PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini adalah
1. Mengaplikasikan teori dari mata kuliah Struktur Beton Bertulang II yang
diterima di kampus untuk keperluan pelaksanaan di lapangan atau di
dunia kerja.
2. Mencari dan mengikuti materi yang diberikan pembimbing dalam
praktikum beton yang nantinya akan diterapkan dalam pelaksanaan di
lapangan.
3. Mengetahui dan mampu memahami tata cara dalam pembuatan beton
yang benar
4. Mengetahui desain campuran beton yang bermutu baik sesuai kebutuhan
yang diperlukan.
5. Mengetahui berbagai macam uji atau test beton guna menentukan sifat
dan karakteristik beton tersebut.
6. Menyusun laporan tentang materi maupun hal-hal yang diterima selama
mengikuti kegiatan praktikum.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Beton
Beton merupakan campuran antara bahan agregat halus dan kasar dengan
pasta semen (kadang-kadang juga ditambahkan admixtures), campuran
tersebut apabila dituangkan ke dalam cetakan kemudian didiamkan akan
menjadi keras seperti batuan. Proses pengerasan terjadi karena adanya reaksi
kimiawi antara air dengan semen yang terus berlangsung dari waktu ke waktu,
hal ini menyebabkan kekerasan beton terus bertambah sejalan dengan waktu.
Beton dapat juga dipandang sebagai batuan buatan di mana adanya rongga
pada partikel yang besar (agregat kasar) diisi oleh agregat halus dan rongga
yang ada di antara agregat halus akan diisi oleh pasta (campuran air dengan
semen) yang juga berfungsi sebagai bahan perekat sehingga semua bahan
penyusun dapat menyatu menjadi massa yang padat.
Bahan penyusun beton meliputi air, semen portland, agregat kasar dan
halus serta bahan tambah, di mana setiap bahan penyusun mempunyai fungsi
dan pengaruh yang berbeda-beda. Sifat yang penting pada beton adalah kuat
tekan, bila kuat tekan tinggi maka sifat-sifat yang lain pada umumnya juga
baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton terdiri dari kualitas
bahan penyusun, nilai faktor air-semen, gradasi agregat, ukuran maksimum
agregat, cara pengerjaan (pencampuran, pengangkutan, pemadatan dan
perawatan) serta umur beton (Tjokrodimuljo, 1996).
2.2 Semen
Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan air
mampu mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatu
kesatuan kompak. Sifat pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang
dikandungnya. Adapun bahan utama yang dikandung semen adalah kapur
(CaO), silikat (SiO2), alumunia (Al2O3), ferro oksida (Fe2O3), magnesit
(MgO), serta oksida lain dalam jumlah kecil (Lea and Desch, 1940).
Semen portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidraulis dengan gips sebagai bahan tambahan. Unsur utama yang
terkandung dalam semen dapat digolongkan ke dalam empat bagian yaitu :
trikalsium silikat (C3S), dikalsium silikat (C2S), trikalsium aluminat (C3A)
dan tetrakalsium aluminoferit (C4AF), selain itu pada semen juga terdapat
unsur-unsur lainnya dalam jumlah kecil misalnya : MgO, TiO2, Mn2O3, K2O
dan Na2O. Soda atau potasium (Na2O dan K2O) merupakan komponen minor
dari unsur-unsur penyusun semen yang harus diperhatikan, karena keduanya
merupakan alkalis yang dapat bereaksi dengan silika aktif dalam agregat
sehingga menimbulkan disintegrasi beton (Neville dan Brooks, 1987).
Unsur C3S dan C2S merupakan bagian terbesar (70% - 80%) dan paling
dominan dalam memberikan sifat semen (Tjokrodimuljo, 1996), bila semen
terkena air maka C3S akan segera berhidrasi dan memberikan pengaruh yang
besar dalam proses pengerasan semen terutama sebelum mencapai umur 14
hari. Unsur C2S bereaksi dengan air lebih lambat sehingga hanya berpengaruh
setelah beton berumur 7 hari. Unsur C3A bereaksi sangat cepat dan
memberikan kekuatan setelah 24 jam, semen yang megandung unsur C3A
lebih dari 10% akan berakibat kurang tahan terhadap sulfat. Unsur yang paling
sedikit dalam semen adalah C3AF sehingga tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kekerasan pasta semen atau beton.
Agar reaksi hidrasi dapat berlangsung, pada umumnya dibutuhkan air
sebanyak kurang lebih 25% dari berat semen (atau dikatakan rasio air semen =
0,25). Tambahan air diperlukan untuk memberikan mobilitas pada air di dalam
pasta semen selama proses hidrasi sehingga dapat mencapai partikel semen, di
samping itu air tambahan juga diperlukan untuk memberikan kemudahan
pengerjaan (workability) pada campuran beton. Untuk beton normal, rasio air
semen pada umumnya berkisar antara 0,40 hingga 0,60, sedangkan untuk
beton mutu tinggi rasio air semen biasanya diambil cukup rendah hingga 0,20.
Perubahan komposisi kimia semen yang dilakukan dengan cara mengubah
persentase 4 komponen utama semen dapat menghasilkan beberapa jenis
semen sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Standar industri di Amerika
(ASTM) maupun di Indonesia (SNI) mengenal 5 jenis semen, yaitu :
a. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan-persyaratan khusus.
b. Jenis II, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
c. Jenis III, yaitu semen portland yang dalam penggunaannnya menuntut
persyaratan Kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi.
d. Jenis IV, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya menuntut
panas hidrasi yang rendah.
e. Jenis V, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat yang sangat baik.
