Anda di halaman 1dari 23

 

5/27/2018 Pkm Gtne ssa gita - slide pdf.c om

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

J-VERUV : Jakarta Verti cal Ur ban F arming Vil lage


Kampung Pertanian Vertikal dengan Sistem Policir cular Shape Stru cture 
  (Postruct)
sebagai Solusi untuk Mengatasi Permasalahan Ketahanan Pangan dan Pemukiman di

Jakarta

BIDANG KEGIATAN:
PKM-GT

Diusulkan oleh:

Made Gita Pitaloka (3113100135) Angkatan 2013


Vanessa (3113100072) Angkatan 2013
M Samsul Anam (3111100076) Angkatan 2011
Indra Kusuma J. R. S (3112100045) Angkatan 2012

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2014

http://slide pdf.c om/re a de r/full/pkm-gtne ssa gita 1/23


 

5/27/2018 Pkm Gtne ssa gita - slide pdf.c om

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

J-VERUV : Jakarta Verti cal Ur ban F arming Vil lage


Kampung Pertanian Vertikal dengan Sistem Policir cular Shape Stru cture 
  (Postruct)
sebagai Solusi untuk Mengatasi Permasalahan Ketahanan Pangan dan Pemukiman di
Jakarta

BIDANG KEGIATAN:
PKM-GT

Diusulkan oleh: 
Made Gita Pitaloka (3113100135) Angkatan 2013
Vanessa (3113100072) Angkatan 2013
M Samsul Anam (311100076) Angkatan 2011
Indra Kusuma J. R. S (3112100045) Angkatan 2012

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2014

http://slide pdf.c om/re a de r/full/pkm-gtne ssa gita 2/23


 

5/27/2018 Pkm Gtne ssa gita - slide pdf.c om

1.  Judul Kegiatan : J-VERUV : Jakarta Verti cal Ur ban F arming Vil lage Kampung
Pertanian Vertikal dengan Sistem Poli cir cular Shape Stru ctur e 
 (Postruct) sebagai
Solusi untuk Mengatasi Permasalahan Ketahanan Pangan dan Pemukiman di
Jakarta

2.  Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI ( v ) PKM-GT

3.  Ketua
a. Nama Lengkap : Vanessa
 b. NIM : 3113100072
c. Jurusan : Teknik Sipil
d. Universitas/Institut/Politeknik : Institut Teknologi Sepuluh Nopember
e. Alamat email : nesscht19@gmail.com

4.  Anggota Pelaksana/Penulis : 4 orang

5.  Dosen Pendamping


a. Nama Lengkap dan Gelar : Trihanyndio Rendy Satria, S.T., M.T
 b. NIDN : 0010108401
c. Alamat Rumah dan No.telp/HP: Jalan Medokan Ayu 1-P /20 Surabaya

Surabaya, 17 Maret 2014

Menyetujui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil ITS Ketua Pelaksana Kegiatan

(Budi Suswanto, ST, MT, Ph. D) (Vanessa)


 NIP. 197301281998021002 NIP. 3113100072

Pembantu Rektor Bidang Akademik Dosen Pendamping


Dan Kemahasiswaan

Prof. Dr. Ing. Herman Sasongko Trihanyndio Rendy Satria, S.T., M.T
 NIP. 19601004198611001 NIP. 0010108401

ii

http://slide pdf.c om/re a de r/full/pkm-gtne ssa gita 3/23


 

5/27/2018 Pkm Gtne ssa gita - slide pdf.c om

KATA PENGANTAR

Tim penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan karya tulis ini ini dengan lancar dan tepat
 pada waktunya.

Penulisan karya tulis ini ditujukan untuk Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan
Tertulis (PKM-GT) dengan judul J-VERUV : Jakarta Verti cal Ur ban F arming Vil lage
Kampung Pertanian Vertikal dengan Sistem Poli cir cular Shape Stru cture    (Postruct)
sebagai Solusi untuk Mengatasi Permasalahan Ketahanan Pangan dan Pemukiman di
Jakarta . Pertanian vertikal yang sekaligus menjadi sebuah pemukiman sebagai solusi dari
masalah pangan, padatnya pemukiman dan kurangnya lahan untuk Ruang Terbuka Hijau di
kota DKI Jakarta dengan konsep bangunan berbentuk oval disertai sistem open frame dan
Policircular Shape Structur.

Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada pihak-pihak tertentu yang telah
membantu menyelesaikan karya tulis ini. Adapun pihak yang telah membantu penulisan
karya tulis ini antara lain:

1. Pembantu Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. Dr. Ing. Herman
Sasongko aas bantuan moral dan materiil yang telah diberikan
2. Trihanyndio Rendy Satrya, ST, MT selaku pembimbing atas bimbingan dan
motivasi yang telah diberikan
3. Dosen-dosen Teknik Sipil ITS yang telah senantiasa memberikan ilmunya
4. Pihak-pihak lain yang telah membantu proses terselesaikannya karya tulis ini

Tim Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna guna perbaikan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat
 bagi tim penulis dan pembaca pada umumnya

Surabaya, 17 Maret 2014

Tim Penulis

iii

http://slide pdf.c om/re a de r/full/pkm-gtne ssa gita 4/23


 

5/27/2018 Pkm Gtne ssa gita - slide pdf.c om

DAFTAR ISI

Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Ringkasan

Pendahuluan
Latar Belakang
Tujuan Penulisan
Manfaat Penulisan

Gagasan
Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan
Meningkatnya Kebutuhan Pangan dalam Negeri
Akibat Pertumbuhan Penduduk terhadap Pemukiman di DKI Jakarta
Kondisi Pangan di Indonesia

Kesimpulan
Konsep Vertical Urban Farming
Prediksi keberhasilan Gagasan Vertical Urban Farming  
Langkah-Langkah Strategis Implementasi Gagasan

Daftar Pustaka

Daftar Riwayat Hidup

Lampiran

iv

http://slide pdf.c om/re a de r/full/pkm-gtne ssa gita 5/23


 

5/27/2018 Pkm Gtne ssa gita - slide pdf.c om

RINGKASAN

Indonesia merupakan sebuah negara berkembang di Asia. Perkembangan Indoensia


tidak kalah cepat dengan negara-negara lain yang ada di Asia. Negeri ini memiliki pulau-
 pulau yang berjajar dari Sabang sampai Merauke yang kaya akan sumber daya. Kondisi
Indonesia yang strategis dan beriklim tropis membawa banyak keuntungan yang unggul
dibandingkan negara lain. Tetapi menjadi negara yang kaya tidaklah mudah untuk
mengelolanya.

Pemerintah dituntut untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat yang terus


meningkat seiring meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk setiap tahunnya. Ketahanan
 pangan yang terus merosot menimbulkan berbagai masalah di beberapa sektor. Pemerintah
yang memfokuskan diri dengan penyelesaian masalah belumlah menerapkan solusi yang
terbaik. Indonesia yang pernah dikenal sebagai negara agraris, kini telah berubah seiring
dengan perubahan yang terjadi secara global.

Ketersediaan lahan yang ada tidak betambah atau tetap beralih fungsi menjadi
gedung-gedung pencakar langit di perkotaan. Pembangunan ini terus menggusur ketersediaan
lahan pertanian yang ada di Indonesia mengakibatkan para petani kehilangan mata
 pencaharian dan menyebabkan kemiskinan. Kemiskinan yang terjadi memaksa masyarakat
mencari kehidupan yang lebih layak dengan cara urbanisasi ke daerah perkotaan. Kepadatan
 penduduk di perkotaan, seperti Jakarta yang minim lahan pemukiman, mengakibatkan
 pemukiman kumuh yang terlihat jelas disisi kota

Tidak hanya permasalah pemukiman yang mendesak, Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
Jakarta juga sangat minim jumlahnya. Pemerintah dituntut untuk menyelesaikan
 permasalahan tersebut dengan solusi yang menguntungkan berbagai sektor.

Vertical Urban Farming menawarkan solusi yang dapat diterapkan didaerah


 perkotaan. Konsep ini memiliki keuntungan diberbagai sektor seperti menyelesaikan masalah
 pertanian dan menyediakan pemukiman bagi masyarakat. Sebuah bangunan dengan
 penggunaan lahan tetap tetapi dapat digunakan secara maksimal dengan berbagai fungsi yang
menguntungkat. Dengan konsep bangunan mandiri yang dapat mengolah sumber daya
sendiri, gedung ini dapat menyokong kebutuhan pangan dan menyediakan pemukiman bagi

masyarakat di perkotaan.
Dengan adanya Vertical Urban Farming diharapakan kota besar, seperti Jakarta, dapat
menyokong kebutuhannya sendiri dan menjadi alternatif solusi atas persoalan-persoalan di
kota besar.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/pkm-gtne ssa gita 6/23


 

5/27/2018 Pkm Gtne ssa gita - slide pdf.c om

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Jakarta sebagai kota terbesar di Indonesia memiliki banyak gedung pencakar langit
yang berdiri kokoh di setiap sisi kota. Selain itu gedung-gedung pencakar langit menjadi
tempat persinggahan dan pemukiman yang dikhayalkan bagi masyarakat menengah ke
 bawah. Namun, tidak semua orang berkesempatan untuk dapat hidup dan memiliki tempat
tinggal layak di Jakarta. Secara umum jumlah penduduk Indonesia terus meningkat,
khususnya wilayah Jakarta. Menurut data Badan Pusat Statistik, BPS Provinsi Jakarta (2010)
menunjukan bahwa jumlah penduduk Jakarta terus meningkat secara signifikan dari 8 juta
 penduduk dari tahun 2000 menjadi 10 juta pada tahun 2010 mengakibatkan tingkat kebutuhan
lahan pemukiman bagi penduduk juga semakin meningkat. Dengan bertambahnya jumlah
 penduduk, tentu akan menyebabkan kebutuhan pangan meningkat. Kebutuhan pangan akan
semakin meningkat lagi seiring dengan meningkatnya daya konsumsi dari setiap masyarakat.

Disisi lain jumlah prouduksi pertanian dalam negeri sampai saat ini belum mampu
memenuhi kebutuhan domestik. Menurut BPS bulan Agustus 2012, jumlah impor beras
sudah mencapai 1.033.794,255 ton. Sementara itu, rata-rata harga beras September 2012 naik
0,22% dibanding Agustus 2012 dan naik 7,98% dibandingkan September 2011. Produksi
 jagung tahun 2011 sebesar 17,64 juta ton turun sebanyak 684,39 ribu ton (3,73%)
dibandingkan tahun 2010. Penurunan produksi tersebut terjadi di Pulau Jawa sebesar 477,290
ton dan di luar Pulau Jawa sebesar 207.100 ton. Hal ini menunjukan bangsa ini masih belum
mampu memenuhi kebutuhan domestik. Selain itu permasalahan lahan pertanian yang

semakin berkurang akibat pembangunan yang tidak terkontrol juga akan menyebabkan daya
 produksi pangan dalam negeri semakin tidak mampu memenuhi kebutuhan domestik.

Tidak lepas dari permasalahan pangan, pada tahun 2011 masih tercatat ada 5.560 titik
lokasi kumuh perkotaan di seluruh Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Pemukiman
kumuh ini akan mengakibatkan timbulnya banyak penyakit dan rentan terjadi kebakaran.
Kondisi ini perlu dibenahi dengan diadakannya relokasi pemukiman kumuh. Selain itu
Jakarta sebagai kota besar harus memiliki RTH (Ruang Terbuka Hijau) sebesar 30% dari
luas wilayah kota (UU No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR)). Menurut Dinas
Pertamanan dan Pemakaman Provinsi, DKI Jakarta memiliki 8 taman kota, 1.172 taman
lingkungan, dan lain-lain seluas 9,664,471. Kondisi ini masih belum memenuhi standar RTH
untuk sebuah kota besar.

Kondisi ini terus berlanjut dari era pembangunan yang memfokuskan pada
 pengembangan sektor industri sehingga mengesampingkan perkembangan sektor pertanian
dalam negeri yang sempat berjaya. Kini kebutuhan pangan yang semakin meningkat
memaksa pemerintah untuk mengimpor kebutuhan pangan dari luar negeri.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/pkm-gtne ssa gita 7/23


 

5/27/2018 Pkm Gtne ssa gita - slide pdf.c om

TUJUAN PENULISAN

Karya ini ditulis dengan tujuan sebagai berikut:


1.  Untuk mengetahui potensi kota besar sebagai produsen pangan dalam negeri.
2.  Untuk mengetahui rekayasa-rekayasa sipil dalam modifikasi fungsi bangunan sebagai
lahan pertanian vertikal.
3.  Menciptakan inovasi baru dalam pemaksimalan penggunaan gedung yang terintegrasi
secara modern dan menjadi solusi pemecahan masalah melalu konsep Vertical
 Farming .

MANFAAT PENULISAN

Karya tulis ini memiliki manfaat sebagai berikut:


1.  Sebagai penyedia Ruang Terbuka Hijau (RTH) di lahan yang minim seperti di kota-
kota besar.
2.  Sebagai alternatif solusi pemukiman terstruktur dan ramah lingkungan.
3.  Menciptakan solusi permasalahan pangan dalam negeri dengan memaksimalkan
fungsi bangunan di kota besar.
4.  Menciptakan inovasi baru dengan penerapan rekayasa sipil dan arsitektur.

GAGASAN

Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan


Meningkatnya Kebutuhan Pangan dalam Negeri

Laju peningkatan kebutuhan pangan di beberapa kota besar di Indonesia semakin


meningkat. Upaya pemenuhan kebutuhan pangan nasional melalui swasembada pangan lima
komoditas strategis belum menunjukan hasil yang optimal. Hal ini ditunjukan dari tingkat
ketersedian komoditas pangan domestik yang masih impor yaitu kedelai 70 %, gula 54 %,
 beras 11 % dan jagung 11 %. Dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin tinggi,
maka hal ini akan berdampak pada meningkatnya kebutuhan pangan nasional, khususnya

 peningkatan jumlah penduduk di kota-kota besar. Menurut data Badan Pusat Statistik, BPS
Provinsi Jakarta (2010) menunjukan bahwa jumlah penduduk Jakarta terus meningkat secara
signifikan dari 8 juta penduduk dari tahun 2000 menjadi 10 juta pada tahun 2010. Selain
 petumbuhan jumlah penduduk, tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi juga akan
meningkatkan tingkat kebutuhan pangan nasional. Jika pada tahun 1950, seseorang makan
dengan nasi dan lauk sudah cukup, maka di era modern seperti ini, kebutuhan tersebut
tidaklah cukup bagi masyarakat. Gaya hidup masyarakat yang terus meningkat ini yang
 berpengaruh pada tingkat selera konsumsi masyarakat. hal ini secara tidak langsung akan
meningkatkan tingkat kebutuhan pangan nasional.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/pkm-gtne ssa gita 8/23


 

5/27/2018 Pkm Gtne ssa gita - slide pdf.c om

Akibat Pertumbuhan Penduduk terhadap Pemukiman di DKI Jakarta

Meningkatnya pembangunan perumahan di era sekarang salah satunya disebabkan


tingkat pertumbuhan penduduk yang selalu meningkat setiap tahunnya. Tahun 2012,
 penduduk provinsi DKI Jakarta berdasarkan proyeksi penduduk berjumlah 9.932.063 jiwa,
 berbeda dengan jumlah penduduk pada tahun 2011 yang berjumlah 9.761.992 jiwa. Artinya
dalam kurun waktu 1 tahun, telah terjadi peningkatan jumlah penduduk sebesar 170.071 jiwa
atau naik sebesar 1,74 persen. Jumlah penduduk DKI Jakarta dari tahun 1961 sampai tahun
1990 jumlah penduduk berkembang pesat dari 2,9 juta jiwa. Kemudian pada tahun 1961
menjadi 4,6 juta jiwa dan pada tahun 1971 laju pertumbuhan penduduk per tahun nya
menjadi sebesar 4,62 persen. Selang 1 dasawarsa, jumlah penduduk kembali melonjak
menjadi 6,5 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan 4,01 persen per tahun. Pada tahun 1990,
 penduduk DKI Jakarta naik sekitar 1,7 juta jiwa, sehingga jumlah penduduk berjumlah 8,3
 juta jiwa. Selama kurun waktu 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,42 persen
 per tahun. Pada periode ini laju pertumbuhan penduduk DKI Jakarta sempat mengalami
 penurunan yang signifikan dibandingkan periode sepuluh tahun sebelumnya. Pada kurun
waktu 1990-2000, pertambahan jumlah penduduk DKI Jakarta dapat dikendalikan sehingga
kenaikannya hanya sekitar 0,16 persen. Dilanjutkan pada periode 2000-2010, laju
 pertumbuhan penduduk mengalami penurunan menjadi 1,43 persen per tahun, sedangkan
 pada tahun 2010-2012 menjadi 1,67 persen. (Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
Peovinsi DKI Jakarta, 2012).

Peningkatan jumlah penduduk yang selalu terjadi setiap tahunnya seharusnya segera
di tindak lanjuti. Karena dapat menimbulkan permasalahan di berbagai bidang seperti
 pemukiman, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan sanitasi lingkungan. Salah satu masalah
yang utama adalah lahirnya pemukiman yang kurang layak dan pemukiman kumuh (Slump
area) di beberapa wilayah di DKI Jakarta.

Gambar 1. Grafik prosentase penduduk miskin DKI

Grafik diatas menunjukan jumlah penduduk miskin yang cukup tinggi di DKI Jakarta.
(Menurut BPLHD Jakarta). Banyaknya jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta membuat
mereka tidak mampu mencari rumah yang layak digunakan. Alhasil, mereka mendirikan
 pemukiman kumuh yang jumlahnya tidak sedikit.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/pkm-gtne ssa gita 9/23


 

5/27/2018 Pkm Gtne ssa gita - slide pdf.c om

Kondisi Pangan di Indonesia

Sebagai komoditas pangan uang strategis di negara kawasan Asia Pasifik, lebih dari
80% produksi beras dijadikan sebagai bahan pangan pokok. Isu beras sebagai penopang
ketahanan pangan berkelanjutan di kawasan ini. Setelah harga beras yang melambung tinggi
 pada tahun 2008 menandai krisi pangan global dan adanya perubahan iklim global.
(http://bkp.pertanian.go.id/berita-228-strategi-perberasan-untuk-asia-pasifik.html) 

Tabel 1. Perkembangan Produksi Padi, Palawija, dan Tebu

Komoditas pangan beras menempati peran yang sangat strategis dalam perekonomian
Indonesia, karena sekitar 95 persen penduduk yang jumlahnya saat ini hampir mencapai 220
 juta jiwa, masih mengandalkan beras sebagai komoditas pangan utama. Dalam kondisi
demikian, ketersediaan dan distribusi beras serta keterjangkauan daya beli masyarakat

