Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN

ANAK DENGAN BRONCHOPNEUMONIA

A.KONSEP TEORI
1. Definisi
Broncopneumoni merupakan radang pada paru yang mengenai bagian bronkus bagian
atas yang ditandai dengan bercak infiltrate di satu atau beberapa lobus paru (FKUI:1231)

2. Etiologi
- Bakteri: Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) dan Haemophillus influenzae lebih
sering menyebabkan infeksi pada anak-anak.
- Virus: Adenovirus, virus influenza.
- Jamur: Apergillus, histoplasma, koksidioidomikosis, pneumocytis carinii, pseudomonas.
- Aspirasi: Makanan, cairan, lambung.
- Inhalasi: Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.

3. Faktor resiko
- Infeksi saluran nafas atas (ISPA)
- PPOM
- Kekurangan nutrisi
- Berat badan lahir rendah
- Tidak mendapat ASI eksklusif
- Imunisasi tidak memadai (BCG, DPT)
- Polusi udara dan kepadatan tempat tinggal

4. Tanda dan gejala


- Menggigil
- Demam
- Batuk kering sampai produktif
- Pilek
- Ronkhi
- Kadang diare dan muntah
- Takipneu
- Sesak nafas
- Sianosis
- Retraksi dinding dada

6. Pencegahan
- Menghindarkan bayi (anak) dari paparan asap rokok, polusi udara dan tempat keramaian
yang berpotensi penularan
- Menghindarkan bayi (anak) dari kontak dengan penderita ISPA
- Membiasakan pemberian ASI eksklusif
- Segera berobat jika mendapati anak mengalami panas, batuk, pilek

7. Pemeriksaan penunjang
- Thoraks foto: Terdapat bercak-bercak infiltrasi pada satu atau beberapa lobus, sedangkan
pada pneumonia ada konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
- Pemeriksaan darah lengkap: menunjukkan peningkatan leukosit 15.000-40.000/mm3 , LED
(laju endap darah) meningkat hingga 100mm/jam.
- AGD: menunjukkan hipoksemia akibat ketidakseimbangan ventilasi-perfusi di daerah
pneumonia.
- Pembiakan sputum: untuk mengetahui jenis bakteri. Usahakan agar biakan diambil dari
sputum saluran nafas bagian bawah.

8. Penatalaksanaan
- Klien diposisikan fowler 45o untuk inspirasi maksimal.
- Pemberian oksigen yang adekuat.
- Pemberian cairan intravena untuk iv line campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9% dalam
perbandingan 3:1 ditambah KCl 10 mEq/500ml botol infuse.
- Pemenuhan hidrasi tubuh untuk mencegah penurunan dan volume cairan tubuh secara
umum (± 620cc/hr)
- Pemberian bronkodilator (Bisolvon) untuk memperbaiki drainse sekret dan distribusi
ventilasi.
- Pemberian Antibiotik spectrum luas Penisillin 50.000 U/KgBB/hr. Penisillin diberikan
selama sekurang-kurangnya seminggu sampai klien tidak mengalami sesak napas lagi selama
tiga hari dan tidak ada komplikasi lain.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Umur: biasanya pada masa bayi dan anak-anak awal.
Prevalensi: merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya menyerang sekitar
1% dari seluruh penduduk Amerika dan penyabab kematian terbanyak keenam di Amerika
Serikat.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak nafas, sianosis, batuk, demam, retraksi dada, pilek, menggigil, takipnoe.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Anak sering terserang infeksi saluran nafas bagian atas.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mempunyai penyakit/riwayat pneumonia.
e. Lingkungan
Anak sering terpapar rokok, lingkungan rumah dengan sanitasi buruk (kurang cahaya
matahari, daerah pemukiman kumuh), lokasi sekitar pabrik.
f. Pola pemenuhan nutrisi dan cairan
Pemenuhan nutrisi terganggu karena adanya mual yang disebabkan adanya penumpukan
sekret pada saluran nafas.
g. Aktivitas, istirahat dan bermain
Istirahat anak terganggu karena adanya sesak nafas, batuk dan demam. Anak menjadi
malas bermain karena lemah.
h. Eliminasi miksi dan defekasi
Frekuensi BAB berkurang karena asupan nutrisi yang kurang, gangguan pola eliminasi uri
i. Pertumbuhan dan perkembangan

