Anda di halaman 1dari 11

KORELASI PEMBATASAN SOSIAL BERSKALA BESAR (PSBB)

TERHADAP PROFITABILITAS DAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN


DI SEKTOR PERBANKAN KONVENSIONAL INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada awal tahun 2020, terjadi pandemi Covid-19 di seluruh dunia termasuk
Indonesia. Berawal dari kasus yang terjadi di Depok, Jawa Barat. Dikutip dari situs
World Health Organization (WHO), penyakit virus corona (COVID-19) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona yang baru-baru ini ditemukan.
Penyakit ini menyerang sistem pernafasan manusia, ditransmisikan melalui droplet
(percikan air liur) yang dihasilkan saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau
mengembuskan nafas. Droplet ini terlalu berat dan tidak bisa bertahan di udara,
sehingga dengan cepat jatuh dan menempel pada lantai atau permukaan lainnya. Pada
beberapa kasus, tidak disertai gejala sehingga terkadang pasien tidak menyadari bahwa
ia adalah Carrier.

Gambar 1. Grafik penderita covid-19 di Indonesia


Sumber : wikipedia.com

Setelah kasus pertama, terus terjadi peningkatan signifikan dalam beberapa bulan
terakhir penderita Covid-19 di Indonesia. Pemerintah melakukan berbagai cara untuk
meminimalisir penyebaran Covid-19, salah satunya adalah mensosialisasikan 3M yaitu
mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak (kemkes.go.id). Menjaga jarak atau
yang sering dikenal dengan istilah physical distancing penting dilakukan sebab dengan
berinteraksi dengan orang lain dapat meningkatkan resiko terpapar Covid-19.
Penelitian The Lancet Universitas Hong Kong menyebutkan bahwa virus Corona
tidak hanya menyebar melaui kontak langsung dengan penderita, melainkan juga
melalui media yang diinangi virus Covid-19. Penelitian tersebut menyebabkan virus
Covid-19 dapat bertahan pada masker medis hingga 7hari selaras dengan penelitian
para peneliti Amerika pada jurnal ilmiah Nature yang menyebutkan virus dapat
bertahan pada plastik selama 72jam. Oleh karena itu, masyarakat menjadi lebih berhati-
hati dan membatasi ruang gerak dalam kegiatan sehari-hari. Tentunya, hal tersebut
mempengaruhi aktivitas ekonomi dan perekonomian Indonesia.
Dalam rangka percepatan penanganan COVID-19 di berbagai daerah maka
dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 mengenai
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Menurut Oscar Primadi selaku Sekretaris
Jenderal Kementrian Kesehatan, PSBB meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja,
pembatasan kegiatan keagamaan, pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum,
pembatasan kegiatan sosial budaya, pembatasan moda transportasi, dan pembatasan
kegiatan lainnya khusus terkait aspek pertahanan dan keamanan.
Kriteria wilayah yang menerapkan PSBB adalah memiliki peningkatan jumlah
kasus dan kematian akibat penyakit COVID-19 secara signifikan. Jakarta adalah kota
pertama yang melakukan PSBB pada April 2020 dan kemudian dilanjut oleh Surabaya.
Kedua kota tersebut merupakan kota besar yang merupakan pusat bisnis dan industri
serta termasuk kota penyumbang pajak tertinggi. Pajak yang tinggi menunjukkan
kegiatan ekonomi yang tinggi.
PSBB menyebabkan kegiatan distribusi bahan baku, penjualan produk terhambat.
Bahkan beberapa pabrik menutup sementara kegiatan aktivitasnya. Melemahnya
aktivitas produksi tentunya melemahkan segala aspek dalam perusahaan salah satunya
adalah profitabilitas. Profitabilitas dan aspek lain dapat sangan mempengaruhi nilai
