Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap struktur bangunan direncanakan dan didesain oleh arsitek maupun
ahli teknik sipil, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi tuntutan fungsi
bangunan dan dapat beroperasi dengan baik pada saat bangunan digunakan.
Tuntutan dari suatu bangunan makin lama makin berkembang, pada saat ini
suatu bangunan selain dituntut untuk memenuhi fungsi layannya, bangunan
juga dituntut untuk memiliki bentuk yang atraktif serta efisien dan ekonomis
dari segi konstruksi maupun operasionalnya. Agar suatu bangunan struktur
beton bertulang dapat berfungsi dengan baik, maka seorang perencana struktur
wajib mendesain elemen-elemen strukturnya dengan benar dan tepat.
Soelarso, Baehaki, dan Nur Fatah Sidik (2016), mengatakan beton adalah
salah satu teknologi konstruksi dalam disiplin ilmu bahan yang selalu
berkembang hingga saat ini.
Beton sendiri adalah material konstruksi yang diperoleh dari pencampuran
pasir, kerikil/batu pecah, semen serta air. Terkadang beberapa macam bahan
tambahan dicampurkan ke dalam campuran tersebut dengan tujuan
memperbaiki sifat-sifat dari beton, yakni antara lain untuk meningkatkan
workability, durability, serta waktu pengerasan beton.
Campuran beton tersebut seiring dengan bertambahnya waktu akan
menjadi keras seperti batuan, dan memiliki kuat tekan yang tinggi namun kuat
tariknya rendah. Beton bertulang adalah kombinasi dari beton serta tulangan
baja, yang bekerja secara bersama-sama untuk memikul beban yang ada.
Tulangan baja akan memberikan kuat tarik yang tidak dimiliki oleh beton,
selain itu tulangan baja juga mampu memikul beban tekan.
Yufiter S.K, Ruslan R, dan R. Cornelis (2012), menguraikan bahwa beton
merupakan konstruksi yang mempunyai banyak kelebihan antara lain, kuat
menahan gaya tekan, tahan terhadap perubahan cuaca, lebih tahan terhadap
suhu tinggi, mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan mudah dikerjakan
dengan cara mencampur semen, agregat, air, dan bahan tambahan lain bila
diperlukan.
Adapun bahan utama penyusun beton adalah
1.1.1 Semen
Semen merupakan salah satu bahan dasar pembuatan beton
tergolong ke dalam jenis semen hidrolis. Jenis semen hidrolis yang
banyak digunakan saat ini merupakan semen portland. Semen portland
adalah material berbentuk bubuk berwarna abu-abu dan banyak
mengandung kalsium dan alumunium silika. Semen berbentuk serbuk
halus yang digunakan untuk merekatkan agregat kasar dan agregat
halus.
1.1.2 Agregat
Pada suatu beton normal, agregat menempati 70% hingga 75%
volume beton yang mengeras. Secara umum semakin padat susunan
agregat dalam campuran beton, maka beton yang dihasilkan akan
makin tahan lama dan ekonomis.
Agregat alam secara umum diklasifikasikan menjadi dua jenis,
yaitu agregat kasar dan agregat halus. Agregat yang dapat melalui
saringan No.4 (4,75 mm) dapat diklasifikasikan sebagai agregat
ringan. Sedangkan agregat yang tertahan di saringan No.4
diklasifikasikan sebagai agregat kasar.
1.1.3 Air
Air merupakan bahan penting dalam pembuatan beton. Air yang
dicampur dengan semen akan membungkus agregat halus dan agregat
kasar menjadi satu kesatuan. Pencampuran semen dan air akan
menimbulkan suatu reaksi kimia yang disebut dengan istilah reaksi
hidrasi. Dalam pembuatan camouran beton hendaknya menggunakan
air bersih yang tidak tercampur dengan kotoran-kotoran kimia yang
memungkinkan timbulnya reaksi sampingan dari reaksi hidrasi.
1.2 Manfaat
Manfaat yang didapat dari praktikum ini adalah
1. Praktikum ini dapat digunakan untuk menambah wawasan mengenai
bahan-bahan penyusun beton dan campuran bahan penyusun beton.
2. Praktikum ini digunakan sebagai contoh dalam membuat campuran beton
dengan kriteria yang telah direncanakan dalam suatu struktur tertentu.
3. Bagi mahasiswa dapat menjadi sumber informasi mengenai cara membuat
beton yang baik dan benar.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini adalah
1. Mengaplikasikan teori dari mata kuliah Struktur Beton Bertulang II yang
diterima di kampus untuk keperluan pelaksanaan di lapangan atau di
dunia kerja.
2. Mencari dan mengikuti materi yang diberikan pembimbing dalam
praktikum beton yang nantinya akan diterapkan dalam pelaksanaan di
lapangan.
3. Mengetahui dan mampu memahami tata cara dalam pembuatan beton
yang benar
4. Mengetahui desain campuran beton yang bermutu baik sesuai kebutuhan
yang diperlukan.
5. Mengetahui berbagai macam uji atau test beton guna menentukan sifat
dan karakteristik beton tersebut.
6. Menyusun laporan tentang materi maupun hal-hal yang diterima selama
mengikuti kegiatan praktikum.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Beton
Beton merupakan campuran antara bahan agregat halus dan kasar dengan
pasta semen (kadang-kadang juga ditambahkan admixtures), campuran
tersebut apabila dituangkan ke dalam cetakan kemudian didiamkan akan
menjadi keras seperti batuan. Proses pengerasan terjadi karena adanya reaksi
kimiawi antara air dengan semen yang terus berlangsung dari waktu ke waktu,
hal ini menyebabkan kekerasan beton terus bertambah sejalan dengan waktu.
Beton dapat juga dipandang sebagai batuan buatan di mana adanya rongga
pada partikel yang besar (agregat kasar) diisi oleh agregat halus dan rongga
yang ada di antara agregat halus akan diisi oleh pasta (campuran air dengan
semen) yang juga berfungsi sebagai bahan perekat sehingga semua bahan
penyusun dapat menyatu menjadi massa yang padat.
Bahan penyusun beton meliputi air, semen portland, agregat kasar dan
halus serta bahan tambah, di mana setiap bahan penyusun mempunyai fungsi
dan pengaruh yang berbeda-beda. Sifat yang penting pada beton adalah kuat
tekan, bila kuat tekan tinggi maka sifat-sifat yang lain pada umumnya juga
baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton terdiri dari kualitas
bahan penyusun, nilai faktor air-semen, gradasi agregat, ukuran maksimum
agregat, cara pengerjaan (pencampuran, pengangkutan, pemadatan dan
perawatan) serta umur beton (Tjokrodimuljo, 1996).

