelimpahan adalah hasil dari cara sinar kosmik sekunder terbentuk. Karbon
dan oksigen inti bertabrakan dengan materi antar bintang untuk membentuk lithium, berilium
dan boron dalam proses yang disebut spallation sinar kosmik. Spallation juga bertanggung
jawab untuk menunjukkan jumlah ion skandium, titanium, vanadium, dan mangan dalam
sinar kosmik yang dihasilkan oleh tabrakan inti besi dan nikel dengan materi antar bintang.
Eksperimen satelit telah menemukan bukti dari beberapa antiproton dan
positron dalam sinar kosmik primer, meskipun tidak ada bukti dari inti atom antimateri
kompleks, seperti anti-helium inti (anti-alpha) partikel. Antiproton tiba di Bumi dengan
maksimal energi karakteristik dari 2 GeV, menunjukkan produksi mereka dalam proses
fundamental berbeda dari proton sinar kosmis.

d. ALIRAN SINAR KOSMIK


Fluks sinar kosmik yang masuk pada bagian atas atmosfer tergantung pada angin
matahari, medan magnet bumi, dan energi dari sinar kosmik. Angin matahari berkurang
kecepatannya partikel yang masuk dan blok beberapa partikel dengan energi bawah sekitar 1
GeV. Jumlah angin matahari tidak konstan karena perubahan aktivitas matahari. Dengan
demikian, tingkat fluks sinar kosmik bervariasi dengan aktivitas matahari. Medan magnet
bumi mengalihkan sebagian dari sinar kosmik, sehingga menimbulkan pengamatan bahwa
fluks ini rupanya tergantung pada lintang, bujur, dan sudut azimut. Garis-garis medan magnet
membelokkan sinar kosmik ke arah kutub, sehingga menimbulkan aurora.
Pada jarak ~ 94 AU dari Matahari, angin matahari mengalami transisi, yang disebut
shock terminasi, dari supersonik untuk kecepatan subsonik. Daerah antara shock pemutusan
dan heliopause bertindak sebagai penghalang sinar kosmik, penurunan fluks pada energi yang
lebih rendah sekitar 90%.
Di masa lalu, diyakini bahwa fluks sinar kosmik tetap cukup konstan sepanjang
waktu. Namun, penelitian terbaru menunjukkan 1,5 sampai 2 kali lipat milenium-skala waktu
perubahan fluks sinar kosmik dalam empat puluh ribu tahun terakhir. Besarnya energi fluks
sinar kosmik di ruang antar bintang sangat sebanding dengan energi lain ruang dalam: rata-
rata energi sinar kosmik kepadatan sekitar satu elektron-volt per sentimeter kubik ruang antar
bintang, atau ~ 1 eV/cm3, yang sebanding untuk kepadatan energi dari cahaya bintang
terlihat sebesar 0,3 eV/cm3, bidang galaksi kepadatan energi magnetik (diasumsikan 3
microgauss) yang adalah ~ 0,25 eV/cm3, atau latar belakang gelombang mikro kosmik
(CMB) radiasi energi kepadatan di ~ 0,25 eV/cm3.
Namun, sinar kosmik, tidak seperti komponen energi lain di atas, terdiri dari partikel
pengion, dan ini jauh lebih merusak proses biologi dari energi sederhana menyarankan.
Sebagaimana dicatat di bawah, sinar kosmik membuat rata-rata 10 sampai 15% dari radiasi
latar belakang pengion pada manusia di Bumi, tetapi komponen ini dapat beberapa kali lebih
besar untuk orang yang hidup pada ketinggian yang lebih tinggi.
e. DETEKSI SINAR KOSMIK
Kosmik sinar Bulan bayangan, seperti terlihat dalam muon sekunder terdeteksi 700 m
di bawah tanah, pada detektor 2 Soudan Bulan seperti yang terlihat oleh Compton Gamma
Ray Observatory, dalam sinar gamma yang lebih besar dari 20 MeV. Ini diproduksi oleh
penembakan sinar kosmik dari permukaannya.
Sinar kosmik berbenturan dengan inti gas atmosfer, menghasilkan hujan, antara lain,
pion dan kaons, kerusakan yang menjadi muon. Ini muon dapat mencapai permukaan bumi,
dan bahkan menembus untuk beberapa jarak ke tambang dangkal. Muon mudah terdeteksi
oleh berbagai jenis detektor partikel seperti ruang awan atau ruang gelembung atau detektor
sintilasi. Muon Beberapa diamati oleh detektor terpisah pada saat yang sama menunjukkan
bahwa mereka telah diproduksi dalam acara mandi yang sama. Sinar kosmik berdampak
tubuh planet lain di tata surya yang terdeteksi secara tidak langsung dengan mengamati emisi
sinar gamma energi tinggi dengan sinar gamma teleskop. Ini dibedakan dari proses peluruhan
radioaktif oleh energi mereka lebih tinggi di atas sekitar 10 MeV.

