Anda di halaman 1dari 36

i

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK X DENGAN BAYI


BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) BANGSAL ANAK DI RSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Untuk Karya Tulis Akhir

DI SUSUN OLEH
Ni Made Mirta Purnami Dewi
NIM: 24.19.1418

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2021

i
ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK X DENGAN BAYI
BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) BANGSAL ANAK DI RSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

Diajukan Oleh

Ni Made Mirta Purnami Dewi


NIM: 24.19.14.18

Yogyakarta, Maret 2021

Telah Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing,
Fitri Dian Kurniati, S.Kep., Ns., M.Kep

Karya Tulis Akhir ini telah dipertahankan dan disahkan di depan Dewan
Penguji Program Studi Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Surya Global Yogyakarta

Tanggal: Maret 2021


Yang terdiri dari:

Ketua Anggota 1

(Ns. Fitri Dian Kurniati, S.Kep., M.Kep) (Ns. RR Viantika Kusumasari, S.Kep., M.Kep)

Mengetahui,
Ketua Program Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global Yogyakarta

Ns. Ani Mashunatul Mahmuda, S. Kep., M.Kep


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Akhir Ini adalah Hasil Karya Saya Sendiri dan Semua Sumber
Baik Yang Dikutif dan Dirujuk Telah Nyatakan dengan Benar

Nama : Ni Made Mirta Purnami Dewi


Nim : 24.19.1418
Tanggal : 1 Maret 2021
Tanda Tangan :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul: “Analisis Asuhan Keperawatan
Pada Anak X dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Bangsal Anak di RSUD
Panembahan Senopati Bantul”. Diajukan guna memenuhi persyaratan untuk
memperoleh gelar Ners pada Program Studi Pendidikan Ners Surya Global
Yogyakarta.
Proposal penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dwi Suharyanta, ST., MM., M.Kes., sekalu Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Surya Global Yogyakarta.
2. Ani Mashunatul Mahmuda, S. Kep., NS., M.Kep selaku Keapala Program Studi
Propesi Ners Sekolah Tinggi Kesehatan Surya Global Yogyakarta.
3. Ns. Fitri Dian Kurniati, S.Kep., M.Kep., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, saran-saran, dan pengarahan serta petunjuk dalam
menyelesaikan proposal penelitian ini.

Dalam penyusunan proposal penelitian ini penulis menyadari masih ada


kekurangan sehingga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
semua pihak agar dapat dijadikan perbaikan. Akhir kata berharap semoga proposal
penelitian ini dapat bermanfaat menambah wawasan dan pengetahuan.

Yogyakarta, Februari 2021


Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...............................................................................................


Halaman Pengesahan ....................................................................................
Halaman Pernyataan Orisinalitas ................................................................
Halaman Kata Pengantar .............................................................................
Halaman Kata Pengantar .............................................................................
Daftar Isi .........................................................................................................
BAB I Pendahuluan .......................................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................
C. Tujuan Penelitian....................................................................................
D. Ruang Lingkup.......................................................................................
E. Manfaat Penelitian..................................................................................
F. Metode Penulisan ..................................................................................
G. Sistematika Penulisan ............................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi BBLR .................................................................................
2. Etiologi BBLR .................................................................................
3. Klasifikasi BBLR ............................................................................
4. Patofisiologi BBLR .........................................................................
5. Manifestasi BBLR ...........................................................................
6. Komplikasi BBLR ...........................................................................
7. Pemeriksaan Penunjang ...................................................................
8. Penatalaksanaan Medis ...................................................................
B.
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan .................................................................
2. Diagnosa Keperawatan ....................................................................
3. Perencanaan Keperawatan ...............................................................
4. Implementasi Keperawatan .............................................................
5. Evaluasi Keperawatan .....................................................................
Daftar Pustaka ...............................................................................................
Lampiran
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Berdasarkan Word Health Orgnization (WHO) hampir semua (98%) dari lima
juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang, lebih dari dua pertiga
kematian itu terjadi terjadi pada periode neonatal dini (0-7 hari) yang umumnya
dikarenakan Berat Bayi Lahir (BBL) kurang dari 2500 gram, salah satu penyebab
kematian bayi yang angka kejadian paling tinggi adalah bayi berat lahir rendah
(BBLR) (Kamilah, 2020). Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) merupakan kondisi
dimana bayi lahir dengan berat kurang dari 2500 gram. BBLR berkontribusi
sebesar 60%-80% terhadap kematian neonatal (WHO, 2018).
Menurut WHO (2018) didapatkan hasil prevalensi BBLR masih cukup tinggi
terutama di negara-negara dengan sosio-ekonomi rendah, secara statistik di
seluruh dunia 15,5% dari seluruh kelahiran adalah BBLR, dengan 90% kejadian.
Sedangkan menurut (Gopalan, 2018) Perkiraan kejadian BBLR sekitar 12% di
Afrika, 28% di Asia Selatan, dan 21% di Asia Tenggara termasuk di Indonesia.
Berdasarkan data SDKI (2017) kejadian BBLR di Indonesia relative tinggi
dengan presentase 7,1 %, Provinsi Sulawesi Tengah menduduki posisi pertama
dengan presentase 8,9%. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Yogyakarta
presentase bayi berat lahir rendah (BBLR) di Yogyakarta pada tahun 2018 sebesar
(6,6%), lebih tinggi dibandingkan presebtase BBLR taun 2017 (5,16%).
Presentase BBLR censerung meningkat sejak tahun sejak tahun 2016 sampai
tahun 2018 meskipun tidak terlalu signifikan. Pada tahun 2018 terjadi
peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan tahun-yahun sebelumnya (Dinas
Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2018).
BBLR memiliki dampak yang cukup serius dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi baru lahir. Pada BBLR memiliki resiko yang lebih besar
untuk mengalami gangguan perkembangan kognitif seperti retardasi mental.
2

