Anda di halaman 1dari 7

Mcdia Peternakan, Dcs€mber 2005, hlm. I l?-123 Vol. 28 No.

3
lssN 0t26-04?2
Terakrcditasi SK Dikti Nor 26lDIKTI/Kep/2005

Pengaruh Penambahan Dedak Padi dan Lactobacillus planlarum


lBL-2 dalam Pembuatan Silase Rumput Gajah
(Pennisetum PutPure um)

R, Ridwan, S. Ratnakomala, G Kartina & Y. Widyastuti


Pusat Penelitian Bioteknologi LIPt
Jl. Raya Bogor Km.46, Cibinong l69l I
Telp: 021-8754587 ext 107, Fax: 0218754588
e-mail : rony-biotech@y'ahoo.com
(Diterima 1 1-08-2005: disetujui 24- I 1-2005)

ABSTRACT

Silages making is a solution to overcome the shortage or excessive offorages in Indonesia.


The objeciive ofthis study was to evaluate the effect of rice bran as carbohydrate source and
Lactobacillus plantarum IBL-2 addinon on the quality ofnapier grass (Pennisetum purpweum)
silages. The concentrations ofrice bran and Lactobacillus plantarum IBL-2 addedwere0%o,lo/o,
3%o end 5
o/o (wlw)
and incubated for 30 days. The results showed that the addition of l%o-SYoice
bran significantly affected (P<0.05) pH value, total acid, NDF, ADF compared with controls.
While timperatures, damage level, dry matter, lactic acid, colony oflactic acid bacteria, crude ash,
and organii matter were not significantly affected by treatrnents. Damage level evaluated from all
matrnents was quite lo*i which was not more than 2o4. Treatrnents used did not significandy affect
silages quality. Therefore, rice bran addition at the lowest level ( l% (dw)) was suggested to be
applied is carbohydrate source additive ifcombined with Lactobacillus plantarum lBL-2.

Key words : silages, carbohydrate source, additives, napier grass, rice bran

PENDAHULUAN pertumbuhan alau peningkatan berat badan (BB),


rendabnya tingkat birahi dan terganggunya siklus
Petemak lndonesia pada umumnya sering reproduksi serta turunnya produksi susu
mengalami permasalahan kekurangan atau sampai (Parakkasi, 1999).
kesulitan mendapatkan Hijauan Makanan Temak Pada musim hujan, adakalanya dijumpai
(HMT) segar sebagai pakan temak. Salah satu cara HMT yang berlimpah sehingga upaya pengawetan
penanggulangan yang dilakukan petemak adalah hijauan segar yang disebut silase diharapkan dapat
dengan memberikan pakan seadanya yang menjadi salah satu solusi untuk mengatasi
diperoleh dengan mudah di sekitamya tanpa melihal permasalahan kekurangan hijauan segar pada
baik atau buruk kandungan nutrisinya. Pemberian musim kesulitanpakan. Selain inr, pembuatan silase
pakan temak seadanya sangat mempengaruhi dimakudkan untuk mempertahankan kualitas atau
produktivitas temak seperti terlihat dari lambaurya bahkan meningkatkan hulitas HMT. Hal ini sangat
RIDWAN EI,I'. Mrdis Pctcmaksn

