Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(LENSA TIPIS)

(PERCOBAAN-OP 1)

Nama : Fahra Khairani

NIM : 205090101111024

Fak/Jurusan : FMIPA/BIOLOGI

Kelompok :4

Tgl.Praktikum : 26 Oktober 2020

Nama Asisten : Dinar Insiana Miranti Putri

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(LENSA TIPIS)

Nama : Fahra Khairani

NIM : 205090101111024

Fak/Jurusan : FMIPA/BIOLOGI

Kelompok :4

Tgl. Praktikum : 26 oktober 2020

Nama Asisten : Dinar Insiana Miranti Putri

Catatan :

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

Paraf Paraf Nilai


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan percobaan ini adalah diharapkan dapat dijelaskannya dasar-dasar sistem lensa,
dijelaskan jalannya sinar dan dibentuknya bayangan oleh lensa tipis, dan ditentukannya jarak
titik fokus lensa tipis oleh praktikan.

1.2 Dasar Teori


Lensa adalah sebuah objek atau benda yang terbuat dari jenis kaca tembus cahaya dengan
dua permukaan lengkung, bentuk lensa beragam dan berbeda pada setiap jenisnya. Lensa
terbagi menjadi dua yaitu lensa konvergen atau lensa cembung dan divergen atau lensa cekung.
Lensa divergen bersifat disebarkannya cahaya dan lensa konvergen bersifat dikumpulkannya
cahaya. Bentuk yang dimiliki lensa divergen lebih tipis dibagian tengahnya daripada dibagian
pinggirnya. Bentuk yang dimiliki lensa konvergen lebih tebal di bagian tengahnya
dibandingkan dibagian pinggirnya, terdapat enam macam bentuk lensa tipis (Avison,2014).
1. Bi convex, dimana pada lensa ini gabungan lensa cembung ganda
2. Plano convex, dimana pada lensa ini gabungan dari lensa datar dan lensa cembung
3. Konkaf-convex, dimana pada lensa ini gabungan dari lensa cembung dan lensa cekung
4. Bikokaf, dimana pada lensa ini digunakan lensa cekung ganda
5. Plan-konkaf, dimana pada lensa ini digunakan lensa datar dan lensa cekung
6. Konveks-konkaf, dimana pada lensa ini gabungan dari lensa cembung dan lensa cekung

Gambar.1 : Bentuk Lensa (Avison,2014).


Fokus utama sebuah lensa tipis dengan jenis bi konveks dan bi konkaf adalah titik F yaitu
sebagai titik api. Dalam sebuah lensa yang dikenai sinar dimiliki dua titik fokus(titik api). Saat
lensa dikenai cahaya maka sinar-sinar akan sejajar terhadap sumbu pusat dan akan diarahkan
menuju suatu titik fokus. Sifat dari fokus lensa divergen adalah maya, dan sifat fokus dari lensa
konvergen adalah nyata. (Bueche J, 2006).

Gambar 2 : Sifat Fokus Lensa saat Terkena Sinar (Bueche J, 2006).

Suatu lensa yang dikenai sinar, maka sinar tersebut akan dibengkokan atau dibiaskan oleh
permukaan batas lensa. Terdapat tiga sinar yang dapat dengan mudah digunakan serta tanpa
perlu dilakukannya perhitungan. Tiga sinar ini sering disebut sebagai tiga sinar istimewa
sebuah lensa. Masing-masing lensa baik cekung dan cembung terdapat tiga sinar istimewa
(Bueche J, 2006).

Gambar 3 : Tiga Sinar Istimewa Lensa (Avison,2014).


Rumus perhitungan lensa tipis, perhitungan pada lensa tipis digunakan sebagaimana jarak
objek (o) ditambah jarak bayangan (i) berhubungan dengan panjang fokus (f) dari lensa.