Selain itu pada bayi BBLR yang disebabkan oleh premature, kondisi paru-paru
yang
2

belum sepenuhnya matur membuat BBLR tersebut beresiko mengalami


asfiksia. BBLR juga memiliki system imun yang kurang baik dibandingkan pada
bayi dengan berat normal sehingga lebih mudah mengalami infeksi yang dapat
mengakibatkan kesakitan atau bahkan kematian (Hartiningrum & Fitriyah, 2018).
Profil Anak Indoneisa 2018, kematian bayi merupakan suatu hal yang sangat
penting yang harus diperhatikan oleh para pemangku kebijakan, terutama negara
berkembang seperti Indonesia. Angka kematian bayi (AKB) mencerminkan
tingkat pembangunan kesehatan dari suatu negara serta kualitas hidup dari
masyarakatnya. Angka kematian bayi adalah peluang bayi meninggal antara
kelahiran dan sebelum mencapai usia satu tahun. Perawatan antenatal dan
penolong persalinan sesuai standar harus disertai dengan perawatan neonatal yang
cukup dan upaya menurunkan kematian bayi akibat berat lahir rendah, infeksi
paska lahir (seperti tetanus neonatarum, sepsis), hipotermia dan asfiksia (Profil
Anak Indonesia, 2018).
Menurut Hamang (2020) bahwa BBLR merupakan kondisi yang disebabkan
oleh beberapa faktor risiko terhadap kejadian BBLR yang diteliti maka
disimpulkan bahwa Umur dan Paritas tidak terdapat hubungan yang bermakna
dengan kejadian BBLR tetapi masih menjadi faktor risiko, sedangkan Lingkar
Lengan Atas (LILA), Kadar Haemoglobin ibu dan Status Sosial Ekonomi terdapat
hubungan yang bermakna dengan kejadian BBLR. Selain itu menurut
(Maryunani, 2016) faktor plasenta seperti penyakit vascular, kehamilan ganda,
dan lain – lain, serta fakto janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR yang
bisa menyebabkan komplikasi pada bayi.
Komplikasi yang berkaitan dengan neonatal seperti, hari pertama kelahiran
bayi sangat penting oleh karena banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam
meneyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim kepada kehidupan di luar
rahim. Bayi baru lahir yang mengalami gejala sakit dapat cepat memburuk,
sehingga bila tidak ditangani dengan adekuat dapat terjadi kematian (Maryunani,
2016). Oleh sebab itu di perlukan peran perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan pada BBLR.
3

Menurut Murwani (2014), terdapat beberapa peran perawat yaitu diantaranya


peran perawat sebagai peneliti dan pendidik. Peneliti memberikan pendidikan
kesehatan dengan orangtua yang mendampingi anak dalam memberikan ASI
eksklusif dan kehangatan pada anak, dengan memberikan pendidikan tentang
Asuhan Keperawatan yang di berikan pada anak yang mengalami BBLR.
Terdapat beberapa peran perawat yaitu diantaranya peran perawat dalam
memberikan memberikan asuhan keperawatan mempertahankan dan mendukung
perkembangan normal BBLR untuk mencegah komplikasi.
Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan diatas maka peneliti bermaksud
untuk menulis karya tulis akhir dengan judul “Analisis Asuhan Keperawatan Pada
Anak X dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Bangsal Anak di RSUD
Panembahan Senopati Bantul”
B. Rumusan Masalah
Bagaiamana Asuhan Keperawatan Pada Anak X dengan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) Bangsal Anak di RSUD Panembahan Senopati Bantul?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menganalisis pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Anak X dengan Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) Bangsal Anak di RSUD Panembahan Senopati
Bantul.
2. Tujuan Khusus
a) Melakukan pengkajian keperawatan pada Anak X dengan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) Bangsal Anak di RSUD Panembahan Senopati
Bantul.
b) Menetapkan diagnose keperawatan anak pada Anak X dengan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) Bangsal Anak di RSUD Panembahan Senopati
Bantul.
c) Merencanakan asuhan keperawatan anak pada Anak X dengan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) Bangsal Anak di RSUD Panembahan Senopati
Bantul.
4

