Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

GERONTIK DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS

NAMA : NI NYOMAN MAYANTI ANGGARISTA

NIM : 2014901089

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

2020
I. Konsep Lansia

1. Pengertian lansia
Manusia lanjut usia (manula) merupakan populasi penduduk yang
berumur tua dengan kelompok usia 60 tahun atau lebih (Bustan, 2007).
Menurut (Fatmah, 2010) lansia merupakan proses alamiah yang terjadi
secara berkesinambungan pada manusia dimana ketika menua
seseorang akan mengalami beberapa perubahan yang pada akhirnya
akan mempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan seluruh tubuh.
Istilah manusia usia lanjut belum ada yang mematenkan sebab setiap
orang memiliki penyebutannya masing-masing seperti manusia lanjut
usia (manula), manusia usia lanjut (lansia), usia lanjut (usila), serta ada
yang menyebut golongan lanjut umur (glamur) (Maryam, 2008: 32).

2. Karakteristik dan klasifikasi lansia


a. Karakteristik Lansia
Menurut (Maryam, 2008: 33) karakteristik lansia disebutkan menjadi 3
diantaranya adalah:
1) Seseorang yang berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan
Pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan)
2) Variasi lingkungan tempat tinggalnya
3) Masalah dan kebutuhan lansia yang beragam.
b. Klasifikasi lansia dibedakan menjadi 4 kelompok usia Menurut Word
Health Organization (WHO), (Fatmah, 2010: 8) dan (Aspiani, 2014:
20):
1) Usia Pertengahan (Middle Age): Usia 45-59 Tahun
2) Usia Lansia (Elderly): Usia 60-74 Tahun
3) Usia Lansia Tua (Old): Usia 75-90 Tahun)
4) Usia Sangat Tua (Very Old): Usia Diatas 90 Tahun
3. Tipe Lasia
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-
macam tipe usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
a. Tipe arif bijaksana, Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri, Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang
dengan kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman
pergaulan, serta memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas, Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin,
menentang proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan,
kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman
yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut,
sulit dilayani dan pengkritik
d. Tipe pasrah, Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib
baik, mempunyai konsep habis (“habis gelap datang terang”),
mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja
dilakukan.
e. Tipe bingung, Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian,
mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak
acuh (Nugroho, 2008).

4. Tugas Perkembangan Lansia


Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan
diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses
tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Adapun tugas perkembangan
lansia adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
d. Mempersiapkan kehidupan baru.
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat
secara santai.
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan
(Maryam, 2008)

II. Tinjauan Kasus


1. Pengertian
Rheumatoid arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi non
bakterial yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan
mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris.
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh
organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien-pasien artritis reumatoid
terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat
progresivitasnya. Pasien dapat pula menunjukkan gejala konstitusional
berupa kelemahan umum, cepat lelah, atau gangguan nonartikular lain
(Mansjoer, 2010). Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun
dimana persendian biasanya sendi tangan dan kaki secara simetris
mengalami peradangan, sehinga terjadi pembengkakan, nyeri dan  sering
kali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.

Artritis Reumatoid adalah peradangan pada persendian, baik yang


terjadi secara mendadak (akut) atau menahun (kronis). Artritis dapat
menyerang satu sendi atau beberapa sendi sekaligus.
Penyakit ini biasanya disertai dengan pembengkan dan rasa nyeri pada
sendi yang terkena. Bila penyakitnya kronis, kadang hanya timbul rasa
nyeri saja.

2. Etiologi
Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui, tetapi terdapat
hipotesis yang dapat dijadikan sebagai petunjuk terjadinya artritis
reumatoid, yaitu:
a. Genetik 
Terbukti bahwa seorang individu yang menderita artritis reumatoid
memiliki riwayat keluarga artritis reumatoid, 2-3 kali lebih banyak
dari populasi normal.
b. Kompleks imun (autoimun)
Antibodi yang tidak biasa dengan tipe IgM dan atau IgG terbentuk di
sinosium dan jaringan konektif lainnya sehingga berakibat inflamasi
lokal dan sistemik.
c. Pengaruh hormonal
Lebih banyak terjadi pada wanita dari pada laki-laki.
d. Perkembangan virus
Setelah terjangkit virus, misalnya virus Epstein Barr yang
menyebabkan terjadi autoimun.