perusahaan.
Nilai Perusahaan adalah kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh harga saham
yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran pasar modal yang merefleksikan
penilaian masyarakat terhadap kinerja perusahaan(Harmono,2009:233). Dapat
dikatakan bahwa nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat
keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham.
Harga saham adalah harga suatu saham yang terjadi di pasar bursa pada saat
tertentu yangditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan
danpenawaran saham yang bersangkutan di pasar modal. (Jogiyanto, 2008:167). Harga
saham menentukan kekayaan pemegang saham. Maksimalisasi kekayaan pemegang
saham diterjemahkan menjadi maksimalkan harga saham perusahaan. Harga saham
pada satu waktu tertentu akan bergantung pada arus kas yang diharapkan diterima di
masa depan oleh investor “rata-rata” jika investor membeli saham (Brigham &
Houston, 2010:7).
Harga saham yang ada di pasar selalu berfluktuasi, atau selalu berubah. Beberapa
penelitian mengaitkan harga saham dengan kinerja perusahaan. Jika kinerja perusahaan
baik maka harga saham juga akan meningkat. Jika laba perusahaan meningkat, investor
akan tertarik untuk membeli saham tersebut maka permintaan terhadap saham tersebut
juga akan meningkat, sehingga harga saham akan naik. Hal ini berlaku sebaliknya, jika
perusahaan mengalami kerugian maka harga saham akan cenderung turun. Laba
perusahaan atau kinerja perusahaan dapat terlihat ketika menganalisis laporan keuangan
yang diterbitkan perusahaan tersebut.
Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan
perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2014:7). Menurut
Munawir (2002:56), laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk
memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil operasi
yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Dapat dikatakan bahwa laporan
keuangan merupakan laporan yang diterbitkan perusahaan dimana menunjukkan kinerja
suatu perusahaan yang berfungsi sebagai sumber informasi baik kepada internal
perusahaan maupun eksternal (investor). Sesuai dengan Standart Akuntansi Keuangan,
laporan keuangan wajib mencantumkan laporan laba rugi, laporan perubahan modal,
neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari pemaparan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan
bagi peneliti dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah PSBB berpengaruh signifikan terhadap sektor perbankan konvensional
yang telah masuk ke dalam FINTECH?
2. Bagaimana kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap harga saham perusahaan?
3. Berapa besar dampak PSBB terhadap harga saham yang dihitung dengan ratio
profitabilitas?
4. Apakah dapat mengadaptasi solusi dari krisis moneter 1998 untuk meningkatkan
kinerja perusahaan pasca Covid-19 mereda?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan
yaitu:
1. Mengetahui apakah PSBB berpengaruh signifikan terhadap sektor perbankan
konvensional yang telah masuk ke dalam FINTECH?
2. Mengetahui bagaimana kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap harga saham
perusahaan.
3. Mengetahui seberapa besar dampak PSBB terhadap harga saham yang dihitung
dengan ratio profitabilitas.
4. Mengetahui apakah dapat mengadaptasi solusi dari krisis moneter 1998 untuk
meningkatkan kinerja perusahaan pasca Covid-19 mereda.
BAB II
LANDASAN TEORI

