Anda di halaman 1dari 8

Volume 9, Nomor 2, April 2013

Halaman 39–46
DOI: 10.14692/jfi.9.2.39
ISSN: 2339-2479

Laju Infeksi Ganoderma pada Empat Kelas Tekstur Tanah

Infection Rate of Ganoderma at Four Soil Texture Classes

Agus Susanto*, Agus Eko Prasetyo, Sri Wening


Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan 20158

ABSTRAK

Penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh Ganoderma merupakan penyakit paling
merusak di perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Perkembangan penyakit ini cepat dan berat pada tanah
miskin unsur hara, khususnya yang banyak mengandung fraksi pasir. Penelitian dilaksanakan untuk
mengetahui laju infeksi Ganoderma secara kuantitatif di tanah yang mengandung fraksi pasir. Perlakuan
terdiri atas lima medium tanam campuran antara tanah mineral (M) dan pasir (P): A (100% M-0% P),
B (75% M-25% P), C (50% M-50% P), D (25% M-75% P), dan E (0% M-100% P). Semua medium tanam
dianalisis sifat fisika, kimia, dan biologinya. Hasil analisis menunjukkan bahwa medium tanam terdiri
atas 4 kelas tekstur tanah: lempung liat berpasir untuk perlakuan A, lempung berpasir untuk perlakuan
B, pasir berlempung untuk perlakuan C, dan pasir untuk perlakuan D dan E. Medium tanam dengan
tekstur pasir mempunyai populasi mikroorganisme tanah yang lebih rendah (< 1 × 106 cfu g-1 tanah)
daripada medium bertekstur lempung yang mempunyai populasi 3 × 106 cfu g-1 tanah. Laju infeksi
Ganoderma pada medium tanam pasir ialah 1.77–1.83 tanaman per bulan per 100 tanaman. Laju infeksi
Ganoderma di medium tanam pasir ini lebih cepat munculnya dan lebih tinggi kejadiannya dibandingkan
dengan di medium tanam bertekstur lempung.
Kata kunci: busuk pangkal batang, kelapa sawit, tanah pasir

ABSTRACT

Basal stem rot disease caused by Ganoderma is the most destructive disease in oil palm plantation
in Indonesia. Development of this disease is faster and heavier in nutrient poor soils, such as sandy soil.
The objective of this research is to study and quantitatively measure the infection rate of Ganoderma
disease in sandy soil. The treatments consisted of five different mixtures of mineral soil (M) and sand
(P) i.e: A (100% M–0% P), B (75% M-25% P), C (50% M-50% P), D (25% M-75% P), and E (0%
M-100% P). Physical, chemical, and biological properties of each soil mixture treatment were analyzed.
Soil texture can be differentiated into sandy clay loam, sandy loam, loamy sand, sand for treatmen A,
B, C, D, E, respectively. Sandy soil medium had less microorganism population (< 1 × 106 cfu g-1soil)
than sandy clay loam which microrganism population was 3 × 106 cfu g-1 soil. The infection rate of
Ganoderma in sandy soils was 1.77–1.83 palm per month per 100 palms. Infection rate of Ganoderma
in sandy soil was faster and higher than those in loamy soil.
Key words: basal stem rot, oil plam, sandy soil

*Alamat penulis korespondensi: Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Jalan Brigjen Katamso No. 51, Medan 20158
Tel: 061-7862477, Faks: 061-7862488, Surel: marihat_agus@yahoo.com