3. Patofisiologi
a. Reaksi tipe III (kompleks imun) dan tipe IV (cell-mediated)
Destruksi pencernaan oleh produksi protease, kolagenase, dan
enzim-enzim hidrolitiknya yang memecahkan tulang rawan,
ligamen, tendon dan tulang pada sendi yang dilepaskan secara
bersama dengan radikal O2 dan metabolis asam arakidonat oleh
leukosit polimorfonukuler dalam cairan sinovial, yang diduga
sebagai suatu respon autoimun terhadap antigen yang diproduksi
secara lokal.
b. Destruksi jaringan, terdiri dari empat 4 tahap:
1) Sinovitis
Fase awal inflamasi sendi, membran sendi mengeluarkan
eksudat fibrinosa dan membentuk vilus. Lekosit PMN
ditemukan banyak pada cairan sendi, tetapi tidak ditemukan
pada membran. Sel radang pada membran adalah sel limfosit
dan sel plasma yang berkelompok nodul dan sentrum germinal.
Jaringan granulasi meluas sampai jaringan ikat subsinovial
sehingga menjadi edema, akan menjadi fibrotik atau jaringan
parut yang menimbulkan kontraktur dan deformitas.
2) Formasi/pembentukan pannus
Jaringan granulasi yang mencapai permukaan sendi dan pannus
berpengaruh pada nutrisi tulang rawan sendi dan cairan sendi,
yang berakibat tulang-tulang rawan mengalami nekrosis. Bila
mengenai tulang subchondral akan menjadi osteolisis atau kista
tulang, sedang tulang yang tersisa akan mengalami
osteoporosisregional.
3) Ankilosis fibrosa
Proses yang berkelanjutan dari bulanan sampai tahunan, akan
terjadi perlekatan dengan permukaan sendi yang berdekatan
sehingga terjadi ankaliosis fibrosad.
4) Ankaliosis tulang
Terjadi bila jaringan fibrosa berubah menjadi jaringan tulang.

4. Manifestasi klinis
Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli artritis
rheumatoid. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan,
pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku, sendi pergelangan kakisendi
bahu dan panggul (NANDA, 2015).
5. Pemeriksaan penunjang
a. Faktor rheumatoid, Fiksari lateks, Reaksi-reaksi aglutinasi.
b. Laju Endap Darah: Umumnya meningkat pesat (80-100 mm/h)
mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat.
c. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
d. Sel darah putih: meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
e. Haemoglobin: umumnya menunjukan anemia sedang.
f. Ig (Ig M dan lg G): peningkatan menunjukan proses autoimun sebagai
penyebar AR.
g. Sinar X dari sendi yang sakit: meunjukan pembengkakan pada
jaringan lunak, erosi sendi dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan (perubahan dan subluksasio perubahan osteoartristik yang
terjadi secara bersamaan.
h. Scan radionuklida: identifikasi peradangan sinovium.
i. Artroskopi langsung, aspirasi cairan synovial.
j. Biopsi memberikan synovial: menunjukan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas (NANDA, 2015)

6. Penatalaksanaan medis
a. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan
yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin
ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang lama.
b. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat
inflamasi yang sering dijumpai.
OAINS yang dapat diberikan:
1) Aspirin
2) Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dan sebagainya.
c. DMARD digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari
proses destruksi akibat artritis reumatoid. Jenis-jenis yang digunakan
adalah:
1) Klorokuin paling banyak digunakan karena harganya
terjangkau, namun efektifitasnya lebih rendah dibanding dengan
yang lain.
2) Sulfasalazin dalam bentuk tablet dengan efek sampingnya
nausea, muntah dan dispepsia.
3) Garam emas adalah gold standard bagi DMARD. Khasiatnya
tidak diragukan lagi meski sering timbul efek samping.
4) Obat imunosupresif atau imunoregulator 
Metotreksat sangat mudah digunakan dan waktu mulai kerjanya
relatif pendek dibandingkan dengan yang lain.
5) Kortikosteroid, hanya dipakai untuk pengobatan artritis
reumatoid dengan komplikasi berat dan mengancam jiwa,
seperti vaskulitis, karena obat ini memiliki efek samping yang
sangat berat.
d. Rehabilitasi, bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien. Caranya
antara lain dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan,
pemanasan, dan sebagainya. Fisioterapi dimulai segera setelah rasa
pada sendi berkurang atau minimal. Sering pula diperlukan alat-alat.
Karena itu, pengertian tentang rehabilitasi termasuk:
1) Pemakaian alat bidai, tongkat/tongkat penyangga, walking
machine, kursi roda, sepatu dan alat.
2) Alat ortotik protetik lainnya.
3) Terapi mekanik.
4) Pemanasan: baik hidroterapi maupun elektroterapi.
5) Occupational therapy.
e. Pembedahan
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta
terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan
pembedahan. Jenis pengobatan ini pada pasien arthritis rheumatoid
umumnya bersifat ortopedik, misalnya sinovektomi, artrodesis, total
hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar, dan sebagainya. Untuk
menilai kemajuan pengobatan dipakai parameter:
1) Lamanya morning stiffness
2) Banyaknya sendi yang nyeri bila digerakkan/berjalan
3) Kekuatan menggenggam (dinilai dengan tensimeter).
4) Waktu yang diperlukan untuk berjalan 10-15 meter.
5) Peningkatan LED.
6) Jumlah obat-obat yang digunakan

III. TINJAUAN ASKEP


A. Konsep Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan
pelayanan kesehatan, dalam upaya pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia
(KDM), dengan menggunakan metodologi proses keperawatan dan
berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi kode etik dan etika
keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.
(DPP PPNI, 2011).

