Anda di halaman 1dari 8

PATIENT SAFETY SEBAGAI SISTEM PENCEGAH KTD DAN

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN RUMAH SAKIT

Minda Ihsaniah Nasution / 181101038

mindainasution@gmail.com

Abstrak

Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan keperawatan akan berpotensi mengakibatkan cedera
pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).

Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan bukan karena “underlying
disease” atau kondisi pasien.

Kata Kunci : perawat, keselamatan, KTD.

Latar Belakang

Sebagai salah satu subsistem dalam pelayanan kesehatan rumah sakit menjadi tempat
rujukan bagi unit-unit pelayanan kesehatan dasar. Rumah sakit merupakan organisasi yang
bergerak dalam bidang jasa, dengan ciri-ciri padat karya, padat modal, padat teknologi, dan
padat masalah. Sejalan dengan lajunya pembangunan nasional maka tuntutan akan mutu
pelayanan kesehatan oleh rumah sakit juga semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan
berbagai kritikan tentang ketidakpuasan terhadap pelayanan rumah sakit melalui berbagai
upaya termasuk melalui jalur hukum.

Tujuan
Untuk mengetahui patient safety sebagai system pencegah KTD dan peningkatan kualitas
pelayanan rumah sakit.

Metode

Metode yang saya gunakan adalah literature review dimana dilakukan dengan cara
menganalisis kajian dan eksplorasi jurnal, text book, maupun e-book yang relevan.

Hasil

Setelah melakukan analisis literature, didapatkan hasil patient safety berfungsi sebagai
pencegah KTD yang selanjutnya akan meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit.

Pembahasan

Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient Safety


Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health
Organizations, Illinois, USA, tahun 2002), yaitu:

1.      Hak pasien

Standarnya adalah

Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana &
hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).

2.      Mendidik pasien dan keluarga

Standarnya adalah
RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien.

Kriterianya adalah:

Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien


dan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada system dan mekanisme
mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien.Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat:

1)      Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur

2)      Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab

3)      Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti

4)      Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan

5)      Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS

6)      Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa

7)      Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

3.      Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Standarnya adalah

RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar
unit pelayanan.

Kriterianya adalah:

1)      koordinasi pelayanan secara menyeluruh

2)      koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya
3)      koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi

4)      komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan

4.      Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan


program peningkatan keselamatan pasien

           Standarnya adalah

RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada, memonitor &
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, &
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP.

Kriterianya adalah

1)      Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, sesuai
dengan  ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.

2)      Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja

3)      Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif

4)      Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis

5.      Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

Standarnya adalah

1)      Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui penerapan “7 Langkah
Menuju KP RS ”.

2)      Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko KP &


program mengurangi KTD.
3)      Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit & individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP

4)      Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur, mengkaji, &
meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.

5)      Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinyadalam meningkatkan


kinerja RS & KP.

           Kriterianya adalah

1)      Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.

2)      Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden,

3)      Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit
terintegrasi dan berpartisipasi

4)      Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien
yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang
benar dan jelas untuk keperluan analisis.

5)      Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden,

6)      Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden

7)      Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan

8)      Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan

9)      Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif
untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien
6.      Mendidik staf tentang keselamatan pasien

Standarnya adalah

1)      RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.

2)      RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk


meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin
dalam pelayanan pasien.

Kriterianya adalah

1)      memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan
pasien

2)      mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice training
dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.

3)      menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna


mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

7.      Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

              Standarnya adalah

1)      RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk memenuhi


kebutuhan informasi internal & eksternal.

2)      Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.

              Kriterianya adalah

1)      disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
2)      Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada

Penutup

Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien


dan partner dalam proses pelayanan.

Referensi

Dewi, M. (2012). Pengaruh Pelatihan Timbang Terima Pasien Terhadap Penerapan


Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana Di RSUD Raden Mattaher Jambi. Jurnal
Health & sport. Vol. 5(3). Hal 648-650.

Firawati. (2012). Pelaksanaan Program Keselamatan pasien Di RSUD Solok.


Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 6 (2). Hal 74-77.

Hakim, L., Widodo, J. (2014). Optimalisasi Proses Koordinasi Program Keselamatan


Pasien (Pateint Safety) Di Rumah Sakit X Surabaya. Jurnal administrasi kesehatan. Vol. 2
(3). Hal 198-201.

Herawati, Y, T. (2015). Budaya Keselamatan Pasien Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit X
Kabupaten Jember. Jurnal IKESMA. Vol. 11(1). Hal. 54-58.

Iskandar, E. (2017). Tata Kelola Dan Kepatuhan Penerapan Standar Patient Safety Penyakit
Stroke Di Rumah Sakit Dr Kanujoso Djatiwibowo. Jurnal ARSI. Vol. 3(3). Hal 169-170.

Kamil, H. (2016). Patient Safety. Idea Nursing Journal . Vol. 1 (1). Hal 1-3.

Najihah. (2018). Budaya Keselamatan Pasien Dan Insiden Keselamatan Pasien Di Rumah
Sakit: Literature Review. Journal Of Islamic Nursing. Vol. 3 (1). Hal1-4.

Nivalinda, D., Santoso, A. (2013). Pengaruh Motivasi Perawat Dan Gaya


Kepemimpinan Kepala Ruangan Terhadap Penerapan Budaya Keselamatan Pasien Oleh
Perawat Pelaksana Pada RS Pemerintah Di Semarang. Jurnal managemen keperawatan .
Vol. 1(2). Hal 139-140.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691 Tahun 2011 Tentang
Keselamatan Pasien.

Rivai, F.,dkk. (2016). Faktor Yang Berhubungan Dengan Implementasi Keselamatan


Pasien Di Rsud Ajjappannge Soppeng Tahun 2015. Jurnal Kebijakan Kesehatan
Indonesia . Vol. 5(4). Hal 155-156.

Setiyani, M., Zuhrotunida. (2016). Implementasi Sasaran Keselamatan Pasien Di Ruang


Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang. JKFT. Edisi No.2. Hal 60-67.

Simamora, R. H. (2019). Buku ajar : Pelaksanaan Identifikasi Pasien. Uwais Inspirasi


Indonesia. Hal. 206.

R. H. Simamora. (2019). Documentation of Patient Identification into the Electronic


System to Improve the Quality of Nursing Services. International Journal of Scientific &
Technology Research. Vol. 08 No. 09. Hal 1884-1886.

R. H. Simamora. (2019). Pengaruh Penyuluhan Identifikasi Pasien dengan Menggunakan


Media Audiovisual terhadap Pengetahuan Pasien Rawat Inap. Junal Keperawatan
Silampari. Jilid 3. Hal 342-351.

Triwibowo, C.,dkk. (2016). Handover Sebagai Upaya Peningkatan Keselamatan Pasien


(Patient Safety) Di Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan Soedirman.Vol.11 (2). Hal 77-79.

Utarini, A., Djasri, H. (2012). Keselamatan Pasien Dan Mutu Pelayanan Kesehatan. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan. Vol.15 (4). Hal 159-160.
Yulia, S., Yani, A. (2012). Peningkatan Pemahaman Perawat Pelaksana Dalam Penerapan
Keselamatan Pasien Melalui Pelatihan Keselamatan Pasien. Jurnal keperawatan indonesia.
Vol. 15(3). Hal 19.

Anda mungkin juga menyukai