39
J Fitopatol Indones Susanto et al.

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

Kondisi penyakit busuk pangkal batang Penelitian dilaksanakan di laboratorium


yang disebabkan oleh Ganoderma saat ini dengan material tanaman yang digunakan
berbeda dengan kondisi beberapa dekade yang adalah varietas komersial kelapa sawit DxP.
lalu atau pada awal pengusahaan perkebunan Isolat Ganoderma yang digunakan sebagai
kelapa sawit. Perubahan terjadi pada aspek sumber inokulum adalah isolat Aek Pancur,
kejadian penyakit dan distribusi, gejala dan Sumatera Utara yang selama ini teruji
patogenisitas, dan epidemi penyakit. Secara mempunyai patogenisitas tinggi melalui uji
umum, penyakit menjadi lebih berat dan laju pendahuluan.
infeksinya semakin cepat. Distribusi penyakit
ini sudah menyebar di seluruh Indonesia, Produksi Inokulum Ganoderma
meskipun dengan kejadian penyakit yang Ganoderma dalam bentuk sumber
bervariasi. Tidak hanya di tanah mineral, inokulum diperbanyak pada substrat kayu
perkembangan penyakit busuk pangkal batang karet berukuran 6 cm × 6 cm × 6 cm. Teknik
juga cepat di tanah gambut. penggunaan kayu karet sebagai sumber
Saat ini banyak dilaporkan bahwa pada inokulum Ganoderma sebagai berikut.
tanah yang relatif miskin unsur hara cenderung Potongan kayu karet dibersihkan kulitnya
mempunyai kejadian penyakit busuk pangkal menggunakan mesin serut. Sebanyak lima
batang yang besar. Akumulasi kejadian potongan kayu karet dimasukkan ke dalam
penyakit sangat didukung substrat yang kantong plastik tahan panas dan ditutup
melimpah, yaitu tanaman kelapa sawit yang dengan kapas dan kertas. Kayu karet di-
selalu tersedia dan inang alternatif patogen sterilkan menggunakan autoklaf pada suhu
yang juga sangat luas. Fakta lain ialah sampai 121 °C tekanan 1 atm selama 30 menit.
saat ini tidak ada kelapa sawit yang resisten Setelah didinginkan potongan kayu karet
atau imun terhadap Ganoderma boninense. tersebut diinokulasi secara aseptik dengan
Oleh sebab itu, penyakit busuk pangkal potongan Ganoderma dalam medium potato
batang (G. boninense) digolongkan menjadi dextrose agar (PDA) sebesar 1 cm × 1 cm.
penyakit penting yang menyebabkan kehilang- Inkubasi pada suhu 29 °C dilakukan selama
an hasil secara luas pada perkebunan kelapa 60 hari untuk mendapatkan inokulum yang
sawit, terutama di Malaysia (Paterson 2007; sudah cukup tua (Idris et al. 2004).
Naher et al. 2013).
Saat ini banyak dilaporkan bahwa pada Medium Tanam dan Perlakuan
tanah yang relatif miskin unsur hara terutama Medium tanam yang digunakan sebagai
tanah pasir cenderung mengalami kejadian uji laju infeksi Ganoderma adalah tanah
penyakit busuk pangkal batang yang lebih mineral dari kedalaman 0–30 cm dan tanah
besar. Pada beberapa tempat di Indonesia, pasir sungai. Kedua jenis tanah ini dicampur
kebun yang bersebelahan dengan kondisi dengan komposisi medium tanam antara tanah
bertanah pasir mengalami kejadian penyakit mineral (M) dan pasir (P); A (100% M-0% P),
yang tinggi. B (75% M-25% P), C (50% M-50% P),
Penelitian ini menghitung secara kuantitatif D (25% M-75% P), dan E (0% M-100% P)
laju infeksi penyakit busuk pangkal batang (Tabel 1).
pada tanah pasir secara simulasi di pembibitan Sifat fisika dan kimia kelima medium
kelapa sawit. Dengan mengetahui laju infeksi tanam perlakuan selanjutnya dianalisis di
penyakit busuk pangkal batang pada berbagai laboratorium menggunakan prosedur standar
sifat fisik dan kimia tanah diharapkan faktor di laboratorium analisis tanah Pusat Penelitian
predisposisi dan epidemi penularan dapat Kelapa Sawit. Karakteristik sifat fisik meliputi
ditentukan sehingga membantu mengendalikan fraksi pasir, debu, dan liat; sifat kimia meliputi
penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit. pH, kandungan C, N, rasio C/N, P, dan K.
40
J Fitopatol Indones Susanto et al.