1. Pengkajian
Format pengkajian keluarga model Friedman (2010) yang
diaplikasikan ke kasus dengan masalah utama remathoid arthritis
meliputi:
a. Data umum
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan,
penanggung jawab. Data dasar pengkajian pasien tergantung
padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya
(misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan
misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama
bentuk-bentuk arthritis lainnya
b. Riwayat Kesehatan
Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada
tungkai. Perasaan tidak nyaman dalam beberapa
periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan merasakan
adanya perubahan pada sendi
c. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi
(bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit,
dan pembengkakan.
2) Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-
sendi synovial
a) Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
b) Catat bila ada krepitasi
c) Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
d) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara
bilateral
3) Catat bila ada atrofi, tonus yang berkurang
4) Ukur kekuatan otot
5) Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
6) Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
d. Aktivitas/istirahat
Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk
dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya
terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang
berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
Pekerjaan, keletihan.
Tanda: Malaise, Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi
e. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat
intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum
warna kembali normal).
f. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial,
pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi
(misalnya ketergantungan pada orang lain)
g. Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/
mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia
Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan, kekeringan pada membran
mukosa.
h. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan pribadi. Ketergantungan
i. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya
sensasi pada jari tangan. Pembengkakan sendi simetris
j. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi).
k. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit,
ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/
pemeliharaan rumah tangga.Demam ringan
menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
l. Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang
lain; perubahan peran; isolasi.
m. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan
yang cukup tinggi apalagi pada pasien yang mengalami
deformitas pada sendi-sendi karena ia merasakan adanya
kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan
sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan
pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek
body image dan harga diri klien.

2. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga
dengan masalah remathoid arthritis adalah (NANDA NIC-NOC
2015) :
1. Nyeri akut b.d perubahan patologis oleh artritis rheumatoid
(rematik).
2. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan tubuh, sendi,
bengkok dan deformitas
3. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur
tulang, kekuatan sendi
4. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi
5. Resiko cidera b.d berkurangnya kekuatan otot.

