Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

METHEMOGLOBIN

VILLY ARSILIA
N10120011
1 (SATU)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................3
PENDAHULUAN.........................................................................................................3
B. Tujuan Percobaan............................................................................................5
C. Prinsip Percobaan...........................................................................................5
D. Manfaat Percobaan..........................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................7
BAB III........................................................................................................................11
METODE....................................................................................................................11
BAB IV........................................................................................................................13
HASIL.........................................................................................................................13
BAB V.........................................................................................................................16
PEMBAHASAN..........................................................................................................16
BAB VI........................................................................................................................21
PENUTUP...................................................................................................................21
A. Kesimpulan...................................................................................................21
B. Saran.............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................22

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eritrosit yang sudah tua, nantinya akan mengalami perusakan setelah tiga
sampai empat bulan dalam sirkulasi. Sel-sel ini akan dipindahkan dari
sirkulasi sistem retikuloendhothelium yang mengandung sel-sel khusus dalam
hati, limfa, sumsum tulang, dan node lympa. Nantinya proses ini akan
menghasilkan suatu produk yaitu pigmen bilirubin dan biliverdin yang
disekresikan oleh kelenjar hati ke empedu. Dimana besi bebas digunakan
untuk meresintesis hemoglobin (Sonjaya, 2012).
Hemoglobin itu sendiri merupakan protein dengan berat molekul sekitar
65.000. Molekul terdiri atas 4 sub-unit, setiap sub-unit mengandung besi
dalam bentuk gugus hemo yang berkonjugasi dengan polipeptida.
Hemoglobin memiliki peran yang penting dalam tubuh, dimana hemoglobin
bertugas untuk membawa oksigen dan warna sel darah merah. Spesifiknya
hemoglobin dapat membawa oksigen yang berasal dari udara 60 kali lebih
banyak bila dibandingkan dengan oksigen yang berasal dari air pada kondisi
yang sama. Hemoglobin mengabsorbsi oksigen darah udara melalui paru-
paru, membentuk suatu ikatan longgar yang disebut oksihemoglobin.
Oksihemoglobin memiliki tugas untuk memberikan oksigen ke jaringan.
Dimana satu molekul hemoglobin akan mengikat 4 molekul oksigen (Sonjaya,
2012).
Hemoglobin memiliki peran lain dalam tubuh, yaitu memiliki peran ganda
dalam pengaturan keberadaan nitric oxide yaitu mengikat bioaktivitas nitric
oxide menjadi bentuk methemoglobin (metHB) dan iron-nitrosyl-hemoglobin
(HbNO) dan memproduksi nitric oxide melalui reduksi nitrit. Ikatan
membentuk methemoglobin (Hb+) dan proses oksidasi/siklus reduksi

3
melepaskan heme juga diperkirakan menjadi penyebab pemakaian nitric
oxide, terutama antara endotel dan otot polos. Pada keadaan normal,
methemoglobin ada dalam jumlah yang kecil pada bagian ekstraselular
hemoglobin (≤ 5-20%) dan affinity nitric oxide terhadap Hb+ memungkinkan
secara fisiologis untuk mengikat. Heme yang dilepaskan oleh methemoglobin
cukup lambat, dimana responnya vasokontriksi sangat cepat (Ulya, 2018).
Adapun nitric oxide ini sendiri memiliki tugas yang sangat penting dalam
tubuh diantaranya adalah regulasi tekanan darah, agregasi platelet,
neutransmisi dan sitotoksisitas makrofag. Tidak sedikit efek dari nitric oxide
yang dimediasi melalui nitric oxide yang memiliki peran dalam mengikat besi
di kelompok prostetik heme dari guanylate cyclase, yang berperan
mengaktifkan konsentrasi intraselular dari cGMP ututsan kedua. Nitric oxide
memiliki afinitas yang sangat tinggi untuk heme besi dengan sebuah konstanta
yang mengikat pada urutan 1012 sampai 1014 M-1, dan nitric oxide juga
mengikat ke besi heme (Ulya, 2018).
Konsentrasi Nitrat yang tinggi dalam air minum dapat menyebabkan
terjadinya methemoglobinemia, terutama bagi bayi berumur kurang dari 6
bulan. Setelah ditelan, nitrat akan direduksi menjadi nitrit. Setelahnya, nitrit
yang mengalami absorbsi bereaksi dengan hemoglobin darah akan
membentuk methemoglobin. Methemoglobin disini tidak seperti hemoglobin,
tidak dapat membawa oksigen. Akibat banyaknya hemoglobin yang diubah
menjadi methemoglobin, kapasitas angkut oksigen oleh darah berkurang
secara signifikan. Pengurangan konsentrasi oksigen dalam darah dapat
menyebabkan perubahan warna kulit tubuh (bluebaby syndrome atau
methomoglobinemia). Pencegahan methemoglobinemia dapat dilakukan
dengan memperhatikan konsentrasi nitrat yang terkandung dalam air minum.
Konsentrasi nitrat dalam air minum ditetapkan maksimum 10 mg/I sebagai N,
nitrit dibatasi 1 mg/I sebagai N (Suprihatin, 2013).