Tabel 1 Perlakuan medium tanam pada Inokulasi Bibit Tanaman


berbagai komposisi tanah mineral dan pasir Teknik inokulasi menggunakan metode
sitting germinated seed. Satu inokulum
Komposisi medium tanam Ganoderma dalam rubber wood block berumur
Perlakuan
Tanah mineral (%) Pasir (%) 2–3 bulan diletakkan di dalam kantong plastik
A 100 0 ukuran 40 cm × 50 cm yang berisi tanah dengan
B 75 25 kedalaman 5 cm di bawah titik penanaman
C 50 50 kecambah kelapa sawit. Kecambah kelapa
D 25 75 sawit segera ditanam bersamaan dengan
E 0 100 pada saat inokulasi Ganoderma. Pembibitan
menggunakan sistem naungan paranet dengan
Semua sampel tanah dianalis tekstur tanahnya intensitas sinar 70% selama percobaan.
dengan metode hidrometri. Kemasaman tanah Pemeliharaan bibit terdiri atas penyiraman dan
diukur dengan pH meter yang bekerja secara perawatan sesuai dengan standar pemelihara-
potensiometeri. C-organik sampel dianalisis an bibit sampai umur 6 bulan. Pemupukan
dengan metode Wakley and Black, nitrogen selama penelitian ditiadakan agar tidak
total dengan metode Kjeldahl. Analisis P mempengaruhi laju infeksi Ganoderma.
tersedia dilakukan dengan metode Bray 1
dan analisis K dengan metode AAS. Masing- Pengamatan Kejadian Penyakit Busuk
masing sifat kimia, fisika, dan biologi tanah Pangkal Batang
dari sampel dikelompokkan menggunakan Pengamatan kejadian penyakit busuk
nilai harkat standar unsur hara (Tabel 2), sifat pangkal batang dilakukan setiap bulan
fisik dan biologi (Tabel 3). selama 6 bulan percobaan. Perkembangan
Rancangan percobaan yang digunakan kejadian penyakit busuk pangkal batang
adalah rancangan acak lengkap. Satu petak diamati berdasarkan gejala dan tanda penyakit
percobaan terdiri atas 5 tanaman, masing- secara visual. Gejala penyakit berupa daun
masing petak percobaan diulang 4 kali. mengering dan nekrosis serta kematian
Tabel 2 Sifat kimia medium tanam

K
Perlakuan pH C/N P (ppm)
(me/100 g)
A 4.90 agak masam 3.33 rendah 3.00 rendah 0.20 agak rendah
(agak rendah)
B 5.06 agak masam 6.00 agak rendah 3.66 rendah 0.21 agak rendah
(agak rendah)
C 5.43 agak masam 5.00 agak rendah 4.00 rendah 0.66 sedang
(agak rendah)
D 5.60 agak masam 7.00 agak rendah 6.00 rendah 0.14 rendah
(agak rendah)
E 7.00 agak basa 5.00 agak rendah 10.00 agak rendah 0.80 agak tinggi
(agak tinggi)

Tabel 3 Sifat fisika dan biologi medium tanam

Populasi cendawan
Perlakuan Pasir (%) Debu (%) Liat (%) Tekstur dan bakteri
(cfu g-1 tanah)
A 56.00 12.33 31.33 Lempung liat berpasir 3 × 106
B 73.00 8.33 18.66 Lempung berpasir 1 × 106
C 83.00 7.66 9.33 Pasir berlempung < 1 × 106
D 91.66 2.33 6.00 Pasir < 1 × 106
E 99.00 1.00 0.00 Pasir < 1 × 106
41
J Fitopatol Indones Susanto et al.

tanaman, sedangkan tanda penyakit berupa X, kejadian penyakit setelah berlangsung-