penting karena produktivitas temak merupakan menggunakan aditifbahan lokal baik inokulum
fingsi dari ketenediaan pakan dan kualitas (Leq, bakteri asam laktat maupun bahan aditif dari
1991). sumber karbohidrat. Tujuan penelitian ini adalah
Pembuaan silase sudah dikenal lama sekali untuk melihat pengaruh aditifdedak padi pada
dan berkembang pesat di negarayang beriklim sub- pembuatan silase rumput gajah dengan
topis. Prinsip pembuatan silase adalah fermenhsi menggunakan inokulum bakteri asam laktat
hijauan oleh mikroba yang banyak menghasilkan Lactobaci I lus plant arum IBL-2.
asam laktat. Milaobayang paling dominan adalah
dari golongan bakteri asam laktat homofermentatif MATERI DAII METODE
yang manpu melakukan fermenasi dalam keadaan
Penelitian pembuatan silase ini dilakukan di
aerob sampai anaaob. Asam laKtat yang dihasilkan
Laboratorium Mikrobiologi, Pusat Penelitian
selama proses fermentasi akan berperan sebagai
Bioteknologi LIPL Bahan yang digunakan dalam
zat pengawet sehingga dapat menghindarkan
pertumbuhan mikroorganisme pembusuk.
penelitian ini adalah dedak padi (DP),
I"actobacilhn plantoum BL2 lang diisolasi dari
1
Rendahnya kandungan bahan kering dan WSC
(waler soluble carbohydrate) dwi HMT tropis
buah stsobedMdyastuti eral.,1998), rumput gajah
(Pennisetum purpureum), dan silo mini tower
(C.) yang dipotong segar manyebabkan rendahnya
kapasitas 800-1000 g. Rumput gajah dipotong-
kualitas fermentasi. Kondisi iklim lingkungan saat
potong menjadi ukuran 3-5 cm, dan kemudian
pelayuan sangat mempengaruhi agar dapat
dilayukan selama 4 jam (fudwan & Widyasruti,
memberikan efek posit'rf padapola fermentasi silase.
2003). Perlakuan yang diberikan dalam penelitian
Bakteri asam laktat secara alami ada di ini dengan beberapa penambahan lwel dedak padi
tanaman s€hingga dapat secara otomatis berperan yaitu, 0 (DP 0%), l (DP l%), 3 (DP 37o) dan 5%
pada saat fermentasi, tetapi untuk
@P 570) (wAr). Rwnput gajah yangalahdicampur
mengoptimumkan fase ensilase dianjurkan unok rata dengan dedak padi kemudian dimasukan
melakukan penambahan aditif seperti inokulum kedalam silo sambil ditambahkan L. p lantarum
bakteri asam laktat dan aditif lainnya untuk lBL-2 0,1%;o vlw atau sekitar 106 cfir/g hijauan
menjamin berlangsungnya fermentasi asam lakat (Weinberg eral., 2003). Selaqiutrya silase tersebut
yang sempuma. Inokulum bakteri asam laktat difurkubasi selama 30 hari
@a suhu nung. Masing-
merupakan aditif yang populer di antara aditif masing perlahun mempunyai tigakali ulangan.
lainnya seperti asaq enzim dan sumber karbohidrat Rancangan percobaan yang digunakan
(Bolsen etal.,1995). Bahkan inokulum silase ini adalah rancangan acak lengkap. Data statislik yang
dapat juga berpeluang sebagai probiotik karena dipeoleh selanjutrladianalisis dengan morghitung
sifatrya yang masih dapat bertahan hidup sampai sidik ragam ANOVA. Apabila perlakuan
bagian lambrmg uama dari rumfuunsiayaitu rumen menunjukkan pengaruh yang nyata, maka
(Weinberg er a/., 2004). dilakukan ujijarak duncan (Steel & Tonie, 1995).
Bakteri asam laktat yang digunakan Peubah yang diamati .:dalah bahan koing (% BK),
sebaiknya bersifathomofermentat'rf sehinggahanya abu (%), bahan organik (% BO), suhu silase ("C),
menghasilkan asam lakat selama proses ensilase' persentase kerusakan silase (7o), pH silase,jumlah
Aditif dari sumber karbohidrat yang dapat bakteri asam laktat (BAL log l0 (cfu/ml)
dimanfaatkan diantaranya adalah dedak padi, (Cappucino & Sherman, 200 1 ), total asam (mg/
molaseq sumber pati, pulp kulit jau( dan bungkil ml), asam laktat (g/kg BK silase) (Barker &
ketapa. Bagi Indonesia peluang sangat terbuka Summerson, 1941), %ADF dan % NDF (Goering
untuk mengembangkan teknologi silase dengan & Van Soest, 1975).

