NIM : 2014901089
FAKULTAS KESEHATAN
2020
I. Konsep Lansia
1. Pengertian lansia
Manusia lanjut usia (manula) merupakan populasi penduduk yang
berumur tua dengan kelompok usia 60 tahun atau lebih (Bustan, 2007).
Menurut (Fatmah, 2010) lansia merupakan proses alamiah yang terjadi
secara berkesinambungan pada manusia dimana ketika menua
seseorang akan mengalami beberapa perubahan yang pada akhirnya
akan mempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan seluruh tubuh.
Istilah manusia usia lanjut belum ada yang mematenkan sebab setiap
orang memiliki penyebutannya masing-masing seperti manusia lanjut
usia (manula), manusia usia lanjut (lansia), usia lanjut (usila), serta ada
yang menyebut golongan lanjut umur (glamur) (Maryam, 2008: 32).
2. Etiologi
Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui, tetapi terdapat
hipotesis yang dapat dijadikan sebagai petunjuk terjadinya artritis
reumatoid, yaitu:
a. Genetik
Terbukti bahwa seorang individu yang menderita artritis reumatoid
memiliki riwayat keluarga artritis reumatoid, 2-3 kali lebih banyak
dari populasi normal.
b. Kompleks imun (autoimun)
Antibodi yang tidak biasa dengan tipe IgM dan atau IgG terbentuk di
sinosium dan jaringan konektif lainnya sehingga berakibat inflamasi
lokal dan sistemik.
c. Pengaruh hormonal
Lebih banyak terjadi pada wanita dari pada laki-laki.
d. Perkembangan virus
Setelah terjangkit virus, misalnya virus Epstein Barr yang
menyebabkan terjadi autoimun.
3. Patofisiologi
a. Reaksi tipe III (kompleks imun) dan tipe IV (cell-mediated)
Destruksi pencernaan oleh produksi protease, kolagenase, dan
enzim-enzim hidrolitiknya yang memecahkan tulang rawan,
ligamen, tendon dan tulang pada sendi yang dilepaskan secara
bersama dengan radikal O2 dan metabolis asam arakidonat oleh
leukosit polimorfonukuler dalam cairan sinovial, yang diduga
sebagai suatu respon autoimun terhadap antigen yang diproduksi
secara lokal.
b. Destruksi jaringan, terdiri dari empat 4 tahap:
1) Sinovitis
Fase awal inflamasi sendi, membran sendi mengeluarkan
eksudat fibrinosa dan membentuk vilus. Lekosit PMN
ditemukan banyak pada cairan sendi, tetapi tidak ditemukan
pada membran. Sel radang pada membran adalah sel limfosit
dan sel plasma yang berkelompok nodul dan sentrum germinal.
Jaringan granulasi meluas sampai jaringan ikat subsinovial
sehingga menjadi edema, akan menjadi fibrotik atau jaringan
parut yang menimbulkan kontraktur dan deformitas.
2) Formasi/pembentukan pannus
Jaringan granulasi yang mencapai permukaan sendi dan pannus
berpengaruh pada nutrisi tulang rawan sendi dan cairan sendi,
yang berakibat tulang-tulang rawan mengalami nekrosis. Bila
mengenai tulang subchondral akan menjadi osteolisis atau kista
tulang, sedang tulang yang tersisa akan mengalami
osteoporosisregional.
3) Ankilosis fibrosa
Proses yang berkelanjutan dari bulanan sampai tahunan, akan
terjadi perlekatan dengan permukaan sendi yang berdekatan
sehingga terjadi ankaliosis fibrosad.
4) Ankaliosis tulang
Terjadi bila jaringan fibrosa berubah menjadi jaringan tulang.
4. Manifestasi klinis
Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli artritis
rheumatoid. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan,
pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku, sendi pergelangan kakisendi
bahu dan panggul (NANDA, 2015).
5. Pemeriksaan penunjang
a. Faktor rheumatoid, Fiksari lateks, Reaksi-reaksi aglutinasi.
b. Laju Endap Darah: Umumnya meningkat pesat (80-100 mm/h)
mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat.
c. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
d. Sel darah putih: meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
e. Haemoglobin: umumnya menunjukan anemia sedang.
f. Ig (Ig M dan lg G): peningkatan menunjukan proses autoimun sebagai
penyebar AR.
g. Sinar X dari sendi yang sakit: meunjukan pembengkakan pada
jaringan lunak, erosi sendi dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan (perubahan dan subluksasio perubahan osteoartristik yang
terjadi secara bersamaan.
h. Scan radionuklida: identifikasi peradangan sinovium.
i. Artroskopi langsung, aspirasi cairan synovial.
j. Biopsi memberikan synovial: menunjukan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas (NANDA, 2015)
6. Penatalaksanaan medis
a. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan
yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin
ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang lama.
b. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat
inflamasi yang sering dijumpai.