tubuh buah Ganoderma yang muncul pada nya epidemi; Q, kejadian penyakit pada
batang bibit kelapa sawit. Kejadian Penyakit awal dari penyakit yang berbanding lurus
(KP) Ganoderma dihitung dengan rumus: dengan inokulum awal; R, laju infeksi adalah
a kecepatan penambahan jumlah tanaman sakit
KP = × 100%, dengan
a+b pada populasi tanaman per unit per satuan
KP, kejadian penyakit; a, jumlah tanaman waktu; t, waktu berlangsungnya epidemi.
sakit; b, jumlah tanaman sehat. Kejadian penyakit busuk pangkal batang,
Pada akhir penelitian dilakukan pengamatan tinggi tanaman, dan laju infeksi dianalisis
gejala nekrotik akar akibat serangan Ganoderma dengan analisis sidik ragam. Selain itu juga
dengan cara pembongkaran bibit kelapa dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan
sawit. Pengamatan untuk memastikan gejala multiple range test pada taraf 5% menggunakan
penyakit busuk pangkal batang yang ada di program SAS versi 9.0.
bawah permukaan medium tanam.
HASIL
Pengamatan Tinggi Tanaman Bibit Kelapa
Sawit Gejala visual penyakit busuk pangkal
Pengamatan tinggi tanaman bibit kelapa batang muncul pertama kali pada tiga bulan
sawit dilakukan untuk mendukung data setelah inokulasi Ganoderma. Gejala visual
pengaruh kejadian penyakit busuk pangkal penyakit busuk pangkal batang ialah nekrosis
batang terhadap bibit kelapa sawit. Tinggi pada helaian daun dan mengering yang diikuti
tanaman diukur dari permukaan tanah sampai kematian bibit kelapa sawit. Sebagian besar
dengan ujung daun tertinggi dengan interval bibit kelapa sawit juga menunjukkan tanda
pengamatan setiap 2 bulan. penyakit berupa tubuh buah Ganoderma yang
muncul pada pangkal batang (Gambar 1).
Populasi Mikroorganisme Tanah Kejadian penyakit busuk pangkal batang
Pada akhir penelitian dilakukan peng- pertama kali muncul pada bulan ke-3, yaitu
amatan populasi mikroorganisme tanah perlakuan B dan D, berturut-turut sebesar 5%
menggunakan metode pengenceran. Bakteri dan 15%. Pada bulan ke-6, kejadian penyakit
dihitung pada medium nutrient agar (NA), tertinggi pada tanah bertekstur pasir (D dan
sedangkan cendawan pada medium PDA. E), yaitu sebesar 55% dan 50% (Gambar 2).
Kejadian penyakit pada tanah lempung (A)
Analisis Data baru muncul pada bulan ke-6 setelah diamati
Penyakit busuk pangkal batang adalah dengan pembongkaran gejala nekrotik akar.
penyakit dengan tipe monosiklik. Oleh karena Berdasarkan hasil pengamatan gejala visual
itu, laju infeksi (R) dihitung dengan rumus dan nekrotik akar pada bulan ke-6 setelah
van der Plank, yaitu: inokulasi, kejadian penyakit busuk pangkal
X = Q × R × t, dengan batang di tanah tekstur pasir lebih tinggi

a b c d
Gambar 1 Perkembangan gejala kematian bibit kelapa sawit karena Ganoderma di medium