2.2 Semen
Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan air
mampu mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatu
kesatuan kompak. Sifat pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang
dikandungnya. Adapun bahan utama yang dikandung semen adalah kapur
(CaO), silikat (SiO2), alumunia (Al2O3), ferro oksida (Fe2O3), magnesit
(MgO), serta oksida lain dalam jumlah kecil (Lea and Desch, 1940).
Semen portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidraulis dengan gips sebagai bahan tambahan. Unsur utama yang
terkandung dalam semen dapat digolongkan ke dalam empat bagian yaitu :
trikalsium silikat (C3S), dikalsium silikat (C2S), trikalsium aluminat (C3A)
dan tetrakalsium aluminoferit (C4AF), selain itu pada semen juga terdapat
unsur-unsur lainnya dalam jumlah kecil misalnya : MgO, TiO2, Mn2O3, K2O
dan Na2O. Soda atau potasium (Na2O dan K2O) merupakan komponen minor
dari unsur-unsur penyusun semen yang harus diperhatikan, karena keduanya
merupakan alkalis yang dapat bereaksi dengan silika aktif dalam agregat
sehingga menimbulkan disintegrasi beton (Neville dan Brooks, 1987).
Unsur C3S dan C2S merupakan bagian terbesar (70% - 80%) dan paling
dominan dalam memberikan sifat semen (Tjokrodimuljo, 1996), bila semen
terkena air maka C3S akan segera berhidrasi dan memberikan pengaruh yang
besar dalam proses pengerasan semen terutama sebelum mencapai umur 14
hari. Unsur C2S bereaksi dengan air lebih lambat sehingga hanya berpengaruh
setelah beton berumur 7 hari. Unsur C3A bereaksi sangat cepat dan
memberikan kekuatan setelah 24 jam, semen yang megandung unsur C3A
lebih dari 10% akan berakibat kurang tahan terhadap sulfat. Unsur yang paling
sedikit dalam semen adalah C3AF sehingga tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kekerasan pasta semen atau beton.
Agar reaksi hidrasi dapat berlangsung, pada umumnya dibutuhkan air
sebanyak kurang lebih 25% dari berat semen (atau dikatakan rasio air semen =
0,25). Tambahan air diperlukan untuk memberikan mobilitas pada air di dalam
pasta semen selama proses hidrasi sehingga dapat mencapai partikel semen, di
samping itu air tambahan juga diperlukan untuk memberikan kemudahan
pengerjaan (workability) pada campuran beton. Untuk beton normal, rasio air
semen pada umumnya berkisar antara 0,40 hingga 0,60, sedangkan untuk
beton mutu tinggi rasio air semen biasanya diambil cukup rendah hingga 0,20.
Perubahan komposisi kimia semen yang dilakukan dengan cara mengubah
persentase 4 komponen utama semen dapat menghasilkan beberapa jenis
semen sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Standar industri di Amerika
(ASTM) maupun di Indonesia (SNI) mengenal 5 jenis semen, yaitu :
a. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan-persyaratan khusus.
b. Jenis II, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
c. Jenis III, yaitu semen portland yang dalam penggunaannnya menuntut
persyaratan Kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi.
d. Jenis IV, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya menuntut
panas hidrasi yang rendah.
e. Jenis V, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat yang sangat baik.

2.3 Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira menempati
sebanyak 70% dari volume mortar atau beton. Pemilihan agregat merupakan
bagian yang sangat penting karena karakteristik agregat akan sangat
mempengaruhi sifat-sifat mortar atau beton (Tjokrodimuljo, 1996).
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah gradasi atau distribusi ukuran
butir agregat, karena bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang seragam
berakibat volume pori lebih besar tetapi bila ukuran butirnya bervariasi maka
volume pori menjadi kecil. Hal ini disebabkan butir yang lebih kecil akan
mengisi pori di antara butiran yang lebih besar. Agregat sebagai bahan
penyusun beton diharapkan mempunyai kemampatan yang tinggi, sehingga
volume pori dan bahan pengikat yang dibutuhkan lebih sedikit.
Jenis agregat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan ukuran
butirannya. Yaitu; Agregat halus merupakan agregat berbutir kecil ≤ 4,80mm,
sedangkan agregat kasar merupakan agregat berbutir besar ≥ 4,80mm.
a. Agregat Halus
Agregat halus (pasir) adalah agregat yang mempunyai butiran halus,
umumnya berukuran 0,0625 mm hingga 2 mm dan berongga besar.
Butirannya tajam dan keras serta bersifat kekal, tidak hancur oleh
pengaruh cuaca. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari
5% (ditentukan terhadap berat kering), bila lebih dari 5% harus dicuci
b. Agregat Kasar
Agregat kasar (batu) adalah agregeat yang mempunyai butiran besar
dan tidak berpori. Sebagai hasil desintegrasi alami dari bantuan atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir antara 5-40 mm. Agregat kasar tidak boleh
mengandung kadar lumpur lebih dari 1%. Jika lebih dari batas yang telah
ditentukan, maka kerikil harus dicuci.

2.4 Air
Air merupakan bahan penyusun beton yang diperlukan untuk bereaksi
dengan semen, yang juga berfungsi sebagai pelumas antara butiran-butiran
agregat agar dapat dikerjakan dan dipadatkan. Proses hidrasi dalam beton
segar membutuhkan air kurang lebih 25% dari berat semen yang digunakan,
tetapi dalam kenyataan jika nilai faktor air semen kurang 35% beton segar
menjadi tidak dapat dikerjakan dengan sempurna sehingga setelah mengeras
beton yang dihasilkan menjadi keropos dan memiliki kekuatan yang rendah.
Kelebihan air dari proses hidrasi diperlukan untuk syarat-syarat kekentalan
(consistency) agar dapat dicapai suatu kelacakan (workability) yang baik.
Kelebihan air ini selanjutnya akan menguap atau tertinggal di dalam beton
sehingga menimbulkan pori-pori (capillary poreous) di dalam beton yang
sudah mengeras.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada air yang akan digunakan sebagai
bahan pencampur beton meliputi kandungan lumpur maksimal 2 gr/lt,
kandungan garam-garam yang dapat merusak beton maksimal 15 gr/lt, tidak
mengandung khlorida lebih dari 0,5 gr/lt serta kandungan senyawa sulfat
maksimal 1 gr/lt. Secara umum air dinyatakan memenuhi syarat untuk dipakai
sebagai bahan pencampur beton, apabila dapat menghasilkan beton dengan
kekuatan lebih dari 90% kekuatan beton yang menggunakan air suling
(Tjokrodimuljo, 1996).

2.1 Bahan Tambah


Bahan tambah yaitu bahan selain unsur pokok pada beton (air, semen, dan
agregat) yang ditambahkan pada adukan beton, baik sebelum, segera atau
selama pengadukan beton dengan tujuan mengubah satu atau lebih sifat-sifat
beton sewaktu masih dalam keadaan belum mengeras atau setelah mengeras.
Fungsi-fungsi bahan tambah antara lain: mempercepat pengerasan, menambah
kelecakan (workability) beton segar, menambah kuat tekan beton,
meningkatkan daktilitas atau mengurangi sifat getas beton, mengurangi retak-
retak pengerasan dan sebagainya. Bahan tambah diberikan dalam jumlah yang
relatif sedikit dengan pengawasan yang ketat agar tidak berlebihan yang
berakibat memperburuk sifat beton (Tjokodimuljo, 1996). Bahan tambah
menurut maksud penggunaannnya dibagi menjadi dua golongan yaitu
admixtures dan additives.
Admixtures ialah semua bahan penyusun beton selain air, semen hidrolik
dan agregat yang ditambahkan sebelum, segera atau selama proses
pencampuran adukan di dalam batching, untuk merubah sifat beton baik
dalam keadaan segar atau setelah mengeras. Definisi additive lebih mengarah
pada semua bahan yang ditambahkan dan digiling bersamaan pada saat proses
produksi semen (Taylor, 1997).
Pada praktikum beton kali ini, saya menggunakan serbuk batu bata sebagai
bahan tambah agregat halus sebanyak 14%. Perlu kita ketahui bahwa batu bata
merah merupakan material umum yang dipakai pada bangunan. Bata merah
dalam penelitian ini digunakan untuk pemanfaatan limbah. Batu bata merah
dalam penelitian pembuatan beton untuk menghasilkan beton bermutu tinggi.
Metode penelitian yang dipakai adalah metode yang melakukan pemeriksaan
atau percobaan secara fisik pada uji beton, yang menggunakan bahan tambah
batu bata merah. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas
penambahan komposisi campuran beton mutu fc’21 dan apakah campuran
tersebut menambah atau menurunkan mutu kuat tekan beton fc’21.
Tumbukan batu bata merah sebagai salah satu bentuk posolan
mengandung unsur silika yang dapat mengurangi pembebasan kapur dengan
membentuk zat perekat apabila ditambahkan pada reaksi antara semen dan air.
Bata merah yang baik memiliki komposisi kimia seperti Silikat (SiO2) sebesar
± 60%, Aluminat (AI2O3) ± 30%, Ferri Trioksida (Fe2O3) ± 5%, Kalsium
Oksida (CaO) < 5% dan Magnesium ± 1%. Kuat tekan tanpa penambahan
serbuk batu bata merah umur 1 hari sebesar 25,735 MPa, sementara kuat tekan
beton yang ditambahkan serbuk batu bata merah mengalami peningkatan pada
campuran 14% sebesar 30,997 MPa, dengan kuat tekan beton rencana 21,00
MPa. Artinya pada penambahan bata merah sebesar 14% beton mengalami
peningkatan.
BAB III
ALAT dan BAHAN