Edisi Desenbet 2005 I 16


\r'ol. 28 No. 3 PENCARUH PENAMBAHAN DEDAK

HASILDANPEMBAHASAII pelayuan dengan 2,l7% WSC dan dari rumput


umur 50 hari yang dilayukan dengan 3,0% WSC
Maksud pembuatan silase adalah menghasilkan masing-masingN ammonia (7d 9,4
pengawetan HMT dengan memperhatikan dan 14,8; pH 4,4 dan 4,5; total asam dari % BK
kehilangarnutisilrngminfunaldanmenghidakan (%) 5,9 dan 5,1; asam butirat dan asam laktat
dari perubahan komposisi kimianya. Kualitas (%) Q,a dan 4,1) dn (66,6 dan 41,7) dari total
silase yang baik diperlihatkan melalui beberapa asam @inheiro & Mtlhlbach, 1986).
parameter seperti pH, asarn laktat, wam4 iekshf, Selain pt! wama dan tekstur silase yang juga
suhr.r, persentase kerusakan dan kandungan nutisi merupakan peubah kualitas silase yang dihasilkan.
dari silase. Derajat keasaman atau pH pada semua Silase yang dihasilkan memenuhi kriteria, baik
perlakuan menunjukkan perr-.;daan yang nyata kiteria wama maupun kriteria tekstu silase yang
(P<0O5) lebih rcndah 7,8% dibandingkan dengan baik, yaitu kuning kecoklatan dan lembut.
kontol (Iabel l), sedangkanantaraperlakuantidak Persentase kensakan silase yang dihasilkan berada
terdapat perbedaan. Nilai pH yang diperoleh pada kisaran 2%-3% (Gambar I ).
memenuhi kiteria silase yang baik yaitu sebesar Suhu silase pada waktu dipanen dijadikan
3,8 sampai 4,2 yang dapat menekan tumbuhnya salah satu l<riteria atau peubah kualitas silase yang
jamur dan tidak menyebabkan busuk. dihasilkan. Suhu silase yang dihasilkan pada semua
Turgkatkeamman silase sangatpentinguntuk perlakuan berkisar antara 26-28"C (Gambar l).
diperhatikan karena merupakan penilaian yang Silase masih dikaakan berhasil baik karena suhu
utama terhadap keberhasilan pembuatan silase. panen yang dihasilkan beberapa derajat masih
Kondisi asam akan menghindarkan hijauan dari berada di bawah suhu lingkungan. Sebaliknya
pernbusukan oleh mikobaperusak atau pembusuk apabila melebihi suhu lingkungan sampai 5-10"C
(Henderson, 1993). Mikroba perusak atau berarti silase tersebut diduga telah terkontaminasi
pembusuk yang banyak dijumpai pada pembuatan mikoorganisme yang lain seperti kapang danjamur.
silase dianwanya adalah dari golongan kapang, Penambahan dedak padi sebagai sumber
kamir, yeast, Clostridium sp. dan Enterc- karbohidrat diharapkan dapat mudah larut dan
bacleriaceae. dapatdengncepatdiman:hatkanolehBAL sebagai
Pertumbuhan L. planlarum lBL-2 nutisi untuk pertumbuhannya. Kandungannutrisi
dipengaruhi oleh kandungn WSC hijauan sebesar dedak padi pabrik kualitas nomor satu adalah
50-80 g/kg BK. Rumput yang digunakan protein kasar I 1,9%, energi metabolis 2200 kkaV
mempunyai kandungan bahan kering sekitar kg, lemak 12,l%, serat kasar 10,0%, fosfor 1,3%0,
29,71o/o. Hasil silase rumput gajah segar tanpa kalsium 0,1% (Hartadi €t a/., 1993). Limbah

Tabel l. Hasil analisis kimia silase

Perlakuan pH
asam
Total Asam laktat
(mdml) (g.kg'r BK)

DP 0% (KontroD 4,26'. 4,766 91,60 35,M" 73,85"b


DP I% 3,98b 5,96'b 98,03 33,80' 69,95b
DP3% 3,92b 5,68$ tot,74 24J}b 79,35"
DP 5% 3,98b 6,77' rt2,54 34,74^ 69,16b

Kcterangan: DP: dedak padi


superskip berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<o,05).

T'f9 isi Desenber 20o5


RIDWAN f,T,{I, Mcdis Pctcmskrn

920
Ers
*to

0% t% 3% 5%

I-evel dedak padi

+Suhu ('C) -t- tflang (%) + Rusak (%)