OAINS yang dapat diberikan:
1) Aspirin
2) Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dan sebagainya.
c. DMARD digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari
proses destruksi akibat artritis reumatoid. Jenis-jenis yang digunakan
adalah:
1) Klorokuin paling banyak digunakan karena harganya
terjangkau, namun efektifitasnya lebih rendah dibanding dengan
yang lain.
2) Sulfasalazin dalam bentuk tablet dengan efek sampingnya
nausea, muntah dan dispepsia.
3) Garam emas adalah gold standard bagi DMARD. Khasiatnya
tidak diragukan lagi meski sering timbul efek samping.
4) Obat imunosupresif atau imunoregulator
Metotreksat sangat mudah digunakan dan waktu mulai kerjanya
relatif pendek dibandingkan dengan yang lain.
5) Kortikosteroid, hanya dipakai untuk pengobatan artritis
reumatoid dengan komplikasi berat dan mengancam jiwa,
seperti vaskulitis, karena obat ini memiliki efek samping yang
sangat berat.
d. Rehabilitasi, bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien. Caranya
antara lain dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan,
pemanasan, dan sebagainya. Fisioterapi dimulai segera setelah rasa
pada sendi berkurang atau minimal. Sering pula diperlukan alat-alat.
Karena itu, pengertian tentang rehabilitasi termasuk:
1) Pemakaian alat bidai, tongkat/tongkat penyangga, walking
machine, kursi roda, sepatu dan alat.
2) Alat ortotik protetik lainnya.
3) Terapi mekanik.
4) Pemanasan: baik hidroterapi maupun elektroterapi.
5) Occupational therapy.
e. Pembedahan
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta
terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan
pembedahan. Jenis pengobatan ini pada pasien arthritis rheumatoid
umumnya bersifat ortopedik, misalnya sinovektomi, artrodesis, total
hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar, dan sebagainya. Untuk
menilai kemajuan pengobatan dipakai parameter:
1) Lamanya morning stiffness
2) Banyaknya sendi yang nyeri bila digerakkan/berjalan
3) Kekuatan menggenggam (dinilai dengan tensimeter).
4) Waktu yang diperlukan untuk berjalan 10-15 meter.
5) Peningkatan LED.
6) Jumlah obat-obat yang digunakan
1. Pengkajian
Format pengkajian keluarga model Friedman (2010) yang
diaplikasikan ke kasus dengan masalah utama remathoid arthritis
meliputi:
a. Data umum
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan,
penanggung jawab. Data dasar pengkajian pasien tergantung
padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya
(misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan
misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama
bentuk-bentuk arthritis lainnya
b. Riwayat Kesehatan
Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada
tungkai. Perasaan tidak nyaman dalam beberapa
periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan merasakan
adanya perubahan pada sendi
c. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi
(bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit,
dan pembengkakan.
2) Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-
sendi synovial
a) Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
b) Catat bila ada krepitasi
c) Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
d) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara
bilateral
3) Catat bila ada atrofi, tonus yang berkurang
4) Ukur kekuatan otot
5) Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
6) Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
d. Aktivitas/istirahat
Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk
dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya
terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang
berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
Pekerjaan, keletihan.
Tanda: Malaise, Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi
e. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat
intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum
warna kembali normal).
f. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial,
pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi
(misalnya ketergantungan pada orang lain)
g. Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/
mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia
Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan, kekeringan pada membran
mukosa.
h. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan pribadi. Ketergantungan
i. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya
sensasi pada jari tangan. Pembengkakan sendi simetris
j. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi).
k. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit,
ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/
pemeliharaan rumah tangga.Demam ringan
menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
l. Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang
lain; perubahan peran; isolasi.
m. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan
yang cukup tinggi apalagi pada pasien yang mengalami
deformitas pada sendi-sendi karena ia merasakan adanya
kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan
sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan
pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek
body image dan harga diri klien.
2. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga
dengan masalah remathoid arthritis adalah (NANDA NIC-NOC
2015) :
1. Nyeri akut b.d perubahan patologis oleh artritis rheumatoid
(rematik).
2. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan tubuh, sendi,
bengkok dan deformitas
3. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur
tulang, kekuatan sendi
4. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi
5. Resiko cidera b.d berkurangnya kekuatan otot.
3. Perencanaan Keperawatan
4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya:
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi:
keterampilan interpersonal, tekhnikal dan intelektual dilakukan dengan
cermat dan efesien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis
pasien dilindungi serta didokumentasi intervensi dan respon klien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara konkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan
perawatan yang muncul pada pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari pelaksanaan asuhan keperawatan,
dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat, dan anggota tim lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dan rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak untuk melakukan pengkajian
ulang.
IV. WOC
Reaksi Peradangan
Defisiensi pengetahuan
Nodul Infiltrasi dalam os ansietas
subcondria
Deformitas
sendi Hambatan nutrisi pada Kartilago nekrosis
kartilago
Erosi kartilago
Gangguan Kerusakan kartilago
body image dan tulang Adhesi pada permukaan
sendi
Tendon dan ligament
melemah Ankilosis fibrosa
Nurarif & Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis
dan NANDA NIC NOC. Jogjakarta: Mediacation