Dapat diketahui juga rumus perbesaran lensa tipis, yaitu dengan diketahuinya jarak objek (o)
dan jarak bayangan objek (i) dan jarak fokus (f), maka dapat ditentukan perbesaran sebuah
lensa tipis dengan rumus (P.U.P.A. Gilbert, 2012).
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum lensa tipis adalah bangku optik, objek, lensa
negatif, lensa positif, layar, mistar dan sumber cahaya
2.2 Tata Laksana Percobaan
2.2.1 Percobaan dengan Lensa Positif

Dipasangnya objek ke bangku optik yang telah disediakan


dengan jarak tertentu dari layar

Kemudian dipasangnya lensa positif

Diatur jarak lensa, kemudian digeser-geser hingga


didapatkan bayangan

Bayangan yang terbentuk diukur tingginya dengan mistar

Lalu dicatat tinggi bayangan sebagai data percobaan


2.2.2 Percobaan Lensa Positif dengan Cara Bessel

Dicatat titik fokus pertama tinggi bayangan dan jarak dari


objek ke lensa

Kemudian digeser lagi lensa positif hingga diperoleh


bayangan yang jelas kedua (posisi benda tetap sama)

Lalu diukur kembali jarak antara objek dengan lensa sebagai


posisi lensa kedua

Dicatat tinggi bayangan yang terbentuk dengan mistar.

2.2.3 Percobaan dengan Lensa Negatif

Dibutuhkan lensa positif dalam percobaan lensa negatif

Dipasang lensa positif dan di geser-geserkan sehingga


didapat bayangan yang jelas

Diletakkan lensa negatif diantara layar dan lensa positif


Dicari bayangan dengan digeser-geserkan lensa negatif,
hingga didapat bayangan yang jelas

Dihitung jarak antara lensa negatif dengan objek sebagai (s)

Dihitung jarak antara lensa negatif dengan layar sebagai (s’)

Diukur bayangan yang terbentuk dari lensa negatif dengan


mistar

Dicatat tinggi bayangan yang terbentuk dengan mistar.

2.2.3 Percobaan dengan Lensa Gabungan

Digunakan dua buah lensa positif

Diukur jarak lensa satu dengan objek sebagai (s1) dan jarak
lensa dua dengan objek sebagai (s2)
Digeser-geser kedua lensa positif secara bersamaan dengan
posisi jarak kedua lensa harus tetap sama

Lalu didapatkan bayangan pada layar dan diukur dengan


digunakan mistar

Diukur jarak lensa 1 dengan layar sebagai (s1’), diukur jarak


lensa 2 dengan layar sebagai (s2’)

Dicatat hasil yang diperoleh sebagai data percobaan.


BAB III
ANALISA HASIL

3.1 Data Hasil Percobaan


a. Lensa positif ( Gauss )
No L (cm) S (cm) 𝑠 ′ (cm) h (cm) ℎ′ (cm)
1 78.5 20.5 58 1 2.7
2 68.5 23 45.5 1 2
3 59.5 25 34.5 1 1.2

b. Lensa positif (Bessel)


No L(cm) 𝑒1 (cm) 𝑒2 (cm) ℎ(cm) ℎ1′ (cm) ℎ2′ (cm)
1 78.5 20.5 59 1 2.7 0.4
2 68.5 23 46 1 2 0.9
3 59.5 25 25 1 1.2 1.1

c. Lensa Negatif
No L (cm) S (cm) 𝑠 ′ (cm) h (cm) ℎ′ (cm)
1 79.5 4 75.5 1 2.2
2 65.5 4.5 61 1 1.8
3 65 6 59 1 1.2

d. Lensa Gabungan
No L (cm) d(cm) S1 (cm) S2 (cm) S1′ (cm) S2′ (cm) h (cm) ℎ′ (cm)
1 32.5 12 6 18 26.5 14.5 1 3
2 38.5 12 5.5 17.5 33 21 1 4
3 44.5 12 4.5 16.5 40 28 1 4.8
3.2 Perhitungan
3.2.1 Lensa Positif (Gauss)
No f(cm) 2 M
|𝑓 − 𝑓 |̅ (𝑐𝑚2 )
1 15.14 cm 4.2 𝑐𝑚2 2.7 x

2 15.27 cm 8.2 𝑐𝑚2 2x

3 14.5 cm 14.8 𝑐𝑚2 1.2x

𝑥̅ 15 cm 9.067 𝑐𝑚2 1.97 x

1 1 1
= +
𝑓 𝑆 𝑆′
S x S′ 20.5 x 58
𝑓1 = ′
= = 15.14 cm
S+ S 20.5 + 58
𝑓2 = 15.27 cm
𝑓3 = 14.5 cm
𝑓 ̅ = 15 𝑐𝑚

𝛴[ 𝑓 − 𝑓 ̅ ]𝟐
𝛿𝑓 = √
𝑛−1

(|15.14 − 15|)2 + ( |15.27 − 15|)2 + (|14.5 − 15|)2


= √
2

(|0.14|)2 + ( |0.27|)2 + (|0.5|)2


= √
2

(0.019) + ( 0.073) + (0.25)


= √
2

0.34
= √ = 0.4 𝑐𝑚
2

𝛿𝑓 0.4
𝐾𝑟 𝑓 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 2.7 %
𝑓̅ 15

𝑓 = (𝑓 ̅ ± 𝛿𝑓)

𝑓 = (15 ± 0.4)𝑐𝑚
ℎ′
𝑀= | |

2.7
𝑀1 = | | = 2.8 x
1
2
𝑀2 = | | = 2 x
1
1.2
𝑀1 = | | 1.2 x
1
3.2.2 Lensa Positif (Bessel)
No e(cm) f (cm) 2 M1 M2
|𝑓 − 𝑓|̅ (𝑐𝑚2 )
1 38.5cm 14.9cm 3 𝑐𝑚2 2.7 x 0.4x
2 23cm 15.19cm 5.8𝑐𝑚2 2x 0.9x
3 0cm 14.87cm 3.8 𝑐𝑚2 1.2x 1.1x
𝑥̅ 20.5cm 15 cm 4.2 𝑐𝑚2 1.97 x 0.8 x
𝑒 = |𝑒2 − 𝑒1 |
𝑒1 = |59 − 20.5|
= 38.5 cm
𝑒2 = 23 cm
𝑒3 = 0 cm
𝑒̅ = 20.5 𝑐𝑚
𝑓 = 𝐿2 − 𝑒 2
4𝐿
6162.25 − 1482.25
𝑓1 = = 14.9 cm
314
𝑓2 = 15.19 cm
𝑓3 = 14.87 cm
𝑓 ̅ = 15 cm

𝛴[ 𝑓 − 𝑓 ̅ ]𝟐
𝛿𝑓 = √
𝑛−1

(|14.9 − 15|)2 + ( |15.19 − 15|)2 + (|14.87 − 15|)2


= √
2
(|0.1|)2 + ( |0.19|)2 + (|013|)2
= √
2

(0.01) + (0.036 ) + (0.016)


= √
2

0.031
= √ = 0.17 𝑐𝑚
2

𝛿𝑓 0.17
𝐾𝑟 𝑓 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 1.14 %
𝑓̅ 15

𝑓 = (𝑓 ̅ ± 𝛿𝑓)

𝑓 = (15 ± 0.17)𝑐𝑚
ℎ′
𝑀1 = | |

2.7
𝑀1 = | | = 2.7 x
1
2
𝑀2 = | | = 2 x
1
1.2
𝑀3 = | | = 1.2 x
1
ℎ′
𝑀2 = | |

0.4
𝑀1 = | | = 0.4 x
1
0.9
𝑀2 = | | = 0.9 x
1
1.1
𝑀3 = | | = 1.1 x
1
3.2.3 Lensa Negatif
No f(cm) 2 M
|𝑓 − 𝑓 |̅ (𝑐𝑚2 )
1 3.8 cm 5.81(𝑐𝑚2 ) 2.2x
2 4.2 cm 2.61(𝑐𝑚2 ) 1.8x
3 5.4 cm 8.91(𝑐𝑚2 ) 1,2x
𝑥̅ 4.5 cm 5.77(𝑐𝑚2 ) 1.74 x