d) Melaksanakan tindakan keperawatan anak pada Anak X dengan Bayi


Berat Lahir Rendah (BBLR) Bangsal Anak di RSUD Panembahan
Senopati Bantul.
e) Melakukan evaluasi keperawatan anak pada pada Anak X dengan Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) Bangsal Anak di RSUD Panembahan
Senopati Bantul.
D. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan di Bangsal Anak Analisis Asuhan Keperawatan pada
Anak X dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Bangsal Anak di RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
E. Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis maupun
secara praktis:
1. Bagi Profesi Keperawatan
a) Diharapkan sebagai sumber pengembangan ilmu keperawatan tentang
asuhan keperawatan pada bayi BBLR.
b) Diharapkan Membantu menerapkan pemebrian asuhan keperawatan pada
bayi BBLR
2. Bagi Instuti STIKes Surya Global Yogyakarta
Diharapkan sebagai informasi bagi instuti pendidikan dalam pengetahuan
dan pengembangan bidan keperawatan anak dengan peningkatan mutu
pendidikan dimasa yang akan mendatang.
3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang asuhan
keperawatan bayi BBLR.
4. Bagi Mahasiswa Ners
Memberikan pengalaman untuk melakukan observasi dalam memberikan
asuhan keperawatan pada bayi dengan BBLR dan utnuk menambah
pengetahuan peneliti khususnya dalam penatalaksaan keperawatan pada bayi
dengan BBLR.
5

F. Metode Penulisan
Metode dalam penulisan KTA ini menggunakan matode deskriptif dan metode
studi kepustakaan. Pendekatan yang dugunakan adalah Studi Kasus di RS X
dengan menggunakan pendekatan proses asuhan keperawatan.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan karya tulis akhir ini, penulis menyusun karya tulis akhir,
penulis menyusun karya tulis akhir dari (V) BAB. Pada BAN (I) penulis
menjabarkan terkait dengan latar belakang masalah, pada BAB (II) penulis
menjabarkan terkait dengan tinajuan teori terkait dengan BBLR maupun konsep
asuhan keperawatannya, pada BAB (III) penulis penulis akan menjabarkan terkait
dengan kasus asuhan keperawatan tentang BBLR, pada BAB (IV) penulis
menjabarkan terkait dengan pembahasan kasus yang diangkat, sedangkan BAB
(V), penulis menjabarkan terkait dengan kesimpulan dan saran dari asuhan
keperawatan yang dibuat.
6

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian BBLR
Bayi yang mengalami Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah jika
berat bayi tersebut kurang dari angka 2500 gram atau 2.5 kg tanpa melihat
periode waktu bayi berada dalam rahim (gestasi). BBLR dapat terjadi
dikarenakan usia kehamilan yang kurang dari usia normal yaitu 37 minggu
dan berat bayi pun lebih rendah dari bayi pada umumnya (Manuaba dalam
Agustin 2019).
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram (Arief dan Weni, 2016).
2. Etiologi BBLR
Faktor yang menyebabkan seorang bayi terlahir BBLR adalah sebagai
berikut (Setaningrum dalam Agustin 2019) :
a) Usia Ibu Hamil
Faktor usia memiliki peranan yang sangat penting terhadap masalah
kesehatan pada ibu hamil dan bayinya, maka dianjurkan untuk
merencanakan kehamilan saat usia sudah memasuki 20-30 tahun
b) Jarak Kehamilan
Jarak kehamilan yang sangat dekat akan mempengaruhi proses
hilangnya kalsium pada tulang, terutama ibu hamil yang asupan
hariannya kurang terpenuhi
c) Paritas
Proses kehamilan yang berulang menjadikan dampak kerusakan
pada dinding pembuluh darah di dalam rahim, kondisi ini dapat
mengakibatkan terganggunya kandungan nutrisi pada janin untuk
kehamilan berikutnya yang dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
pada janin sehingga akan terlahir bayi dengan kondisi BBLR.
7
7

d) Kadar Hemoglobin (HB)


Ibu hamil yang terkena anemia akan menaikkan risiko BBLR pada
bayinya, risiko terjadinya pendarahan sebelum persalinan dan saat proses
persalinan berlangsung dapat menjadi sebab dari kematian pada ibu dan
bayi yang ada di dalam kandungan jika ibu tersebut mengalami anemia
yang cukup parah
e) Status Gizi Ibu Hamil
Kandungan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi berat bayi yang
akan dilahirkan, maka dari itu memperhatikan asupan makanan pada ibu
hamil sangatlah penting dilakukan. Pengukuran antropometri adalah
sebuah cara untuk menghitung status gizi dari ibu hamil. Ukuran
antropometri ibu hamil yang biasa dilakukan adalah dengan mengukur
berat badan dan mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA) pada saat proses
kehamilan.
f) Tingkat pendidikan berpengaruh pada perubahan dalam bersikap dan
berperilaku hidup sehat.
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi kebanyakan akan lebih
mempermudah penyerapan informasi dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Klasifikasi BBLR
Klasifikasi BBLR Menurut Proverawati dalam Agustin 2019, ada
beberapa cara mengelompokan bayi BBLR, yaitu:
a) Menurut harapan hidupnya
1) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan
berat lahir 1.500-2.500 gram.
2) Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir
dengan berat lahir <1.500 gram.
3) Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir
dengan berat lahir <1.000 gram
8