tanam pasir. a, daun menguning; b, gejala awal nekrosis; c, nekrosis berat dan muncul tubuh
buah Ganoderma; dan d, bibit kelapa sawit mati.
42
J Fitopatol Indones Susanto et al.

daripada tanah tekstur lempung (Gambar 2). lempung mempunyai ketersediaan hara K agak
Dengan demikian, secara garis besar medium rendah, sedangkan tekstur pasir menunjukkan
tanam yang dicoba dapat dikelompokkan ketersediaan rendah sampai agak tinggi.
menjadi 2 kelompok tekstur, yaitu pasir dan Sifat biologi tanah atau medium tanam
lempung. Kejadian penyakit busuk pangkal sangat mempengaruhi perkembangan penyakit
batang pada tekstur pasir sebesar 50% dan busuk pangkal batang. Populasi bakteri dan
55%, sedangkan pada tekstur tanah pasir cendawan sangat berbeda antara tanah dengan
berlempung sebesar 25%. Kejadian penyakit tekstur pasir dan lempung. Pada medium tanah
pada tekstur lempung liat berpasir dan lempung dengan tekstur pasir populasi bakteri dan
berpasir lebih rendah, yaitu 10% (Tabel 4). cendawan sangat rendah, yaitu kurang dari
Tinggi rendahnya kejadian penyakit busuk 1 × 106 cfu g-1 tanah, sedangkan pada tanah
pangkal batang pada medium tanam perlakuan tekstur lempung lebih dari 1 × 106 cfu g-1 tanah,
sangat dipengaruhi oleh sifat fisik, pH tanah bahkan untuk tekstur lempung liat berpasir
dan biologi tanah. Semakin tinggi persentase mempunyai populasi bakteri dan cendawan
fraksi pasir tanah akan semakin meningkatkan yang relatif tinggi, yaitu 3 × 106 cfu g-1 tanah
kejadian penyakit busuk pangkal batang. (Tabel 3). Cendawan yang berhasil diisolasi
Kemasaman tanah paling rendah dimiliki oleh pada medium tanam ini adalah Trichoderma
perlakuan A, yaitu sebesar 4.9 dan pH tertinggi sp., Rhizopus sp., Penicillium sp., dan
dimiliki perlakuan E, yaitu sebesar 7.0, Alternaria sp.
sedangkan perlakuan lain mempunyai kategori Tinggi bibit kelapa sawit sangat tertekan
pH yang hampir sama, yaitu agak masam. Sifat oleh sifat tanah maupun keberadaan patogen
kimia lain, yaitu C/N, ketersedian hara P dan K Ganoderma. Tinggi tanaman pada tekstur
tidak mempunyai perbedaan yang mencolok pasir relatif lebih rendah dibandingkan dengan
(Tabel 2). Rasio C/N semua perlakuan perlakuan lainnya (A, B, dan C) (Tabel 4). Laju
menunjukkan nilai agak rendah. Demikian infeksi Ganoderma pada medium tanam tekstur
juga untuk ketersediaan hara P, semua pasir sebesar 1.77 dan 1.83 tanaman per bulan
medium tanam perlakuan menunjukkan nilai sehingga dapat diartikan pada 100 tanaman
yang sama, yaitu rendah sampai agak rendah. kelapa sawit akan bertambah sekitar 2 tanaman
Ketersedian hara K dapat dikelompokkan sakit setiap bulannya. Sedangkan pada tanah
menjadi dua kelompok besar. Tekstur tanah tekstur lempung, laju infeksinya lebih lambat.