4
Pada pasien normal, kurang dari 1% hemoglobin ditemukan dalam bentuk
methemoglobin. Gejala akan bervariasi tergantung pada kadar
methemoglobin. Pada kadar methemoglobin 10% sampai dengan 20%, pasien
mengalami sianosis refrakter terhadap oksigen. Analisis gas darah arteri dapat
menunjukkan PaO, normal dengan saturasi oksigen rendah. Bila kadar
methemoglobin > 30%, pasien memiliki keluhan sakit kepala, pusing, dispnea,
dan takipnea (tanda hipoksemia sedang). Pada kadar methemoglobin> 50%,
pasien mengalami stupor dan obtundation (tanda-tanda hipoksemia berat), dan
kadar > 70% mungkin mematikan. Obat-obatan tertentu seperti nitroprusid,
sulfonamid, beberapa anestesi lokal, dan asetaminofen telah ditemukan dapat
menyebabkan methemoglobinemia. Pengobatan methemoglobinemia adalah
dengan methylene blue. Namun, pada pasien dengan defisiensi G6PD tidak
boleh diberikan methylene blue, dan harus dipertimbangkan terapi oksigen
hiperbarik. Ingat, saat pasien terkena sianida, dapat menyebabkan
methemoglobinemia. Mekanisme yang tepat untuk mengatasi pengaruh
sianida tidak diketahui karena pasien mulai membaik sebelum terjadi
methemoglobinemia (Claramita, 2020).

B. Tujuan Percobaan
Menentukan kadar methemoglobin dengan menggunakan spektrofotometri

C. Prinsip Percobaan
Spektrum absorbansi dari methemoglobin nampak sedikit, puncak
karakteristiknya pada gelombang 630-635 nm. Penambahan sianamida
menghilangkan puncak ini dengan mengkonversi methemoglobin menjadi
cyanmethemoglobin. Penurunan absorbansi sebanding dengan konsentrasi
methemoglobin.
Spektrum absorbansi yang normal pada oksihemoglobin menunjukkan
absorbansi yang sangat sedikit di atas 600 nm. Namun, jika sulfhemoglobin

5
terdapatdi dalam hemolisat, terdapat peningkatan besar dalam kurva absorpsi
pada kisaran 600-620 nm. Nilai stabil Sulfhemoglobin tidak terpengaruh
terhadap sianida.

D. Manfaat Percobaan
Agar Dapat Menentukan kadar methemoglobin dengan menggunakan
spektrofotometri

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Methemoglobin adalah produk oksidasi dari hemoglobin. Methemoglobin ini
tidak mampu membawa oksigen karena besi dalam methemoglobin berbentuk ion
ferri (Fe+++) yang afinitas terhadap oksigen rendah dibandingkan dengan ferro (Fe+
+) pada hemoglobin. Karboksi hemoglobin adalah senyawa yang stabil yang
dibentuk ketika karbonmonoksida bergabung dengan hemoglobin. Hal ini disebabkan
afinitas hemoglobin untuk karbondioksida sekitar 250 kali disbanding untuk oksigen
dan kandungan karbondioksida 0,1% di udara merupakan konsentrasi yang
membahayakan. Myoglobin menyerupai suatu pigmen pengikat oksigen yang
terdapat dalam otot merah (otot lambat) dan dalam enzim pernapasan. (Sonjaya,
2013).

Hemoglobin adalah protein dengan berat molekul sekitar 65.000. Molekul terdiri
atas 4 sub-unit, setiap sub-unit mengandung besi dalam bentuk gugus hemo yang
berkonjugasi dengan polipeptida. Adanya hemoglobin dalam eritrosit berfungsi
untuk membawa oksigen dan warna sel darah merah. Adanya hemoglobin, darah
dapat membawa O2 yang berasal dari udara 60 kali lebih banyak bila dibandingkan
dengan O2 yang berasal dari air pada kondisi yang sama. Hemoglobin mengabsorbsi
oksigen darah udara melalui disebut paru-paru, membentuk suatu ikatan longgar
yang oksihemogiobin di mana senyawa ini siap memberikan O2 ke jaringan.
(Sonjaya, 2013).

Hemoglobin (Hb) adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi
sebagai media transportasi oksigen (O2) dari paru-paru ke jaringan di seluruh tubuh
dan mengambil karbondioksida (CO2) dari jaringan tersebut dan dibawa ke paru-

7
paru untuk dibuang ke udara bebas. Hemoglobin berperan penting dalam
mempertahankan bentuk sel darah merah dan memberi warna merah pada darah.
Struktur hemoglobin yang abnormal bisa mengganggu bentuk sel darah merah dan
menghambat fungsi dan aliran darah melewati pembuluh darah. Kandungan zat besi
(Fe) yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. (Yusniati,
2019)
Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting dalam
diagnosa suatu penyakit. Hemoglobin juga berperan penting dalam mempertahankan
bentuk sel darah merah yang bikonkaf, dimana jika terjadi ganguan pada bentuk sel
darah merah maka keluwesan sel darah merah daalam melewati kapiler jadi kurang
maksimal. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa kekurangan zat besi bisa
menyebabkan anemia. (Yusniati, 2019).

Pemeriksaan kadar hemoglobin termasuk salah satu pemeriksaan darah rutin yang
dibutuhkan untuk mendiagnosis suatu penyakit, yaitu untuk mengetahui ada tidaknya
gangguan kesehatan pasien, misalnya kekuarangan hemoglobin yang biasa disebut
anemia atau perkembangan penyakit yang yang berhubungan dengan anemia dan
polisitemia. (Yusniati, 2019).

Banyak metode yang bisa digunakan untuk pemeriksaan kadar hemoglobin ini,
diantaranya metode tallquist, sahli, kupersulfat, cyanmethemoglobine, electrical
impedance dan fotometri dengan hematologi analizer (sulfoksihemoglobin). Metode
yang dianjurkan oleh International Committee for Standardization in Hematology
(ICCSH) adalah cyanmethemoglobin, dengan prinsip pemeriksaan adalah semua
derivat hemoglobin dalam darah kecuali verdoglobin diubah secara kuantitatif
menjadi hemoglobincyaniade (cyanmethemoglobin) dengan menggunakan larutan
Drabkin`s yang mengandung sianida. (Yusniati, 2019).

8
Dalam melakukan pemeriksaan hemoglobin perlu diperhatikan beberapa faktor
yang mempengaruhi stabilitas sampel darah sehingga tidak terjadi penyimpangan
hasil pemeriksaan. Faktor tersebut adalah suhu, lama penyimpanan, kontaminasi,
pengaruh sinar dan penguapan. Apabila dari kedua pemeriksaan hemoglobin ini
menunjukkan hasil yang sama, maka metode langsung dapat digunakan sebagai
altematif untuk dalam pemeriksaan hemoglobin bila tempat pengambilan sampel
jauh dari laboratorium. (Yusniati, 2019).

Untuk pemeriksaan kadar hemoglobin yaitu menggunakan metode


sianmethemoglobin-spektrofotometrik. Pada metode ini, darah diencerkan dengan
larutan mengandung potassium ferricyanide dan potassium cyanide. Potassium
ferricyanide mengoksidasi besi yang ada di dalam heme untuk mengubah bentuk
ferri (Fe2+) menjadi methemoglobin yang dikonversi menjadi sianmethemoglobin
oleh potassium cyanide. Sianmethemoglobin merupakan produk berwarna yang
stabil yang dapat diukur oleh spektrofotometer dengan panjang gelombang 540 nm.
Penentuan konsentrasi didasarkan oleh hukum Beer-Lambert. Dimana absorbansi
sampel setara dengan konsentrasi hemoglobin (Ardina, 2019).