Gambar L Grafik penggunaan dedak padi terhadap kualitas silase

penggilingan padi dengan karbohidrat atau serat Salah satu cara untuk menyeleksi inokulum
kasar sebesar l0% dapat menstimulasi yang akan digunakan dalam pembuatan silase
pertunbuhan BAL. Ditinjau dari harganya bahan adalah perlu dikeuhui qtarat konsmsi glnkosarya.
ini murah dan mudah didapatkaq sehingga cocok Inokulum IBL-2 mengkonsumsi glukosa sebesar
untuk aditifsilase. 63,40/odzn kandungan glukosa awal sebesar
Toul asam yarg dihasilkan oleh penambalun 1137,9 mg/ml dan menghasilkan OD (Optical
DP 5% lebihtinggi 29,69lo (P<0,05) dibadlrykan Density) sebesar 1,74 pada 620 nm. Hal ini
dengan kontrol, sedangkan antara perlakuan level menunjukkan bahwa BAL lBL2 cukup mampu
dedak padi tidak terdapat perbedaan yang nyata. memanfaatkan karbohidrat yang tersedia pada
Total kandungan asam yang dihasilkan akan bahan silase yang salah satunya disediakan oleh
mempengaruhi pH pada akhir pembuatan silase. dedak padi (Tabel2).
Hal ini terlihat pada DP 5% yang mempunyai total Tingkat kelarutan detergen asam dan netal
asam tertinggi (6,77 mg/rnl) sehingga menghasilkal menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
pH terendah yaitu 3,88 (Iabel l). Toal asam yang Perlakuan DP 3% lebih tinggi 29,97% kandungan
dihitung dari cairan atau jus silase merupakan ADFnya dibandingkan dengan perlakuan lainnya"
Sumber karbohidrat DP 0/o mempunyai
kumpulan dari asam-asam organik dan salah satu 3

komponen asam organik yang terkandung dalam keseimbangan yang cukup terhadap kebutuhan
toal asam adalah asam laktat. Pada Tabel I terlihat mikroorganisme pada saat fermentasi silase
bahwa pada DP 5%, kandungan asam laktat sehinggamempunyai tingkatkelarutanyangpaling
sebesar I12,54 gAg BK silase merupakan yang tinggidibandingtandenganpedakuanlanglainnya
t€ftinggi dibandingkandengnpetlakuan lainnya Persentase ADF mencerminkan tingkat kecemaan
Vol. 28 No. 3 PENGARUH PENAMBAHAN DEDAK

Tabel 2. Jumlah populasi bakteri asam laktat

Perlakuan Jurnlah koloni BAL (CFU/ml)

DP 0% (Konrol) 43xld
DP I% 7,1 x 107
DP3% 6,8 x ld
DP 5% 6,4 x 106

pada suasana asam yang teiedi pada saluran dominan. Tingkat kelarutan pada detergen netral
pencemaantemak Trngkatkelanrtanpadadetergen mencerminkan kecemaan pada kondisi rumen
netal perlakuan DP 1% dan DP 5% berbeda nyata beberapa saat dan selanjuhya pH rumen dan
(P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan saluran pencemaan lainnya berkisar antara 5-6,
perlakuan DP 3% akan tetapi dengan kontol tidak sehingga kemampuan bahan yang mempunyai
berbeda nyata. tingkat kelanrtan asam yang cukup berperan untuk
'Ijandraatmadja et al. (1994) melakukan menuju salumnpencemaan bedkuulya"
pengujian terhadap 4% dan 8% molasses yang Kandungan asam laktat dalam silase akan
ditambahkan pada pembuatan silase dari Panicr:nr berpengaruh terhadap jumlah BAL dan derajat
maximum cv. Hamil, pangola grass (Digitaria keanman L. plantarurz I BL-2 dengan perlahan
decumbens) dur setaia (Setaria sphacelata cv, akan mengalami penunrnanjunlah koloni (CFU/
Kaangula). Pangola grass memberikan peftedaan ml) sejalan dengan penurunan pH silase (Gambar
yang nyata lebihtinggi untuk komposisi kimia pada 2). DP s%jurnlah koloni sebesar 6,4x lff cfir/ml,
silase, dengan NDF dan persentase kandungan DP 3%(6,8 x l06cfir/ml), DP I Yo(7,1x107ctu|
lignin rendah dan BAL homofermentatif lebih ml), dan pada DP 0% sebesar 1,2 x lOt cfir/ml.

t20
Lrktat (g/kg Bn
y=(653x+84,345

BAL ( l0 Tcfnlg)

y = - 13,35x + 46,23

o% t% 3%
-m
Iflel d€dak padi

Gambar 2. Kurva linier antara kandungan asam laktat dengsnjumlah BAL

171 Fdisi Desenber 2(M5


RIDWAN Mcdir Pcl.mrkxr
'I,'T.
Tabel3. Nilai nutrisi silase rumput gajah dengan penggunaan level dedak

Perlakuan Bahan kcring (%) Abu (%) Bahan organik (%)

