Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

DIAGNOSA THALASEMIA DI RUANG DAHLIA II RSUD WONOSARI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Stase Keperawatan Anak

Disusun Oleh :
Ni Luh Made Yeni Astari
24.19. 1367

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANSURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2020
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
GLOBALYOPGYAKARTA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXV

LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Anak Dengan


Diagnosa Thalasemia Di Ruang Dahlia Ii Rsud Wonosari” guna memenuhi tugas Stase
Keperawatan Anak program pendidikan Profesi Ners STIKes Surya Global Yogyakarta tahun
2020.

Bantul, Desember 2020

Mahasiswa

Ni Luh Made Yeni Astari

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruang

(Fitri Dian Kurniati , S.Kep., Ns., M.Kep) (Muslihah Nur Rohmah.,Amd.Kep)

LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP REMAJA DAN THALASEMIA

1. Remaja
a. Definisi Remaja
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun dan
merupakan peralihan dari masa kanak-anak menjadi dewasa (Marmi, 2015).
Menurut Hurlock (1980), istilah adolescence atau biasa disebut remaja berasal
dari kata Latin (adolescence) (kata bendanya, adolescence yang berarti remaja)
yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence,
seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang luas, mencakup
kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Remaja menurut WHO (dalam Sarwono,2011) membagi kurun usia menjadi 2
bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Sedangkan
menurut pandangan dari masyarakat Indonesia sendiri dalam menentukan definisi
remaja secara umum agak sulit karena Indonesia terdiri dari banyak suku,
adat,tingkatan sosial-ekonomi maupun pendidikan. Pedoman yang dipakai adalah
batasan usia remaja 11-14 tahun dan belum menikah.
Secara sederhana, remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada
diantara fase anak dan dewasa yang ditandai dsengan perubahan fisik, perilaku,
kognitif, biologis, dan emosi. Untuk mendeskripsikan remaja dari dari wktu ke
waktu memangberubah sesuai dengan perkembangan zaman. Ditinjau dari segi
pubertas, 100 tahun terakhir usia remaja putri mendapatkan haid pertama semakin
berkurang dari 17,5 tahun menjadi 12 tahun, demikian pula remaja pria (Effendi
Ferry, Makhfudli 2013).
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi
dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berapa dalam tingkatan yang sama,
sekurang-kurangnya dalam masalah hak
masa remaja adalah suatu masa dalam hidup manusia yang banyak mengalami
perubahan (pancaroba) yaitu peralihan dari anak-anak menuju dewasa tanpa
batasan yang jelas (Azizah, 2013 dalam Reni 2018).
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik,
emosi dan psikis. Masa remaja adalah suatu periode masa pematangan organ
reproduksi manusia dan sering disebut masa peralihan dari masa anak ke masa
dewasa (Marmi,2015). Masa remaja adalah suatu tahap dengan perubahan yang
cepat dan penuh tantangan ini kadang – kadang sulit diatasi sebab secara fisik
walaupun sudah dewasa namun secara psikologis belum tentu ( Sagung
Seto,2010).
b. Batasan Usia Remaja
Remaja termasuk kelompok anak dalam usia pertumbuhan yang sangat labil
dan sangat mudah terombang ambung serta mudah goncang, yakni dalam
ancaroba antar usian 12-20 tahun. Apabila remaja musa sudah menginjakan usia
17 tahun sampai 18 tahun, mereka termasuk dalam golongan muda mudi (Sujanto
dalam Siregar,2016).
Menurut Irianto (2014) mengemukakan masa remaja menjadi tiga bagian, yaitu :
1) Masa Remaja Awal (11-13 tahun)
Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan
berusaha mengembangkanb diri sebagai individu yang unik dan tidak
tergantungan pada orangtua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap
bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman
sebaya.
2) Masa remaja pertengahan (14-16 tahun)
Masa ini ditandai dengan berkembanganya kemampuan berfims yang baru.
Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah
lebih mampu mengarahkan diri sendiri. Pada masa ini remaja mulai
mengembangkan kematangan tingkah laku. Belajar mengendalikan emosi dan
membuat keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Selain itu penerimaan dari lwan jenis menjadi penting bagi individu.
3) Masa Remaja Akhir (17-20 tahun)
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang
dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan dan
mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat untuk
menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya daan orang
dewasa, juga menjadi ciri dan tahap ini.
c. Ciri-ciri Remaja
Masa remaja yang disebut sebagai periode strom and drag dan masa sensitif yaitu
periode dimana terjadi gejolak emosi dan tekanan kejiwaan yang sangat besar
pada diri remaja yang apabila tidak mampu mengendalikan dan mengontrolnya
dengan baik dan terarah (Irianto,2014). Maka dari itu perlu diketahui berbagai ciri
yang menjadi kekhususan pada remaja (Putro, Khamim,2017) yaitu :
1) Masa remaja sebagai periode yang penting
Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang
tetaplah penting. Perkembangan fisik yang begitu cepat disertai dengan
cepatnya perkembangan mental, terutama pada masa awal remaja. Semua
perkembangan ini menimbulkan perlunya penyesuaian mental serta perlunya
membentuk sikap, nilai, dan minat baru.
2) Masa remaja sebagai periode peralihan
Pada fase ini, remaja bukan lagi seseorang anak dan bukan juga orang
dewasa. Kalau remaja berprilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk
bertindak sesuai dengan umurnya. Kalau remaha berusaha berprilaku
sebagaimna orang dewasa , remaja seringkali dituduh terlalu besar ukurannya
dan dimarahi karena mencoba bertuindak seperti oarang dewasa. Di lain
pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status
memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan
menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.
3) Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan prilaku selama masa remaja sejajr dengan
tingkat perubahan fisik. Selama wala masa remaja, ketika perubahan fisik
terjadi dengan pest, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat.
Kalau perubahan fisik menurun, makan perubahan sikap dan perilaku juga
menurun.
4) Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode perkembangan mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun
maslah masa remaja sering menjadi persoalan yang sulit diatasi baik oleh
anak lakilaki maupun anak perempuan. Ketidakmampuan mereka untuk
menmgatasi sendiri masalahnya menurut cara yang mereka yakini, banyak
rema akhrinya menemukanbahwa penyelesaian tidak selalu sesuai dengan
harapan mereka.
5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri terhadap kelompok
masih tetap penting bagi anak laki-laki maupun perempuan. Lambat laun
mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan
menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya,
status remaja yang mendua ini menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan
remaja mengalami “krisis identitas” atau masalah-masalah identitas-ego pada
remaja.
6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja suka berbuat semaunya sendiri atau
“semau gue”,yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak,
menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi
kehidupan remaja yang takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpati
terhadap perilaku remaja yang normal.
7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Masa remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamata berwarna
merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain. Sebagaimana yang ia
inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal harapan dan cita-
cita. Harapan dan cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya
sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan
meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Remaja akan
sakit hari dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia
tidak berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkannya sendiri.
8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi
gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun untuk memberikan kesan
bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dsn bertindak seperti orang
dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan
diri pada perilaku yang dihubungjan dengan status dewasa, yaitu merokok,
minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam
perbuatan seks bebas yang cukup meresahkan. Mereka menganggap bahwa
perilaku yang seperti ini akan memberikan citra yang sesuai dengan yang
diharapkan mereka.

