Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASPEK GEOGRAFI EKONOMI TENTANG INDUSTRI GULA

Disusun:

Nur Reski (1815040021)

Nuraeni (1815040017)

Nurhidayah (1815041021)

Nurlaela A. Tikuliling (1815041005)

Wahyuni Riana (1815041027)

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021

i
Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala


limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan HinayahNya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami dengan judul “Aspek Geografi Ekonomi
Tentang Industri Gula” tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah Geografi Ekonomi. Selain itu, kami juga berharap agar
makalah ini dapat menjadi referensi dan dapat menambah wawasan bagi
pembacan.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dosen


pengampuh mata kuliah. Tugas yang diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan baru. kami juga mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 24 Februari 2021

Penyusun

ii
Daftar Isi

Halaman Sampul...................................................................................... i

Kata pengantar .......................................................................................ii

Daftar isi...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Potensi Gula.................................................................................3
B. Industri Gula................................................................................5
C. Keadaan Ekonomi........................................................................7

BAB III

Kesimpulan..................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gula merupakan komoditi pentik bagi masyarakat Indonesia
bahkan masyarakat dunia. Kebutuhan akan gula dari setiap Negara
tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok, tetapi juga karena
gula merupakan bahan pemanis utama yang digunakan sebagai
bahan baku pada industry makanan dan minuman. Kondisi
geografis Indonesia yang cukup berpotensi untuk menghasilkan
tanaman tebu menjadikan Indonesia sebagai Negara yang
berpotensi sebagai produsen gula trbesar di dunia.
Sejarah gula di Indonesia dimulai ketika belanda membuka
koloni pulau jawa. Banyak tuan-tuan tanah pada abad ke-17
membuka perkebunan monokultur yang pertama kalinya di Batavia.
Industry gula pada masa colonial belanda lebih berorientasi pada
ekspor, dimana bidang pemasarannya dikuasai oleh badan
pemerintah yang independen dalam upaya mengamankan
penerimaan pemerintah colonial belanda dan mengawasi jumlah
komsumsi dalam negeri untuk meningkatkan ekspor tersebut.
Gula menjadi salah satu komoditas strategis dalam
perekonomian Indonesia. Dengan luas area sekitar 350 ribu hektar
pada periode tahun 2000-2005, industry gula berbasis tebu menjadi
salah satu sumber pendapatan bagi setitar 900 ribu petani. Peran
penting lainnya juga dapat dilihat dari sisi ketahanan dan keamanan
pangan, penyerapan investasi, serta luasnya keterkaitan dalam
industry hilir, seperti industry makanan, industry minuman,
industry gula rafinasi, industry farmasi, kertas, MSG, particle
board, dan bio-energy. Hal yang menarik bagi dunia bisnis
Indonesia adalah berkaitan dengan permintaan gula dalam negeri

1
yang terus meningkat, baik untuk konsumsi rumah tangga maupun
sebagai bahan baku industry makanan, minuman, dan farmasi.
Konsumsi gula Kristal putih menempati urutan pertama, namun
permintaan terhadap gula rafinasi oleh sector industry saat ini juga
terus meningkat sebesar 1,20 juta ton per tahun. Hal ini membuka
peluang bisnis baru dibidang pergulaan, baik bisnis skala besar
maupun bisnis kecil.
Menyadari keadaan yang demikian dan besarnya potensi
bisnis dalam industry gula Indonesia, maka menghasilkan gula
yang dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan biaya
produksi yang efisien sehingga mampu bersaing di pasar
internasional adalah hal yang sangat penting di lakukan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dampak keberadaan pabrik gula terhadap kehidupan
ekonomi masyarakat Indonesia?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui dampak
keberadaan pabrik gula terhadap kehidupan ekonomi masyarakat
Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Potensi Gula

Investasi pembangunan industry gula berbasis tebu


memerlukan areal penanaman tebu yang cukup luas. Di Indonesia,
sesuai dengan karakteristik sumberdaya lahan dan persyaratan
tumbuh tebu yang spesifik, areal pertanian yang dapat di kelolah
untuk perkebunan tebu pada skala cukup luas dengan aksesbilitas
yang memadai menjadi sangat terbatas. Pilau jawa yang selama ini
dianggap sebagai habitous utama tebu, sudah sulit lagi melakukan
pengembangan areal dengan keperluan 46 pabrik gula yang ada.
Sementara di luar jawa, pengembangan komoditas tebu terhambat
minimnya informasi potensi sumber daya lahan, karakteristik
lingkungan maupun aksesbilitasnya. Meskipun demikian, selaras
dengan upaya pemerataan pembangunan nasional, pengembangan
industry gula baru lebih disarankan untukekspansi di luar Jawa,
khususnya Indonesia bagian timur (Mulyadi, 2009).