1. Perkembangan
- Perkembangan Psikoseksual: Anak masuk dalam tahap anal, didapat melalui
pengeluaran feses, anak menunjukkan keakuannya, bersikap narsistik (cinta
terhadap dirinya sendiri), dan sangat egoistic. Anak juga mulai mempelajari
struktur tubuhnya.
- Motorik kasar: dapat berjalan dituntun, mengulurkan lengan / badan untuk meraih
mainan yang diinginkan, dapat mengangkat dirinya tanpa bantuan.
- Motorik halus: anak dapat duduk sendiri tanpa bantuan, anak bisa mengangkat
badannya ke posisi berdiri, belajar selama 30 detik atau berpegangan di kursi, jika
memungut benda kecil seperti kacang selanjutnya mengambilnya dengan meremas
diantara ibu jari, menggenggam erat pensil. Cara menstimulasi: bermain dengan
anak melompat dan menangkap bola besar kemudian bola kecil.
- Sosialisasi: Menunjukkan emosi seperti cemburu; perasaan (dapat memberikan
ciuman atau pelukan sesuai permintaan), marah dan takut;, dapat membedakan
orangtuanya dengan orang yang belum dikenal, dan dapat menunjukkan sikap
malu-malu atau ragu pada saat permulaan bertemu dengan orang yang belum
dikenalnya. Menikmati lingkungan yang dikenal dan mengenali dari orangtua;
rasa takut dalam situasi asing, memegang erat orangtuanya. Cara menstimulasi:
beri kesempatan pada anak untuk melepaskan pakaian sendiri, pada saat anak
sembunyi apakah anak mencari orangtua.
- Bahasa: bayi mengatakan 2 suku kata yang sama, misalnya ma-ma, pa-pa.
menyebutkan dua atau tiga kata yang dapat ditiru oleh bayi. Cara menstimulasi:
Latih anak menunjuk dan menyebutkan nama-nama bagian tubuh.

j. Pemeriksaan fisik:
- TTV: mengalami penurunan kesadaran, suhu, nadi, RR meningkat, TD biasanya normal,
SpO2 menurun
- Kepala dan rambut: tidak mengalami gangguan
- Mata: konjungtiva pucat
- Hidung: cairan mucus (ingus) yang keluar lewat hidung, pernafasan cuping hidung
- Telinga: tidak mengalami gangguan
- Mulut dan tenggorokan: bibir pucat, mukosa kering, nyeri tenggorokan
- Leher: penggunaan otot bantu pernafasan (sternokleidomastoideus)
- Thoraks, jantung: ketidaksimetrisan gerakan dinding dada, ada retraksi dada, pola nafas
tidak teratur, ada bunyi nafas tambahan
- Abdomen: tidak mengalami gangguan
- Genetalia dan anus: tidak mengalami gangguan
- Muskuloskleletal dan integument: sianosis, turgor kulit turun, akral panas, CRT >2 dtk

2. Masalah keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b. Gangguan pertukaran gas
c. Hipertermia
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e. Intoleran Aktivitas
f. Resiko kekurangan volume cairan
g. Gangguan pola eliminasi uri
h. Resiko cedera
i. Kecemasan orang tua