d. Tugas perkembangan masa remaja


Menurut (Irianto,2014) tugas perkembangan masa remaja adalah :
1) Memperluas hubungan antar pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa
dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin
2) Memperoleh peranan sosial
3) Menerima keadaaan tubuhnya dan menggunakan secara efektif
4) Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua
5) Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri
6) Memiliki dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan
7) Mempersiapkan diri utnuk perkawinan dan kehidupan berkeluarga
8) Mengembangkan dan membentuk konsep-konsep moral

2. Thalasemia
a. Definisi
Thalasemia merupakan penyakit kronis yang memerlukan asuhan
keperawatan yang kompleks dan waktu relatif lama. Hal ini dikarenakan anak
thalasemia juga lebih spesifik dan lebih kompleks (Alhamda, 2015)
Thalasemia juga merupakan penyakit kelainan darah yang ditandain dengan
kondisi sel darah merah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel normal (120
hari). Akibatnya penederita thalasemia akan mengalami gejala anemia
diantaranya pusing, muka pucat, badan sering lemas, sulit tidur, nafsu
makan hilang dan infeksi berulang (Nucleus Precise, 2010). Talasemia
merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah
di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari
100 hari). (Ngastiyah, 2005)
Talasemia adalah penyakit herediter yang diturunkan orang tua kepada
anaknya. Anak yang mewarisi gen talasemia dari salah satu orang tua dan gen
normal orang tua lain adalah seorang pembawa (carriers). Anak yang mewarisi
gen talasemia dari kedua orang tuanya akan menderita talasemia sedang sampai
berat ( Muncie & Camphell, 2009).
a. Etiologi
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan
secara resesif.Ditandai oleh defisiensi produksi globin pada hemoglobin.Dimana
terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritroit
menjadi pendek (kurang dari 100 hari). Kerusakan tersebut karena hemoglobin
yang tidak normal (hemoglobinopatia).
1) Thalasemia Mayor 
Karena sifat gen dominan. Thalasemia mayor merupakan penyakit
yang ditandai dengan kurangnya kadar hemoglobin dalam darah.
Akibatnya, penderita kekurangan darah merah yang bisa menyebabkan
anemia. Dampak lebih lanjut, sel-sel darah merah jadi cepat rusak dan
umurnya pun sangat pendek, hingga yang bersangkutan memerlukan
transfusi darah untuk memperpanjang hidupnya. Penderita thalasemia
mayor akan tampak normal saat lahir, namun di usia 3-18 bulan akan
mulai terlihat adanya gejala anemia. Selain itu, juga bisa muncul gejala
lain seperti jantung berdetak lebih kencang dan facies cooley. Faies
cooley adalah ciri khas thalasemia mayor, yakni batang hidung masuk
ke dalam dan tulang pipi menonjol akibat sumsum tulang yang bekerja
terlalu keras untuk mengatasi kekurangan hemoglobin. Penderita
thalasemia mayor akan tampak memerlukan perhatian lebih khusus.
Pada umumnya, penderita thalasemia mayor harus menjalani transfusi
darah dan pengobatan seumur hidup. Tanpa perawatan yang baik,
hidup penderita thalasemia mayor hanya dapat bertahan sekitar 1- 8 bulan.
Seberapa sering transfusi darah ini harus dilakukan lagi-lagi tergantung dari
berat ringannya penyakit. Yang pasti, semakin berat  penyakitnya, kian sering
pula si penderita harus menjalani transfusi darah.
2) Thalasemia Minor 
Individu hanya membawa gen penyakit thalasemia, namun individu
hidup normal, tanda-tanda penyakit thalasemia tidak muncul. Walau
thalasemia minor tak bermasalah, namun bila ia menikah dengan thalasemia
minor juga akan terjadi masalah. Kemungkinan 25% anak  mereka menerita
thalasemia mayor. Pada garis keturunan pasangan ini akan muncul penyakit
thalasemia mayor dengan berbagai ragam keluhan. Seperti anak menjadi
anemia, lemas, loyo dan sering mengalami pendarahan. Thalasemia minor
sudah ada sejak lahir dan akan tetap ada di sepanjang hidup penderitanya, tapi
tidak memerlukan transfusi darah di sepanjang hidupnya.
3) Thalasemia Intermedia
Ditandai oleh gambaran klinis dan derajat keparahan yang berada di
antara bentuk mayor dan minor. Penderita ini secara genetik bersifat
heterogen. Umumnya penderita dengan kelainan ini cukup sehat dan hanya
membutuhkan transfusi darah pada saat terjadinya infeksi.
b. Klasifikasi
Klasifikasi Thalasemia dibedakan secara molekul dan klinis yaitu : (Patrick
Davey)
- Klasifikasi Thalasemia secara Molekul yaitu :
1) Thalasemia Alfa