1 1 1
= +
𝑓 𝑆 𝑆′
S x S′ 4 x 75.5
𝑓1 = ′
= = 3.8 cm
S+ S 4 + 75.5
𝑓2 = 4.2 cm
𝑓3 = 5.4 cm
𝑓 ̅ = 4.5 𝑐𝑚

𝛴[ 𝑓 − 𝑓 ̅ ]𝟐
𝛿𝑓 = √
𝑛−1

(|3.8 − 4.5|)2 + ( |4.2 − 4.5|)2 + (|5.4 − 4.5|)2


= √
2

(|0.7|)2 + ( |0.3|)2 + (|0.9|)2


= √
2

(0.49) + ( 0.09) + (0.81)


= √
2

1.39
= √ = 0.86 𝑐𝑚
2

𝛿𝑓 0.86
𝐾𝑟 𝑓 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 19 %
𝑓̅ 4.5

𝑓 = (𝑓 ̅ ± 𝛿𝑓)

𝑓 = (4.5 ± 0.86)𝑐𝑚
ℎ′
𝑀= | |

2.2
𝑀1 = | | = 2.2 x
1
1.8
𝑀2 = | | = 1.8 x
1
1.2
𝑀1 = | | = 1.2 x
1

3.2.4 Lensa Gabungan


2
No f1 (cm) f2 (cm) f (cm) |𝑓 − 𝑓 |̅ (𝑐𝑚2 ) M
1 4.9 cm 8 cm -21.8 143.87 cm2 3x
2 4.7 cm 9.6 cm -4.9 23.8 cm2 4x
3 4 cm 10.4 cm -2.7 50.64 cm2 4.8x
𝑥̅ 4.5 cm 9.3 cm -9.8 72.77 cm2 3.9x

(f1)
1 1 1
= +
𝑓 𝑆 𝑆′
S x S′ 6 x 26.5
𝑓1 = ′
= = 4.9 cm
S+ S 6 + 26.5
𝑓2 = 4.7 cm
𝑓3 = 4 cm
𝑓 ̅ = 4.5 𝑐𝑚
(f2)

S x S′ 18 x 14.5
𝑓1 = = = 8 cm
S + S′ 18 + 14.5
𝑓2 = 9.6 cm
𝑓3 = 10.4 cm
𝑓 ̅ = 9.3 𝑐𝑚
𝑓1 (𝑑 − 𝑓2 )
𝑓𝑔𝑑 =
𝑑 − (𝑓1 + 𝑓2 )

4.9 (12 − 8)
𝑓1 = = (−)21.8 cm
12 − (4.9 + 8)
4.7 (12 − 9.6)
𝑓2 = = (−) 4.9 cm
12 − (4.7 + 9.6)
4 (12 − 10.4)
𝑓3 = = (−) 2.7 cm
12 − (4 + 10.4)

𝑓 ̅ = (−)9.8 𝑐𝑚

ℎ′
𝑀= | |

3
𝑀1 = | | = 3 x
1
4
𝑀2 = | | = 4 x
1
4.8
𝑀1 = | | = 4.8 x
1

𝛴[ 𝑓 − 𝑓 ̅ ]𝟐
𝛿𝑓 = √
𝑛−1

(|21.8 − 9.8|)2 + ( | 4.9 − 9.8 |)2 + (|2.7 − 9.8 |)2


= √
2

(144) + (24.01 ) + (50.41)


= √
2

218.42
= √ = 10.45 𝑐𝑚
2

𝛿𝑓 10.45
𝐾𝑟 𝑓 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 1.06 %
𝑓̅ 9.8

𝑓 = (𝑓 ̅ ± 𝛿𝑓)

𝑓 = (9.8 ± 10.45 )𝑐𝑚


3.3 Pembahasan
3.3.1 Analisa Prosedur

3.3.1.1 Fungsi Alat

Dalam sebuah pengukuran Lensa tipis dibutuhkan alat dan bahan


diantaranya adalah bangku optik digunakan untuk diletakannya objek lensa dan
layar, objek digunakan untuk media dibentuknya bayangan agar bisa diukurnya
data percobaan, lensa positif digunakan untuk dikumpulkannya sumber cahaya
agar bayangan dapat terbentuk dengan jelas serta sebagai bantuan percobaan pada
lensa negatif, lensa negatif digunakan untuk diteruskannya cahaya yang dilewati
objek ke layar dengan bantuan lensa positif agar terbentuk bayangan. layar
digunakan sebagai media terbentuknya bayangan agar bayangan terlihat jelas dan
dapat diukur, mistar digunakan untuk diukurnya tinggi bayangan yang dihasilkan
dan sumber cahaya digunakan sebagai sumber pencahayaan dari lensa positif dan
negatif

3.3.1.2 Fungsi Perlakuan

Dalam dilakukannya percobaan lensa tipis terlebih dahulu disiapkan alat dan
bahan yang dibutuhkan, kemudian langkah dalam lensa positif (gauss) adalah
diletakkan lensa positif ke dalam bangku optik dengan urutan sumber cahaya
objek, lalu lensa positif, kemudian diletakan lensa pada jarak tertentu agar dapat
dihitung S dan 𝑆 ′ nya kemudian digeser-geserkan lensa positif agar terbentuk
bayangan yang jelas pada layar, setelah didapat bayangan maka diukur dengan
mistar supaya diketahui tinggi bayangan yang dihasilkan dan dicatat sebagai data
percobaan. Pada lensa positif (Bessel), lensa positif kemudian digeser hingga
didekatinya layar agar didapat bayangan yang sesuai, lalu jarak antara objek
dengan lensa diukur agar diketahui nilai posisi lensa kedua. Pada percobaan lensa
negatif dibutuhkan lensa positif agar cahaya tidak tersebar, dengan cara dicari
titik fokus lensa positif agar didapatkan bayangan. Kemudian dipasang lensa
negatif diantara layar dan lensa positif. Digeser-geserkan lensa negatif agar
didapat bayangan pada layar, diukur bayangan dengan mistar agar diketahui
tinggi bayangan yang terbentuk dan diukur pula jarak antar lensa dengan mistar.
Pada percobaan lensa gabungan digunakan dua buah lensa cembung ganda, yang
diletakan dengan jarak yang sama antara kedua lensa, kemudian digeser-
geserkan kedua lensa agar didapat hasil bayangan pada layar, setelah didapati
bayangan maka diukur dengan mistar agar diketahui tinggi bayangan yang
terbentuk, diukur juga jarak antara lensa 1 dan 2 terhadap layar agar diketahui
nilai S dan 𝑆 ′

3.3.1.3 Analisa Hasil

Lensa positif (gauss), semakin besar jarak benda maka akan semakin kecil
jarak bayangan yang dihasilkan, dan semakin kecil jarak bayangan yang
dihasilkan maka hasil dari titik fokus dan perbesaran yang dihasilkan juga
semakin kecil. Bayangan yang terbentuk adalah Nyata, terbalik, diperbesar

Lensa Positif (Bessel), dapat diketahui dari data yang telah diperoleh dimana
semakin kecil nilai e maka jarak e2 yang dihasilkan semakin besar. Sehingga
antara e dan e2 berbanding terbalik. Perbesaran yang diperoleh juga berbanding
terbalik dengan nilai e, kemudian titik fokus yang terbentuk dari masing-masing
berbanding lurus dengan nilai jarak benda dan jarak bayangan. Bayangan yang
terbentuk adalah Nyata, terbalik, dan diperkecil.

Lensa Negatif,

Dapat diketahui dari data yang telah diperoleh. Semakin kecil nilai S maka S’
dan nilai perbesaran semakin besar, sehingga berbanding terbalik. Hasil titik
fokus berbanding lurus dengan nilai S. bayangan yang terbentuk adalah Nyata,
terbalik dan diperbesar.ini tidak sesuai dengan teori lensa tipis. Dimana
seharusnya dihasilkan bayangan bersifat maya, tegak dan diperbesar atau
diperkecil.