Jika besi dalam heme hemoglobin dioksidasi dari Fe2+ menjadi Fe3+ hemoglobin
diubah menjadi methemoglobin dan tidak lagi mampu membawa oksigen. Biasanya
sejumlah kecil hemoglobin diokidasi terus-menerus menjadi methemoglobin tetapi
konsentrasinya kurang dari 1% dari total hemoglobin karena sel darah merah
memiliki enzim (methemoglobin reduktase) yang mengubah methemoglobin kembali
menjadi hemoglobin pembawa oksigen normal. Karena methemoglobin tidak dapat
mengangkut oksigen, tingginya kadar methemoglobin (methemoglobinemia)
berhubungan dengan gejala yang berhubungan dengan iskemia (kekurangan oksigen
ke jaringan). Methemoglobin memiliki warna coklat atau merah-coklat tua.
Konsentrasi 15%-20% dalam darah mengubah warna kulit. Kadar yang lebih tinggi

9
akan menyebabkan sakit kepala, kebingungan, delirium, gejala kardiovaskuler, dan
akhirnya (pada tingkat diatas 70%) dapat menyebabkan kematian. (Reisner, 2020).

Methemoglobinemia dapat disebabkan oleh penyakit keturunan yang


mengakibatkan jenis hemoglobin (hemoglobin M) sangat rentan terhadap
pembentukan methemoglobin atau cacat pada enzim reduktase methemoglobin.
Sayangnya banyak obat dan bahan kimia yang berbeda dapat mengoksidasi
hemoglobin menjadi methemoglobin, termasuk nitrat dan nitrit, beberapa anestesi
local yang sering digunakan seperti benzo caine yang terkandung dalam anestesi
topical dan beberapa produk obat tanpa resep. Pengobatan yang banyak disukasi
untuk methemoglobinemia berat adalah methylene blue yang diberikan secara
intravena. Senyawa tersebut meningkatkan aktivitas methemoglobin sel darah merah
enzim reduktase, yang mempercepat konversi methemoglobin (Fe) kembali menjadi
hemoglobin normal (Fe). Dengan demikian memulihkan daya dukung oksigen darah
normal. (Reisner, 2020).

10
BAB III

METODE
A. Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Jumat, 5 Februari 2021 10.00 – 12.00 WITA


Waktu : 10.00 – 12.00 WITA
Tempat : Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas
Tadulako

B. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Pipet mikro
2. Tip
3. Cuvet
4. Tabung reaksi
5. Spektrofotometri
6. Pipet transfer dengan bohlam karet
7. Aluminium foil

b. Bahan
1. Darah
2. Hemoglobin standart 13%
3. Potassium ferricyanide [K3Fe(CN)6]
4. Larutan potassium sinida
5. Buffer potassium fosfat 0,15 mol/L, pH 6,6 (20oC)

11
6. Akuades
7. Kertas label

C. Prosedur

a. Menyiapkan cuvet blanko yang berisi 1,5 ml buffer fosfat dan 1,5 mL
H2O. Tandai kuvet ini dengan label C1
b. Memasukkan 0,1 mL darah menggunakan pipet ke dalam tabung reaksi
berisi 3,0 ml pelarut H2O, dikocok melingkar agar tercampur dengan baik
c. Menambahkan 0,4 mL buffer potassium fosfat dan aduk rata
d. Memindahkan 3 mL hemolisat ke dalam 2 cuvet. Beri label C2 dan C3
e. Menambahkan 0,1 mL larutan [K3Fe(CN)6] Pada cuvet C3. Menutup
dengan parafilm, mencampur dengan membolak-balikkan kuvet
sebanyak3x, dan menghitung absorbansi pada menit ke-2
f. Menghitung absorbansi pada 630 nm untuk cuvet C2 dan C3,
menggunakan C1 sebagai blanko. Mencatat sebagai A2A dan A3a
g. Menambahkan 0,1 mL KCN pada semua cuvet. (menambahkan 2 tetes
denganmenggunakan pipet transfer yang dilengkapi dengan bohlam karet).
Menampur dengan membolak-balikkan kuvet sebanyak3xdan diamkan
selama 5 menit
h. Menghitung absorbansi pada 630 nm untuk cuvet C2 dan C3 dengan C1
sebagai blanko. Catat sebagai A2b dan A3b.