Potensi sumberdaya lahan di Indonesia bagian timur diduga


masih cukupbanyak. Di wilayah ini, untuk melacak informasi
keberadaan penggunaan dankesesuaian lahan pada umumnya
masih menggunakan peta dasar skala kecil (skalatinjau). Namun di
beberapa tempat, seperti di Pulau Sulawesi dan Papua,
pelacakanlahan potensial sudah dilakukan verifikasi sampai
tingkat skala semi detil. Pada tingkatsurvei semi detil,areal sesuai
dan siap dikembangkan untuk tebu sekitar 120 ribu ha,tersebar di
Kabupaten Merauke-Papua, Kabupaten Tinanggea-Sulawesi
Tenggara,Kabupaten Wajo-Sulawesi Selatan dan Kabupaten
Sambas-Kalimantan Selatan. Apabiladibandingkan dengan potensi
lahan secara keseluruhan, kawasan areal potensial yangsiap

3
dikembangkan untuk industri gula relatif kecil. Selain itu, potensi
lahan yangtersedia pada satu hamparan sangat luas sangat terbatas.
Namun demikian, sumberdaya lahan ini tentu memiliki
karakteristik fisik lingkungan yang memiliki dayatarik dan peluang
tersendiri untuk pengembangan industri gula baru.

Potensi lahan sesuai untuk tebu yang tersedia dengan


tingkat aksesibilitasrendah dan situasi pergulaan yang kurang
kondusif sering menjadi kendala utamadalam pengembangan
industri gula baru. Situasi ini sering menyebabkan para
investorkurang tertarik untuk mengembangkan industri gula baru.
Oleh karena itu, informasi secara lengkap dari kondisi fisik
lingkungan di areal lahan potensial menjadi pentinguntuk
memberikan gambaran peluang pengembangan. Selain itu dalam
rangkamempercepat realisasi pembangunan industri gula di
kawasan Indonesia bagian timurdiperlukan juga dukungan
pemerintah (pusat dan daerah) serta masukan teknologiyang
handal yang mampu menjamin efisiensi tinggi (Mulyadi, 2009).

Indonesia bagian timur selain memiliki areal potensial


untuk pengembangantebu, juga memiliki 4 pabrik gula, yaitu PG
Tolanghula di Gorontalo serta PG Takalar, PGCamming dan PG
Bone di Sulawesi Selatan yang hingga saat ini cukup
eksisberkontribusi terhadap pergulaan nasional. Industri gula di
wilayah ini dalamperjalanannya terus mengalami dinamika, baik
berdasarkan catatan produktivitas gulamaupun luas penggunaan
lahannya. Keempat PG yang terdapat di kawasan ini
sesungguhnya dapat menjadi contoh keberhasilan industri gula di
masing-masing wilayah dalam mendorong pembangunan
perekonomian yang turut membantu mensejahterakan masyarakat
di sekitarnya.

4
Kebutuhan gula tertinggi terkosentarasi di Sulawesi, diikuti
oleh Kalimantan dan Bali-Nusatenggara. Papua dengan jumlah
penduduk yang relatif lebih sedikit, konsumsigulanya hanya
mencapai 6 % dari kebutuhan konsumsi gula wilayah timur.
Meskipundemikian, dapat diperkirakan bahwa harga gula di
Papua dan lokasi lainnya di Indonesiabagian timur yang relatif
lebih jauh dari wilayah asal produksi gula, relatif lebih
mahaldibanding dengan lokasi lainnya yang lebih dekat kesentra
produksi.Kebutuhan gula Indonesia bagian timur utamanya
dicukupi oleh PG Tolanghula-Gorontalo dan PG-PG di Sulawesi
Selatan. Pada 2 tahun terakhir, produksi gula diwilayah ini rata-
rata 58.393 ton/tahun, dimana sekitar 67% dihasilkan PG
Tolanghuladan 33% dari PG-PG di Sulawesi Selatan. Produksi
gula di Indinesia bagian timurkhususnya PG-PG di Sulawesi
Selatan 5 tahun terakhir cenderung mengalami penurunanyang
selaras dengan kencenderungan penurunan areal dan produktivitas
(Mulyadi, 2009).