Lensa Gabungan, dapat diketahui dari data yang telah diperoleh nilai S dan S’
mempunyai sifat berbanding terbalik. Titik fokus yang dihasilkan adalah negatif.
Jika lensa gabungan digunakan lensa cembung, maka data yang seharusnya
diperoleh adalah positif. Sehingga pada percobaan lensa gabungan tidak sesuai
dengan hasil dari teori lensa tipis.
Gambar 5: Pembagian Ruang Lensa Cembung (Berbagiinfo,2013).

Jumlah ruang benda dan ruang bayangan sama dengan 5 (lima).


Jika nomor ruang bayangan lebih besar dari ruang benda, bayangan akan
diperbesar. Jika nomor ruang bayangan lebih kecil daripada ruang benda,
bayangan akan diperkecil. Jika bayangan berada di belakang lensa, sifatnya
nyata dan terbalik.Jika bayangan berada di depan lensa, sifatnya maya
dan sama tegak.

Gambar 6 : Pembagian Ruang Lensa Cekung (Dosenpend,2020).

Jumlah ruang benda dan bayangan sama dengan 5 (lima). Jika nomor ruang
bayangan lebih besar dari ruang benda, bayangan akan diperbesar. Jika nomor
ruang bayangan lebih kecil dari ruang benda, bayangan akan diperkecil. Jika
bayangan berada dibelakang lensa, sifatnya nyata dan terbalik. Jika bayangan
berada didepan lensa, sifatnya maya dan sama tegak.

Sifat-sifat cahaya Cahaya merambat lurus, pada sifat ini pembuktian sifat
cahaya dapat dibuktikan didasarkan benda untuk diteruskannya cahaya. Benda
yang tidak dapat ditembus tidak bisa diteruskan cahaya yang dikenainya Cahaya
menembus bening, pada sifat ini cahaya akan menembus benda-benda bening.
Jika cahaya dikenai benda yang gelap, tidak akan menembus tapi terbentuknya
bayangan. Cahaya dapat dipantulkan, Ketika benda terkena cahaya, cahaya yang
dikenai benda akan dipantulkan. Jenis pemantulan terbagi menjadi dua, yaitu
pemantulan baur (pemantulan difus) dan pemantulan teratur.cahaya dapat
diuraikan seperti Penguraian cahaya putih menjadi berbagai cahaya berwarna
disebut penguraian cahaya atau dispersi.

Aplikasi lensa tipis dalam kehidupan adalah kamera, dalam kamera


digunakan lensa cembung untuk membentuk bayangan nyata pada film. Lup atau
kaca pembesar digunakan lensa cembung untuk memperbesar sebuah objek.
Mikroskop digunakan dua lensa cembung yaitu lensa okuler dan objektif dalam
memperbesar objek yang sangat kecil, lensa cekung digunakan dalam pembuatan
kacamata rabun jauh, dan lensa cembung digunakan dalam pembuatan rabun
dekat.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan

Lensa merupakan sebuah benda yang digunakan untuk meneruskan cahaya. Terdapat dua
jenis lensa yaitu lensa konvergen dan divergen. Bayangan yang dihasilkan lensa cembung dari
praktikum adalah Nyata, terbalik, dan diperbesar. Bayangan yang dihasilkan lensa cekung
kurang sesuai dengan teori dimana seharusnya lensa cekung bersifat Maya, tegak, dan
diperbesar atau diperkecil, hasil dari lensa Gabungan benilai negatif yang berarti titik fokus
yang terbentuk adalah Maya, tegak, dan diperbesar.

4.2 Saran
Dalam kegiatan praktikum ini dibutuhkan ruangan yang minim cahaya sehingga
dimudahkannya pengukuran bayangan yang dihasilkan sehingga meminimalisir terjadinya
kesalahan data
DAFTAR PUSTAKA

Avison, J. (2014). The World Of Physics. UK: Thomas Nelson And Sons Lid.

Frederick J, B. E. (2006). Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga.


P.U.P.A. Gilbert, W. H. (2012). Physics In The Arts. Amsterdam: Academic Press.
LAMPIRAN

(Avison,2014).
(P.U.P.A. Gilbert, 2012).

(Bueche J, 2006).

Anda mungkin juga menyukai