f. DETEKSI PADA SINAR KOSMIK

- Deteksi oleh partikel track-etch teknik


Sinar kosmik juga dapat dideteksi langsung oleh detektor partikel kapal satelit atau balon
ketinggian tinggi. Dalam teknik perintis dikembangkan oleh Robert Fleischer, P. Harga
Buford, dan Robert M. Walker, lembar plastik bening, seperti 1/4 mil Lexan polikarbonat,
ditumpuk bersama-sama dan terkena langsung sinar kosmik dalam ruang atau dataran
tinggi .Muatan inti menyebabkan kimia melanggar obligasi atau ionisasi dalam plastik.Di
bagian atas tumpukan plastik, ionisasi kurang karena kecepatan tinggi sinar kosmik. Sebagai
kecepatan sinar kosmik menurun karena perlambatan dalam stack, ionisasi meningkat
sepanjang jalan. Lembaran plastik yang dihasilkan "tergores" atau perlahan dilarutkan dalam
larutan natrium hidroksida hangat kaustik, yang menghilangkan bahan permukaan pada
tingkat yang lambat yang dikenal.Para natrium hidroksida kaustik larut di tingkat yang lebih
cepat di sepanjang jalan dari plastik terionisasi. Hasil akhirnya adalah sebuah lubang
berbentuk kerucut atau lubang etch di plastik. Lubang etch ini diukur dalam mikroskop daya
tinggi (biasanya 1600X minyak imersi), dan tingkat etch diplot sebagai fungsi dari kedalaman
dalam plastik ditumpuk. Ini menghasilkan kurva unik untuk setiap inti atom dari Z 1-92,
memungkinkan identifikasi baik biaya dan energi dari sinar kosmik yang melintasi tumpukan
plastik.Semakin luas ionisasi sepanjang jalan, semakin tinggi biaya.
Teknik ini telah digunakan dengan sukses besar untuk mendeteksi tidak hanya sinar
kosmik, tapi fisi inti produk untuk detektor neutron.