B. Industri Gula

Industri merupakan suatu kegiatan yang meningkatkan


kesejahteraan masyarakat, yaitumencapai kualitas kehidupan yang
lebih baiksehingga pembangunan industri tidak hanyamencapai
kegiatan mandiri saja, tetapi mempunyai tujuan pokok untuk
meningkatkankesejahteraaan masyarakat di sekitarnya (Oktarinda,
2007). Menurut Undang Undang No. 5 Tahun 1984 tentang
Perindustrian memberikan pengertian industri sebagai berikut:
“Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi
barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya,
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri”.

5
Dari uraian di atas industri dapat dikatakan sebagai
sektorpemimpin (leading sector), yaitu dengan adanya
pembangunan industri maka akan memacu danmengangkat
pembangunan sektor-sektor lainnya seperti sektor perdagangan,
pertanian ataupunsektor jasa. Dengan berkembangnya sektor-sektor
lanjutan dari sektor industri tersebut, makaakan mendukung laju
pertumbuhan industri. Dengan demikian maka akan
menyebabkanmeluasnya peluang kerja yang pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan dan permintaanmasyarakat (daya beli).
Selain itu pembangunan industri juga dapat untuk meningkatkan
kualitassumber daya manusia dengan kemampuannya
memanfaatkan sumberdaya secara optimal.

Tujuan pembangunan industri yang termaktub dalam


Undang – Undang No. 5 Tahun 1984sebagai berikut:

1. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara


adil dan merata dengan memanfaatkan dana, sumber daya alam,
dan/atau hasil budidaya serta dengan memperhatikan
keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup;
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap,
mengubah struktur perekonomian ke arah yang lebih baik,
maju, sehat, dan lebih seimbang sebagai upaya untuk
mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi
pertumbuhan ekonomi pada umumnya, serta memberikan nilai
tambah bagi pertumbuhan industri pada khususnya;
3. Meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong
terciptanya teknologi yang tepat guna dan menumbuhkan
kepercayaan terhadap kemampuan dunia usaha nasional;
4. Meningkatkan keikutsertaan masyarakat dan kemampuan
golongan ekonomi lemah, termasuk pengrajin agar berperan
secara aktif dalam pembangunan industri;

6
5. Memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha, serta meningkatkan peranan koperasi
industri;
6. Meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor
hasil produksi nasional yang bermutu, disamping penghematan
devisa melalui pengutamaan pemakaian hasil produksi dalam
negeri, guna mengurangi ketergantungan kepada luar negeri;
7. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan industri yang
menunjang pembangunan daerah dalam rangka pewujudan
Wawasan Nusantara;
8. Menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang dinamis
dalamrangka memperkokoh ketahanan nasional.
C. Keadaan ekonomi
Usaha pertanian di Indonesia merupakan sektor yang
dijadikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat perdesaan serta
menjadi sumber utama pendapatan penduduk desa. Pertanian di
Indonesia mencakup berbagai jenis komoditi seperti karet, kopi,
tembakau, cengkeh dan tebu. Jenis-jenis komoditi tersebut
memberikan kontribusi yang banyak bagi erekonomian Indonesia
khususnya perekonomian masyarakat di desa. Salah satu komoditas
pertanian yang potensial utuk pengembangan adalah tebu. Tanaman
tebu merupakan tanaman untuk bahan baku gula. Tanaman jenis
rumput-rumputan ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis.
Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang
lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau
Jawa dan Sumatera. Tanaman ini banyak ditemui di daerah
pedesaan yang mayoritas penduduknya adalah petani, perawatan
tanaman tebu ini tergolong mudah dan tidak terlalu rumit sehingga
banyak masyarakat yang menanam jenis tumbuhan ini. Hasil dari
pertanian ini pada umumnya di gunakan untuk bahan baku dasar
dari pembutan gula baik gula pasir maupun gula merah. Gula