12
BAB IV

HASIL
A. Nilai Absorbansi

Kelompok A2a A3a A2b A3b Ab1 Ab2


1 0,091 0,272 0,069 0,144 0,00 0,005
2 0,212 0,827 0,113 0,162 0,007 0,005
3 0,252 0,827 0,113 0,162 0,007 0,005
4 0,131 0,956 0,74 0,273 0,007 0,001

Ket :
1. A2a = Hemoglobin
2. A3a = Methemoglobin
3. A2b = Cyanhemoglobin
4. A3b = Cyanmethemoglobin
5. Ab1 = Blanko 1
6. Ab2 = Blanko 2

B. Perhitungan

Kadar MetHb (% total pigmen) = (A2a-Ab1)-(A2b-Ab2) x 100%


(A3a-Ab1)-(A3b-Ab2)

a. Kadar MetHb 1 = (A2a-Ab1)-(A2b-Ab2) x 100%


(A3a-Ab1)-(A3b-Ab2)
= (0,091-0,00)-(0,069-0,005) x 100%
(0,272-0,00)-(0,144-0,005)
= 0,091-0,064 x 100%
0,272-0,139
= 0,027 x 100%
0,133

13
= 0,203 x 100%
= 20,3%

b. Kadar MetHb 2 = (A2a-Ab1)-(A2b-Ab2) x 100%


(A3a-Ab1)-(A3b-Ab2)
= (0,212-0,007)-(0,113-0,005) x 100%
(0,827-0,007)-(0,162-0,005)
= 0,205-0,108 x 100%
0,82-0,157
= 0,097 x 100%
0,663
= 0,146 x 100%
= 14,6%

c. Kadar MetHb 3 = (A2a-Ab1)-(A2b-Ab2) x 100%


(A3a-Ab1)-(A3b-Ab2)
= (0,252-0,007)-(0,113-0,005) x 100%
(0,827-0,007)-(0,162-0,005)
= 0,245-0,108 x 100%
0,82-0,157
= 0,137 x 100%
0,663
= 0,206 x 100%
= 20,6%

d. Kadar MetHb 4 = (A2a-Ab1)-(A2b-Ab2) x 100%


(A3a-Ab1)-(A3b-Ab2)
= (0,131-0,007)-(0,74-0,001) x 100%

14
(0,956-0,007)-(0,273-0,001)
= 0,124-0,739 x 100%
0,949-0,272
= (-0,615) x 100%
0,677
= (-0,908) x 100%
= -(90,8)%

C. Kadar Methemoglobin

Kelompok Kadar Konsentrasi


1 20,3%
2 14,6%
3 20,6%
4 -90,8%

15
BAB V

PEMBAHASAN
Hemoglobin merupakan protein tetramer kompak yang setiap monomernya terikat
gugus prostetik heme dan keseluruhannya mempunyai berat molekul 64.450 Dalton.
Dan dalam darah mengandung 7,8 sampai 11,2 mMol haemoglobin monomer/L (12,6
sampai 18,4 g/dl), tergantung pada jenis kelamin dan umur individu. Hemoglobin
dapat mengikat 4 atom oksigen per tetramer (satu pada tiap sub unit heme), atom
oksigen terikat Fe2+, yang terdapat pada heme, pada ikatan koordinasi ke lima.
Muatan atom Fe yang terdapat pada pusat heme dapat berubah menjadi Fe3+, hal ini
dapat terjadi karena oksidasi oleh senyawa-senyawa pengoksidasi. Dan, hemoglobin
yang teroksidasi ini disebut haemoglobin teroksidasi atau methemoglobin (MetHb)
atau Hb (Fe3+). Methemoglobin adalah bentuk hemoglobin yang dapat membawa
oksigen, tetapi tidak dapat mendistribusikannya ke sel manusia Methemoglobin yang
merupakan derivat hemoglobin dimana atom gugus hemenya berubah dari keadaan
ferro menjadi ferri. Hemoglobin semacam ini tidak mampu mengikat oksigen,
sehingga tak dapat memenuhi fungsi normalnya dalam pengangkutan oksigen. MetHb
dalam darah hanya terdapat sedikit, hal ini disebabkan karena sel darah merah
memiliki sebuah sistem yang efektif yaitu system NADH-sitokrom b 5
methemoglobin reduktase yang berfungsi untuk mereduksi Fe 3+ kembali ke Fe 2+.
Praktikum pemeriksaan methemoglobin ini diawali dengan pengambilan darah
dari probandus. Kadar methemoglobin dalam darah bisa meningkat dan menurun.
Pembentukan spontan methemoglobin normalnya di tahan oleh system proteksi
NADH dan NADPH. Sistem enzim proteksi normalnya ada dalam sel darah merah
untuk menjaga kadar methemoglobin setidaknya kurang dari satu persen total
hemoglobin di dalam tubuh yang sehat. Interaksi dengan zat eksogen yang dapat
mengoksidasi dan metabolitnya bisa mempercepat tingkat pembentukan