- Deteksi dengan mandi udara


Ketika sinar kosmik memasuki atmosfir bumi mereka bertabrakan dengan molekul,
terutama oksigen dan nitrogen, untuk menghasilkan riam miliaran partikel yang lebih ringan,
mandi udara disebut.
Semua partikel yang dihasilkan tetap dalam waktu sekitar satu derajat jalan partikel
primer.Partikel khas yang diproduksi di tabrakan tersebut dibebankan meson misalnya positif
dan negatif pion dan kaons.Ini kemudian membusuk menjadi muon yang mudah terdeteksi
oleh berbagai jenis detektor partikel.
Sebuah piranti pendeteksi sinar kosmik – dan bahkan mungkin sekaligus melacak
kehadiran Dark Matter – telah mengorbit pada wahana Endeavour. Detektor tersebut bernama
Alpha Magnetic Spectrometer (AMS), hasil rancangan nobelis fisika Samuel Ting. AMS
akan segera diinstal pada stasiun ruang angkasa internasional ISS (International Space
Station). Ting merancang AMS pada tahun 90-an, tapi mengalami sejumlah kendala sehingga
tertunda, salah satunya karena musibah yang menimpa ruang angkasa Columbia saat masuk
ke atmosfer Bumi tahun 2003.
Peluncuran AMS juga menandai akhir dari era eksplorasi ruang angkasa karena ini adalah
misi terakhir program wahana ulang-alik NASA – pertama kali adalah misi Columbia pada
April 1981. Peluncuran dilakukan dari Kennedy Space Center di Florida disaksikan oleh
Presiden Amerika Serikat Barack Obama, yang memimpin perayaan peringatan 30 tahun
program wahana ruang angkasa NASA.
Detektor AMS, yang bernilai USD 2 milyar dan dengan berat 7 ton, menggunakan
magnet silinder 0,15 Tesla, diameter 1 meter, dan tinggi 1 meter. Magnet ini berfungsi untuk
memisahkan partikel-partikel yang datang berdasarkan momentum dan muatan. Arah
pembelokan gerak partikel di dalam medan magnet bergantung apakah partikel tersebut
materi atau antimateri, sedangkan gradien pembelokkan ditentukan oleh kecepatan partikel
tersebut. Dengan demikian, detektor dapat membedakan jenis-jenis partikel yang beraneka
ragam dalam sinar kosmik.
4. MATERI ANTAR BINTANG
Ketika sedang mengamati indahnya langit malam, pernahkah Anda bertanya-tanya
tentang kekosongan pada ruang antar bintang. Sebenarnya, ruang antar bintang itu tidak
kosong. Materi antar bintang (interstellar matter) adalah sebutan untuk pengisi kekosongan
itu. Keberadaan materi antar bintang (MAB) sangat penting sekali, karena sifat materi
penyusunnya mempengaruhi apa yang kita pelajari dalam astronomi. Dengan mempelajari
MAB, kita jadi tahu bagaimana MAB meredupkan, memerahkan, atau bahkan menghalangi
cahaya bintang. Selain itu MAB juga memberikan petunjuk mengenai komposisi materi
pembentukan bintang, karena bintang lahir dari MAB ini. Secara umum terdapat dua jenis
penyusun materi antar bintang, yang pertama adalah debu antar bintang dan yang kedua
adalah gas. Masing-masing jenis materi ini memberikan pengaruh yang berbeda ketika
diamati.

a. Debu Antar Bintang


Materi ini jauh lebih kecil kelimpahannya dibandingkan dengan gas antar bintang, namun
pengaruhnya terhadap berkas cahaya visual lebih besar. Hal ini disebabkan ukuran
partikelnya yang besar (dalam orde 1/1000 mm), bandingkan dengan panjang gelombang
cahaya tampak (1/20000 mm), sehingga materi ini cenderung untuk menyerap dan
menghamburkan berkas cahaya. Debu antar bintang ini tersusun dari partikel-partikel es,
karbon, atau silikat. Karakteristik debu ini menghasilkan bermacam efek terhadap cahaya
bintang, yang akan dijelaskan sebagai berikut.

a) Nebula Gelap
Ada daerah tertentu di ruang antar bintang yang memiliki kepadatan debu yang sangat
tinggi, sehingga cukup untuk menjadi awan (nebula) yang kedap cahaya. Walaupun
kepadatan partikelnya masih jauh lebih rendah dari pada di Bumi, namun besarnya awan ini
mengakibatkan terhalangnya cahaya bintang. Celah gelap memanjang di daerah Cygnus dan
Horsehead Nebulae (Kepala Kuda) di Orion adalah contoh nebula gelap, yang menghalangi
datangnya berkas cahaya bintang ke arah pengamat.
(Horsehead Nebula (Sumber: APOD)

