Patient Safety Sebagai Sistem Pencegah KTD Dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Rumah Sakit
Patient Safety Sebagai Sistem Pencegah KTD Dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Rumah Sakit
mindainasution@gmail.com
Abstrak
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan keperawatan akan berpotensi mengakibatkan cedera
pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).
Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan bukan karena “underlying
disease” atau kondisi pasien.
Latar Belakang
Sebagai salah satu subsistem dalam pelayanan kesehatan rumah sakit menjadi tempat
rujukan bagi unit-unit pelayanan kesehatan dasar. Rumah sakit merupakan organisasi yang
bergerak dalam bidang jasa, dengan ciri-ciri padat karya, padat modal, padat teknologi, dan
padat masalah. Sejalan dengan lajunya pembangunan nasional maka tuntutan akan mutu
pelayanan kesehatan oleh rumah sakit juga semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan
berbagai kritikan tentang ketidakpuasan terhadap pelayanan rumah sakit melalui berbagai
upaya termasuk melalui jalur hukum.
Tujuan
Untuk mengetahui patient safety sebagai system pencegah KTD dan peningkatan kualitas
pelayanan rumah sakit.
Metode
Metode yang saya gunakan adalah literature review dimana dilakukan dengan cara
menganalisis kajian dan eksplorasi jurnal, text book, maupun e-book yang relevan.
Hasil
Setelah melakukan analisis literature, didapatkan hasil patient safety berfungsi sebagai
pencegah KTD yang selanjutnya akan meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit.
Pembahasan
Standarnya adalah
Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana &
hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
Standarnya adalah
RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien.
Kriterianya adalah:
Standarnya adalah
RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar
unit pelayanan.
Kriterianya adalah:
2) koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya
3) koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada, memonitor &
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, &
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP.
Kriterianya adalah
1) Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, sesuai
dengan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
4) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
Standarnya adalah
1) Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui penerapan “7 Langkah
Menuju KP RS ”.
4) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur, mengkaji, &
meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden,
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit
terintegrasi dan berpartisipasi
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien
yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang
benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden,
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif
untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standarnya adalah
1) RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
Kriterianya adalah
1) memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan
pasien
2) mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice training
dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
2) Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.
1) disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada
Penutup
Referensi
Herawati, Y, T. (2015). Budaya Keselamatan Pasien Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit X
Kabupaten Jember. Jurnal IKESMA. Vol. 11(1). Hal. 54-58.
Iskandar, E. (2017). Tata Kelola Dan Kepatuhan Penerapan Standar Patient Safety Penyakit
Stroke Di Rumah Sakit Dr Kanujoso Djatiwibowo. Jurnal ARSI. Vol. 3(3). Hal 169-170.
Kamil, H. (2016). Patient Safety. Idea Nursing Journal . Vol. 1 (1). Hal 1-3.
Najihah. (2018). Budaya Keselamatan Pasien Dan Insiden Keselamatan Pasien Di Rumah
Sakit: Literature Review. Journal Of Islamic Nursing. Vol. 3 (1). Hal1-4.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691 Tahun 2011 Tentang
Keselamatan Pasien.
Utarini, A., Djasri, H. (2012). Keselamatan Pasien Dan Mutu Pelayanan Kesehatan. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan. Vol.15 (4). Hal 159-160.
Yulia, S., Yani, A. (2012). Peningkatan Pemahaman Perawat Pelaksana Dalam Penerapan
Keselamatan Pasien Melalui Pelatihan Keselamatan Pasien. Jurnal keperawatan indonesia.
Vol. 15(3). Hal 19.