Empat gen dilibatkan di dalam membuat globin alfa yang
merupakan bagian dari hemoglobin, Dua dari masing-masing orangtua.
Thalasemia alfa terjadi dimana satu atau lebih varian gen ini hilang. Orang
dengan hanya satu gen mempengaruhi disebut silent carriers dan tidak
punya tanda penyakit. Orang dengan dua gen mempengaruhi disebut
thalasemia trait atau thalasemia alfa akan menderita anemia ringan dan
kemungkinan menjadi carrier. Orang dengan tiga gen yang dipengaruhi
akan menderita anemia sedang sampai anemia berat atau disebut penyakit
hemoglobin H. Bayi dengan empat gen dipengaruhi disebut thalasemia
alfa mayor atau hydrops fetalis, pada umumnya mati sebelum atau tidak
lama sesudah kelahiran. Jika kedua orang menderita alfa thalasemia trait
(carriers) memiliki seorang anak, bayi bisa mempunyai suatu bentuk alfa
thalasemia atau bisa sehat.
2) Thalasemia Beta
Melibatkan dua gen didalam membuat beta globin yang merupakan
bagian dari hemoglobin, masing-masing satu dari setiap orangtua. Beta
thalasemia terjadi ketika satu atau kedua gen mengalmi variasi. Jika salah
satu gen dipengaruhi, seseorang akan menjadi carrier dan menderita
anemia ringan, kondisi ini disebut thalasemia trait/beta thalasemia minor.
Jika kedua gen dipengaruhi, seseorang akan menderita anemia sedang
(thalasemia beta intermedia atau anemia Cooley’s yang ringan) atau
anemia yang berat (beta thalasemia utama, atau anemia Cooley’s).
Anemia Cooley’s,atau beta thalasemia mayor jarang terjadi.Suatu survei
tahun 1993 ditemukan 518 pasien anemia Cooley’s di Amerika Serikat.
Kebanyakan dari mereka mempunyai bentuk berat dari penyakit, tetapi
mungkin kebanyakan dari mereka tidak terdiagnosis.Jika dua orangn tua
dengan beta thalasemia trait (carriers) mempunyai seorang bayi, salah satu
dari tiga hal dapat terjadi: Bayi bisa menerima dua gen normal (satu dari
masing-masing orangtua) dan mempunyai darah normal (25 %).Bayi bisa
menerima satu gen normal dan satu varian gen dari orangtua yang
thalasemia trait (50 persen). Bayi bisa menerima dua gen thalassemia
(satu dari masing-masing orangtua) dan menderita penyakit bentuk sedang
sampai berat (25 persen).

Sumber : Suarasurabaya.net
- Klasifikasi Thalasemia secara klinis yaitu :
1. Thalasemia Minor
Adanya satu gen normal pada individu heterozigot memungkinkan
sintesis rantai ß globin yang memadai sehingga penderita biasanya secara
klinis asimtomatik. Pemeriksaan apusan darah tepi seringkali menunjukkan
anemia ringan dengan derajat bervariasi. Biasanya terdapat abnormalitas yang
khas dari morfologi sel darah merah. Umumnya hemoglobin yang ditemukan
adalah Hb A, dan yang khas proporsi Hb A2 (α2δ2) meningkat dengan nilai
kira-kira 4-7% dari total hemoglobin, tidak seperti halnya dengan angka
normal, yaitu sekitar 2-3%. Pengenalan ciri Talasemia-β penting untuk
konseling genetik. Selain itu juga perlu didiagnosis banding dengan anemia
mikrositik hipokromik akibat defisiensi besi.
c. Patofisiologi
Konsekuensi berkurangnya sintesis salah satu rantai globin berasal dari kadar
hemoglobin intrasel yang rendah (hipokromia) maupun kelebihan relatif rantai
lainnya.
1) Talasemia-β: Dengan berkurangnya sintesis β-globin, rantai  tak terikat yang
berlebihan akan membentuk agregat yang sangat tidak stabil dan terjadi karena
kerusakan membran sel; selanjutnya, prekursor sel darah merah dihancurkan
dalam sumsum tulang (eritropoiesis yang tidak efektif) dan sel-sel darah merah
yang abnormal dihilangkan oleh fagosit dalam limpa (hemolisis). Anemia yang
berat menyebabkan ekspansi kompensatorik sumsum eritropoietik yang akhirnya
akan mengenai tulang kortikal dan menyebabkan kelainan skeletal pada anak-
anak yang sedang tumbuh. Eritropoiesis yang tidak efektif juga disertai dengan
absorpsi besi yang berlebihan dari makanan; bersama dengan transfusi darah yang
dilakukan berkali-kali, absorpsi besi yang berlebihan ini akan menimbulkan
kelebihan muatan besi yang berat.
2) Talasemia α disebabkan oleh ketidakseimbangan pada sintesis rantai α dan non- α
(rantai β pada bayi; rantai β setelah bayi berusia 6 bulan). Rantai βγγ yang bebas
akan membentuk tetramer ini akan merusak sel-sel darah merah serta
prekursornya. Rantai γ yang bebas akan membentuk tetramer yang stabil
(HbBars) dan tetramer ini mengikat oksigen dengan kekuatan (aviditas) yang
berlebihan sehingga terjadi hipoksia jaringan (Mitcheel, 2009).
Pathway
Pernikahan penderita thalasemia carrier

Penyakit secara autosomal resesif

Gangguan sintesis rantai globin α dan β

Pembentukan rantai α dan β diretikulosit tidak Rantai α kurang terbentuk daripada rantai β
seimbang

 Rantai β kurang dibetuk dibanding α


 Rantai β tidak dibentuk sama sekali
 Rantai β dibentuk tetapi tidak menutupi
kekurangan rantai β

Thalasemi β Thalasemi α

 Gangguan pembentukan rantai α dan β


 Pembentukan rantai α dan β
 Penimbunan dan pengendapan rantai α dan β

Tidak terbentuk HbA

Membentuk inclusion bodies

Menempel pada dinding


eritrosit
Merusak dinding eritrosit

Hemolisis

- Eritropoesis darah yang tidak efektif dan penghancuran


precursor eritrosit dan intramedula
- Sintesis Hb eritrosit hipokrom dan mikrositer
- Hemolisis eritrosis yang immature

Anemia

Pengikat O2 oleh Kurang informasi


RBC
Persepsi yang salah
Aliran darah organ
vital dan jaringan
MK:

Defisiensi pengetahuan
O2 dan nutrisi tidak di
transpor secara adekuat

MK :

Ketidakefektifan
perfusi jaringan
ferifer

d. Komplikasi
Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Tranfusi
darah yang berulang ulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam
darah sangat tinggi, sehingga di timbun dalam berbagai jarigan tubuh seperti
hepar, limpa, kulit, jantung dan lain lain. Hal ini menyebabkan gangguan fungsi
alat tersebut (hemokromatosis). Limpa yang besar mudah ruptur akibat trauma
ringan. Kadang kadang thalasemia disertai tanda hiperspleenisme seperti
leukopenia dan trompositopenia. Kematian terutama disebabkan oleh infeksi dan
gagal jantung. Hepatitis pasca transfusi biasa dijumpai, apalagi bila darah
transfusi telah diperiksa terlebih dahulu terhadap HBsAg. Hemosiderosis
mengakibatkan sirosis hepatis, diabetes melitus dan jantung. Pigmentasi kulit
meningkat apabila ada hemosiderosis, karena peningkatan deposisi melanin.
e. Penatalaksanaan
1) Transfusi darah rutin
2) Splenektomi
3) Transplantasi sel induk hemopoietik merupakan satu-satunya pilihan kuratif
(hanya direkomendasikan untuk anak yang memiliki donor saudara yang
sesuai).
4) Risiko kerusakan organ akibat kelebihan beban zat besi setelah transfusi rutin
dapat diminimalkan dengan pemberian jangka panjang obat kelasi, seperti
desferioksamin, yang berikatan dengan zat besi dan memungkinkan zat besi
diekskresikan kedalam urine (Brooker, 2009).
F. Asuhan Keperawatan Sesuai Teori
1. Pengkajian
a) Asal keturunan/kewarganegaraan
Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa disekitar laut tengah (mediterania).
Seperti turki, yunani, Cyprus, dll. Di Indonesia sendiri, thalassemia cukup
banyak dijumpai pada anak, bahkan merupakan penyakit darah yang paling
banyak diderita.
b) Umur
Pada thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala tersebut telah
terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun. Sedangkan pada thalasemia
minor yang gejalanya lebih ringan, biasanya anak baru datang berobat pada
umur sekitar 4 – 6 tahun.
c) Riwayat kesehatan anak
Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran napas bagian atas infeksi
lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya Hb yang berfungsi
sebagai alat transport.
d) Pertumbuhan dan perkembangan
Sering didapatkan data mengenai adanya kecenderungan gangguan terhadap
tumbuh kembang sejak anak masih bayi, karena adanya pengaruh hipoksia
jaringan yang bersifat kronik. Hal ini terjadi terutama untuk thalassemia
mayor. Pertumbuhan fisik anak adalah kecil untuk umurnya dan ada
keterlambatan dalam kematangan seksual, seperti tidak ada pertumbuhan
rambut pubis dan ketiak. Kecerdasan anak juga dapat mengalami penurunan.
Namun pada jenis thalasemia minor sering terlihat pertumbuhan dan
perkembangan anak normal.
e) Pola makan
Karena adanya anoreksia, anak sering mengalami susah makan, sehingga berat
badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan usianya.
f) Pola aktivitas
Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak usianya. Anak banyak tidur /
istirahat, karena bila beraktivitas seperti anak normal mudah merasa lelah.
g) Riwayat kesehatan keluarga
Karena merupakan penyakit keturunan, maka perlu dikaji apakah orang tua
yang menderita thalassemia. Apabila kedua orang tua menderita thalassemia,
maka anaknya berisiko menderita thalassemia mayor. Oleh karena itu,
konseling pranikah sebenarnya perlu dilakukan karena berfungsi untuk
mengetahui adanya penyakit yang mungkin disebabkan karena keturunan.
h) Riwayat ibu saat hamil (Ante Natal Core – ANC)
Selama Masa Kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya
faktor risiko thalassemia. Sering orang tua merasa bahwa dirinya sehat.
Apabila diduga faktor resiko, maka ibu perlu diberitahukan mengenai risiko
yang mungkin dialami oleh anaknya nanti setelah lahir. Untuk memestikan
diagnosis, maka ibu segera dirujuk ke dokter.
i) Data keadaan fisik anak thalassemia yang sering didapatkan diantaranya
adalah:
1) Keadaan umum
Anak biasanya terlihat lemah dan kurang bergairah serta tidak selincah
aanak seusianya yang normal.
2) Kepala dan bentuk muka
Anak yang belum/tidak mendapatkan pengobatan mempunyai bentuk khas,
yaitu kepala membesar dan bentuk mukanya adalah mongoloid, yaitu
hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak kedua mata lebar, dan tulang
dahi terlihat lebar.
3) Mata dan konjungtiva terlihat pucat kekuningan
4) Mulut dan bibir terlihat pucat kehitaman
5) Dada
Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat adanya
pembesaran jantung yang disebabkan oleh anemia kronik
6) Perut
Kelihatan membuncit dan pada perabaan terdapat pembesaran limpa dan
hati ( hepatosplemagali).Pertumbuhan fisiknya terlalu kecil untuk umurnya
dan BB nya kurang dari normal. Ukuran fisik anak terlihat lebih kecil bila
dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.
7) Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas
Ada keterlambatan kematangan seksual, misalnya, tidak adanya
pertumbuhan rambut pada ketiak, pubis, atau kumis. Bahkan mungkin
anak tidak dapat mencapai tahap adolesense karena adanya anemia kronik.
8) Kulit
Warna kulit pucat kekuning- kuningan. Jika anak telah sering mendapat
transfusi darah, maka warna kulit menjadi kelabu seperti besi akibat
adanya penimbunan zat besi dalam jaringan kulit (hemosiderosis).
G. Diagnosa Keperawatan
1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan berkurangnya suplai O2/ Na ke jaringan
yang ditandai dengan klien mengeluh lemas dan mudah lelah ketika beraktifitas.
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan
neurologis (anemia) yang ditandai dengan kulit bersisik kehitaman padabeberapa
tempat.
3) Resiko pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hemokromatesis.
4) Resiko gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan hipoksia jaringan.
5) Resiko terhadap infeksi berhubungna dengan menurunnya imunitas.

H. Intervensi
1. Hemodinamik Intoleransi aktivitas berhubungan dengan berkurangnya suplai O2/
Na ke jaringan
Tujuan NOC : mentoleransi aktifitas yang biasa dilakukan dan ditunjukkan
dengan daya tahan.
Intervensi NIC :
- Pantau respon kardiorespiratori pasien (misalnya, takikardia, dipsnea, diaforesis,
pucat, tekanan dan frekuensi respirasi)
- Batasi rangsangan lingkungan (seperti cahaya dan kebisingan) untuk memfasilitasi
relaksasi.
- Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang teknik perawatan diri yang akan
meminimalkan konsumsi oksigen.
- Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan


neurologis (anemia) yang ditandai dengan kulit bersisik kehitaman pada beberapa
tempat.
Tujuan NOC : menunjukkan integritas jaringan yang baik
Intervensi NIC :
- Inspeksi adanya kemerahan, pembengkakan, tanda-tanda dehisensi, atau
eviserasi pada daerah insisi.
- Lakukan pemijatan disekitar luka untuk merangang sirkulasi.
- Ajarkan keluarga tentang tanda kerusakan kulit
- Gunakan TENS (transcutaneous electrical nerve stimulation) untuk
peningkatan penyembuhan luka.
3. Resiko pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hemokromatesis.
Tujuan NOC : menunjukkan pola pernapasan efektif
Intervensi NIC :
- Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan usaha respirasi.
- Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapasan.
- Informasikan kepada keluarga bahwa tidak boleh merokok diruangan
- Rujuk kepada ahli terapi pernapasan untuk memastikan keadekuatan
fungsi ventilator mekanis
4. Resiko gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan hipoksia jaringan.
Tujuan NOC : mengoptimalkan tumbuh kembang pada anak
Intervensi NIC :
- Beri diet tinggi nutrisi yang seimbang
- Pantau tingga dan berat badan gambarkan pada grafik pertumbuhan
- Dorong aktivitas yang sesuai dengan usia klien
- Konsultasikan dengan ahli gizi.
5. Resiko terhadap infeksi berhubungna dengan menurunnya imunitas.
Tujuan NOC : faktor resiko infeksi akan hilang dengan dibuktikan oleh
keadekuatan status imun pasien
Intervensi NIC :
- Pantau tanda/gejala infeksi
- Lakukan pemberian transfusi darah.
- Ajarka kepada keluarga tanda/gejala infeksi dan kapan harus melaporkan
kepusat kesehatan
- Konsultasikan kepada dokter tentang pemberian transfusi darah.
Daftar pustaka

Alhamda, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM). Jakarta :

Deepublish

Brooker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC

Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga

Efendy, F.,& Makhfudli.2013.Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta : Salemba

Medika.

Hurlock, B. Elizabeth. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.

Marmi. 2015. Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta : Pustaka

Mitcheel, Kumar dkk. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta : EGC

Muscari, Mary E. 2005. Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Insley, Jack. 2003. Vade-mecum Pediatri. Jakarta : EGC

Irianto, K. 2014. Seksologi Kesehatan. Bandung : Alfa Beta.

NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

Pudjilestari, Indrijati. 2003. Merawat Balita Sampai Lima Tahun. Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama.

Sarwono, S. Sarlito. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sullivan, Amanda. 2009. Panduan Pemeriksaan Antenatal. Jakarta : EGC

Suriadi S.Kp dan Yuliana Rita S.Kp, 2001, Asuhan Keperawatan Anak, Edisi I.PT

Fajar Interpratama : Jakarta.

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi


PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

Nama mahasiswa : Ni Luh Made Yeni Astari

A. ANAMNESA :
Tanggal masuk RS : 07 Desember 2020 Jam : 10.30 WIB
Tanggal pengkajian : 07 Desember 2020 Jam : 12.30 WIB

1. Identitas
a. Identitas Klien
1) Nama : An. D
2) No. RM : 00143xxx
3) Jenis kelamin : Laki-laki
4) Tempat dan tanggal lahir : Gunung kidul, 16 - 09 - 2001
5) Alamat : Bulurejo, kepele, Saptosari
6) Suku bangsa : Jawa
7) Agama : Islam
8) Pendidikan : Paket C
9) Anak ke- :4
10) Diagnosa media : thalasemia

b. Identitas penannggung Jawab Klien


1) Nama ayah/wali : Bp.S
2) Nama ibu/wali : Ny. J
3) Pekerjaan ayah : Petani
4) Pekerjaan ibu : Petani
5) Pendidikan ayah : SD
6) Pendidikan ibu : SMP
7) Alamat : Bulurejo, kepele, saptosari

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama : Pasien mengatakan badannya lemas, pasien
mengatakan pusing
b. Riwayat kesehatan sekarang :
c. Riwayat kesehatan yang lampau
1) Riwayat kehamilan dan kelahiran
Keluarga pasien mengatakan saat hamil sering mimisan
2) Penyakit yang pernah diderita
Keluarga pasien mengatakan tidak ada penyakit yang diderita
3) Hospitalisasi/tindakan operasi
Keluarga pasien mengatakan tidak pernah operasi

4) Kecelakaan/cidera yang pernah dialami


Keluarga pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan
5) Alergi
Pasien mengatakan alergi ikan tongkol dan udang
6) Imunisasi
Keluarga pasien mengatakan pasien mendapatkan imunisasi lengkap
d. Riwayat pertumbuhan : keluarga mengatakan pasien mengalami
keterlambatan pertumbuhan saat masih kecil
e. Riwayat Keluarga
1) Sosial ekonomi
Keluarga mengatakan untuk ekonomi berkecukupan
2) Penyakit yang diderita keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit
3) Genogram
x x

Tn.S
Ny. J

An. D

Keterangan :
: Laki-laki

: perempuan
X : meninggal
: pasien
----------- : tinggal serumah
: garis perkawinan
: garis keturunan

3. Riwayat Sosial
a. Pengasuh
b. Hubungan dengan anggota keluarga : Pasien mengatakan hubungan dengan
keluarganya baik
c. Hubungan dengan teman sebaya : Pasien mengatakan biasa bermain
bersama teman-temannya ke pantai
d. Pembawaan secara umum : Pasien terlihat uring-uringan
e. Lingkungan rumah : Keluarga pasien mengatakan lingkungan
rumahnya bersih

4. Pengkajian Pola Kesehatan Saat ini


a. Nutrisi
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien tidak ada mengalami
perubahan nutrisi
Saat sakit : Keluarga mengatakan tidak ada perubahan nutrisi

Sebelum sakit Keadaan saat ini

Jenis makanan Nasi, sayur , lauk Nasi, sayur, lauk

Makanan 24 jam
Nasi, sayur, lauk
terakhir Nasi, sayur, lauk

Alat makan yang


Sendok
digunakan Sendok

Pagi, siang, malam


Jam makan Pagi, siang, malam

Tidak ada
Alergi makanan Tongkol, udang

b. Cairan :

Keadaan saat ini

Intake Minum : 1500 ml


Infus : 500 ml
5ml/kgBB/hari
5 x 30 = 150 ml
Total intake : 1500 + 500 + 150 = 2150 ml

Output BAK : 210 ml


BAB : 140
IWL : (15xbb)
= 15 x 30 = 450 ml
Output total = 350 + 450 = 800
IWL Rumus : 15 x BB
15 x 30 = 450 ml

Balance Intake – output - IWL


cairan 2150 – 800 – 450 = 900 ml

c. Aktivitas : Pasien mengatakan melakukan aktivitas seperti


biasanya
d. Tidur dan istirahat : Keluarga pasien mengatakan pasien selalu tidur siang
dari jam 12 sampai jam 14.00 dan malam jam 22.00 sudah tidur
e. Eliminasi : Tidak ada gangguan eliminasi
f. Nyeri/ketidaknyamanan : Pasien mengatakan tidak ada nyeri
g. Kognitif dan persepsi : Pasien mengatakan menerima penyakit yang
dideritanya saat ini
h. Konsep diri : Pasien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya
i. Koping : pasien selalu disemangati keluarga dalam pengobatan
j. Seksual/reproduksi : Pasien mengatakan belum ada pertumbuhan rambut
pada ketiak, kumis.

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Umum
a. Keadaan umum : Cukup
b. Kesadaran : Composmetis
GCS: 15 (E : 4, M: 5 ,V: 6)
c. Tanda-tanda vital :
Nadi : 108x/menit RR : 22x/menit S : 36,60C TD : 80/90 mmHg
d. Antropometri : Tinggi badan : 147 cm Berat badan : 30 kg
e. Status gizi : Baik
2. Head to toe
a. Kepala : bentuk kepala bulat, tidak ada benjolan, kulit kepala bersih, tidak ada
nyeri tekan
b. Mata : bentuk mata simetris, konjungtiva terlihat pucat kekuningan
c. Hidung : kedua lubang hidung bersih,m tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri
tekan
d. Telinga : telinga simetris, pendengaran baik
e. Mulut : Bibir terlihat pucat
f. Leher : Tidak teraba kelenjar tiroid dan tidak ada nyeri tekan
g. Thoraks / Dada :
1) Paru- paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, rr 20x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada bagian paru
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
2) Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada bagian jantung
Perkusi : redup
Auskultasi : lup dup

h. Abdomen
Inspeksi : perut pasien terlihat membesar
Auskultasi : bising usus 10x/menit
Perkusi :-
Palpasi : teraba ada pembesaran limfa dan hati

i. Genetalia : tidak terkaji


j. Anus : tidak ada hemoroid
k. Ekstremitas
Atas : terpasang infus pada tangan kanan, tidak ada nyeri tekan,
Bawah : tidak ada edema
l. Integumen : Kulit terlihat kering, kehitaman
m. Muskuloskeletal :
Kekuatan otot :
5 5
5 5
Keterangan :
0 : otot paralisis total
1 :tindakan dengan gerakan, ada kontraksi
2 :gerakan otot penuh menentang gravitasi dengan sokongan
3 :gerakan normal menentang gravitasi
4 :gerakan normal menentang gravitasi dengan sedikit gerakan
5 :gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan tahanan penuh

C. Terapi

Jenis/nama obat Dosis Rute Indikasi

Inf. Ringer Laktat 20 tpm Intravena Sebagai cairan hidrasi


dan elektrolit
Dexamethone 3 mg Intravena Obat mengatasi
peradangan, reaksi
alergi dan penyakit
auto imun
Furosemide 15 mg Intravena Obat untuk
mengeluarkan
kelebihan cairan dari
dalam tubuh melalui
urine
Transfusi darah 16 tpm Intravena Untuk menambah sel
darah yang kurang

D. Pemeriksaaan Penunjang
No. Tgl Jenis Hasil Nilai Interpretasi
Pemeriksaan Rujukan
1. 07/12/ Pemeriksaan darah
2020
2. 07/12/ Hemoglobin 8,2 Lk : 14-18 gr% < Normal
2020 Pr : 12-16 gr%
3. 07/12/ Leukosit 5.900 Lk : 4.700- Normal
2020 10.300/uL
Pr : 4.300 –
11.400/uL
4. 07/12/ Trombosit 86.000 150.000 – < Normal
2020 450.000
5. 07/12/ HCT/HMT 23 Lk : 44 % < Normal
2020 Pr : 37 %
E. Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif

- Pasien mengatakan badannya - Pasien terlihat pucat


lemas - Pasien terlihat uring-uringan
- Pasien mengatakan pusing - Pasien terlihat tidak
- Ibu pasien mengatakan bersemangat
anaknya terdiagnosa setelah - Keluarga pasien terlihat sangat
tegar menerima keadaan
umur 2 bulan
anaknya
- Ibu pasien mengatakan - KU : cukup
anaknnya rutin melakukan - Akral dingin
transfusi 2 minggu sekali - Pasien terpasang infus
- Pasien mengatakan - Tanda-tanda Vital
mengetahui penyakit yang TD : 80/90 mmHg
dideritanya namun belum N : 101x/menit
paham mengenai penyakit RR : 21x/menit
yang dideritanya S : 36,50C
- Keluarga pasien mengatakan Hb : 8,2
hanya bisa berdoa untuk Hmt : 23
kesembuihan anaknya Leukosit : 5.000
TB : 147 cm
BB : 30 kg
SPO2 : 93

F. Analisa Data
No Tgl/Jam Data (Subjektif/Objektif) Etiologi Promblem
.
1. 07/12/2020 S:
12.00 - Pasien mengatakan
mengetahui penyakit yang
dideritanya namun belum
paham mengenai penyakit
yang dideritanya
- Pasien mengatakan
badannya lemas
- Pasien mengatakan pusing
- Ibu pasien mengatakan
anaknya terdiagnosa
setelah umur 2 bulan
Kurangnya Defisiensi
- Ibu pasien mengatakan
Informasi pengetahuan
anaknnya rutin melakukan
transfusi 2 minggu sekali

O:
- Pasien terlihat
kebingungan saat ditanya
tentang penyakitnya
- Pasien terlihat tidak
bersemangat
- Keluarga pasien terlihat
sangat tegar menerima
keadaan anaknya

2. 07/12/2020 S : Kurangnya Ketidakefektifan


12.00 - Pasien mengatakan Suplai O2 Perfusi Jaringan
badannya lemas Perifer
- Pasien mengatakan pusing
- Ibu pasien mengatakan
anakknya didiagnosa
setelah umur 2 bulan
- Ibu pasien mengatakan
anaknnya rutin melakukan
transfusi 2 minggu sekali
O:
- Pasien terlihat pucat
- KU : cukup
- Akral dingin
- Tanda-tanda Vital
TD : 80/90 mmHg
N : 101x/menit
RR : 21x/menit
S : 36,50C
Hb : 8,5
Hmt : 23
Leukosit : 5.000
TB : 147 cm
BB : 30 kg
SPO2 : 93
Akral dingin

G. Prioritas Masalah

No
Tgl/Jam Diagnosa Prioritas
.