b) Menurut masa gestasinya


1) Prematur murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasinya
berat atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan.
2) DismaturIntra Uterine Growth Restriction (IUGR) adalah bayi lahir
dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
kehamilan di karenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam
kandungan.
3) Menurut Renfield dalam Maryunani (2013) IUGR dibedakan menjadi
dua yaitu:
(a) Proportionate IUGR merupakan janin yang menderita distres
yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-
minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat,
panjang dada lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang
akan tetapi keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang
sebenarnya.
(b) Disporpotionate IUGR merupakan janin yang terjadi karena
distres sub akut gangguan terjadi beberapa minggu sampai
beberapa hari sampai janin lahir.
4. Patofisiologi BBLR
Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan syarat
untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim. Secara umum bayi
berat badan lahir rendah ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan atau prematur dan disebabkan karena dismaturitas. Biasanya hal
ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam
kandungan yang disebabkan oleh faktor ibu, komplikasi hamil, komplikasi
janin, plasenta yang menyebabkan suplai makanan ibu ke bayi berkurang.
Faktor lainnya yang menyebabkan bayi berat badan lahir rendah yaitu faktor
9

genetik atau kromosom, infeksi, kehamilan ganda, perokok, peminum


alcohol dan sebagainya (Mochtar, 2012).
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang bayi
prematur cenderung mengalami masalah yang bervariasi, seperti:
a) Gangguan pernafasan
b) Sistem pengaturan suhu tubuh (Hipotermia)
c) Hipoglikemia
d) Sistem imunologi
e) Perdarahan intracranial
f) Rentan terhadap infeksi
g) Hiperbilirubinemia
5. Manifestasi Klinik
Menurut Hudha dan Hardi (2013) tanda dan gejala pada bayi berat
badan lahir rendah adalah :
a) Sebelum lahir
1) Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan
2) Pada anamneses sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati
3) Pergerakan janin lebih lambat
4) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai yang
seharusnya
b) Setelah bayi lahir
1) Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
2) Bayi prematur kurang sempurna dalam pertumbuhan organ-organ
tubuhnya
6. Komplikasi BBLR
Manurut Maryunani (2013) komplikasi dari BBLR antara lain:
a) Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas
segera setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih
10

sedikit, kekurangan surfaktan (zat di dalam paru dan yang diproduksi


dalam paru serta melapisi bagian alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps
pada saat ekspirasi). Sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi
jalan nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax, lemah atau tidak
adanya gangguan refleks dan pembuluh darah paru yang imatur. Hal –
hal inilah yang menganggu usaha bayi untuk bernafas dan sering
mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan).
b) Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma
susunan saraf pusat. Hal ini disebabkan antara lain: perdarahan
intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir, perubahan
proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara itu asfiksia berat
yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada sistem susunan
saraf pusat (SSP) yang diakibatkan karena kekurangan oksigen dan
kekurangan perfusi.
c) Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan
janin, yaitu paten ductus arteriosus, yang merupakan akibat intra uterine
ke kehidupan ekstra uterine berupa keterlambatan penutupan ductus
arteriosus.
d) Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti
bayi yang cukup bulan, hal ini disebabkan antara lain karena tidak adanya
koordinasi mengisap dan menelan sampai usia gestasi 33–34 minggu
sehingga kurangnya cadangan nutrisi seperti, kurang dapat menyerap
lemak dan mencerna protein.
e) Sistem Termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperature yang tidak stabil,
yang disebabkan antara lain:
11

(1) Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit


dengan berat badan lebih besar (permukaan tubuh bayi relatife
luas).
(2) Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat ).
(3) Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
(4) Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.
f) Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi
bila dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara
lain adalah:
(1) Usia sel darah merahnya lebih pendek
(2) Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh
(3) Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan
laboratorium yang sering.
g) Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang
terbatas, sering kali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap
infeksi.
h) Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya,
di mana ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu
untuk menggelola air, elektrolit asam-basa tidak mampu mengeluarkan
hasil metabolism dan obat-obatan dengan memadai serta tidak mampu
memekatkan urine.
i) Sistem Integument
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan
transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
j) Sistem Pengelihatan
12

Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity


(RoP) yang disebabkan karena ketidakmatangan retina (Maryunani
2013).

7. Pemeriksaan Penunjang BBLR


Menurut Arief dan Weni (2016) pemeriksaan penunjang pada BBLR antara
lain:
a) Penatalaksanaan prematuritas murni
(1) Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan
dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan
relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi
dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan , 2 kg
adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg
adalah 33-34 derajat celcius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat
dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi
air panas, sehingga panan badannya dapat dipertahankan.
(2) Makanan bayi prematur
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein
3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhannya
dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir
dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks menghisap
13

masih lemah,sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi


sedikit, tetapi frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan
yang paling utama,sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan.
Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang
sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60
cc/kg BB/ hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200
cc/kg BB/ hari.
(3) Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya
tahan tubuh yang masih lemah,kemampuan leukosit masih kurang
dan pembentukan anti bodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya
preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehinggatidak
terjadi persalinan prematuritas ( BBLR). Dengan demikian perawatan
dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi
dengan baik.
b) Penatalaksanaan dismaturitas (KMK)
(1) Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina serta
menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan
ultra sonografi.
(2) Memeriksa kadar gula darah ( true glukose ) dengan dextrostix atau
laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi.
(3) Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
(4) Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi
SMK.
(5) Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita
aspirasi mekonium.
(6) Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan danbila
frekwensi lebih dari 60 x/ menit dibuat foto thorax (Arief dan Weni,
2016)
14

8. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Arief dan Weni, 2016) ada beberapa pemeriksaan penunjang
BBLR antara lain:
b. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
c. Hematokrit (Ht) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal/perinatal).
d. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan ).
e. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari,
dan 12 mg/dl pada 3-5 hari
f. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
g. Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
B. FCC (Family Centered Care)
1. Pengertian FCC (Family Centered Care)
Menurut Yuliastati (2016) FCC (Family Centered Care) adalah
perawatan yang berpusat pada keluarga didefinisikan sebagai filosofi
perawatan berpusat pada keluarga, mengakui keluarga sebagai konstanta
dalam kehidupan anak. Family Centered Care meyakini adanya dukungan
individu, menghormati, mendorong dan meningkatkan kekuatan dan
kompetensi keluarga. Sedangkan menurut Mansur (2019) FCC (Family
Centered Care) adalah perawatan yang berpusat pada keluarga melibatkan
kemitraan antara anak, keluarga dan penyedia perawatan kesehatan dalam
merencanakan, menyediakan, dan mengevaluasi.
2. Prinsi-prinsip Family Centered Care (FCC)
Menurut Mansur (2019), prinsip dari Family Centered Care (FCC) antara
lain:
15

a) Mendengarkan dan menghormati setiap anak dan keluarganya


Menghormati latar belakang ras, etnis, budaya, dan sosial ekonomi serta
pengalaman pasien dan keluarga dan menggabungkannya sesuai dengan
pilihan pasien dan keluarga ke dalam perencanaan dan pemberian
perawatan kesehatan.
b) Memastikan fleksibilitas dalam kebijakan organisasi, prosedur, dan
praktik penyedia sehingga layanan dapat disesuaikan dengan kebutuhan,
keyakinan, dan nilai-nilai budaya dari setiap anak dan keluarga dan
memfasilitasi pilihan untuk anak dan keluarga tentang pendekatan
perawatan.
c) Berbagi informasi yang lengkap, jujur, dan tidak bias dengan pasien dan
keluarga mereka secara berkesinambungan dan dengan cara yang mereka
temukan berguna dan menguatkan, sehingga mereka dapat berpartisipasi
secara efektif dalam perawatan dan pengambilan keputusan ke tingkat
yang mereka pilih. Informasi kesehatan untuk anak-anak dan keluarga
harus tersedia dalam berbagai keanekaragaman budaya dan bahasa di
masyarakat dan mempertimbangkan melek kesehatan. di rumah sakit,
melakukan operan jaga dengan dokter, perawat maupun staff di kamar
pasien dengan keluarga yang hadir dapat meningkatkan pertukaran
informasi dan mendorong keterlibatan keluarga dalam pengambilan
keputusan.
d) Memberikan dan / atau memastikan dukungan formal dan informal
(misalnya, dukungan teman se- usia) untuk anak dan keluarga selama
setiap fase kehidupan anak.
e) Berkolaborasi dengan pasien dan keluarga di semua tingkat perawatan
kesehatan: dalam pengiriman perawatan kepada masing-masing anak;
dalam pendidikan profesional, pembuatan kebijakan, pengembangan
program, implementasi, dan evaluasi dan dalam desain fasilitas
perawatan kesehatan. Sebagai bagian dari kolaborasi ini, pasien dan
keluarga dapat berfungsi sebagai anggota dewan penasehat anak atau
16

keluarga, komite, dan satuan tugas yang menangani, misalnya, dengan


masalah operasional di fasilitas perawatan kesehatan, sebagai kolaborator
dalam meningkatkan keselamatan pasien, sebagai peserta dalam inisiatif
peningkatan kualitas, dan sebagai pemimpin atau penyusun program
dukungan teman sebaya.
f) Mengenali dan membangun kekuatan dari masing-masing anak atau
keluarga dan memberdayakan mereka untuk menemukan kekuatan
mereka sendiri, membangun kepercayaan, dan berpartisipasi dalam
membuat pilihan dan keputusan tentang perawatan kesehatan mereka.
g) Alat penilaian diri tersedia bagi keluarga untuk mengevaluasi apakah
perawatan yang mereka terima cocok dengan ranah perawatan yang
berpusat pada keluarga dan juga dapat digunakan oleh dokter anak untuk
mengevaluasi perawatan yang mereka berikan.
3. Manfaat Penerapan Family Centered Care (FCC)
Menurut Yuliastati (2016), manfaat penerapan family centered care
adalah sebagai berikut:
a) Hubungan tenaga kesehatan dengan keluarga semakin menguat dalam
meningkatkan kesehatan dan perkembangan setiap anak.
b) Meningkatkan pengambilan keputusan klinis berdasarkan informasi yang
lebih baik dan proses kolaborasi.
c) Membuat dan mengembangkan tindak lanjut rencana perawatan
berkolaborasi dengan keluarga.
d) Meningkatkan pemahaman tentang kekuatan yang dimiliki keluarga dan
kapasitas pemberi pelayanan.
e) Penggunaan sumber-sumber pelayanan kesehatan dan waktu tenaga
profesional lebih efisien dan efektif (mengoptimalkan manajemen
perawatan di rumah, mengurangi kunjungan ke unit gawat darurat atau
rumah sakit jika tidak perlu, lebih efektif dalam menggunakan cara
pencegahan).
f) Mengembangkan komunikasi antara anggota tim kesehatan.
17

g) Persaingan pemasaran pelayanan kesehatan kompetitif.


h) Meningkatkan lingkungan pembelajaran untuk spesialis anak dan tenaga
profesi lainnya dalam pelatihan-pelatihan.
i) Menciptakan lingkungan yang meningkatkan kepuasan profesional.
j) Mempertinggi kepuasan anak dan keluarga atas pelayanan kesehatan
yang diterima.