2.3 Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira menempati
sebanyak 70% dari volume mortar atau beton. Pemilihan agregat merupakan
bagian yang sangat penting karena karakteristik agregat akan sangat
mempengaruhi sifat-sifat mortar atau beton (Tjokrodimuljo, 1996).
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah gradasi atau distribusi ukuran
butir agregat, karena bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang seragam
berakibat volume pori lebih besar tetapi bila ukuran butirnya bervariasi maka
volume pori menjadi kecil. Hal ini disebabkan butir yang lebih kecil akan
mengisi pori di antara butiran yang lebih besar. Agregat sebagai bahan
penyusun beton diharapkan mempunyai kemampatan yang tinggi, sehingga
volume pori dan bahan pengikat yang dibutuhkan lebih sedikit.
Jenis agregat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan ukuran
butirannya. Yaitu; Agregat halus merupakan agregat berbutir kecil ≤ 4,80mm,
sedangkan agregat kasar merupakan agregat berbutir besar ≥ 4,80mm.
a. Agregat Halus
Agregat halus (pasir) adalah agregat yang mempunyai butiran halus,
umumnya berukuran 0,0625 mm hingga 2 mm dan berongga besar.
Butirannya tajam dan keras serta bersifat kekal, tidak hancur oleh
pengaruh cuaca. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari
5% (ditentukan terhadap berat kering), bila lebih dari 5% harus dicuci
b. Agregat Kasar
Agregat kasar (batu) adalah agregeat yang mempunyai butiran besar
dan tidak berpori. Sebagai hasil desintegrasi alami dari bantuan atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir antara 5-40 mm. Agregat kasar tidak boleh
mengandung kadar lumpur lebih dari 1%. Jika lebih dari batas yang telah
ditentukan, maka kerikil harus dicuci.
2.4 Air
Air merupakan bahan penyusun beton yang diperlukan untuk bereaksi
dengan semen, yang juga berfungsi sebagai pelumas antara butiran-butiran
agregat agar dapat dikerjakan dan dipadatkan. Proses hidrasi dalam beton
segar membutuhkan air kurang lebih 25% dari berat semen yang digunakan,
tetapi dalam kenyataan jika nilai faktor air semen kurang 35% beton segar
menjadi tidak dapat dikerjakan dengan sempurna sehingga setelah mengeras
beton yang dihasilkan menjadi keropos dan memiliki kekuatan yang rendah.
Kelebihan air dari proses hidrasi diperlukan untuk syarat-syarat kekentalan
(consistency) agar dapat dicapai suatu kelacakan (workability) yang baik.
Kelebihan air ini selanjutnya akan menguap atau tertinggal di dalam beton
sehingga menimbulkan pori-pori (capillary poreous) di dalam beton yang
sudah mengeras.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada air yang akan digunakan sebagai
bahan pencampur beton meliputi kandungan lumpur maksimal 2 gr/lt,
kandungan garam-garam yang dapat merusak beton maksimal 15 gr/lt, tidak
mengandung khlorida lebih dari 0,5 gr/lt serta kandungan senyawa sulfat
maksimal 1 gr/lt. Secara umum air dinyatakan memenuhi syarat untuk dipakai
sebagai bahan pencampur beton, apabila dapat menghasilkan beton dengan
kekuatan lebih dari 90% kekuatan beton yang menggunakan air suling
(Tjokrodimuljo, 1996).
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum beton ini adalah
1. Ayakan
Ayakan atau saringan adalah alat yang digunakan untuk memisahkan bagian yang
tidak diinginkan berdasarkan ukurannya
Gambar 1 Ayakan
2. Cawan
Cawan adalah cangkir yang tidak bertelinga. Cawan berfungsi sebagai wadah
untuk menimbang suatu benda, meletakkan benda atau suatu zat tertentu.
Gambar 2 Cawan
3. Timbangan Digital
Timbangan Digital
Timbangan digital adalah perangkat pengukuran elektronik yang
digunakan untuk mengukur berat atau massa suatu benda atau zat.
Timbangan yang kita pakai memiliki ketelitian 0.5gr.
Gambar 3 Timbangan Digital
4. Gelas Ukur
Gelas ukur adalah peralatan laboratorium umum yang digunakan untuk
mengukur volume cairan. Alat ini memiliki bentuk silinder dan setiap
garis penanda pada gelas ukur mewakili jumlah cairan yang telah terukur.
Gambar 6 Cetok
7. Ember
Ember digunakan sebagai wadah atau alat pengangkut pasir dan kerikil.
Gambar 7 Ember
8. Cetakan ( Mould)
Catakan digunakan untuk mencetak beton dengan diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm.
Gambar 8 Cetakan/ Mould
9. Slump Test
Slump tes digunakan untuk mengukur seberapa besar slam yang
didapat.
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan beton yaitu :
1. Pasir
Pasir adalah bahan material butiran. Merupakan agregat yang butirannya
lolos ayakan 4,75 mm dan tertahan oleh ayakan No.200 (0,075 mm).
Gambar 11 Pasir/Agregat Halus
2. Kerikil
Kerikil adalah bebatuan kecil, berukuran antara 2 mm dan 75 mm dan
tertahan pada ayakan 4,75.
LEMBAR ASISTENSI
NAMA :......................................................................
NIM :......................................................................
TUGAS/PRAKTIKUM : .....................................................................
DOSEN PEMBIMBING : .....................................................................