merupakan isyu sentral yang tidak hanya berperan penting bagi terciptanya stabilitas
ekonomi, tetapi juga stabilitas sosial dan politik nasional. Konversi lahan pertanian
merupakan permasalahan utama yang menjadi ancaman bagi peningkatan produksi beras
domestik mengungkapkan bahwa dampak konversi lahan selama periode 1985 – 1998 telah
menyebabkan hilangnya peluang peningkatan produksi padi sekitar 2.82 juta ton per 68 tahun
atau setara dengan volume impor beras yang secara rata-rata sekitar 1.5 juta ton per tahun.
Konversi lahan lebih banyak terjadi di daerah lahan sawah karena infrastruktur ekonomi lebih
 banyak tersedia di lahan persawahan.
Kurun waktu 1978-1999 luas konversi lahan sawah secara nasional mencapai 2.37
 juta hektar atau 118.7ribu hektar per tahun (Deptan ,2003). Di sisi lain konversi lahan juga
dibarengi dengan pencetakan sawah baru yang jumlahnya mencapai 3.82 juta hektar per
tahun, karena luas pencetakan sawah masih lebih tinggi daripada konversi sawah maka secara
nasional luas sawah nasional meningkat sebesar 72.2 ribu hektar per tahun. Meskipun
demikian, keterbatasan potensi lahan mengakibatkan masalah konversi perlu mendapat
 perhatian yang lebih serius dimasa yang akan datang.
Permasalahan lainnya adalah ketidakseimbangan antara pertumbuhan luas lahan
 pertanian (yang semakin melambat) dengan pertumbuhan populasi petani sehingga rata-rata
luas lahan yang dikuasai petani semakin menyempit. Rata-rata penguasaan lahan pertanian
 berdasarkan Sensus Pertanian (SP) 1983 di Indonesia adalah 0,98 hektar per keluarga petani,
masing-masing di Jawa sebesar 0,58 dan di luar Jawa sebesar 1,58 hektar per keluarga tani.
Adapun pada tahun 1993 rata-rata nasional penguasan tanah per keluarga tani turun menjadi
0,83 hektar; dengan rata-rata di Jawa 0,47 dan di Luar Jawa 1,27 hektar per pertani.
Memperkirakan bahwa setiap terjadi kenaikan jumlah penduduk Indonesia sebesar satu
 persen maka akan menyebabkan rata-rata luas garapan petani menurun sebesar 0,23 persen.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/pkm-gtne ssa gita 10/23


 

5/27/2018 Pkm Gtne ssa gita - slide pdf.c om

Kemudian dengan asumsi sebagian besar petani adalah penduduk yang tinggal di pedesaan
maka peningkatan satu persen penduduk pedesaan akan menyebabkan rata-rata luas lahan
 petani menurun sebesar 0,46 persen. Penguasaan lahan yang semakin mengecil tersebut akan
 berdampak tidak menguntungkan bagi upaya peningkatan efisiensi usahatani dan
kesejahteraan petani.
Selain masalah keterbatasan sumberdaya lahan, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi usaha peningkatan produksi beras domestik pada saat ini diantaranya adalah
 prasarana produksi yang terbatas khususnya sistem pengairan tata air mikro (irigasi) di luar
Pulau Jawa, kondisi anomali iklim yang terjadi pada saat ini, keengganan dan keterbatasan
kemampuan petani untuk mengadopsi atau megakses bibit unggul, kejenuhan lahan akibat
menipisnya unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan berbagai hambatan dalam
 pengembangan teknologi produksi dan penanganan pasca panen.

Solusi yang Pernah Ditawarkan


Permasalahan ketahanan pangan dan tempat tinggal merupakan 2 masalah terpenting

yang menjadi
memnuhi kebutuhan
kebutuhan primer
pangan di manusia
Indonesiauntuk hidup.
adalah Beberpa
dengan solusi yang
mengadakan diusulkan
impor untuk
bahan-bahan
 pangan. Impor memang membantu terhadap pemenuhan kebutuhan pangan nasional. Akan
tetapi di sisi lain impor akan membuat negeri kita tidak mandiri pangan serta hanya akan
mematikan perekonomian masyrakat kalangan menengah ke bawah. Sehingga impor
kebutuhan pangan harus dikurangi, caranya dengan meningkat produksi hasil pertanian dalam
negeri. Impor akan menutup pasar pertanian Indonesia yang berdampak pada para petani di
daerah yang semakin terhimpit keadaan.

Peningkatan hasil pertanian dalam negeri bisa melalui upaya ekstensifikasi dan
intensifikasi. Upaya yang sulit dilakukan adalah ekstensifikasi, salah satunya adalah
 perluasan lahan pertanian. Permasalahan yang ada adalah bukan lahan pertanian yang
 bertambah, akan tetapi bahan lahan pertanian yang berubah menjadi perumahan  –  
 perumahan. Hal ini tidak hanya terjadi di daerah yang berada di sekitar kota besar, di
 beberapa kabupaten telah banyak lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi perumahan elit.
Sehingga upaya ekstensifikasi dengan perluasan lahan secara horizontal tidak dimungkinkan
untuk mengatasi produksi pangan dalam negeri.

Permasalahan lain yang sangat terkait adalah dengan permasalahan ketahan pangan di
atas adalah alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan horizontal untuk memnuhi
kebutuhan hunian horizontal akibat terus meningkatnya jumlah pertumbuhan penduduk.
sehingga pemukiman/perumahan horizontal harus diganti dengan perumahan sistem vertikal.
Salah satu solusi yang telah ada adalah apartemen. Apartemen terkesan hanya sebagai tempat
tinggal saja tanpa mempertimbangkan aspek ruang terbuka hijau yang ada dalam sebuah
 bangunn. Apartemen terkesan sempit dan kurang memberikan kenyaman dan kesejukan bagi
 para penghuni. Selain itu hunian vertikal seperti apartemen hanya bisa dinikmati untuk
masyarakat menengah ke atas. Jika permasalahan pemukiman ini ingin diselesaikan maka
masyarakat menengah ke bawah juga harus mendapat kesempatan mendapatkan hunian
vertikal, karena sebagian besar masyarakat indonesia adalah masyarakat menengah ke bawah.

Telah disinggung terkait permasalahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang minim di kota-kota
 besar. Sebagai salah satu contoh solusinya adalah Urban Farming yang dikembangakan di

http://slide pdf.c om/re a de r/full/pkm-gtne ssa gita 11/23


 

5/27/2018 Pkm Gtne ssa gita - slide pdf.c om

Kota Bandung. Untuk mengatasi ketersediaan lahan untuk RTH, maka pemerintah kota
Bandung memperkenalkan pertanian perkotaan dimana di setiap Rukun Warga (RW) wajib
menanam berbagai tanaman produktif seperti sayur-sayuran yang dapat dipanen sendiri
dalam skala kecil. Tetapi program ini tidaklah dapat menjawab kebutuhan pokok masyarakat

seperti beras ataupun gandum yang berskala besar.  


Tabel 1. Parameter solusi yang pernah ditawarkan.
Parameter Sistem Impor Apartemen Urban Farming
Fungsi Perdagangan Tempat tinggal vertikal Pertanian skala kecil
internasional untuk sebagai solusi untuk memenuhi
memenuhi kebutuhan  pemukiman kebutuhan pangan
dalam negeri
Kelebihan Memenuhi kebutuhan Dapat menampung Masyarakat dapat
 pangan yang besar  puluhan bahkan ratusan memanen sendiri
rumah tinggal tanaman yang ditanam
Kekurangan -Menjadikan Indonesia Lebih mengutamakan Hasil pertanian yang
negeri yang tidak kalangan menengah ke dapat dipanen berskala
mandiri atas kecil
-Berdampak negatif
dalam perekonomian
dan pasar pertanian
lokal

Gagasan Baru yang Ditawarkan

Konsep Verti cal Ur ban F arming

Konsep pertanian vertikal sebagai solusi dalam memenuhi kebutuhan pangan dalam
negeri. Lahan pertanian yang semakin tergusur oleh pembangunan gedung-gedung pencakar
langit kini dapat direlokasikan dengan sistem pertanian dalam gedung. Pembangunan gedung
tersebut dilokasikan di kota-kota besar, seperti Jakarta, dengan lahan minim sehingga dapat
memaksimalkan fungsi lahan yang ada. Konsep gedung dengan pertanian didalamnya tidak
hanya menyelesaikan permasalahan pangan, namun juga permasalahan pemukiman yang ada.
Konsep ini menggabungkan pertanian didalam gedung dan ruang-ruang tinggal disisi lainnya.
Konsep Vertical Urban Farming ini memiliki keuntungan sebagai berikut:

Menghemat energi dan memaksimalkan sumber daya
-  Mengurangi pencemaran tanah, air, dan udara
-  Merestorasi ekosistem

-  Menyelesaikan permasalahan pangan

Selain itu keuntungan menggunakan konsep vertical farming  adalah:

-  Memaksimalkan hasil panen dengan rekayasa cuaca


Dengan pertanian sistem vertikal, aspek 
 – aspek yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tanaman dapat dikendalikan secara akurat. Sehingga kegagalan panen

dapat dihindari dan kualitas hasil panen dapat terkontrol dengan baik. Beberapa aspek

http://slide pdf.c om/re a de r/full/pkm-gtne ssa gita 12/23


 

5/27/2018 Pkm Gtne ssa gita - slide pdf.c om

tersebut meliputi suhu, kelembapa, intensitas cahaya matahari, yang dapat dikendalikan
karena sistemnya indoor openframe. Sehingga gagal panen dapat dihindari.
-  Pengelolaan hasil panen lebih terintegrasi
Dengan sistem vertikal, secara tidak langsung akan membuat setiap petak sawah menjadi

suatu sistem superblok lahan pertanian. Sehingga mobilisasi pra tanam sampai pasca
 penen, dilakukan secara vertikal. Setelah pasca panen, hasil panen akan diolah langsung
di rumah produksi yang berada di sekitar Vertical Urban Farming . Sehingga para petani
dapat langsung menjual produknya tanpa melalui makelar, dan harga jual hasil panen
 juga lebih tinggi.
-  Sistem pengairan akan semakin efisien
Dengan diterapkanya konsep ini, energi yang dibutuhkan hanya pompa untuk menaikan
air dari tanah ke lantai tertinggi. Setelah itu air dapat dialirkan secara gravitasi, pengairan
dapat dilakukan secara efisien.

Sistem Struktur Bangunan

Sistem struktur yang digunakan pada J-Veruv ini adalah sistem open frame 
menggunakan sistem  Policircular Shape Structure  (Postruct). Sistem ini digunakan dengan
 beberapa pertimbangan kekuatan struktur bangunan dan pertimbangan pertumbuhan tanaman
 pertanian. Beberapa pertimbangan tersebut antara lain :

a.  Pertimbangan aerodinamis  angin yang bekerja pada struktur bangunan. Dengan adanya
 Policircular Shape Structure angin akan diarahkan sesuai bentuk lengkung dari struktur

 bangunan. Angin yang mengenai struktur bangunan akan diarahkan oleh  Policircular
Shape Structure menuju ke sebuah turbin angin sumbu horizontal. Fungsi turbin ini adalah
untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk sistem pengairan tanaman.
 b.  Pertimbangan radiasi matahari yang diperlukan tanaman. Dengan sistem  Policircular
Shape Structure, struktur bangunan berbentuk oval dengan sistem circular   disisinya
memaksimalkan fungsi lengkung bangunan untuk konversi cahaya matahari kedalam
 bangunan. Pencahayaan maksimal didapat dari sistem circular building dimana cahaya
matahari terkonversi secara merata yang dibiaskan dinding kaca berbentuk lengkung. Sisi
dinding yang terbuat dari plastik transparan atau panel Ethylene Tetraflouroethylene
(ETFE) untuk menggantikan kaca memiliki sifat transparan seperti air. Sehingga cahaya
matahari dapat diteruskan dan sangat membantu fotosintesis tumbuhan. Tidak hanya
menggunakan ETFE, sisi dinding akan dilapisi dengan titanium oxide, dimana dapat
menyaring polutan.

Secara garis besar J-Veruv dengan sistem  Policircular Shape Structure terbagi atas
Upper structure  meliputi urban farming area, housing area, jalur transportasi vertikal dan
horizontal, turbin sumbu horizontal dan generator. Sedangkan lower structure meliputi sistem
 pondasi tiang pancang dan basement yang berfungsi sebagai rumah produksi hasil pertanian
serta gudang penyimpanan. Beberapa bagian tersebut dijelaskan sebagai berikut :

http://slide pdf.c om/re a de r/full/pkm-gtne ssa gita 13/23


 

5/27/2018 Pkm Gtne ssa gita - slide pdf.c om

Gambar 1. Model Bangunan dengan sistem Policircular Shape Structure

a.  Urban Farming Area


Area ini khusus diperuntukan untuk wilayah pertanian beberapa jenis tanaman
 pangan dan memiliki luas lahan 80% dari luas total bidang horizontal yang ada pada upper
 structure. Beberapa jenis tanaman yang dikembangkan pada area ini meliputi padi,
kedelai, jagung dan beberapa jenis sayur- sayuran meliputi bayam, kangkung, sawi,

 bawang merah, cabai, dsb. Sistem tanam yang diterapkan pada area pertanian ini meliputi
sistem zoning dan sistem tumpang sari. Sistem  zoning   berarti setiap jenis tanaman akan
ditanam pada tempat/zona masing-masing jenis tanaman karena pertimbangan
 produktivitas pertumbuhan. Sedangkan sistem tumpang sari artinya 2 atau lebih jenis
tanaman akan ditanam dalam satu zona/wilayah dengan pertimbangan tidak
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, sehingga lahan yang digunakan akan lebih efektif.
Sistem polikultur (tumpang sari) harus meperhatikan sistem perkaran tanaman, dan waktu
tanam.
Pengaturan tumpang sari harus diingat bahwa tanaman selalu mengadakan
kompetisi dengan tanaman semusim yang dapat saling menguntungkan, misalnya antara
kacang-kacangan dengan jagung. Jagung menghendaki nitrogen tinggi, sementara kacang-
kacangan, karena kacangan dapat memfiksasi nitrogen dari udara bebas. Beberapa
kombinasi tanaman yang diterapkan pada sistem tanam di urban farming area antara lain :
1.  Tomat-petcai atau kubis diantaranya cabai
2.  Bawang merah - cabai diantaranya
3.  Cabai - selang baris labu-labuan
4.  Terung-labu-labuan
5.  Cabai atau terung atau tomat-jagung
6.  Cabai rawit-kedele
Sementara tanaman padi ditanam secara terpisah karena kebutuhan nutrisi dan
konsisi lahan dari jenis tanaman ini sangat berbeda jauh dengan jenis tanaman lainyya,
sehingga lahan tanam perlu disendirikan

http://slide pdf.c om/re a de r/full/pkm-gtne ssa gita 14/23


 