3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum beton ini adalah
1. Ayakan
Ayakan atau saringan adalah alat yang digunakan untuk memisahkan bagian yang
tidak diinginkan berdasarkan ukurannya

Gambar 1 Ayakan
2. Cawan
Cawan adalah cangkir yang tidak bertelinga. Cawan berfungsi sebagai wadah
untuk menimbang suatu benda, meletakkan benda atau suatu zat tertentu.

Gambar 2 Cawan
3. Timbangan Digital
Timbangan Digital
Timbangan digital adalah perangkat pengukuran elektronik yang
digunakan untuk mengukur berat atau massa suatu benda atau zat.
Timbangan yang kita pakai memiliki ketelitian 0.5gr.
Gambar 3 Timbangan Digital

4. Gelas Ukur
Gelas ukur adalah peralatan laboratorium umum yang digunakan untuk
mengukur volume cairan. Alat ini memiliki bentuk silinder dan setiap
garis penanda pada gelas ukur mewakili jumlah cairan yang telah terukur.

Gambar 4 Gelas Ukur 1000 ml


5. Loyang
Loyang adalah talam yang terbuat dari seng atau aluminium. Pada
percobaan kali ini, kita menggunakan loyang untuk mencampur bahan
pembuat beton.
Gambar 5 Loyang
6. Cetok
Cetok biasa digunakan untuk digunakan untuk mencampur adonan pasir
dan semen atau bahan-bahan bangunan lainnya.

Gambar 6 Cetok
7. Ember
Ember digunakan sebagai wadah atau alat pengangkut pasir dan kerikil.

Gambar 7 Ember
8. Cetakan ( Mould)
Catakan digunakan untuk mencetak beton dengan diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm.
Gambar 8 Cetakan/ Mould
9. Slump Test
Slump tes digunakan untuk mengukur seberapa besar slam yang
didapat.

Gambar 9 Slump Test


10. Alat Uji Tekan Beton
Berfungsi untuk menguji kuat tekan beton yang telah dibuat.

Gambar 10 Alat Uji Tekan Beton

3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan beton yaitu :
1. Pasir
Pasir adalah bahan material butiran. Merupakan agregat yang butirannya
lolos ayakan 4,75 mm dan tertahan oleh ayakan No.200 (0,075 mm).
Gambar 11 Pasir/Agregat Halus

2. Kerikil
Kerikil adalah bebatuan kecil, berukuran antara 2 mm dan 75 mm dan
tertahan pada ayakan 4,75.

Gambar 12 Kerikil/Agregat Kasar


3. Semen Portland
Semen merupakan bahan campuran beton

Gambar 13 Semen Portland


4. Air
Air berfungsi sebagai pembersih benda uji atau bahan pencampuran dalam
praktikum.
Gambar 14 Air

3.3 Bahan Tambah


Bahan yang ditambahkan dalam pembuatan beton
1. Serbuk Batu Bata Merah
Serbuk batu bata merah digunakan sebagai bahan tambah agregat halus.
Mengandung komposisi kimia seperti Silikat (SiO2) sebesar ± 60%,
Aluminat (AI2O3) ± 30%, Ferri Trioksida (Fe2O3) ± 5%, Kalsium Oksida
(CaO) < 5% dan Magnesium ± 1%.

Gambar 15 Serbuk Batu Bata Merah


YAYASAN PEMBINA PENDIDIKAN/PERGURUAN VETERAN SUKOHARJO

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO
Alamat: JL Letjend.Sujono Humardani No.1 Kampus Jombor Telp.(0271)5593156 – 188
sukoharjo 57521

LEMBAR ASISTENSI
NAMA :......................................................................
NIM :......................................................................
TUGAS/PRAKTIKUM : .....................................................................
DOSEN PEMBIMBING : .....................................................................

NO TANGGAL KETERANGAN PARAF

Anda mungkin juga menyukai