4.1 Kajian Pustaka


PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar adalah pembatasan kegiatan
tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran Covid-
19 (Permenkes, 2020 : 9 (1)). Kebijakan yang ditetapkan pemerintah meliputi segala
aktivitas di wilayah tersebut misalkan jam malam, work/school from home, dan
kegiatan lain yang dapat meminimalisir interaksi antar manusia. PSBB di Indonesia
pada awal 2020 dilakukan akibat sebagai upaya percepatan penanganan penularan virus
Covid-19.
Dengan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar tentunya berdampak besar
pada kegiatan ekonomi. Dibuktikan dengan penerapan PSBB pada kota Jakarta yang
mengakibatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada kuartal II (April-Juni)
sebesar -8,22% yang merupakan terendah selama 10 tahun terakhir dan Surabaya -5,9%
(BPS.go.id).
Pada dasarnya, sebuah perusahaan didirikan untuk mendapatkan laba dan penting
bagaimana perusahaan dapat memenuhi kebutuhan operasionalnya dengan baik. Dalam
suatu perusahaan perlu keseimbangan antara kedua neraca (aktiva dan pasiva) sebab
apabila cenderung unggul di salah satu maka menunjukkan antara kerugian atau
perusahaan yang kurang mampu mengelola asetnya dengan maksimal.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2017:2), Laporan keuangan adalah suatu
penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.
Sedangkan menurut Harahap (2015: 105), Laporan keuangan adalah laporan yang
menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu
atau jangka waktu tertentu. Dapat disimpulkan bahwa Laporan Keuangan adalah hasil
yang diterbitkan oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab dan sumber informasi
mengenai kinerja perusahaan dalam periode tertentu.
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia, dalam sebuah laporan
keuangan harus terdiri dari Laporan laba rugi, Laporan perubahan modal, Neraca,
Laporan arus kas dan Catatan atas laporan keuangan. Oleh karena itu, laporan keuangan
dijadikan sumber Informasi yang digunakan sebagai acuan pengambilan suatu
keputusan baik pihak internal (perusahaan) maupun eksternal (calon investor)
(Muizudin & Utiyati, 2015).
Seorang investor memiliki tujuan tersendiri dalam berinvestasi. Pada umumnya,
untuk memperoleh laba semaksimalnya baik untuk masa kini maupun nanti (Jogiyanto,
2008). Oleh karena itu, sebelum berinvestasi seorang investor akan menganalisa
laporan keuangan suatu perusahaan untuk melihat prospek keuntungan dan penting bagi
perusahaan agar dapat menarik dana investasi sebab merupakan salah satu sumber
modal dalam kegiatan operasional perusahaan.
Dalam laporan keuangan, terdapat beberapa teknik menganalisa. Salah satunya
yaitu melalui Ratio Profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal
sendiri (Agus Sartono, 2010 : 122). Dapat dikatakan bahwa melalui analisa ratio ini,
investor akan mampu mengetahui seberapa berhasil perusahaan menghasilkan
keuntungan/laba. Rasio profitabilitas terdiri dari:
a. Net Profit Margin (NPM)
adalah alat untuk mengentahui keuntungan per rupiah penjualan. Semakin tinggi
rasio ini, semakin baik operasi suatu perusahaan. Rumus:
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑁𝑃𝑀 = 𝑥 100%
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
b. Return Of Assets (ROA)
adalah alat untuk mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari
aktiva yang digunakan. Rumus:
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑅𝑂𝐴 = 𝑥 100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡
c. Return On Equity (ROE)
adalah alat untuk mengetahui kemampuan perusahaan memperoleh laba yang
tersedia pemegang saham perusahaan. Rumus:
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑅𝑂𝐸 = 𝑥 100%
𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙

Menganalisa laporan keuangan dapat menunjukkan bagaimana nilai perusahaan.


Nilai Perusahaan adalah kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh harga saham yang
dibentuk oleh permintaan dan penawaran pasar modal yang merefleksikan penilaian
masyarakat terhadap kinerja perusahaan (Harmono,2009:233). Dapat dikatakan bahwa
nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan
yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi menggambarkan
nilai perusahaan tinggi, dan meningkatkan kepercayaan pasar tidak hanya terhadap
kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa mendatang.
Saat ini merupakan era revolusi 4.0 yaitu era digitalisasi dimana segala sesuatu
dipermudah dan dapat dipercepat dengan bantuan teknologi. Selain itu, menurut
Hermann et al (2016) ada 4 prinsip industri 4.0 yaitu interkoneksi melalui Internet of
Thing (IoT) atau Internet of People (IoP); transparansi informasi; bantuan teknis; dan
keputusan terdesentralisasi. Menurut Lifter dan Tschiener (2013), prinsip dasar industri
4.0 adalah penggabungan mesin, alur kerja, dan sistem, dengan menerapkan jaringan
cerdas di sepanjang rantai dan proses produksi untuk mengendalikan satu sama lain
secara mandiri.
Di era 4.0, memungkinkan seseorang dapat berinteraksi tanpa tatap muka. Inovasi
terus masif bermunculan dan agar dapat bertahan dan tidak terdisrupsi, harus mampu
bersaing mengikuti, mengembangkan bahkan menciptakan inovasi termasuk di sektor
keuangan perbankan sehingga memunculkan istilah FinTech. FinTech adalah hasil
gabungan antara jasa keuangan dengan teknologi yang akhirnya mengubah model
bisnis dari konvensional menjadi moderat (bi.go.id). Bank Indonesia pun telah
menetapkan regulasi sebagai payung hukum seperti Peraturan Bank Indonesia No.
18/17/PBI/2016 tentang Uang Elektronik.
FinTech saat ini sedang gencar dikembangkan dan memudahkan nasabah dalam
bertransaksi seperti Bank BCA yang meluncurkan produk aplikasi BCA Mobile dimana
nasabah dapat transfer, cek saldo, buka rekening, dll. hanya melalui aplikasi tanpa
harus datang ke bank. BNI dengan produk Jenius, dimana melalui aplikasi tersebut
pengguna dapat mengelola keuangan dan rencana keuangan jangka depan.