60

50
Kejadian penyakit (%)

40

30

20

10

0
1 2 3 4 5 6
Bulan pengamatan

Gambar 2 Perkembangan kejadian penyakit busuk pangkal batang oleh Ganoderma pada
berbagai medium tanam. , A (Lempung liat berpasir); , B (Lempung berpasir);
, C (Pasir berlempung); , D (Pasir); , E (Pasir).

43
J Fitopatol Indones Susanto et al.

Tabel 4 Tinggi tanaman kelapa sawit, laju infeksi dan kejadian penyakit busuk pangkal batang pada
berbagai medium tanam pada bulan keenam setelah inokulasi Ganoderma

Tinggi tanaman Laju infeksi (R) Kejadian penyakit


Perlakuan (cm) per bulan (%)
A 51.71 a 0.50 d 10 c
B 52.68 a 0.75 c 10 c
C 46.56 b 1.50 b 25 b
D 36.92 c 1.77 a 55 a
E 37.46 c 1.83 a 50 a
Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata pada uji selang
ganda Duncan α 0.05

PEMBAHASAN penyakit busuk pangkal batang banyak terjadi


pada daerah pantai (pasir) (Gurmit 1991),
Ganoderma merupakan cendawan tetapi laporan terakhir menyebutkan bahwa
Basidiomycota yang bersifat tular tanah dan busuk pangkal batang banyak terjadi di daerah
sebagai penyebab utama penyakit akar putih pantai maupun daerah pedalaman. Demikian
pada tanaman berkayu dengan menguraikan juga untuk jenis tanah, Turner (1981)
lignin. Sebagian besar siklus Ganoderma melaporkan bahwa penyakit busuk pangkal
ada di dalam tanah atau jaringan tanaman. batang jarang ditemukan di tanah gambut dan
Penularan penyakit busuk pangkal batang menurut Benjamin dan Chee (1995) serangan
melalui tiga cara, yaitu kontak akar tanaman berat banyak terjadi pada tanah laterit.
dengan sumber inokulum Ganoderma, udara Lahan dengan tekstur tanah berpasir
dengan basidiospora, dan inokulum sekunder mempunyai kecenderungan kejadian penyakit
berupa tunggul tanaman atau inang alternatif. busuk pangkal batang yang lebih besar. Hal ini
Perkembangan penyakit busuk pangkal sangat dipengaruhi sifat matriks tanah (Chang
batang di tanah gambut lebih cepat daripada 2003). Kecepatan laju infeksi Ganoderma di
di tanah mineral. Laju infeksi yang lebih cepat tanah pasir disebabkan sifat fisik tanah pasir
ini diduga karena peran mekanisme selain yang longgar atau porositas tinggi sehingga
penyebaran Ganoderma melalui basidiospora akar tanaman akan lebih cepat bergerak
(Sanderson 2005). Gejala penyakit busuk menuju sumber inokulum Ganoderma. Sifat
pangkal batang yang muncul di tanah gambut kimia tanah yang mempengaruhi laju infeksi
tidak hanya busuk pangkal batang, tetapi juga Ganoderma di dalam tanah ialah pH.
busuk pangkal atas (Susanto et al. 2008). Berdasarkan uji laboratorium, G. boninense
Spesies Ganoderma yang patogen pada dapat tumbuh pada pH 3.0–8.5 dengan suhu
kelapa sawit mempunyai kisaran inang yang optimal 30 °C dan terganggu pertumbuhannya
luas. Pada habitat alami di hutan, cendawan pada suhu 15 dan 35 °C, serta tidak dapat
ini dapat menyerang tanaman berkayu. Selain tumbuh pada suhu 40 °C (Abadi dan
menyerang Elaeis guineensis dan Albizia sp., Dharmaputra 1988).
G. boninense dapat menyerang anggota palma Faktor lain yang mempengaruhi laju
yang lain, seperti Cocos nucifera, Livistona infeksi Ganoderma pada tanah pasir adalah
subglobosa, Casuarina tolurosa, dan Areca spp. populasi mikroorganisme di dalam tanah.
Di daerah pantai ada dua spesies palma yang Tanah pasir relatif mempunyai populasi
dapat menjadi sumber penularan penyakit ini, mikroorganisme yang lebih sedikit. Rizosfer
yaitu nibung (Oncosperma filamentosa) dan tanah mineral banyak mengandung bakteri
serdang (Livistona cochichineasis) (Turner 1981). dan cendawan. Salah satu jenis cendawan
Penularan penyakit busuk pangkal yang sering ditemukan ialah Trichoderma sp.
batang melalui tanah dan kontak akar sangat yang sudah banyak digunakan sebagai agens
dipengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologi pengendali hayati untuk penyakit busuk
tanah. Laporan awal menyebutkan bahwa pangkal batang. Trichoderma menekan
44
J Fitopatol Indones Susanto et al.