5/27/2018 Pkm Gtne ssa gita - slide pdf.c om

b.  Housing Area
 Housing area  merupakan wilayah yang diperuntukan sebagai hunian masyrakat yang
 bekerja dalam farming area. Housing area memilki luas wilayah mencapai 20 % dari luas

total bidang horizontal yang ada pada upper structure. area ini dikonsep sebagi area
 perkampungan modern, akan tetapi masih memperhatikan aspek budaya. Hal ini
ditunjukan dengan desian arsitektur betawi yang diterapkan pada rumah. Beberapa
komponen penting yang harus ada dalam housing area adalah sebagai berikut :

-  Energi : untuk memenuhi kebutuhan sehari  –   hari, basis energi yang
digunakan adalah energi matahari dengan memanfaatkan panel surya. Selain energi
matahari energi, sumber energi biogas, hasil sisa metabolisme penduduk dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi setiap hari. energi listrik rumah tangga
dipenuhi dari energi matahari dan sebagian energi biogas. Sedangkan energi untuk

keperluan dapur dipenuhi dari biogas.


-  Kebutuhan air : kebutuhan air sekaligus disediakan bersamaan dengan kebutuhan air
untuk irigasi tanaman, akan tetapi air untuk kebutuhan rumah tangga akan diproses
lebih lanjut agar dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
-  Sanitasi : setiap lantai memiliki satu blok housing area, dan setiap satu blok
housing area memiliki satu unit instalasi sisa metabolisme penduduk dalam satu blok
tersebut untuk diolah menjadi energi biogas. Semua sisa metabolisme dari setiap
rumah dalam suatu blok akan dialirkan menuju ke tempat instalasi biogas tersebut
yang akan diolah menjadi biogas. Hasil utama berupa biogas akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga. Sedangkan hasil samping akan digunakan
sebagai pupuk organik dalam pertanian. 

c.  Moda Transportasi


Untuk memenuhi kebutuhan perpindahan, baik perpindahan horizontal di setiap lantai
maupun kebutuhan perpindahan vertikal antar lantai diperlukan sebuah moda yang saling
terintegrasi. Untuk perpindahan horizontal digunakan horizontal escalator, moda ini hanya
digunakan untuk transportasi barang baik pra tanam maupun pasca panen, mengingat
kebutuhan energi yang cukup besar untuk moda ini. sedangkan untuk kebutuhan
tranportasi vertikal digunakan lift. Moda lift digunakan untuk memenuhi kebutuhan
 perpindahan vertikal barang maupun orang. Semua energi yang digunakan untuk
 perpindahan ini diperoleh dari turbin raksasa yang ditempatkan di antara kedua struktur
 Policircular Shape Structure  (Postruct) yang mengarahkan aerodinamis angin ke arah
turbin tersebut, sehingga turbin dapat berputar dan menghasilkan energi listrik yang
digunakan untuk menggerakan moda transportasi.

d.  Pusat Pembangkit listrik Tenaga Angin


Pusat pembangkit listrik tenaga angin menggunakan Turbin Angin Sumbu
Horisontal (TASH)  terdiri dari poros rotor utama, baling-baling dan generator listrik.

Turbin berukuran kecil diarahkan oleh sebuah baling-baling angin (baling-baling cuaca)
yang sederhana, sedangkan turbin berukuran besar pada umumnya menggunakan sensor

http://slide pdf.c om/re a de r/full/pkm-gtne ssa gita 15/23


 

5/27/2018 Pkm Gtne ssa gita - slide pdf.c om

angin yang dihubungkan ke sebuah servo motor. Sebagian besar memiliki sebuah  gearbox 
yang mengubah perputaran kincir yang pelan menjadi lebih cepat berputar. Turbin
 biasanya diarahkan melawan arah anginnya. Bilah-bilah turbin dibuat kaku agar mereka
tidak terdorong menuju menara oleh angin berkecepatan tinggi. Sebagai tambahan, bilah-

 bilah itu diletakkan di depan menara pada jarak tertentu dan sedikit dimiringkan.

Gambar 2. Pemanfaatan Turbin Angin Sumbu Horizontal pada Gedung Tinggi

Dengan melihat potensi tenaga angin yang melimpah di Indonesia, maka dalam
hal optimalisasi fungsi bangunan tinggi ini, digunakan Turbin Angin sumbu Horizontal
di sisi atas dan pada bagian tengah gedung tinggi. Hal ini memungkinkan turbin angin
 bisa mendapatkan angin yang lebih maksimal dalam perputarannya. Secara umum kerja
turbin angin bisa maksimal dengan memperbesar kecepatan angin yang datang ke
turbin. Untuk mendapatkan hal ini maka bentuk bangunan ini dibuat sedemikian rupa
sehingga mampu mengumpulkan angin secara optimal yang datang ke arah gedung.

Gambar 3. Optimalisasi Pemanfaatan Angin dengan Desain Gedung Berbentuk “X-Circular” 

Dengan teknologi TASH ini diharapkan bisa membantu suplai listrik yang
dibutuhkan sebesar 30%-40% dari kebutuhan listrik yang digunakan oleh bangunan
gedung. Peletakan turbin angin yang memanfaatkan lantai atas ini diharapkan bisa
mendapatkan kecepatan angin yang lebih memadai. Karena kecepatan angin bertambah
20% setiap kenaikan 10 meter.