DP 0% (Kontrol) 24,90 t2,14 77,55


DP I% 23,89 t2,52 76,83
DP3% 23,33 12,t9 77,88
DP 5% m,u 12,74 78,92

Tingkat keasaman yang semakin tinggi secara pada perlakuan dengan menggunakan molases,
perlahan akan terakumulasi dan membunuh BAL dedak padi dan kombinasi keduanya.
itu sendiri (McDonald et al., 1991). Hasil analisis beberapa nutrien silase dari
Filya (2003) mengatakan penggunaan perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang
inokulum L. buchneri tunggal atau kombinasi nyata (Tabel 3). Bahan kering yang dihasilkan
denganBALhomofermentatifdapatmeningkalkan berkisar antara 20,04%-24,90%. Penambahan
sabilitas aerob silase dengan penghambatan pada dedak padi pada pembuatan silase dapat
aktivitaslsartataul@mir. Tmgkatk€tusakansangt meningkatkan kemampuan BAL memanfaatkan
katbohidmt terlarut sehingga banyak kadar air yang
menentt*an pada keberhasilan pernbuatan silase,
jadi kalau pada pembuatan silase mempunyai dilepaskan dari rumput atau dengan adanya
pe6edaan antaradaya adhesi dan kohesi, Sehingga
tingkat kerusakan diatas 5% berarti dapat
dengan semakin banyak sumber karbohidrat yang
dikatakan bahwa silase tersebut gagd (Johnson et
ditambahkan akan menunukan kadar batnn kering
al., 1998). Gagal disini dapat diartikan banyak
secara perlahan.
silase yang terbuang dan dapat dihitung sebagai
Balnnorganikyangdihasilkanbe*isarantara
kerugian"
7 6,83o/o-7 8,92%6. Bahan organik yang te*andug
Persentase kerusakan pada penelitian ini
dengan penambahan sumber karbohidrat
berkisar antara 1,25% sampai 1,28% dan masih
seharusnya akan semakin meningkat akan tetapi
dikategorikan berhasil (Gambar I ). Persentase pada penelitian ini tidak terjadi. Hal ini diduga
kehitangan dapal diasumsikan sebagai kehilangan karuupadapenambatunDP lolo-5%masihtrelum
berat bahan kering, sehingga secara berat basah terlalu berpengaruh pada bahan organik.
atau segar tidak terjadi pengurangan berat, akan Kandungan abu yang dihasilkan berkisar antara
tetapi dalam perhinlrgn bahan kering telah terjadi 12,140/o-12,7 4o/o. Hasil penelitian Filya (2003)
kehilangan bahan kering. Persentase kehilangan mengemukakan bahwa pengganaart L buchneri
bahan kering di bawah I 0% (Gambar I ) masih dikombinasikan dengan Z. plantarum dapat
dikaakan normal. Yokota et a/. (1998) melapod<an meningkatkan stabilitas aerob pada silase dan
kegiatan penelitian pada pemanenan pertama pada penghanbatanpadaaktivitaspast, penunmanptl
nnnprtgajah segar pada kondisi musim hujan(8,6% ammonia-N dankehilangan selama fumentasi akan
BK, 67,6% NDF) yang dipotong dengan ukuran tetapi tidak berbeda nyata terhadap BK BO dan
3 cm, yang dilakukan perlakuan dengan NDF silase.
menggunakan 4% molasses dar/atau 15% dedak
padi (2% lemak kasar) yang diinkubasikan pada KESIMPTJLAN
silo plastik. Bahan kering yang dihasilkan 13,4%;
20,1o/o dan 22,5Yo, sedangkan pada tingkat Penggunaan aditif dedak padi pada
kehilangan BK didap a[<an 5,6o/oi 0,3o/o dm 3,0o/o pembuatan silase dengan berbagai level dedak

Edki Desenber 2005 122


Vol. 28 No. 3 PENGARUH LEVEL PROTEIN

dengan penambahan Lactobacillus plantarum and bovine performance. Proceeding ofBritish