b) Efek Redupan
Sekumpulan debu dapat juga memberikan efek meredupnya cahaya bintang. Besarnya
bervariasi, misalnya 1 magnitudo setiap 1 kiloparsek yang ditempuh cahaya tersebut. Hal ini
memunculkan permasalahan ketika akan ditentukan jarak sebuah bintang. Karena dalam
menentukan jarak, diperlukan perbandingan antara magnitudo semu dan mutlak. Harga
magnitudo semu yang didapat akan mengalami kesalahan akibat dari efek redupan tersebut,
sehingga menyebabkan kesalahan pada nilai jarak bintang. Untuk mengatasinya, perlu
diketahui terlebih dahulu seberapa besar efek redupan yang dialami cahaya bintang tersebut.

c) Efek Pemerahan
Penghamburan berkas cahaya tidak sama di semua panjang gelombang. Karena
ukuran partikel debu yang kecil, maka hanya gelombang elektromagnetik yang mempunyai
panjang gelombang yang pendek yang lebih terkena efek penghamburan ini. Artinya, hanya
cahaya ungu dan biru yang paling terkena efeknya. Sementara merah dan jingga tidak
mengalami halangan yang berarti ketika melintasi debu antar bintang. Akibat dari kekurangan
cahaya ungu dan biru ini, cahaya yang sampai di Bumi akan tampak merah. Hal inilah yang
disebut sebagai efek pemerahan.

d) Nebula Pantulan

(Trifid Nebula/M20 (Sumber: APOD)

Hamburan oleh debu antar bintang, terutama cahaya biru, terkadang menerangi daerah di
sekitarnya. Akibatnya, awan debu antar bintang ini akan tampak biru karena cahaya bintang
di belakangnya melintasi awan debu ini. Contoh dari nebula pantulan ini adalah gugus
bintang Pleiades di Taurus serta Nebula Trifid di Sagittarius.

b. Gas Antar Bintang


Materi utama penyusun gas antar bintang adalah hidrogen dengan sedikit helium.
Kepadatan gas dalam suatu ruang antar bintang biasanya mencapai 1 atom/cm kubik,
sementara di beberapa tempat, kepadatan partikel gas antar bintang dapat mencapai 10^5
atom/cm3 . Namun kerapatan ini masih jauh lebih rendah daripada kepadatan gas di Bumi,
10^19 atom/cm3. Nebula gas ini dibagi menjadi tiga jenis, yaitu daerah H II,  H II, dan awan
molekul.

1. Daerah H II, Nebula Emisi


Jika bintang muda dan panas (golongan B dan O) terletak dekat dengan nebula gas,
maka pancaran ultra ungu dari bintang tersebut akan mengionisasi gas hidrogen yang
terkandung di dalam nebula itu. Ketika inti atom hidrogen menangkap elektron yang lain,
pada saat yang bersamaan dipancarkan pula radiasi elektromagnetik dalam panjang
gelombang cahaya tampak. Akibatnya, cahaya dari bintang tersebut diubah menjadi cahaya
tampak oleh nebula gas ini. Dan jika dilihat spektrumnya, nebula ini memberikan garis emisi
yang kuat. Contoh nebula jenis ini adalah Nebula Orion di daerah pedang Orion, Nebula
Lagoon dan Nebula Trifid di Sagittarius.

(Great Orion Nebula (Sumber: APOD)

Ada dua macam lagi nebula emisi yang berbeda dengan yang disebut di atas. Kedua
macam nebula ini dibentuk dalam evolusi bintang. Yang pertama adalah planetary nebula,
yaitu ketika sebuah bintang bermassa kecil menjelang evolusi tahap akhirnya, melontarkan
selubung gas yang didorong dari bintang akibat tekanan dari dalamnya. Selama proses ini,
gelombang UV dari bintang meradiasi selubung tersebut, sehingga terjadi peristiwa yang
sama seperti penjelasan sebelumnya. Dan kita dapat melihat sebuah bintang di tengah-tengah
awan gas tersebut. Contoh planetary nebula jenis ini adalah Nebula Cincin (M57) di rasi
Lyra.Yang kedua adalah sisa ledakan supernova. Supernova adalah peristiwa ledakan bintang
bermassa besar akibat tekanan yang sangat besar dari bagian pusat bintang. Gas yang tersisa
setelah ledakan tersebut menerima pancaran energi dari pusat nebula. Contohnya, Cygnus
Loop.