10

http://slide pdf.c om/re a de r/full/pkm-gtne ssa gita 16/23


 

5/27/2018 Pkm Gtne ssa gita - slide pdf.c om

Gambar 4. Turbin Angin Sumbu Horizontal


Turbulensi menyebabkan kerusakan struktur menara, dan realibilitas begitu
 penting, sebagian besar TASH merupakan mesin upwind   (melawan arah angin).
Meski memiliki permasalahan turbulensi, mesin downwind (menurut jurusan angin)
dibuat karena tidak memerlukan mekanisme tambahan agar mereka tetap sejalan
dengan angin, dan karena di saat angin berhembus sangat kencang, bilah-bilahnya
 bisa ditekuk sehingga mengurangi wilayah tiupan mereka dan dengan demikian juga
mengurangi resintensi angin dari bilah-bilah itu.
Kelebihan TASH adalah Dasar menara yang tinggi memudahkan akses angin
yang lebih kuat di tempat-tempat yang memiliki geseran angin (perbedaan antara laju
dan arah angin antara dua titik yang jaraknya relatif dekat di dalam atmosfer bumi. Di
sejumlah lokasi geseran angin, setiap sepuluh meter ke atas, kecepatan angin
meningkat sebesar 20% sehingga posisi turbin yang terletak di pada bangunan
 pencakar langit ini dapat beroperasi secara maksimal.

e.  Rumah Produksi Hasil Pertanian (RPHP)


Rumah produksi hasil pertanian ditempatkan pada bagian basement dari
struktur ini. penempatan ini didasarkan atas posisi hasil panen sawah dengan posisi
tempat produk dijual. Pada posisi basement ini, seluruh hasil pertanian akan dibawa
langsung ke rumah RPHP ini untuk diolah menjadi suatu produk yang siap jual di
 pasaran. Sehingga nilai jual produk akan semakin tinggi. Selain itu dengan
 penempatan seperti ini, nilai jual harga tanaman panen yang diterima petani akan
semakin tinggi karena tidak memalui makelar, dan akan meningkatkan kesejahteraan
 petani yang mengelola lahan tersebut. Pada RPHP ini juga memiliki zona pengolahan
terpisah, tergantung produk hasil pertanian apa yang akan diolah. Hasil produk akan
dipasarkan ke beberapa pasar dan pusat perbelanjaan yang ada di jakarta untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. dengan konsep ini secara tidak langsung akan
memangkas biaya transportasi, sehingga harga pasar dari produk akan lebih murah di
 pasaran.

 (Tahapan Rencana)
Milestone 
Pada jangka pendek (2015-2020), studi mengenai sistem dan teknologi yang
diterapkan di Vertical Urban Farming ini dilakukan guna mendapatkan teknologi yang tepat,
murah, dan mudah diaplikasikan. Studi dikhususkan pada penerapan  Policircular Shape

11

http://slide pdf.c om/re a de r/full/pkm-gtne ssa gita 17/23


 

5/27/2018 Pkm Gtne ssa gita - slide pdf.c om

Structure  di konsep ini, khususnya hubungan  Policircular Shape Structure terhadap


 pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terhadap kekuatan dan keekonomisan struktur
dalam menerima beban angin, serta efektifitas Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH)
dalam mensuplai energi.

Selama 5 tahun berikutnya, (2020-2025), Tahap konstruksi Jakarta-Vertikal Urban


Farming. Tahap awal dibangun di satu lokasi, tahapan pertama dilakukan pembangunan
struktur rangka bangunan serta penyelesaian Rumah produksi hasil Pertanian (RPHP) terlebih
dahulu. RPHP harus selesai pada tahap awal karena RPHP ini yang akan menampung hasil
 pertanian. Setelah itu dilanjutkan tahap pembangunan Hosuing Area, Farming Area, serta
 pusat pembangkit listrik, dan pusat instalasi sisa rumah tangga dan pertanian. Setelah itu
dilanjutkan dengan kelengkapana sarana moda tranportasi vertikal maupun horizontal yang
akan menunjang aktivitas masyarakat dalam Vertical Urban Farming Village tersebut.
Komunitas masyarakat dalam kampung tersebut diharapkan akan dapat menghuni rumah-
rumah tersebut dengan sedikit adaptasi terhadap cara hidup baru ini. Pengelolaan dan
 pemeliharaan fasilitas menjadi sangat penting untuk memastikan keberlanjutannya di masa
depan.
Pada jangka panjang (2025-2030), Evaluasi jangka menengah terhadap satu unit
Vertical Urban Farming Village yang telah dibangun. setelah didapatkan hasil evaluasi maka
dilanjutkan pembangunan unit lain dengan total 40 unit di seluruh wilayah Jakarta.
Menjelang akhir 2040, J-Verfavil pengembangannya secara komersil dicapai. Pada tahap ini
Pengingkatan kualitas bangunan menjadi berskala besar telah mampu dilaksanakan karena
dalam rentang waktu 25 tahun terhitung dari 2015, teknologi konstruksi terus diperbaikii dan
diperbaharui.

Pihak yang Dapat Mengimplentasikan Konsep

Kontraktor
Kontraktor termasuk salah satu pihak yang memiliki peran dalam mewujudkan
gagasan ini. Peran kontraktor dalam pembangunan Vertical Urban Farming ini antara lain:
1.  Melaksanakan pembangunan sesuai dengan gambar rencana, hitungan struktur,
syarat-syarat dan rencana anggaran yang sudah dibuat oleh pengguna jasa
2.  Menyediakan segala properti demi keselematan kerja para pekerja dan masyarakat

disekitar lokasi pembangunan


Pemi l ik Pr oyek
Peran pemilik proyek disini adalah memberikan fasilitas baik berupa sarana dan
 prasarana yang dibutuhkan untuk kelancaran sebuah pekerjaan. Selain itu, ikut mengesahkan
 perubahan apabila tejadi dalam suatu pekerjaan.
Konsultan Per encana
Konsultan perencana memiliki peran yang cukup penting dalam hal ini. Peran yang
diambil antara lain adalah :
1.  Membuat perencanaan pembangunan yang terdiri dari gambar rencana, hitungan
struktur, syarat-syarat bahkan sampai rencana anggaran biaya yang dibutuhkan
2.  Ikut memberi saran dan pertimbangan tentang pelaksanaan pekerjaan

12

http://slide pdf.c om/re a de r/full/pkm-gtne ssa gita 18/23


 

5/27/2018 Pkm Gtne ssa gita - slide pdf.c om

3.  Memberi penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal yang kurang jelas, misalnya
gambar kerja,rencana kerja, syarat-syarat.
Kon sul tan Pengawas
Badan yang diharapkan mampu membantu terwujudnya Vertical Farming ini adalah

konsultan pengawas konsultan pengawas yang membantu mengelola pelaksanaan dari awal
mula sampai akhir pekerjaan pembangunan ini. Adapun peran yang penting adalah
mengkoordinasikan segala informasi antar berbagai bidang guna menghindari terjadinya
kesalahan.
Arsitek
Seorang arsitek disini memiliki peran yang cukup penting dalam pembangunan Vertical
Urban Farming. Di harapkan sorang aristek disini mampu mengeluarkan idenya demi
terwujudnya sebuah bangunan yang memiliki desain yang unik dan menarik dengan konsep
 bangunan berbentuk oval disertai sistem open frame dan Policircular Shape Structure.
Perusahaan Penyedia Energi, Air, dan Sanitasi
Pihak-pihak ini saling terkait dan bertanggung jawab dalam penyediaan komponen-
komponen penting dalam bangunan Vertical Urban Farming, terutama dalam Housing Area
karena semua komponen ini penting adanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pemerintah
Disini, pemerintah diharapkan mampu memperhitungkan segala aspek yang ada. Baik dari
segi keamanan, sosial ekonomi dan lingkungan. Uji kelayakannya dapat dilaksanakan
 bersama dengan departemen yang terkait serta dengan menjalin kerja sama dengan para ahli
sesuai bidangnya masing-masing.
M asyar akat

Pada akhirnya, masyarakat menjadi akhir tujuan adanya pembangunan Urban Vertical
Farming ini dengan cara ikut mendukung pembangunan ini agar dapat terlaksana
sebagaimana mestinya.