3. Perencanaan Keperawatan

NO Diagnosa Rencana Rencana Tindakan Rasional


Keperawatan Keperawatan

1 Nyeri akut b.d Setelah diberikan 1. Kaji nyeri, catat 1. Untuk


perubahan asuhan keperawatan lokasi dan skala mengetahui
patologis oleh diharapkan masalah 2. Ajarkan teknik skala nyeri
artritis keperawatan nyeri nonfarmakologi 2. Untuk
rheumatoid. akut berkurang 3. Kurangi faktor mengurangi
dengan kriteria hasil: presipitasi nyeri rasa nyeri
1. Mampu 4. Kolaborasi dengan 3. Untuk
mengontrol nyeri dokter jika ada mencegah
2. Melaporkan bahwa keluhan dan agar nyeri
skala nyeri tindakan nyeri tidak timbul
berkurang tidak berhasil 4. Untuk
3. Gangguan rasa mengurangi
nyaman teratasi nyeri
2 Hambatan Setelah diberikan 1. Monitor tanda 1. Untuk
mobilitas fisik asuhan keperawtan vital setelah dan mengetahui
b.d kerusakan diharapkan masalah sebelum aktivitas tanda vital
integritas keperawatan pasien
struktur tulang, hambatan mobilitas 2. Bantu pasien 2. Membantu
kekuatan sendi fisik dapat teratasi terhadap tongkat pasien agar
dengan kriteria hasil: berjalan dan mencegah
1. Klien meningkat cegah terhadap terhadap
dalam aktivitas cidera cidera
fisik 3. Membantu
3. Berikan alat bantu
2. Mengerti tujuan pasien dalam
jika memerlukan
dari peningkatan melakukan
aktivitas fisik 4. Ajarkan pasien aktivitas
3. Mempergerakan bagaimana cara 4. Membantu
penggunaan alat mengubah posisi pasien agar
4. Bantu untuk jika butuh bantuan perubahan
mobilisasi posisi tetap
aman
3 Gangguan citraSetelah diberikan 1. Kasi secara verbal 1. Untuk menilai
tubuh b.dasuhan keperawtan dan non verbal respon klien
perubahan diharapkan masalah respon klien terhadap
penampilan keperawatan terhadap tubuhnya tubuhnya
tubuh, sendi, Gangguan citra tubuh 2. Jelaskan tentang 2. Menambah
bengkok dan dapat teratasi dengan pengobatan, pengetahuan
deformitas kriteria hasil: perawatan dan klien
1. Body image kemajuan, 3. Untuk
positif prognosis mengetahui
2. Mampu penyakit perasaan klien
mengidentifikasi 3. Dorong klien 4. Agar pasien
kekuatan personal mengungkapkan tetap mau
3. Mendiskripsikan perasaannya untuk
secara factual 4. Fasilitasi kontak bersosialisasi
perubahan fungsi dengan individu
tubuh lain dalam
4. Mempertahankan kelompok kecil.
interaksi social
4 Defisiensi Setelah diberikan 1. Beri nilai tentang 1. Untuk
pengetahuan asuhan keperawtan tingkat menilai
b.d kurangnya diharapkan masalah pengetahuan tingkat
informasi keperawatan defisiensi 2. Jelaskan tentang pengetahuan
pengetahuan dapat patofisiologi pasien
teratasi dengan penyakit 2. Agar pasien
kriteria hasil: 3. Identifikasi mengerti
1. Klien mengatakan kemungkinan tentang
paham dengan penyebab perjalanan
penyakit 4. Diskusikan penyakit
2. Klien dan perubahan gaya 3. Agar pasien
keluarga mampu hidup yang mengerti
melaksanakan mungkin akan tentang
prosedur yang dirubah penyebab
sudah dijelaskan timbulnya
3. Keluarga mampu penyakit
menjelaskan 4. Untuk
kembali apa yang mengubah
dijelaskan pola diet
perawat pasien
5 Resiko cidera Setelah diberikan 1. Sediakan 1. Untuk
b.d hilagnya asuhan keperawtan lingkungan yang mencegah
kekuatan otot diharapkan masalah aman bagi pasien pasien dari
keperawatan resiko hindari jatuh atau
cidera dapat dicegah lingkungan yang cidera
dengan kriteria hasil: berbahaya bagi 2. Agar pasien
1. Klien terbebas dari pasien merasa aman
resiko cidera (memindahkan dan dapat
2. Klien dan keluarga prabotan) mencegah
mampu 2. Anjurkan terjadinya
menjelaskan cara keluarga untuk infeksi pada
mencegah resiko menyediakan luka
cidera tempat tidur yang 3. Untuk
3. Klien dan keluarga aman dan bersih mencegah
mampu 3. Pasang side rail pasien jatuh
menjelaskan faktor tempat tidur dari tempat
resiko dari 4. Berikan tidur
lingkungan atau penjelasan pada Agar keluarga
prilaku personal pasien dan dan pasien
4. Mengunakan keluarga adanya mengerti
fasilitas kesehatan perubahan status mengenai
yang ada kesehatan dan status
5. Mampu mengenali penyebab kesehatan,
prubahan status penyakit dan penyebab
kesehatan nutrisi yang baik penyakit dan
dikonsumsi untuk nutrisi yang
pasien. baik
dikonsumsi

4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya:
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi:
keterampilan interpersonal, tekhnikal dan intelektual dilakukan dengan
cermat dan efesien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis
pasien dilindungi serta didokumentasi intervensi dan respon klien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara konkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan
perawatan yang muncul pada pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari pelaksanaan asuhan keperawatan,
dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat, dan anggota tim lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dan rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak untuk melakukan pengkajian
ulang.

IV. WOC

Reraksi factor R dengan antibody, factor


metabolic, infeksi dengan kecenderungan
virus Nyeri

Reaksi Peradangan

Synovial menebal Kurangnya informasi


Pannus tentang proses penyakit

Defisiensi pengetahuan
Nodul Infiltrasi dalam os ansietas
subcondria
Deformitas
sendi Hambatan nutrisi pada Kartilago nekrosis
kartilago
Erosi kartilago
Gangguan Kerusakan kartilago
body image dan tulang Adhesi pada permukaan
sendi
Tendon dan ligament
melemah Ankilosis fibrosa

Hilangnya kekuatan Kekuatan sendi


otot
Hambatan mobilitas fisik
Resiko cidera
DAFTAR PUSTAKA

NANDA. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.


(T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (11th ed.). Jakarta: EGC.

Nurarif & Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis
dan NANDA NIC NOC. Jogjakarta: Mediacation

TimPokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai