Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang
terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan
urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk
serta standar higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah (Simanjuntak, C. H,
2009).
Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala
demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau
tanpa gangguan kesadaran. (Rampengan, 2007).
Menurut data Wordl Health Organization (WHO) tahun 2013 menyatakan angka
prevalensi demam thypoid pada anak-anak umur 4-15 tahun kematian berkisar antara0-
14,8%. Menurut WHO memperkirakan angka insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17
juta per tahun dengan 600.000 orang meninggal karena penyakit demam tifoid (Widoyono,
2011). Angka kematian akibat demam typhoid mencapai 600.000 dan 70% nya terjadi di
Asia. Di Indonesia sendiri, penyakit Typhoid bersifat endemik, menurut WHO angka
penderita demam typhoid di Indonesia mencapai 81% per 100.000 (Depkes RI, 2013).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data dan latar belakang di atas maka bagaimanakah gambaran asuhan
keperawatan pada penderita dengan gangguan sistem pencernaan “Demam Thypoid”
khususnya penanganan hipertermi pada anak demam thypoid ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella Thypi. (Arief Maeyer, 1999).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. Sinonim dari penyakit ini adalah
Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 1996)
Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga
paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis. (Seoparman,
1996)
B. ETIOLOGI
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid.
Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses
inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan
endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang.
D. MANIFESTASI KLINIS
2. Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah kotor
yang khas (putih, kotor di pinggirnya), hepatomegali, penurunan kesadaran.
E. KOMPLIKASI
1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perporasi usus
c. Ilius paralitik
F. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan
a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila
ada komplikasi perdarahan.
2. Diet
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7
hari.
3. Obat-obatan
a. Klorampenikol
b. Tiampenikol
c. Kotrimoxazol
G. PENCEGAHAN
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan
setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan,
hindari minum susu mentah, hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih
dan hindari makanan pedas.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan
laboratorium, yang terdiri dari:
1. Pemeriksaan leukosit
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid.
Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor:
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien
membuat antibodi atau aglutinin yaitu: