Anda di halaman 1dari 2

Nama : MUKSIN

NIM : 021524946

1. Indonesia setelah memasuki masa reformasi melalui amandemen UUD 1945 tetap mengusung
asas demokrasi ekonomi, namun malah menjadi kabur setelah adanya penambahan ayat 4 dan
5 dalam pasal 33 UUD 1945. Pikiran di belakang ayat baru tersebut adalah paham persaingan
pasar bebas atau neoliberalisme. Ketika kata “koperasi” hilang yang dirasakan dalam
pengembangan koperasi di Indonesia, yakni salah satu pilar ekonomi kebersamaan yang sarat
nilai-nilai religius telah menghilang dari bumi Indonesia. Dampaknya koperasi menjadi tidak
berbadan hukum, maka tidak jauh berbeda dengan perseroan terbatas, sehingga kepercayaan
masyarakat terhadap koperasi pun akan menghilang. Koperasi akan kesulitan dalam masalah
modal serta tenaga profesional. Setelah adanya amandemen tersebut, maka koperasi seperti
kehilangan roh konstitusionalnya sebagai entitas pelaku ekonomi yang khas dengan bangsa
Indonesia yang memiliki filosofi kekeluargaan dan gotong royong sejak dahulu.

2. Koperasi hingga saat ini masih jauh dari harapan dan belum bisa mengikuti perkembangan
zaman. Permasalahan koperasi bukan hanya masalah modal, namun lebih untuk kepentingan
anggota dan masyarakat di sekitarnya. Pembangunan koperasi di Indonesia dihadapkan pada
dua masalah pokok, antara lain:
a. Masalah internal, yakni kurangnya pemahaman bagi anggota koperasi akan manfaat
koperasi serta pengetahuan tentang kewajibannya. Oleh karena itu perlu dibuat kelompok
yang memiliki kepentingan ekonomi bersama dan bersedia bekerja sama. Dalam kelompok
tersebut perlu adanya seseorang/pemimpin yang berfungsi sebagai penggerak terhadap
anggotanya, sehingga koperasi berjalan dengan baik.
b. Masalah eksternal, yakni iklim yang mendukung pertumbuhan koperasi belum selaras
dengan kehendak anggota koperasi, misalnya kebijakan pemerintah terhadap koperasi
harus jelas dan efektif, prasarana yang mencukupi, pelayanan yang profesional, pendidikan
sesuai dengan peran, dan penyuluhan yang memotivasi.

3. Sejak UUD 1945 diamandemen, istilah ”koperasi” dalam penjelasan Pasal 33 dihapus. Walau
pun setelah dihapuskannya kata “koperasi’. Namun masyarakat dan negara harus tetap
mengakui koperasi sebagai salah satu bentuk badan usaha yang mempunyai karakteristik
yuridis yang sama dengan bentuk usaha lainnya. Sebab keberadaan koperasi tetap diakui dan
dibutuhkan oleh masyarakat dan negara. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pembangunan
koperasi, dibutuhkan manajemen profesional serta dukungan kepercayaan anggotanya.
Koperasi perlu dikelola dengan menerapkan manajemen yang profesional serta menetapkan
kaidah efektivitas dan efisiensi. Pembina koperasi perlu melakukan pembinaan dan pendidikan
yang lebih intensif untuk tugas-tugas operasional. Dalam melaksanakan tugas-tugas operasional
tersebut, apabila belum memiliki tenaga profesional tetap, maka dapat dilakukan kerja sama
dengan lembaga pendidikan terkait.

Sumber:
Buku Materi Pokok (BMP) Universitas Terbuka: Perkoperasian.
Rahardjo, Dawan. 2003. Evaluasi dan Dampak Amandemen UUD 1945 terhadap Perekonomian
di Indonesia. UNISIA. 26(3): 240-246.
Widiastuti. 2009. Urgesi Amandemen Undang-Undang Perkoperasian. Jurnal Wacana Hukum.
8(1): 64-71.
Febrianka, Vella Wahyu. 2016. Kinerja Koperasi Studi tentang Faktor-faktor Penyebab tidak
Aktifnya Koperasi Gotong Royong Kota Blitar. Jurnal Kebijakan dan Manajemen
Publik. 4(3): 1-11.

Anda mungkin juga menyukai