16
methemoglobin sampai seribu kali lipat, melampaui kecepatan system enzim poteksi
dan dengan cepat meningkatkan kadar methemoglobin.
Pada praktikum spesimen yang digunakan adalah darah karena darah mengandung
sel darah yang didalamnya mengandung hemoglobin. Hemoglobin terdiri dari empat
rantai globin. Prinsip pada praktikum ini adalah Spektrum absorbansi dari
methemoglobin nampak sedikit, puncak karakteristiknya pada gelombang 630-635
nm. Penambahan sianamida menghilangkan puncak ini dengan mengkonversi
methemoglobin menjadi cyanmethemoglobin. Penurunan absorbansi sebanding
dengan konsentrasi methemoglobin. Spektrum absorbansi yang normal pada
oksihemoglobin menunjukkan absorbansi yang sangat sedikit di atas 600 nm. Namun,
jika sulfhemoglobin terdapatdi dalam hemolisat, terdapat peningkatan besar dalam
kurva absorpsi pada kisaran 600-620 nm. Nilai stabil Sulfhemoglobin tidak
terpengaruh terhadap sianida. Kadar methemoglobin tersebut akan dihitung dengan
menggunakan spektrofotometer. Spektrofotometer merupakan cara yang digunakan
unuk analisis yang didasarkan pada pengukuran serapan cahaya. Metode ini berguna
untuk mengukur konsentrasi suatu sampel secara kuantitatif.
Kadar methemoglobin normal adalah kurang dari satu persen. Pada probandus satu
diperoleh hasil perhitungan kadar methemoglobin 20,3%. Sehingga dari data yang
diperoleh disimpulkan bahwa probandus mempunyai kadar methemoglobin yang
lebih dari normal dari normal, lebih dari satu persen. Berdasarkan data presentase
perhitungan tersebut biasanya dapat terjadi beberapa gelaja seperti dispnea, takikardi,
kelelahan, dan pusing.
Pada probandus dua diperoleh hasil perhitungan kadar methemoglobin 14,6%.
Sehingga dari data yang diperoleh disimpulkan bahwa probandus mempunyai kadar
methemoglobin yang lebih dari normal dari normal, lebih dari satu persen.
Berdasarkan data presentase perhitungan tersebut biasanya dapat terjadi gejala ringan,
sianosis, dan chocolate brown blood.
Pada probandus tiga diperoleh hasil perhitungan kadar methemoglobin 20,6%.
Sehingga dari data yang diperoleh disimpulkan bahwa probandus mempunyai kadar