1. 07/12/2020 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer 1


berhubungan dengan kurangnya suplai O2

2. 07/12/2020 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan 2


kurangnya informasi

H. Rencana keperawatan
No Diagnosa
NOC NIC TTD
. Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Monitor tanda-tanda vital
perfusi jaringan keperawatan selama 1x24 (6680)
perifer jam diharapkan perfusi - Monitor tekanan
berhubungan jaringan perifer adekuat darah, nadi, suhu
dengan kurangnya Perfusi jaringan : Perifer dan status
pernafasan dengan
suplai O2 (0407)
cepat
Dengan kriteria hasil : - Monitor keadaan
- Pasien tidak pucat umum
(2-5)
- Kerusakan kulit (3- - Monitor warna
5) kulit, suhu dan
- Nilai rata-rata kelembaban
- Berikan obat
tekanan darah (3-5)
injeksi kepada
- Nilai Hemoglobin pasien
dalam batas normal - Kolaborasi dengan
- SPO2 dalam batas dalam pemenuhan
normal kebutuhan nutrisi
- Akral hangat

2. Defisiensi Setelah dilakukan tindakan Pengajaran proses


pengetahuan keperawatan selama 1x24 penyakit (5602)
berhubungan jam diharapkan pasien - Kaji tingkat
dengan kurangnya memahami panyakit yang pengetahuan pasien
informasi dideritanya dengan kriteria terkait dengan proses
hasil : penyakit thalasemia
Pengetahuan : proses yang spesifik
penyakit (1803)
- Faktor-faktor penyakit - Hindari memberikan
dan faktor yang harapan kosong
berkontribusi 1-4 - Berikan informasi pada
- Faktor resiko penyakit pasien/keluarga
thalasemia 1-4 mengenai kondisi
- Tanda dan gejala pasien sesuai
penyakit thalasemia 1-4 kebutuhan
- Proses perjalanan - Jelaskan mengenai
penyakit thalasemia 1-4 proses penyakit
- Efek psikososial thalasemia
penyakit thalasemia - Edukasi pasien
pada individu 1-4 mengenai tindakan
untuk mengkontrol
/meminimalkan gejala
- Kolaborasikan dengan
tenaga kesehatan
dalam pemberian
informasi

I. Catatan perkembangan
No Tgl/Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD
. keperawatan
1. 07/12/20 Ketidakefektifan - Memonitor tekanan S :
20 perfusi jaringan darah, nadi, suhu - Pasien
perifer dan status mengatakan
13.30 berhubungan pernafasan dengan masih lemas
WIB dengan kurangnya cepat O:
suplai O2 a. Melakukan - KU : sedang
pemeriksaan - Akral hangat
setelah dan - Pasien terlihat
sebelum masih pucat
tranfusi darah - TTV
- Memonitor - TD : 110/70
keadaan umum mmHg
a. Melakukan - N : 102x/menit
observasi setiap - RR : 22x/menit
30 menit - S : 36,60C
- Memonitor warna - SPO2 : 95
kulit, suhu dan - Hb : 11,7
kelembaban - Hmt : 33 %
a. Melihat apakah A : Masalah
pasien masih teratasi sebagian
pucat atau tidak P:
- Berikan obat - Melihat apakah
injeksi kepada pasien masih
pasien pucat atau tidak
- Memberikan
injeksi IV obat
dexamine
sebelum
transfusi
- Memberikan
injeksi IV obat
furosemide
setelah transfusi
- Memantau
kelancaran
transfusi
- Kolaborasi
dalam
pemenuhan
kebutuhan
nutrisi
2. 07/12/20 Defisiensi a. Mengkaji tingkat S:
20 pengetahuan pengetahuan pasien - Pasien dan
berhubungan terkait dengan keluarga
proses penyakit mengatakan
15.00 dengan kurangnya
yang spesifik sudah sedikit
informasi - Menanyakan paham tentang
pasien apa saja penyakit
yang diketahui thalasemia
tentang O:
penyakit - Pasien dan
thalasemia keluarga
b. Menghindari terlihat
memberikan mengangguk
harapan kosong A : Masalah teratasi
- Tetap sebagian
memberikan P : Anjurkan pasien
semangat dalam
untuk lebih banyak
menjalani
pengobatan dan minum
tidak
memberikan
harapan untuk
sembuh total
c. Memberikan
informasi pada
pasien mengenai
kondisi
- Beritahu pasien
dan keluarga
bahwa pasien
akan ditransfusi
3 kantong darah
d. Menjelaskan
mengenai proses
penyakit
thalasemia
- Definisi
thalasemia
- Etiologi
thalasemia
- Tanda dan
gejala
thalasemia
- Klasifikasi
thalasemia
- Komplikasi
thalasemia

e. Mengedukasi
pasien mengenai
tindakan untuk
mengkontrol
/meminimalkan
gejala
- Anjurkan
pasien untuk
lebih banyak
minum air putih
f. Mengkolaborasika
n dengan ahli gizi
dalam pemberian
nutrisi

Anda mungkin juga menyukai