7
adalah salah satu dari sembilan bahan pokok yang sangat penting di
masyarakat untuk menambah rasa manis di makanan maupun
minuman. Dalam sistem pergulaan nasional gula dibagi menjadi
dua kriteria yaitu untuk konsumsi langsung dengan kualitas gula
kristal putih dan kebutuhan tidak langsung untuk industri makanan,
minuman dan farmasi dengan kualitas gula kristal rafinasi. Selain
penambah rasa manis guka memiliki manfaat lainya seperti
pengawet makanan juga sebagai salah satu pemebentuk trekstur
makanan. Gula sendiri merupakan komoditi penting bagi
masyarakat indonesia bahkan bagi masyarakat dunia. Kebutuhan
akan gula ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok saja,
tetapi juga karena gula merupakan bahan pemanis utama yang
digunakan sebagai bahan baku pada industri makanan dan
minuman. Kondisi geografis Indonesia yang berpotensi untuk
menghasilkan tanaman tebu menjadikan Indonesia bepotensi
sebagai produsen gula terbesar di dunia. Permintaan gula sendiri di
indonesia terus meningkat hal ini dijelaskan oleh pemerintah
melalui kementrian perindustrian Airlangga Hartato, saat ini terjadi
kesenjangan anatara permintaan dan penawaran berdasarkan data
produksi dan konsumsi gula nasional, kekurangan tersebut terpaksa
dipenuhi melalui impor. Terutama permintaan gua kristal mentah
untuk memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman.
Produksi gula berbasis tebu pada 2018 sebesar 2.17 juta ton.
Sementara kebutuhan gula nasional mencapai 6.6 juta ton.
Pemerintah sendiri telah berupaya untuk menekan volume impor
gula, untuk menekan volume impor pemerintah mendorong
investasi industri gula. Dalam upaya peningkatan produksi gula
pemerintah tidak hanya bergantung pada peran pabrik gula
melainkan juga peran dari sisi petani tebu. Berdasarkan peraturan
presiden Nomor 44 Tahun 2016 tenatang daftar negatif investasi,
setiap pemabngunan pabrik gula wajib terintegrasi dengan

8
perkebunan tebu. Petani tebu menyakini bisa memberikan
kontribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan gula nasional karena
hasil tebu yang berkualitas akan menghasilkan kualitas gula yang
tinggi. Keterkaitan anatara pabrik gula dan petani tidak hanya
sebagai peneyedia bahan baku dan pengolah, melainkan hubungan
kemitraan yang harus saling mendukung dan menguntungkan,
petani membutuhkan tempat untuk menggiling hasil taninya dan
tamabahan modal untuk berusaha tani. Sedangkan pabrik gula pun
tentu butuh bahan baku tebu dari masyarakat baik secara kualitas
dan kuantitas untuk proses produksi gula. Dalam proses produksi
gula tebu selain menggunakan teknologi mesin, memproduksi gula
tebu juga menggunakan tenaga kerja dalam proses produksinya
seperti, pembajakan lahan yang akan digunakan dalam penanaman
tebu sebagi bahan baku pokok gula, penananman tebu, perawatan
tanaman tebu, hingga proses pemanenan tebu sampai pengangkutan
tebu dari lahan pertanian ke pabrik penggilingan tebu dan tentu saja
proses penggilingan tebu di pabrik. Dengan demikian pabrik gula
sangat banyak menggunakan tenaga kerja dalam proses
produksinya, sehingga peneyerapan tenaga kerja akan berdampak
pada masyarakat sekitar pabrik maupun daerah-daerah yang lainya.
Jika pabrik gula menyerap tenaga kerja yang ada di sekitarnya
maka akan mengurangi jumlah pengangguran yang ada disekitar
pabrik, dengan diserpanya tenaga kerja maka setiap pekerja pabrik
akan mendapatkan upah yang menjadi pendapatan mereka.
Sehingga keadaan ekonomi masyarakat akan membaik atau
meningkat di bandingkan sebelum adanya pabrik gula. Maka
kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitarnya juga akan meningkat
dengan adanya keberadaan pabrik gula di daerah tersebut. Salah
satu pabrik gula tebu yang terletak di desa Jemekan Kecamatan
Ringinrejo Kabupaten Kediri atau tepatnya berada di Dusun
Selorejo merupakan pabrik yang memproduksi gula merah yang

9
digunakan untuk kebutuhan pokok dan juga untuk industri makanan
dan minuman. Dalam proses produksinya tidak hanya
memaksimalkan laba saja tetapi juga berperan di bidang sosial
kepada masyarakat sekitar pabrik. Dalam proses produksinya
pabrik ini mempunyai banyak karyawan yang bekerja di berbagai
bidang dan juga terdapat berbagi mitra usaha dalam 8 proses
operasionalnya mulai dari petani tebu dan tentu saja para pedagang
gula. Denagn adanya potensi ini tentu saja akan memberikan
pengaruh terhadap kehidupan masyarakat disekitar pabrik.
Kehadiran pabrik gula tebu di Desa Jemekan cepat atau lambat
akan membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat,
perubahan ini meliputi berbagai aspek seperti sosial, budaya, dan
tentu saja aspek ekonomi. Desa jemekan merupakan salah satu desa
yang terletak di Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri Provinsi
Jawa Timur, Desa Jemekan terbagi atas lima dusun, yaitu dusun
Jemekan Barat, Jemekan Timur, Dedehan, Nglungur, dan Selorejo.
Desa ini merupakan desa paling selatan di kabupaten kediri yang
berbatasan langsung dengan Kabupaten Blitar. Masyarakat Desa
Jemekan rata-rata mata pencahariaanya adalah sebagai petani dan
buruh tani. Kebanyakan lahan pertanian di desa ini digunakan untuk
tanaman tebu, banyak masyarakat yang bekerja sebagai petani tebu
maka dari itu desa ini mempunyai potensi besar dalam hal pertanian
khusunya petani tebu, potensi ini bisa dikembangkan lagi dengan
keberadaan pabrik gula tebu di Desa Jemekan. Pada perkembangan
sebelum dan sesudah berdirinya pabrik gula tebu yang berada di
Desa Jemekan tentu saja memberikan dampak positif terhadap
kondisi ekonomi masyarakat sekitar berdiri pabrik gula tersebut.
Perubahan keadaan masyarakat Desa Jemekan di sekitar berdirinya
pabrik bisa dilihat dari munculnya berbagai warung-warung yang
berdiri di sekitar pabrik tebu, kebanyakan merupakan warung yang
menjual makanan dan minuman, banyak 9 pekerja yang datang