17
methemoglobin yang lebih dari normal dari normal, lebih dari satu persen.
Berdasarkan data presentase perhitungan tersebut biasanya dapat terjadi beberapa
gelaja seperti dispnea, takikardi, kelelahan, dan pusing.
Pada probandus satu diperoleh hasil perhitungan kadar methemoglobin -90,8%.
Sehingga dari data yang diperoleh disimpulkan bahwa pada percobaan ini terdapat
adanay kesalahan. Kesalahan ini dapat terjadi karena berbagai faktor seperti
kontaminasi yang mempengaruhi hasil perhitungan kadar methemoglobin dengan
menggunakan spektrofotometer.
Pada praktikum hasil yang dominan menujukkan kadar methemoglobin berada
diatas normal, sebab hasil kadar normal methemoglobin adalahkurang dari 1 persen.
Methemoglobinemia adalah penyakit darah yang disebabkan oleh methemoglobin
yang berlebihan. Ciri khas penyakit ini adalah kulit tampak kebiruan terutama di
sekitar bibir dan jari tangan. Kelebihan methemoglobin dapat disebabkan oleh faktor
kongenital yang diturunkan dari kedua orang tua yang memiliki gen pembawa
penyakit kepada anaknya. Metghemoglobinemia disebabkan juga akibat
mengonsusmsi obat-obatan yang menyebabkan meningkatnya methemoglobin,
seperti nitrat, klorat, quinine, phenacetin, sulfonamide, pewarna analine dan anastesi
lokal (procaine, benzocaine dan lidocaine). Kelebihan dari nilai kadar methemoglobin
disebut juga sebagai penyakit yaitu methemoglobinemia. Gejala yang dapat di
rasakan dari penyakit ini adalah kelelahan, kelemahan, pusinh, gelisah, kebingungan,
sakit kepala, dispmea dan takikardia jika kadar methemoglobin telah mencapai 20-
50%, merasakan lesu, stupor, asidosis, koma, kejang dan arrhymias jika kadar
methemoglobin telah mencapai 50-70% dan cyanosis, chocolate brown arterial blood
jika nilai nya 15-20%.
Methemoglobin terbentuk ketika besi di dalam hemoglobin teroksidasi dari bentuk
fero menjadi bentuk ferri. Ketika ferro hemoglobin teroksidasi menjadi Fe,
hemoglobin tersebut kehilangan kemampuannya untuk membawa oksigen. Pada
orang dewasa yang sehat jumlah methemoglobin dalam darahnya kurang dari 2% dari
total hemoglobin. Tingkat ini di pertahankan terutama oleh transfer electron dari

18
dinukleotida nicotinamide adenine (NADH) menjadi NADH b sitokrom reduktase.
Methemoglobin dapat terbentuk karena berbagai macam zat, salah satu contohnya
adalah senyawa nitrit. Senyawa nitrit dapat masuk ke tubuh melalui berbagai jalur,
misalnya ingesti. Salah satu contoh makanan yang bisa menjadi sumber nitrit adalah
bayam. Nitrit pada bayam jika di biarkan dalam waktu lama atau dipanaskan akan
teroksidasi menajdi nitrit. Nitrit bersifat toksik bagi tubuh manusia. Jika nitrit
berikatan dengan hemoglobin dalam eritrosit akan terjadi reaksi oksidasi yang
membentuk metHB. Jika kadar metHB yang terbentuk sudah berlebihan, bisa
menimbulkan berbagai macam penyakit. Pengurangan konsentrasi oksigen dalam
darah dapat menyebabkan perubahan warna kulit tubuh (bluebaby syndrome atau
methomoglobinemia). Pencegahan methemoglobinemia dapat dilakukan dengan
memperhatikan konsentrasi nitrat yang terkandung dalam air minum. Konsentrasi
nitrat dalam air minum ditetapkan maksimum 10 mg/I sebagai N, nitrit dibatasi 1
mg/I sebagai N
Hemoglobin mengandung kira-kira 95% Besi (Fe) dan berfungsi membawa
oksigen dengan cara mengikat oksigen menjadi Oksihemoglobin dan diedarkan
keseluruh tubuh untuk kebutuhan metabolisme. Disamping Oksigen, hemoglobin juga
membawa Karbondioksida dan dengan Karbon monooksida membentuk ikatan
Karbon Monoksihemoglobin (HbCO), juga berperan dalam keseimbangan ph darah.
Sintesis hemoglobin terjadi selama proses Eritropoisis, pematangan sel darah merah
akan mempengaruhi fungsi hemoglobin. Proses pembentukan sel darah merah
( Eritropoeisis ) pada orang dewasa terjadi di sumsum tulang seperti pada tulang
tengkorak, vertebra, pelvis, sternum, iga, dan epifis tulang-tulang panjang. Pada usia
0-3 bulan intrauterine terjadi pada yolk sac, pada usia 3-6 bulan intrauterine terjadi
pada hati dan limpa. Dalam proses pembentukan sel darah merah membutuhkan
bahan zat besi, vitamin B12, asam folat, vitamin B6 ( piridoksin ), protein dan
Kekurangan salah satu unsur diatas akan mengakibatkan penurunan produksi sel
darah sehingga mengakibatkan Anemia yang ditandai dengan Kadar hemoglobin
yang rendah/kurang dari normal. Methemoglobin yang merupakan derivate