C. Konsep Asuhan Keperawat


1) Pengkajian Keperawatan
Pengkajian BBLR bertujuan untuk mengetahui fisiologi dasar pada
BBLR. Pengkajian dapat dilakukan secara sistematik sesuai dengan sistem
tubuh, berikut ini:
a) Pengkajian Pernafasan pada BBLR
Pengkajian diawali dari fungsi pernafasan, mengobservasi
kemampuan paru–paru bayi untuk bernafas untuk fase transisi dari
kehidupan intra-uteri ke kehidupan ekstra-uteri. Jumlah pernfasan rata–
rata 40–60 per menit dibagi dengan periode apnoe. Pengkajian pada
pernafasan BBLR yaitu, observasi bentuk dada (barrel, cembung),
kesimetrian, adanya insisi, selang dada, atau penyimpangan lainnya.
Observasi otot aksesori seperti pernafasan cuping hidung atau
substansial, intercostal, atau retraksi sublklavikular. Tentukan frekuensi
dan keteraturan pernfasan, auskultasi bunyi pernfasan, tentukan saturasi
oksigen dengan oksimetri nadi dan tekanan parsial oksigen dan karbon
dioksida dengan oksigen transkutan dan karbondioksida transkutan
(Maryunani, 2014).
b) Pengkajian Kardiovaskuler pada BBLR
18

Pengakajian kardiovaskuler ini dengan cara mengukur tekanan


darah, menghitung denyut jantung, menilai pengisian kembali kapiler dan
observasi warna kulit. Denyut jantung rata–rata 120–160 permenit pada
bagian apekal dengan ritme yang teratur. Pada kardiovaskuler yang perlu
dikaji, yaitu tentukan frekuensi, irama jantung, tekanan darah.
Auskulatasi bunyi jantung, termasuk adanya mur – mur, observasi warna
kulit bayi (sianosis, pucat plethora, ikterik, mottling). Kaji warna kuku,
membrane mukosa, bibir. Gambarkan nadi perifer, pengisian kapiler (<2-
3 detik), perfusi perifer motting (Maryunani, 2014).

c) Pengkajian Hematologi pada BBLR


Bayi BBLR yang premature mempunyai faktor predisposisi untuk
masalah hemtologi, hal ini disebabkan karena pembuluh kapilernya yang
mudah rapuh, rendah prothrombin plasma, pembentukan sel darah merah
yang lambat, hemolisis dan berkurangnya darah yang diakibatkan karena
seringnya pemeriksaan laboratorium. Pengkajian yang harusnya
dilakukan adalah pengkajian tanda–tanda pendarahan dan observasi
gejala Disseminated Intravascular Coagulation (Maryunani, 2014).
d) Pengkajian Gastrointestinal pada BBLR
Maturitas saluran pencernaan terjadi pada usia kehamilan 36–38
minggu. Pengkajian pada Gastrointestinal BBLR yang perlu dikaji yaitu,
tentukan distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit mengkilap,
tanda–tanda eritema dinding abdomen, paristaltik yang dapat dilihat,
lengkung susu yang dapat dilihat, status umbilikus). Tentukan adanya
tanda–tanda regugitasi dan waktu yang berhubungan dengan pembrian
makan. Monitor jumlah, warna, konsistensi, dan bau dari adanya muntah.
Monitor jumalah, warna dan konsistensi feses, pemeriksaan adanya darah
samar dana tau penururnan substansi bila diinstruksikan atau diindikasi
19

dengan tampilan feses, serta gambrakan bising usus, ada atau tidak ada
(Maryunani, 2014).
e) Pengkajian Genitourinaria pada BBLR
Masalah pada sistem perkemihan yaitu ginajal bayi BBLR terutama
yang premature tidak dapat mengekskresikan hasil metabolisme dan obat
– oabatan dengan akurat, memekatkan urine, mempertahankan
keseimbangan cairan, asam basa dan elektrolit. Pengkajian dilakukan
dengan cara menghitung intake dan output (Maryunani, 2014).
f) Pengkajian Neurologis – Muskuloskeletal.
BBLR terutama yang premetur mudah sekali terjadi injuri sususan
saraf pusat, hal ini disebebakan oleh trauma lahir, perdarahan intra-
kranial karena pembuluh darah yang rapuh, perubahan proses koagulasi,
hipoksia dan hipoglikemia. Pengkajian Neurologis-Muskuloskeletal yang
perlu dikaji yaitu, observasi gerakan bayi (acak, bertujuan, gelisah,
kedutan, spontan, tingkat aktivitas dengan stumulasi, evaluasi
berdasarkan gestasi bayi), observasi psosisi atau sikap bayi (fleksi,
ekstensi). Periksa reflex yang diamati (moro, mengihsap, Babinski,
refleks plantar, dan refleks yang diharapkan), tentukan perubahan pada
lingkar kepala (bila diindikasikan) (Maryunani, 2014).
g) Pengkajian Suhu pada BBLR.
Faktor yang menyebabkan suhu tidak stabil pada bayi BBLR di
antaranya kehilangan panas karena permukaan tubuh yang relativ luas,
lemak subkutan yang kurang (terutama lemak coklat), tidak adanya
refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit, tidak adekuatnya
aktivitas otot dan imatur pusat pengaturan suhu di otak. Masalah utama
yang sring terjadi seperti risiko tinggi hipotermia atau hipertermi
berhubungan dengan imaturitas fungsi termogulasi atau perubahan suhu
lingkungan. Pengakajian suhu pada BBLR yang perlu dikaji yaitu,
tentukan suhu kulit dan aksila serta tentukan dengan suhu lingkungan
(Maryunani, 2014).
20