patogen Ganoderma melalui kompetisi ruang DAFTAR PUSTAKA


dan nutrisi, produksi enzim kitinase dan
glukanase, dan hiperparasit melalui lilitan hifa Abadi AL, Dharmaputra OS. 1988. Pengaruh
atau miselium. Salah satu jenis bakteri yang pH medium dan suhu terhadap pertumbuhan
mampu menekan penyakit busuk pangkal miselium Ganoderma boninense. Laporan
batang kelapa sawit ialah bakteri endofit tahunan kerja sama penelitian Pusat
(Zaiton et al. 2006, 2008). Semua bakteri dan Penelitian Marihat-Biotrop tahun 1988.
cendawan di daerah rizosfer saling berinteraksi Bogor (ID): Biotrop.
dengan G. boninense (Abdullah et al. 2005). Abdullah F, Rusli MH, Sebran N. 2005.
Faktor penentu lainnya ialah kesuburan Bacteria from oil palm agricultural system
tanah pasir. Tanah yang miskin unsur hara and their interactions with Ganoderma
akan menyebabkan tanaman menurun daya boninense and Trichoderma harzianum.
tahannya terhadap infeksi patogen. Tanaman Pertanika J Trop Agric Sci. 28(2):95–102.
yang lemah akan mudah terinfeksi patogen. Benjamin M, Chee KH. 1995. Basal stem rot
Lemahnya tanaman ini dapat disebabkan of oil palm—a serious problem on inland
karena kurangnya hara bagi tanaman. soils. MAPPS-Newletter. 19:1–3.
Pemberian unsur Cu dan Ca dapat mengurangi Chang TT. 2003. Effect of soil moisture content
kejadian penyakit di pembibitan kelapa on the survival of Ganoderma species and
sawit (Nursabrina et al. 2012). Peningkatan other wood inhabiting fungi. Plant Dis.
mekanisme ketahanan tanaman kelapa sawit 87(10):1201–1204. DOI: http://dx.doi.org/
ini melalui proses pembentukan lignin yang 10.1094/PDIS.2003.87.10.1201.
meningkat sehingga mampu mengurangi Gurmit S. 1991. Ganoderma the scourge
degradasi lignin oleh patogen (Paterson et al. of oil palm in the coastal areas. Planters
2009), dengan demikian penggunaan enzim 67(786):421–444.
penghambat seharusnya juga dapat mencegah Idris AS, Kushairi A, Ismail S, Ariffin D.
degradasi lignin tanaman (Paterson et al. 2004. Selection for partial tolerance in oil
2008). palm progenies to Ganoderma basal stem
Oleh karena itu, strategi pengendalian rot. Journal of Oil Palm Res. 16:12–18.
pada tanah pasir harus menerapkan prinsip Naher L, Yusuf UK, Ismail A, Tan SG,
epidemiologi penyakit tular tanah. Strategi yang Mondal MMA. 2013. Ecological status of
dilakukan dalam mengendalikan Ganoderma Ganoderma and basal stem rot disease of
mirip dengan yang diterapkan untuk penyakit oil palms (Elaeis guineensis Jacq). AJCS.
tular tanah lainnya yang umumnya sulit untuk 7(11):1723–1727.
ditangani. Strategi yang paling efektif ialah Nursabrina AA, Sariah M, Zaharah AR. 2012.
dengan cara mengurangi inokulum awal, tetapi Suppression of basal stem rot disease
penurunan laju infeksi bersifat komplementer. progress in oil palm (Elaeis guineensis)
Sumber utama inokulum Ganoderma after copper and calcium supplementation.
terdapat di akar dan batang kelapa sawit yang Pertanika J Trop Agric Sci. 35(S):13–24.
terinfeksi Ganoderma. Cara terbaik untuk Paterson RRM. 2007. Ganoderma disease of
mengendalikan Ganoderma dilakukan dengan oil palm: A white rot perspective necessary
sanitasi bagian tanaman yang merupakan for integrated control. Crop Prot. 26:1369–
tempat sumber inokulum. Pengendalian 1376. DOI: http://dx.doi.org/10.1016/j.
sumber inokulum Ganoderma sangat penting cropro.2006.11.009.
untuk menekan penyakit busuk pangkal Paterson RRM, Meon S, Abidin MAZ,
batang kelapa sawit. Selain itu, penting juga Lima N. 2008. Prospects for inhibition
memanipulasi populasi mikroorganisme tanah of lignin degrading enzymes to control
pasir dengan berbagai perlakuan misalnya Ganoderma white rot of oil palm. Curr
pemberian bahan organik. Enz Inhib. 4:172–179. DOI: http://dx.doi.
org/10.2174/157340808786733613.

45
J Fitopatol Indones Susanto et al.

Paterson RRM, Meon S, Lima N. 2009. The Susanto A, Purba RY, Sudharto. 2005.
feasibility of producing oil palm with Enhancing biological control of basal stem
altered lignin content to control Ganoderma rot disease (Ganoderma boninense) in oil
disease. J Phytopathol. 157:649–656. DOI: palm plantations. Mycopathology. 159:153–
http://dx.doi.org/10.1111/j.1439-0434. 157. DOI: http://dx.doi.org/10.1007/s11046-
2009.01553.x. 004-4438-0.
Sanderson FR. 2005. An insight into spore Turner PD. 1981. Oil Palm Diseases and
dispersal of Ganoderma boninense on oil Disorders. Oxford (US): Oxford University
palm. Mycopathology. 159:139–141. DOI: Press.
http://dx.doi.org/10.1007/s11046-004- Zaiton S, Sariah M, Abidin MAZ. 2006.
4436-2. Isolation and characterization of microbial
Susanto A, Ginting PA, Surianto, Prasetyo endophytes from oil palm roots: implication
AE. 2008. Pola penyebaran Ganoderma as biocontrol agents against Ganoderma.
boninense pada perkebunan kelapa sawit Planters. 82(966):587–597.
(Elaeis guineensis) di lahan gambut: studi Zaiton S, Sariah M, Abidin MAZ. 2008. Effect
kasus di PT Anak Tasik Labuhan Batu of endophytic bacteria on growth and
Sumatera Utara. J Peneli Kelapa Sawit. suppression of Ganoderma infection in oil
16:135–146. palm. IJAB. 10(1):27–32.

46

Anda mungkin juga menyukai