KESIMPULAN

Konsep Verti cal Ur ban F arming


Sebagai solusi permasalahan mendasar di Indonesia dengan melibatkan kota besar,
seperti Jakarta, sebagai objek aktif dalam pembangunan mandiri dan terintegrasi menuju

 pencapaian ketahanan pangan Indonesia. Pembaharuan ini melibatkan Jakarta tak hanya
sebagai kota besar ataupun ibukota yang hanya fokus terhadap pembangunan gedung-gedung
 pencakar langit dengan fungsi perkantoran dan industri. Dengan ruang lingkup penyelesaian
masalah yang luas (pangan, pemukiman, dan RTH), maka solusi ini dalam jangka menengah
ataupun panjang dapat terlihat perkembangannya dalam pembenahan fungsi kota di
Indonesia.

Langkah-Langkah Strategis Implementasi Gagasan


Realisasi dari konsep ini perlu direncanakan dengan matang dan konsisten guna
tercapainya tujuan dari Vertical Urban Farming . Tidak kalah penting dengan konsistensi
rencana, konsep ini perlu diterima dan dipahami terlebih dahulu di masyarakat agar tujuan
dan maksud baiknya dapat menjadi tujuan bersama sehingga perubahan itupun dapat

13

http://slide pdf.c om/re a de r/full/pkm-gtne ssa gita 19/23


 

5/27/2018 Pkm Gtne ssa gita - slide pdf.c om

terwujud. Pencapaian pemahaman oleh masyarakat dapat dilakukan dengan metode iklan dan
 berita publik sehingga dapat dikenal secara luas.

Prediksi keberhasilan Gagasan Verti cal U rban Farmi ng  


Proyek pertanian didalam gedung ini didukung dengan sistem mandiri dimana proses
 pengolahan dan  supply  berasal dari sumber daya yang mudah didapat dan diperbaharui
sehingga tidak terjadi pemborosan energi. Konsep ini dibuat untuk tercapainya kota dengan
 pengadaan pangan mandiri, sehingga pemerintah tidak lagi perlu melakukan impor pangan.
Selain itu, pemukiman yang tersedia menciptakan ruang bagi masyarakat untuk dapat
 bercocok tanam ataupun menikmati hasil pertanian yang transparan pengolahannya.
Pembangunan proyek ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak agar terwujud Jakarta
yang modern dan menjadi objek aktif pembenahan dan pembangunan Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Despommier, Dick. 2010. The Vertical Farm. http://inhabitat.com/review-amp-interview-the-


vertical-farm-by-dick-despommier/vertical-farm-designs-1/?extend=1/  diakses Maret
2014
BPS. http://www.bps.go.id/ diakses Maret 2014
BPS Provinsi DKI Jakarta. http://jakarta.bps.go.id/ diakses Maret 2014
Dinas Pertamanan dan Pemakaman Jakarta. http://pertamananpemakaman.jakarta.go.id/ 
diakses Maret 2014
Kementrian Pertanian Republik Indonesia. http://www.pertanian.go.id/ diakses Maret 2014
Persatuan Masyarakat Ilmiah. http://gopanganlokal.miti.or.id/ diakses Maret 2014
Destila Sari, Ivanie. 2013. Vertical Farming  Konsep Pertanian Masa Depan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Ketua Kelompok
 Nama : Vanessa
 NRP : 3113100072
Jurusan/ Fakultas : Teknik Sipil/ Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 19 Agustus 1995
Institut : Institut Teknologi Sepuluh Nopember
HP : 085921664860
Alamat : Jl. Gebang Wetan No. 29 A, Sukolilo, Surabaya
Email : nesscht19@gmail.com
Ketua

( Vanessa)
 NRP. 3113100072

14

http://slide pdf.c om/re a de r/full/pkm-gtne ssa gita 20/23


 

5/27/2018 Pkm Gtne ssa gita - slide pdf.c om

Anggota 
 Nama : M Samsul Anam
 NRP : 3111100076
Jurusan/ Fakultas : Teknik Sipil/ Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Tempat, tanggal lahir :  Nganjuk, 11 Juli 1993
Institut : Institut Teknologi Sepuluh Nopember
HP : 085708509743
Alamat : Keputih Utara, No 7A Surabaya
Email : msamsulanam@gmail.com

Anggota

(M Samsul Anam )
 NRP. 3111100076

Anggota
 Nama : Made Gita Pitaloka
 NRP : 3113100135
Jurusan/ Fakultas : Teknik Sipil/ Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Tempat, tanggal lahir : Jayapura, 16 November 1995
Institut : Institut Teknologi Sepuluh Nopember
HP : 081288286130
Alamat : Jl. Baskara Selatan D4, Surabaya
Email : gitapitalokaa@gmail.com
Anggota

(Made Gita Pitaloka)


 NRP. 3113100135

Anggota
 Nama : Indra Kusuma Jati Raj Suweda
 NRP : 3112100045
Jurusan/ Fakultas : Teknik Sipil/ Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Tempat, tanggal lahir : Denpasar, 10 September 1993
Institut : Institut Teknologi Sepuluh Nopember
HP : 089676481165
Alamat :
Email : tv_brained@yahoo.co.id
Anggota

15

http://slide pdf.c om/re a de r/full/pkm-gtne ssa gita 21/23


 

5/27/2018 Pkm Gtne ssa gita - slide pdf.c om

(Indra Kusuma Jati Raj Suweda)


 NRP. 3112100045

LAMPIRAN

Gambar 1. Perbandingan tinggi bangunan


(Sumber: Indra, 2014)

Gambar 2. Tampak Atas Bangunan


(Sumber: Indra, 2014)

16

http://slide pdf.c om/re a de r/full/pkm-gtne ssa gita 22/23


 

5/27/2018 Pkm Gtne ssa gita - slide pdf.c om

GGGambar 3. Tampak didalam bangunan dengan petak-petak pertanian


(Sumber: Indra, 2014)
Gambar 2.

Gambar 4. Visualisasi sistem transportasi didalam gedung


(Sumber: Indra, 2014) 

17

http://slide pdf.c om/re a de r/full/pkm-gtne ssa gita 23/23

Anda mungkin juga menyukai