3. Intervensi keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
yang ditandai dengan RR meningkat, terdengar ronkhi, batuk tidak efektif, sesak, produksi
sputum (warna: kuning kehijauan, merah; kekentalan, jumlah).
Tujuan: Pasien menunjukkan keefektifan bersihan jalan nafas setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama .....x24jam dengan kriteria hasil:
- RR 30 x/mnt
- Ronkhi berkurang/tidak terdengar ronkhi
- Sesak nafas berkurang/tidak sesak lagi
- Produksi sputum berkurang
- Batuk efektif
Intervensi:
1. Jelaskan pada orangtua penyebab ketidakefektifan jalan nafas
R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan orangtua kooperatif terhadap tindakan
keperawatan yang dilakukan.
2. Beri minum susu hangat atau air hangat
R/ Air hangat/susu hangat dapat membantu proses drainase sekret.
3. Lakukan penguapan memakai alat berocare/nebulizer dengan terapi mukolitik dan
bronkodilator (ventolin).
R/ mukolitik dapat mengencerkan sekret dan bronkodilator dapat melebarkan
bronkus/jalan nafas.
4. Berikan clapping dan fibrasi pada daerah paru yang terdapat sekret
R/ clapping dan fibrasi membantu merontokkan sekret pada dinding paru dan
membawanya ke saluran nafas yang lebih besar.
5. Lakukan penghisapan/suction
R/ Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada pasien yang
tidak mampu batuk efektif.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antibiotik
R/ antibiotik mempunyai aktivitas untuk membunuh bakteri dalam alveoli.
7. Observasi RR, pola pernafasan, suara nafas tambahan dan karakteristik sputum
R/ menunjukkan keberhasilan tindakan keperawatan sehingga perlu dilakukan
tindakan.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan difusi oksigen antara alveoli dan
membran kapiler uang ditandai dengan sesak, sianosis, retraksi dinding dada, RR ↑, PCO2 ↑,
PO2 ↓
Tujuan: Pasien menunjukkan perbaikan pertukaran gas setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama......x 24jam dengan kriteria hasil:
- Pasien tidak sesak/sesak berkurang
- Tidak sianosis
- Tidak ada retraksi dan tidak ada nafas cuping hidung.
- RR 30x/mnt
- PO2 dalam batas normal (80-100 mmHg)
- PCO2 dalam batas normal (35-45 mmHg)
Intervensi:
1. Jelaskan pada orangtua penyebab gangguan pertukaran gas.
R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan orangtua kooperatif terhadap tindakan
keperawatan yang dilakukan.
2. Tingkatkan tirah baring, batasi aktivitas dan bantu kebutuhan perawatan diri sehari-
hari sesuai kebutuhan pasien.
R/ Aktivitas dapat meningkatkan konsumsi oksigen dan dapat memperberat gejala
3. Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
R/ Terapi oksigen dapat mengkoreksi hipoksemia yang terjadi
4. Kolaborasi dalam pemeriksaan AGD
R/ Pemeriksaan AGD dapat menunjukkan penurunan kadar oksigen dan peningkatan
kadar CO2 .
5. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.
R/ Tindakan ini dapat meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran
sekret untuk pernaikan ventilasi.
6. Observasi adanya sianosis, dispneu berat, takipnoe dan retraksi dada.
R/ menunjukkan keberhasilan tindakan keperawatan yang dilakukan.