10
pada waktu jam istirahat kerja hal ini menandakan berjalanya roda
perekonomian masyarakat yang berada disekitar pabrik gula tebu
kondisi tersebut bisa menambah pendapatan bagi masyarakat
sekitar pabrik dan menambah kesejahteraan hidupnya. Perubahan
lain yang terjadi adalah perubahan mata pencahariaan masyarakat
yang semula bekerja sebagai buruh tani sekarang sudah banyak
yang bekerja di pabrik gula tersebut dikarenakan tenaga kerja yang
diutamakan merupakan masyarakat sekitar pabrik hal ini bisa
membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar pabrik gula
dan memperrmudah dalam mencari pekerjaan bagi masyarakat
Desa Jemekan yang baru lulus sekolah. Dengan berdirinya pabrik
gula yang terletak di Desa Jemekan Kecamatan Ringinrejo
Kabupaten kediri ini memberikan dampak yang positif terhadap
kehidupan masyarakat. Melalui pabrik gula ini juga membantu
pemerintah untuk mencukupi kebutuhan gula dan kemudian
membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat dengan bekerja di
pabrik gula tersebut akan tercapai kesejahteraan masyarakat sekitar
pabrik.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gula merupakan komoditi pentik bagi masyarakat Indonesia
bahkan masyarakat dunia. Kebutuhan akan gula dari setiap
Negara tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok, tetapi
juga karena gula merupakan bahan pemanis utama yang
digunakan sebagai bahan baku pada industry makanan dan
minuman. Kondisi geografis Indonesia yang cukup berpotensi
untuk menghasilkan tanaman tebu menjadikan Indonesia
sebagai Negara yang berpotensi sebagai produsen gula trbesar
di dunia.
Tanaman tebu merupakan tanaman untuk bahan baku gula.
Tanaman jenis rumput-rumputan ini hanya dapat tumbuh di
daerah beriklim tropis. Umur tanaman sejak ditanam sampai
bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Gula sendiri
merupakan komoditi penting bagi masyarakat indonesia bahkan
bagi masyarakat dunia. Kebutuhan akan gula ini tidak hanya
untuk memenuhi kebutuhan pokok saja, tetapi juga karena gula
merupakan bahan pemanis utama yang digunakan sebagai
bahan baku pada industri makanan dan minuman. Kondisi
geografis Indonesia yang berpotensi untuk menghasilkan
tanaman tebu menjadikan Indonesia bepotensi sebagai produsen
gula terbesar di dunia.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Perkebunan. 1975. Beberapa Permasalahan Produksi


dan Rencana Tebu Rakyat Intensifikasi. Yogyakarta:
Tanpa Penerbit.
Husein Sawit, dkk, 1999, Ekonomi Gula di Indonesia, Jakarta:
Percetakan IPB
Irham Fahmi, 2009, Studi Kelayakan Bisnis Teori dan Aplikasi,
Alfabeta, Bandung.

Mulyadi, Mohamad., Toharisman, Aris., Mirzawan. 2009.


Identifikasi Potensi Lahan untuk Mendukung
Pengembangan Agribisnis Tebu di Wilayah Timur
Indonesia. (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia,
Hal 1 - 15)

Riyanto, Eddy. 2010. Perubahan sosial ekonomi masyarakat


colomadu akibat peniduran pabrik gula colomadu 1998-
2007. (Skripsi: fakultas sastra dan seni rupa universitas
sebelas maret).

13

Anda mungkin juga menyukai