h) Pengkajian Kulit pada BBL.


Struktur kulit bayi BBLR sangat tipis dan transparan sehingga
mudah sekali terjadi masalah gangguan integritas kulit berhubungan
dengan imaturits struktur kulit. Pada pengakjian ini yang perlu dikaji
yaitu, monitor adanya perubahan warna, area kemerahan, tanda iritasi
atau area gundul, khususnya dimana alat pemantau infus, atau alat lain
yang kontak dengan kulit, periksa juga dan perhatikan adanya preparat
kulit yang digunakan (misalnya: plester, salep, dan lain – lainnya).
Tentukan tekstur dan turgor kulit kering, halus, pecah- pecah, terkelupas,
dan lain – lain. Monitor adanya ruam, lesi kulit atau tanda lahir
(Maryunani, 2014).

i) Pengkajian Aktivitas – Istirahat pada BBLR


Pengakjian yang biasanya ditentukan dalam pengkajian Aktivitas –
Istirahat BBLR yaitu, bayi sadar mungkin 2 – 3 jam beberapa hari
pertama tidur sehari rata – rata 20 jam dan tangis masih lemah, tidak
aktif, tremor (Maryunani, 2014).
j) Pengkajian Respon Orang Tua
Respon orangtua yang mengalami kelahiran bayi BBLR terutama
yang prematur biasanya sedih, cemas dan takut akan kehilangan bayinya,
hal yang harus dikaji oleh petugas kesehatan pada orangtua adalah
eskpresi wajah orangtua, perilaku dan mekanisme pemecahan masalah.
Masalah yang biasanya terjadi pada orangtua bayi yang mengamail
BBLR yaitu, koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan kondisi
krisis pada bayinya, serta perawatan yang lama dan kurang pengetahuan
orangtua tentang cara merawat bayi BBLR di ruamh setelah pulang dari
rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan (Maryunani, 2014).
21

2) Diagnosa Keperawatan
Menurut (PPNI, 2017) Diagnosa Keperawatan untuk mengidentifikasi
respon klien terhadap siruasi yang berkaitan dengan kesehatan yang dialami.
Diagosa keperawatan untuk membantu klien dalan mencapai kesehatan yang
optimal antara lain:
a) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas neorologis di
tandai
b) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tuhuh berhubungan
dengan ketidakmampuan makan
c) Risiko Hipotermia ditandai dengan suhu inkubator

3) Perencanaan Keperawatan
Berdasarkan Nursing Outcomes Classification (NOC 2018-2020) dan
Nursing Interventions Classification (NOC 2018-2020), Intervensi
keperawatan adalah bagian dari alur keperawatan, proses asuhan
keperawatan yang berfokus pada pasien dan bersifat terus-menerus. Adapun
intervensi yang sesuai dengan penyakit bronkopneumonia adalah sebagai
berikut:

Tabel 2.1
Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1 Ketidakefektifa Setelah dilakukan Status pernafasan:
n pola nafas intervensi, maka Ventilasi (0403)
berhubungan diharapkan Hal: 637
dengan ketidakefektifan pola 1. Monitor pernafasan dan
imaturitas nafas menjadi adekuat status oksigenasi
neorologis dengan kreteria hasil 2. Bantu dalam hal
22

sebagai berikut: perubahan posisi dengan


Status pernafasan sering dan tepat
Ventilasi (0403) 3. Mulai dan pertahankan
Hal: 637 oksigen tambahan,
1. Penggunaan otot seperti yang ditentukan
bantu nafas 4. Kolaborasikan dengan
berkurang dokter, perawat, tim
2. Retraksi dinding kesehatan dan keluarga
dada berkurang dalam pemberian
3. Irama pernafasan pengobatan dan
bayi perawatan pada pasien
2 Ketidakseimba Setelah dilakukan Monitor nutrisi (1160)
ngan nutrisi : intervensi, maka Hal: 235
kurang dari nutrisi kurang dari 1. Monitor pertumbuhan
kebutuhan kebutuhan dapat dan perkembangan
tuhuh teratasi dengan 2. Timbang berat badan
berhubungan kreteria hasil: pasien
dengan
Status nutrisi bayi 3. Lakukan pengukuran
ketidakmampu
(1020) Hal: 629 antropometrik pada
an makan
1. Berat badan pasien
meningkat 4. Berikan asupan nutrisi
2. Pertumbuhan yang cukup
pasien 5. MKolaborasikan dengan
3. Intake makanan keluarga (ibu) dalan
lewat selang (1 -3) pemenuhan nutrisi pada
pasien (pemberian ASI
ekslusif)