19
hemoglobin dimana atom gugus hemenya berubah dari keadaan ferro menjadi ferri.
Hemoglobin semacam ini tidak mampu mengikat oksigen, sehingga tidak dapat
memenuhi fungsi normalnya dalam pengangkutan oksigen. MetHB dalam darah
hanya terdapat sedikit, hal ini di sebabkan karena sel darah merah memiliki sebuah
system yang efektif yaitu sistem NADH-sinkrom methemoglobin reduktase yang
berfungsi untuk mereduksi Fe.

20
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa:
1.Praktikum pemeriksaan methemoglobin ini diawali dengan pengambilan
darah dari probandus. Kadar methemoglobin dalam darah bisa meningkat dan
menurun.
2.Berdasarkan hasil pengamatan sampel pertama pada blanko terbentuk
larutan bening, larutan biffer fosfat yang ditambahkan aquades dan potassium
sianida inilah yang menyebabkan warna bening.
3.Methemoglobin terbentuk ketika besi di dalam hemoglobin teroksidasi dari
bentuk fero menjadi bentuk ferri.
4.Hemoglobin mengandung kira-kira 95% Besi (Fe) dan berfungsi membawa
oksigen dengan cara mengikat oksigen menjadi Oksihemoglobin dan
diedarkan keseluruh tubuh untuk kebutuhan metabolisme.
5.Banyak metode yang bisa digunakan untuk pemeriksaan kadar hemoglobin
ini, diantaranya metode tallquist, sahli, kupersulfat, cyanmethemoglobine,
electrical impedance dan fotometri dengan hematologi analizer
(sulfoksihemoglobin).
6.Pada pasien normal, kurang dari 1% hemoglobin ditemukan dalam bentuk
methemoglobin.Gejala akan bervariasi tergantung pada kadar methemoglobin.
7.Mekanisme yang tepat untuk mengatasi pengaruh sianida tidak diketahui
karena pasien mulai membaik sebelum terjadi methemoglobinemia.

21
B. Saran
Praktikum kali ini sudah berjalan dengan baik, semoga kedepannya dapat
dipertahankan bahkan ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA
Ardina, R., dan Putri, Y. 2019. Pengaruh Variasi Waktu Inkubasi terhadap Kadar
Hemoglobin Menggunakan Metode Sahli. Borneo Journal of Medical
Laboratory Technology. Vol 2(1) : 88-90. Viewed on 08 Februari 2021. From :
http://journal.umpalangkaraya.ac.id/

Claramita, M., Arisanti, N. 2020. Kumpulan Soal dan Ulasan Kedokteran Keluarga
oleh Graber dan Wilbur. 4th ed. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Reisner, E., Reisner, H. 2020. Crowley’s An Introduction to Human Disease :


Pathology and Pathophysiology Correlations, Edisi 8. Amerika Serikat :
World Heartquarters.

Sonjaya, H. 2012. Dasar Fisiologi Ternak. 1st ed. Bandung: PT Penerbit IPB Press

Sonjaya, H. 2013. Dasar Fisiologi Ternak. Bogor : IPB Press.

Suprihatin., Suparno, O. 2013. Teknologi Proses Pengolahan Air untuk Mahasiswa


dan Praktisi Industri. 1st ed. Bandung: PT Penerbit IPB Press

Ulya, Y., Arsyad, A., Syamsuddin, A. 2018. BLOOD NITRIC OXIDE LEVEL
INCREASES IN ANAEMIC FIRST TRIMESTER PREGNANT WOMEN.
Nusantara Medical Science Journal. Vol. 3(2): 54-60. Viewed on 8 Februari
2021. From: journal.unhas.ac.id

Yusniati. 2019. Pengaruh Variasi Waktu Inkubasi Terhadap Kadar Pengaruh


Hemoglobin Metode Drabkin’s dengan Mikro Lab 300. Jurnal Teknologi dan
Manajemen Pengelolaan Laboratorium (Temapela). Vol. 2(2). Viewed on 08
Februari 2021. From : https://temapela.labdasar.unand.ac.id

22
23

Anda mungkin juga menyukai