4.2 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan perbandingan dan
acuan. Selain itu, untuk menghindari anggapan kesamaan dengan penelitian ini maka
dicantumkanlah hasil penelitian terdahulu sebagai berikut:
a. Hasil penelitian Haryanto, 2020
Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan variabel IHSG; Nilai tukar rupiah;
dan dampak covid-19.
Peningkatan 1% dalam kasus Covid-19, menyebabkan koreksi ke Composite Stock
Price Index (CSPI) sebesar 0,03% maka diperlukan intervensi kebijakan untuk
mengendalikan penyebaran wabah Covid-19, mengendalikan kepanikan agar tidak
berdampak pada Rupiah dan pasar saham melalui berbagai kebijakan stimulus.
Dapat disimpulkan bahwa pandemi Covid-19 berpengaruh terhadap harga saham.
b. Wibowo Hadiwardoyo, 2020
Penelitian dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan variabel Kerugian ekonomi;
PSBB; dan Pandemi.
Akibat adanya PSBB, total kerugian sekitar Rp517T (Jabodetabek + Bandung Raya
selama 1,5 bulan). Terdapat beberapa sektor yang memiliki andil kerugian terbesar
seperti pariwisata, transportasi massal, ticketing, hotel, dll. Sektor yang dapat
berkembang seperti provider, pengiriman barang, asuransi, kesehatan, dll.
Cara mengatasi adalah dengan kebijakan yang tepat, baik secara lokasi, waktu,
maupun prosedur dan sesingkatnya. Pembatasan yang berkepanjangan, atau
berpindah-pindah lokasi karena tidak serempak, berisiko melampaui batas
kemampuan survival individu maupun entitas bisnis. Dan bila itu yang terjadi,
maka penyelamatan tidak dapat dilakukan, dan kerugian akan semakin besar baik
secara ekonomi maupun sosial.

4.3 Kerangka Berpikir


Dari paparan teori di atas, dapat disimpulkan saat ini Indonesia memasuki era 4.0
dimana segala sesuatu dipermudah dengan digitalisasi. Segala aspek berlomba
berinovasi dengan memanfaatkan teknologi yang ada guna efisiensi termasuk
perusahaan di sektor perbankan konvensional. Pada awal 2020, dunia termasuk
Indonesia dilanda pandemi Covid-19 yang menyebabkan adanya kebijakan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa kota yang memenuhi kriteria sebagai upaya
percepatan penanganan Covid-19. Kegiatan ekonomi terhambat akibat adanya
pembatasan wilayah maupun aktivitas yang berdampak interaksi antar manusia.
Menurut penulis, konsep PSBB bertolak belakang dengan konsep digitalisasi
dimana jarak tidak lagi menjadi penghambat. Melemahnya kegiatan ekonomi juga
secara teori akan berdampak pada berkurangnya kegiatan perusahaan di sektor
perbankan konvensional sehingga memunculkan kemungkinan penurunan performa
perusahaan secara signifikan dan terjadinya down trend beberapa perusahaan yang go
public pada IDX.
Ilustrasi alur :

PSBB

• Ratio
Perusahaan
profitabilitas

Harga
Saham

4.4 Hipotesis
Dari paparan yang telah dijelaskan, melalui penelitian ini ingin membuktikan beberapa
hipotesis sebagai berikut :
H0 = PSBB tidak berpengaruh signifikan terhadap performa perusahaan di sektor
perbankan konvensional.
H1 = PSBB berpengaruh signifikan terhadap performa perusahaan di sektor perbankan
konvensional
H2 = Digitalisasi pada perbankan konvensional tidak berhubungan dengan harga saham
perusahaan sektor perbankan konvensional di bursa efek

Anda mungkin juga menyukai