DI SUSUN OLEH
Ni Made Mirta Purnami Dewi
NIM: 24.19.1418
i
ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK X DENGAN BAYI
BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) BANGSAL ANAK DI RSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
Diajukan Oleh
Dosen Pembimbing,
Fitri Dian Kurniati, S.Kep., Ns., M.Kep
Karya Tulis Akhir ini telah dipertahankan dan disahkan di depan Dewan
Penguji Program Studi Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Surya Global Yogyakarta
Ketua Anggota 1
(Ns. Fitri Dian Kurniati, S.Kep., M.Kep) (Ns. RR Viantika Kusumasari, S.Kep., M.Kep)
Mengetahui,
Ketua Program Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global Yogyakarta
Karya Tulis Akhir Ini adalah Hasil Karya Saya Sendiri dan Semua Sumber
Baik Yang Dikutif dan Dirujuk Telah Nyatakan dengan Benar
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Selain itu pada bayi BBLR yang disebabkan oleh premature, kondisi paru-paru
yang
2
F. Metode Penulisan
Metode dalam penulisan KTA ini menggunakan matode deskriptif dan metode
studi kepustakaan. Pendekatan yang dugunakan adalah Studi Kasus di RS X
dengan menggunakan pendekatan proses asuhan keperawatan.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan karya tulis akhir ini, penulis menyusun karya tulis akhir,
penulis menyusun karya tulis akhir dari (V) BAB. Pada BAN (I) penulis
menjabarkan terkait dengan latar belakang masalah, pada BAB (II) penulis
menjabarkan terkait dengan tinajuan teori terkait dengan BBLR maupun konsep
asuhan keperawatannya, pada BAB (III) penulis penulis akan menjabarkan terkait
dengan kasus asuhan keperawatan tentang BBLR, pada BAB (IV) penulis
menjabarkan terkait dengan pembahasan kasus yang diangkat, sedangkan BAB
(V), penulis menjabarkan terkait dengan kesimpulan dan saran dari asuhan
keperawatan yang dibuat.
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian BBLR
Bayi yang mengalami Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah jika
berat bayi tersebut kurang dari angka 2500 gram atau 2.5 kg tanpa melihat
periode waktu bayi berada dalam rahim (gestasi). BBLR dapat terjadi
dikarenakan usia kehamilan yang kurang dari usia normal yaitu 37 minggu
dan berat bayi pun lebih rendah dari bayi pada umumnya (Manuaba dalam
Agustin 2019).
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram (Arief dan Weni, 2016).
2. Etiologi BBLR
Faktor yang menyebabkan seorang bayi terlahir BBLR adalah sebagai
berikut (Setaningrum dalam Agustin 2019) :
a) Usia Ibu Hamil
Faktor usia memiliki peranan yang sangat penting terhadap masalah
kesehatan pada ibu hamil dan bayinya, maka dianjurkan untuk
merencanakan kehamilan saat usia sudah memasuki 20-30 tahun
b) Jarak Kehamilan
Jarak kehamilan yang sangat dekat akan mempengaruhi proses
hilangnya kalsium pada tulang, terutama ibu hamil yang asupan
hariannya kurang terpenuhi
c) Paritas
Proses kehamilan yang berulang menjadikan dampak kerusakan
pada dinding pembuluh darah di dalam rahim, kondisi ini dapat
mengakibatkan terganggunya kandungan nutrisi pada janin untuk
kehamilan berikutnya yang dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
pada janin sehingga akan terlahir bayi dengan kondisi BBLR.
7
7
8. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Arief dan Weni, 2016) ada beberapa pemeriksaan penunjang
BBLR antara lain:
b. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
c. Hematokrit (Ht) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal/perinatal).
d. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan ).
e. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari,
dan 12 mg/dl pada 3-5 hari
f. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
g. Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
B. FCC (Family Centered Care)
1. Pengertian FCC (Family Centered Care)
Menurut Yuliastati (2016) FCC (Family Centered Care) adalah
perawatan yang berpusat pada keluarga didefinisikan sebagai filosofi
perawatan berpusat pada keluarga, mengakui keluarga sebagai konstanta
dalam kehidupan anak. Family Centered Care meyakini adanya dukungan
individu, menghormati, mendorong dan meningkatkan kekuatan dan
kompetensi keluarga. Sedangkan menurut Mansur (2019) FCC (Family
Centered Care) adalah perawatan yang berpusat pada keluarga melibatkan
kemitraan antara anak, keluarga dan penyedia perawatan kesehatan dalam
merencanakan, menyediakan, dan mengevaluasi.
2. Prinsi-prinsip Family Centered Care (FCC)
Menurut Mansur (2019), prinsip dari Family Centered Care (FCC) antara
lain:
15
dengan tampilan feses, serta gambrakan bising usus, ada atau tidak ada
(Maryunani, 2014).
e) Pengkajian Genitourinaria pada BBLR
Masalah pada sistem perkemihan yaitu ginajal bayi BBLR terutama
yang premature tidak dapat mengekskresikan hasil metabolisme dan obat
– oabatan dengan akurat, memekatkan urine, mempertahankan
keseimbangan cairan, asam basa dan elektrolit. Pengkajian dilakukan
dengan cara menghitung intake dan output (Maryunani, 2014).
f) Pengkajian Neurologis – Muskuloskeletal.
BBLR terutama yang premetur mudah sekali terjadi injuri sususan
saraf pusat, hal ini disebebakan oleh trauma lahir, perdarahan intra-
kranial karena pembuluh darah yang rapuh, perubahan proses koagulasi,
hipoksia dan hipoglikemia. Pengkajian Neurologis-Muskuloskeletal yang
perlu dikaji yaitu, observasi gerakan bayi (acak, bertujuan, gelisah,
kedutan, spontan, tingkat aktivitas dengan stumulasi, evaluasi
berdasarkan gestasi bayi), observasi psosisi atau sikap bayi (fleksi,
ekstensi). Periksa reflex yang diamati (moro, mengihsap, Babinski,
refleks plantar, dan refleks yang diharapkan), tentukan perubahan pada
lingkar kepala (bila diindikasikan) (Maryunani, 2014).
g) Pengkajian Suhu pada BBLR.
Faktor yang menyebabkan suhu tidak stabil pada bayi BBLR di
antaranya kehilangan panas karena permukaan tubuh yang relativ luas,
lemak subkutan yang kurang (terutama lemak coklat), tidak adanya
refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit, tidak adekuatnya
aktivitas otot dan imatur pusat pengaturan suhu di otak. Masalah utama
yang sring terjadi seperti risiko tinggi hipotermia atau hipertermi
berhubungan dengan imaturitas fungsi termogulasi atau perubahan suhu
lingkungan. Pengakajian suhu pada BBLR yang perlu dikaji yaitu,
tentukan suhu kulit dan aksila serta tentukan dengan suhu lingkungan
(Maryunani, 2014).
20
2) Diagnosa Keperawatan
Menurut (PPNI, 2017) Diagnosa Keperawatan untuk mengidentifikasi
respon klien terhadap siruasi yang berkaitan dengan kesehatan yang dialami.
Diagosa keperawatan untuk membantu klien dalan mencapai kesehatan yang
optimal antara lain:
a) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas neorologis di
tandai
b) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tuhuh berhubungan
dengan ketidakmampuan makan
c) Risiko Hipotermia ditandai dengan suhu inkubator
3) Perencanaan Keperawatan
Berdasarkan Nursing Outcomes Classification (NOC 2018-2020) dan
Nursing Interventions Classification (NOC 2018-2020), Intervensi
keperawatan adalah bagian dari alur keperawatan, proses asuhan
keperawatan yang berfokus pada pasien dan bersifat terus-menerus. Adapun
intervensi yang sesuai dengan penyakit bronkopneumonia adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Perencanaan Keperawatan
4) Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahapan keempat dari proses keperawatan.
Tahap ini muncul jika perencanaan yang dibuat di aplikasikan pada klien.
Aplikasi yang dilakukan pada klien akan berbeda, disesuaikan dengan
kondisi klien saat ini dan kebutuhan yang paling disarasakan oleh klien.
Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibelitas dan kereativitas
perawat. (Debora, 2013)
5) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah teahap terakhir proses keperawatan dengan cara
menilai sejauh mana dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Hal ini
dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan
sehingga perawat dapat mengambil keputusan (Hidayat, 2013).
24
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Suryani, Budi Darma Setiawan, Mochammad Ali Fauzi. 2019. Klasifikasi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Pada Bayi Dengan Metode Learning
Vector Quantization (LVQ). e-ISSN: 2548-964X Vol. 3, No. 3, Maret 2019,
hlm. 2929-2936. http://j-ptiik.ub.ac.id. Malang: Universitas Brawijaya.
Diakses pada 13 Februari 2020
Arief dan Weni Kristiyanasari. 2016. Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak.
Yogyakarta: Nuha Offset.
Hamang (2020). Faktor Risiko Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah. Window of
Midwifery Journal. Vol. 01No. 01(Juni,2020): 14-23. Makasar: Universitas
Muslim Indonesia.
http://jurnal.fkm.umi.ac.id/index.php/wom/article/view/wom1102. Diakses:
23 Februari 2021
Hartiningrum & Fitriyah (2018). Bayi Berat Lahir Rendah Di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2012-2016. Jurnal Biometrika dan Kependudukan. Vol 7, No 2
Desember 2018. Surabaya: Unuversitas Airlangga. Diakses: 12 Februari
2020
Maryunani, A. 2014. Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Jakarta: Trans Info Media.
Profil Anak Indonesia (2018). Profil Anak Indonesia 2018. Jakarta: Kementrian
Perberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA)
Proverawati, Atikah dan Ismawati Cahyo. 2019. BBLR: Berat Badan Lahir Rendah.
Nuha Medika: Yogyakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewa Pengurus PPNI
26
WHO (2018). Global Nutrition Targets 2025: Low birth weight policy brief.
Lampiran:
Faktor Plasenta
Faktor Janin
Faktor Ibu
Faktor Lingkungan
BBLR