I BL-2 106 cfir/g hijauan memberikan pengaruh Society ofAnimal Science. Hal 144.
terhadap beberapa parameter kulitas silase. Level Leng, R.A. 1991. Application ofbiotechnolory to
nutrition of animals in developing countries.
dedak padi memberikan pengaruh yang nyata
FAO AnimalProduction and Health Paper no
(P<0,05) terhadap penunman pH silase, kandungan 90, Rome, ltaly.
total asam (DP 5o/o), % ADF dan % NDF (DP McDonald, P,, A.R. Hendenon & S.J.E. Hercn.
3%) dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan 1991. The Biochemistry of Silage. Chalcombe
antara level dedak padi DP l% dan DP 5% tidak publications. 2d ed. Cenlerbury UK.
memberikan perbedaan yang nyata terhadap Perskkrsi, A- 1999. llmu Nutrisi Makanan Ternak
Ruminansia. Universitas lndonesia Press,
beberapa parameter kualitas silase yaitu bahan
Jakarta.
organik, abu, bahan kering, srn^.r panen, % rusah Pinheiro M.L.C. & P.R,F. Miihlbach. 1986.
jumlah koloni bakteri asam laktat akhir dan asam Efeito do emurchecimento na qualidade das
laktat. trvel dedak dalam aplikasi pernbuatan silase silagens de capim elefante cv. Cameron
dapat berpengaruh terhadap kualitas silase dan (Pennisetum putpureum Schumach.) ede
dapat digunakan sebagai tambahan mulai l%w/w
milheto (Pennis? tum americanum (L,')
Leeke), avaliadas quimicamente. Rev.Soc.
sampai5%w/w Bras. Zoot. l5(3) 224-33.
Ridwan, R. & Yr Widyastuti. 2003. Manual
DAFTAR PUSTAKA Pengawetan HMT (Hijauan Makanan
Ternak) Dengan lnokulum Bakteri Asam
Bolsen, ICK,, Ashbell, G, & J.M. Wilkinnson, Laktat. Puslit Bioteknologi-LlPl. Cibinong,
195. SilageAditifs in Biotechnolory in Animal Bogor.
Feeds and Animal Feeding. R.J.Wallace& A. Steel, R G D & J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan
Chesson (Eds.). VCH. Weinheim. Prosedur Statistik. Terjemahan: B. Sumantri.
Barker, S.B. & W.H. Summerson. 1941. The PT. Cramadia Pustaka Utama Jakarta.
colorimetric determination of lactic acid in Tjandraatmadje, M, B.W. Norton & LC. Mac
biological material. J. Biol. Chem 138 :535- Rae. 1994. Ensilage characteristics of three
554_ tropical grasses as influenced by stage of
Cappuccino, J. G. & N. Sherman. 2001. growth and addition of molasses. World
Microbiology; a laboratory manual.6d Ed. Joumalof Microbiolo$i & Biotechnolory 10,
State University of New York, Rockland 74-81.
Community College. Weinberg, Z.G, R,E. Muck & P.J. Weimer.
Filya, I. 2003. The Effect of Lactobacillus 2003. The survival ofsilage inoculant lactic
buchneri and Lactobacillus plantarum on acid bacteria in rumen fluid. J. App. Microbiol
the fermentation, aerobic stability, and ruminal 94 : 1066- 1071.
degradability of low dry matter corn and Weinberg, Z.G., RE. Muck, P.J. Weimer, Y.
sorghum silages. J. Dairy Sci. 86:3575-3581. Chen, & M. Gamburg. 2004. Lactic Acid
Goering, H.IC & P.J. Vrn Soest. 1975. Forage Bacteria Used In Inoculants For Silage As
fiber analyses. Agriculture Handbook 379. Probiotics For Ruminants. Applied
U.S. Department of Agriculture. Jscket no. BiochemistryAnd B iotechnologr. I l8: l-10.
387-598. Pp. l-20. Widy$tuti, Y., S. Ratnakomale, & F. Ekrwati.
Hertrdi, H., S. Reksohsdiprodjo & A. D. I 998. Bakteri Asam Laktat pada Buah-buahan
Tillman. 1993. Tabel Komposisi Pakan untuk Tropis. Prosiding Seminar Pertemuan Ilmiah
Indonesia. Cetakan ke-3. Universitas Gajah Tahunan PERMI. Bandar Lampung. Hal: 447
Mada, Yoryakarta. - 458.
Henderson, N, 1993. Silage aditifs. Anim. Sci. and Yokota, H, Y. Fujii, & M. Ohrhimr, 1998.
Tech., 45: 35-56. Nutritionsl quality of Napier grass
Johnson, P.N., H.F. Grundy & A. P. Stanway. (Pennisetum putpureum Scinm.) silage
1998. The effect ofan innoculant additive on supplemented with molasses and rice bran by
the fermentation characteristics of grass silage goats. Asian-Aust J. Anim Sci. ll (6):67G697.

I8 H*i Desenber 2oo5

Anda mungkin juga menyukai