3. Hipertermi berhubungan dengan reaksi sistemik bekterimia/viremia yang ditandai dengan


suhu >37,5oC, kulit kemerahan, akral panas, takikardia.
Tujuan: Pasien mengalami penurunan suhu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama ......x24 jam dengan kriteria hasil :
- Pasien panasnya turun (36,5-37,5oC)
- Kulit tidak tampak kemerahan
- Akral hangat
- Nadi normal (120-160x/menit)
Intervensi:
1. Jelaskan kepada orang tua penyebab demam.
R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan orangtua kooperatif terhadap tindakan
keperawatan yang dilakukan.
2. Berikan kompres air hangat
R/ Kompres air hangat mampu membantu tubuh untuk mengeluaarkan panas dengan
cara konduksi.
3. Anjurkan orangtua memberikan pakaian tipis dan menyerap keringat.
R/ Pakaian tipis mempercepat penurunan suhu dengan cara radiasi.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik dan antipiretik (10-15mg/kgBB)
R/ Antipiretik mengandung parasetamol yang dapat membantu untuk menurunkan
panas
5. Observasi kondisi pasien: suhu tubuh 36,5 – 37,5 oC, akral hangat, badan tidak panas,
nadi
R/ Hasil observasi menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan yang
dilakukan.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan akibat
adanya penumpukan sekret yang ditandai dengan BB menurun, lemas, ibu mengungkapkan
anak kurang nafsu makan.
Tujuan : Anak menunjukkan perbaikan nutrisi setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama …… x24 jam dengan kriteria hasil:
 Anak tidak lemas
 Tidak muntah
 BB 7,5Kg
Intervensi
1.Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat dan tipe diet TKTP yang dibutuhkan pada
orang tua pasien.
R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan orangtua kooperatif terhadap tindakan
keperawatan yang dilakukan.
2.Berikan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering, jika mungkin kombinasikan dengan
makanan yang disukai anak.
R/ Makanan dalam jumlah sedikit namun sering akan menambah energi. Makanan yang
menarik dan disukai dapat meningkatkan selera makan.
3.Kolaborasi dalam pemberian obat antiemetik.
R/ Mengurangi tidak enak pada perut.
4.Observasi BB tiap hari dengan alat ukur yang sama.
R/ Peningkatan berat badan menandakan indikator keberhasilan tindakan.
5. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum yang ditandai dengan lemah,
dispneu, RR ↑
Tujuan: Pasien menunjukkan peningkatan aktivitas setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama.......x24jam dengan kriteria hasil:
- Tidak lemah/mampu beraktivitas
- Dispneu berkurang/ tidak ada dispneu
- RR 30 x/mnt
Intervensi:
1. Jelaskan kepada orangtua penyebab kelemahan
R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan orangtua kooperatif terhadap tindakan
keperawatan yang dilakukan.
2. Kaji pergerakan anak
R/ Pergerakan anak yang aktif menunjukkan tidak adanya kelemahan
3. Batasi aktivitas anak
R/ aktivitas dapat meningkatkan sesak pada anak dan kebutuhan oksigen semakin
bertambah.
4. Anjurkan kepada orangtua untuk memenuhi kebutuhan anak sehari-hari
R/ aktivitas dapat meningkatkan sesak pada anak dan kebutuhan oksigen semakin
bertambah.
5. Observasi pergerakan aktif, dispneu, RR
R/ Hasil observasi menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan yang
dilakukan.

6. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan akibat


demam..
Tujuan: Anak tidak mengalami kekurangan cairan setelah dilakukan tindakan keperawatan
dengan kriteria hasil:
- Mukosa bibir lembab
- Mata tidak cowong
- Turgor kulit elastis
- Produksi urine 1 cc/kg BB/jam
- Nadi normal (120-160x/menit)
Intervensi:
1. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya masukan oral yang adekuat bagi anak
R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan orangtua kooperatif terhadap tindakan
keperawatan yang dilakukan.
2. Jelaskan dan anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI
R/ASI penting untuk mencegah kekurangan cairan, sebagai sumber nutrisi dan sebagai
antibodi untuk mencegah infeksi lanjut.
3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan melalui IV sesuai ketentuan untuk
dehidrasi.
R/ Cairan IV mengganti cairan yang hilang karena muntah agar terjadi keseimbangan
cairan.
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik
R/ Antipiretik mengandung parasetamol yang dapat membantu untuk menurunkan panas
5. Observasi mukosa, turgor kulit, nadi, mata tidak cowong, produksi urine
R/ untuk mengetahui status hidrasi anak dan menentukan kebutuhan penambahan cairan.