3 Risiko Setelah dilakukan Perawatan bayi : baru


Hipotermia intervensi, diharapkan lahir (6824)
ditandai resiko hipertermi tidak Hal: 356
dengan suhu terjadidengan kreteria 1. Monitor suhu bayi baru
inkubator: hasil: lahir
Termoregulasi : 2. Jaga suhu tubuh yang
Baru lahir (0801) adekuat dari bayi baru
Hal: 642 lahir
1. Suhu stabil (36,5 – 3. Ukur dan timbang berat
37, 5oC) bayi baru lahir
2. Perubahan warna 4. Monitor perubahan
kulit warna kulit bayi
3. Berat badan 5. Beri asupan nutrisi
23

meningkat secara berkala


6. Kolaborasikan dengan
keluarga dan tim medis
dalam pengobatan dan
perawatan pasien
Perawatan Kangguru
(6840) Hal: 367
1. Monitor faktor orang tua
yang mempengaruhi
keterlibatan dalam
perawatan
2. Jelaskan keuntungan
dan implikasi dari
mengaplikasikan
(teknik) kontak kulit ke
kulik bayi
3. Pastikan status fisiologi
bayi terpenuhi dalam
perawatan
4. Posisikan bayi
telungkup tegak lurus di
dada orang tua

4) Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahapan keempat dari proses keperawatan.
Tahap ini muncul jika perencanaan yang dibuat di aplikasikan pada klien.
Aplikasi yang dilakukan pada klien akan berbeda, disesuaikan dengan
kondisi klien saat ini dan kebutuhan yang paling disarasakan oleh klien.
Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibelitas dan kereativitas
perawat. (Debora, 2013)
5) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah teahap terakhir proses keperawatan dengan cara
menilai sejauh mana dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Hal ini
dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan
sehingga perawat dapat mengambil keputusan (Hidayat, 2013).
24

DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Suryani, Budi Darma Setiawan, Mochammad Ali Fauzi. 2019. Klasifikasi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Pada Bayi Dengan Metode Learning
Vector Quantization (LVQ). e-ISSN: 2548-964X Vol. 3, No. 3, Maret 2019,
hlm. 2929-2936. http://j-ptiik.ub.ac.id. Malang: Universitas Brawijaya.
Diakses pada 13 Februari 2020
Arief dan Weni Kristiyanasari. 2016. Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak.
Yogyakarta: Nuha Offset.

Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (2018). Prol Kesehatan Dinas


Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2018. Yogyakarta:
Dinas Kesehatan Iatimewa Yogyakarta

Gopalan (2018). Low Birth Weight-sause, sonsequences and interventions achieve


reduction. Proc Indian Natl Sci Acas 2018 (4): 845-51.
25

Hamang (2020). Faktor Risiko Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah. Window of
Midwifery Journal. Vol. 01No. 01(Juni,2020): 14-23. Makasar: Universitas
Muslim Indonesia.
http://jurnal.fkm.umi.ac.id/index.php/wom/article/view/wom1102. Diakses:
23 Februari 2021

Hartiningrum & Fitriyah (2018). Bayi Berat Lahir Rendah Di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2012-2016. Jurnal Biometrika dan Kependudukan. Vol 7, No 2
Desember 2018. Surabaya: Unuversitas Airlangga. Diakses: 12 Februari
2020

Hidayat (2013). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Huda dan Hardhi.2013. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Mansur (2019). Aplikasi Atraumatic Care. Padang: Andalas University Press

Marwati (2014) Keperawatan Keluarga & Aplikasinya. Yogyakarta: Fitramaya.

Maryunani, A. 2014. Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Jakarta: Trans Info Media.

Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri Jakarta: EGC

NIC, NOC (2018-20200

PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator


Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Profil Anak Indonesia (2018). Profil Anak Indonesia 2018. Jakarta: Kementrian
Perberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA)

Proverawati, Atikah dan Ismawati Cahyo. 2019. BBLR: Berat Badan Lahir Rendah.
Nuha Medika: Yogyakarta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewa Pengurus PPNI
26

WHO (2017). Constitution of WHO: Principles

WHO (2018). Global Nutrition Targets 2025: Low birth weight policy brief.

Yuliastuti (2016). Keperawatan Anak. Jakarta: Badan Pengembangan dan


Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan

Lampiran:

Faktor Plasenta
Faktor Janin
Faktor Ibu
Faktor Lingkungan

BBLR

BB kurang 2500 gram,


masa getasi < 27 minggu

Pertumbuhan organ tubuh belum sempurna


27

Organ pencernaan Pertumbuhan dinding Sedikitnya lemak dibawah


dada belum sempurna jaringan kulit

peristaltik belum Vaskuler paru Kehilangan panas


sempurna imatur melalui kulit

Kemampuan Peningkatan kerja nafas Peningkatan kebutuhan


mencerna makanan kalori
kurang
Sistem termogulasi
Tidak Sistem termogulasi tubuh
Reflek menghisap Tidak efektifnya
efektifnya pola
pola tubuh tidak efektif
nafas tidak efektif
dan menelan belum nafas
Berkembang dengan
Sempurna

Perubahan nutrisi kurang


Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
dari kebutuhan tubuh

Anda mungkin juga menyukai