(Cygnus Loop (Sumber: APOD)

2. Daerah H I, Awan Hidrogen Netral


Di daerah awan gas ini, tidak ada sumber gelombang UV yang dapat mengionisasi
hidrogennya. Awan ini gelap, dingin dan transparan. Pengamatan objek ini bergantung pada
sifat yang dimiliki oleh inti atom hidrogennya. Diketahui bahwa pada elektron dan inti pada
sebuah atom memiliki momentum spin. Keduanya dapat memiliki spin yang searah atau
berlawanan. Dalam keadaan spin searah, atom memiliki tingkat energi yang lebih tinggi
daripada spin berlawanan. Jika sebuah atom berada dalam keadaan spin searah, maka setelah
10^6 tahun atom tersebut akan berubah ke tingkat energi yang lebih rendah ( spin berlawanan
). Proses ini, disebut “electron spin flop”, akan menghasilkan pancaran energi pada daerah
panjang gelombang radio (sekitar 21 cm). Maka, pengamatan yang telah dilakukan pun lebih
banyak dilakukan oleh para astronom radio.

5. MOLEKUL ANTAR BINTANG

Pengamatan radio telah menghasilkan penemuan sejumlah senyawa dalam sebuah


awan gas. Hal ini dapat diketahui dari sifat energi elektromagnetik yang dipancarkan maupun
diserap oleh awan gas tersebut. Diantara yang diketahui adalah molekul-molekul organik,
molekul yang menjadi dasar kehidupan. Beberapa diantarnya adalah hidroksil radikal,
amonia, air, metil alkohol, metil sianida, formaldehid, hidrogen sianida, dan karbon
monoksida. Kelimpahan molekul-molekul ini jauh lebih kecil dari hidrogen.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Kosmologi adalah Ilmu Alam Semesta adalah ilmu pengetahuan tentang kosmos
(cosmos) atau universe. Istilah universe ditujukan kepada segenap pangada atau segenap yang
ada, yang tercipta mulai dari atom, molekul, batu metal, gas, tumbuhan, binatang, sistem
solar (Matahari) dan segala yang ada lainnya.
Terbentuknya alam semesta menjadi teka-teki yang menyibukkan bagi umat manusia.
Sejauh perkembangan teori terbentuknya alam semesta, belum ada yang dapat membuktikan
secara empirik kebenarannya. Hal ini dikarenakan manusia adalah hal nisbi bagi alam raya.
Manusia adalah sesuatu yang sangat baru di alam raya.  Maka walaupun manusia dengan
susah payah mencari-cari bagaimana terbentuknya alam semesta sering terhalang
keterbatasan pandangannya. Keterbatasan pandangan ini sangat terikat dengan pengetahuan
apriori yang dimiliki manusia. Hal ini menyebabkan bahwa pandangan tentang alam raya
sulit diuji kebenarannya melalui pengalaman.
DAFTAR PUSTAKA

Tjasyono HK, Bayong, Ilmu Kebumian dan Antariksa, Bandung: Rosda, 2009

Purnama, Heri, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008

Astro. 2009. Materi antar bintang. Terdapat di : http://duniaastronomi.com/2009/02/materi-


antar-bintang/. Diakses pada 24 april 2016

Putri, Dinda. 2012. Quasar. Terdapat di : http://lukisan-alam-


utrijambi.blogspot.co.id/2012/01/quasar.html. Diakses pada 24 april 2016

Anda mungkin juga menyukai