7. Gangguan pola eliminasi uri berhubungan dengan produksi urine yang menurun yang
ditandai dengan produksi urine menurun, frekuensi BAK berkurang.
Tujuan: pasien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama…..x24jam dengan criteria hasil:
- Produksi urine 1 cc/kg BB/jam
- Frekuensi BAK dalam batas normal
Intervensi
1. Jelaskan pada orang tua penyebab perubahan pola eliminasi uri
R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan orangtua kooperatif terhadap tindakan
keperawatan yang dilakukan.
2. Anjurkan orang tua untuk memberikan rangsangan berkemih pada anak, misalnya
mengguyur meatus urinarius dengan air
R/ Merangsang keinginan anak untuk berkemih
3. Siapkan pispot dibawah tempat tidur pasien
R/ Umumnya anak malas beranjak dari tempat tidur sehingga pispot akan
memudahkan pasien saat ingin BAK
4. Kolaborasi dalam pemberian cairan enteral dan parenteral
R/ masukan cairan merangsang kerja ginjal untuk memproduksi urine dalam jumlah
yang cukup.
5. Observasi frekuensi BAK dan produksi urine
R/ Hasil observasi menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan yang
dilakukan

8. Resiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi serebral sekunder akibat hipoksia
jaringan otak.
Tujuan : Pasien tidak mengalami cedera selama dilakukan tidakan keperawatan dengan
criteria hasil :
- Tidak ada luka, memar
- Pasien tidak jatuh
Intervensi
1. Jelaskan kepada orangtua tentang cara menghindari cedera pada pasien
R/ pengetahuan tentang cara menghindarkan pasien dari cedera dapat membantu
menghindari aktivitas yang dapat beresiko cedera
2. Ciptakan lingkungan aman dan nyaman
R/ lingkungan aman dapat mengurangi resiko terjadinya cedera
3. Bantu pasien melakukan aktivitas sehari-hari secara perlahan
R/ ambulasi yang tergesa-gesa dapat menyebabkan pasien mudah jatuh
4. Observasi tanda terjadinya cedera (memar, fraktur)
R/ mengetahui apakah telah terjadi cedera dan untuk menentukan tindakan selanjutnya
9. Kecemasan orang tua berhubungan dengan lingkungan yang baru dan kurang
pengetahuan orangtua tentang penyakit anak yang ditandai dengan orangtua tampak cemas,
anak tidak kooperatif dengan tindakan yang diberikan, anak menangis ketika didekati
perawat.
Tujuan : Kecemasan pada orangtua berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
dengan kriteria hasil:
- wajah orang tua menunjukkan kecemasan berkurang
- orang tua dan anak menunjukkan perilaku yang kooperatif dalam proses
pengobatan dan perawatan
- anak tidak menangis ketika didekati perawat.
Intervensi:
1. Jelaskan kepada orangtua tentang penyebab bronkopneumonia.
R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan orangtua kooperatif terhadap
tindakan keperawatan yang dilakukan dan mengurangi kecemasan orangtua
2. Berikan dukungan kepada orangtua pasien
R/ Dukungan dapat menurunkan kecemasan.
3. Anjurkan orangtua untuk membawakan mainan kesukaan anak.
R/ Membawakan mainan kesukaan anak membantu anak untuk mengalihkan
ketakutan anak ke mainan
4. Observasi stress ibu.
R/ Hasil observasi menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan yang
dilakukan.

4. Evaluasi
a. Pasien menunjukkan keefektifan bersihan jalan nafas
b. Pasien dapat mempertahankan ventilasi yang adekuat
c. Pasien mengalami penurunan suhu tubuh
d. Pasien menunjukkan perbaikan nutrisi
e. Pasien menunjukkan pergerakan aktif
f. Pasien tidak mengalami kekurangan cairan
g. Pasien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat
h. Pasien tidak mengalami cedera
i. Orangtua mengalami penurunan kecemasan
DAFTAR PUSTAKA
Capernito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa: Monica
Ester. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa: I Made
Kariasa, Ni Made Sumarwati. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arief, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.

Mutaqqin, Arief. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih
bahasa: Brahm U.Edisi 6. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai