Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Fajar Rizki Djubaedi

NPM : 170110200074

Kelas : B

Buku ini berjudul “an introduction to the philosophy of science THEORY AND
REALITY” karya Peter Godfrey-Smith. Dijelaskan dalam buku ini, filsafat adalah suatu
upaya untuk menanya dan menjawab beberapa pertanyaan yang sangat mendasar mengenai
alam semesta dan tempat kita berada di dalamnya. Selanjutnya, mengenai sains itu sendiri,
jika kita ingin memahami cara kerja sains, kita perlu cari tahu apa yang sebenarnya ingin
jelaskan, dimana “sains” dimulai dan berakhir, dan jenis aktivitas apa yang bisa dianggap
sebagai “sains”. Hal itu bukanlah perkara mudah, karena banyak ketidaksepakatan mengenai
apa yang dianggap sebagai sains. Seperti yang dijelaskan dalam buku ini, di Universitas
Stanford debat mengenai Departemen Antropologi terpecah menjadi dua departemen yang
terpisah. Apakah Antropologi itu ilmu (sains) umum tentang manusia, a fully scientific
discipline yang erat kaitannya dengan biologi, atau apakah itu disiplin yang lebih "interpretif"
yang harus lebih dekat hubungannya dengan humaniora. Saat kita beralih dari teori ke teori
dalam buku ini, kita akan menemukan beberapa orang menafsirkan sains secara luas, ada
yang secara sempit, dan yang lain dengan cara yang terletak di antara keduanya. Pada
Akhirnya, saat kita memilih untuk menggunakan kata “sains”, kita harus mengembangkan
mengenai ; pemahaman umum tentang bagaimana manusia memperoleh pengetahuan tentang
dunia sekitar mereka dan pemahaman tentang apa yang membuat karya yang diturunkan dari
Revolusi Ilmiah ini berbeda dari jenis penyelidikan dunia lainnya.

Dalam filosofi sains, kita dapat membedakan antara masalah epistemologi dan
metafisika (serta masalah yang tidak termasuk dalam kategori apa pun). Epistemologi erat
kaitannya dengan sisi filsafat mengenai pertanyaan tentang pengetahuan, bukti dan
rasionalitas. Sementara itu, metafisika lebih erat kaitannya dengan sisi kontroversial filsafat
dimana membahas mengenai sifat realitas (non-fisik). Kedua sisi filsafat ilmu pengetahuan
ini mengalami tumpang tindih satu sama lain. Sebagian besar masalah yang dibahas dalam
buku ini adalah mengenai epistemologi, dengan harapan dapat menjelaskan dunia
“sebagaimana adanya” dengan bukti dan pengamatan dapat membenarkan teori ilmiah yang
ada. Namun sewaktu-waktu terdapat tuntutan metafisika karena tidak bisa diselesaikan
dengan epistemologi. Selanjutnya, sebagian orang bertanya mengenai apakah sains itu
“objektif” atau tidak. Istilah ini sangat rentan dan memiliki beberapa arti yang sangat
berbeda. Terkadang objektivitas diartikan tidak adanya bias; objektivitas adalah
ketidakberpihakan atau keadilan. Tetapi istilah "objektif" juga sering digunakan untuk
mengungkapkan klaim tentang apakah keberadaan sesuatu terlepas dari pikiran kita. Oleh
karena ambiguitas istilah itu, dalam buku ini pertanyaan-pertanyaan yang cenderung
menggunakan istilah itu akan dibahas menggunakan bahasa yang berbeda.

Selanjutnya, pertanyaan mengenai bagaimana sains bekerja dapat dijawab melalui


empirisme. Dikatakan dalam buku ini, satu-satunya sumber pengetahuan nyata tentang dunia
adalah pengalaman. Empirisme dalam pengertian ini, adalah pandangan tentang dari mana
semua pengetahuan berasal, bukan hanya pengetahuan ilmiah. Dalam bab 1 buku ini
dikatakan empirisme dan sains, pemikiran dan penyelidikan ilmiah memiliki pola dasar yang
sama sebagai pemikiran dan investigasi sehari-hari. Dalam setiap kasus, satu-satunya sumber
nyata pengetahuan tentang dunia adalah pengalaman. Tetapi sains sangat berhasil karena
memiliki suatu sistem yang terorganisir, sistematis, dan terutama responsif terhadap
pengalaman itu sendiri. Salah satu ahli empiris terpenting filsuf abad ke-20, kerap
menggunakan contoh Ig naz Semmelweiss (lihat Hempel 1966). Semmelweiss bekerja di
sebuah rumah sakit di Wina pada pertengahan abad kesembilan belas; Dia mampu
menunjukkan dengan tes empiris sederhana bahwa jika dokter mencuci tangan sebelum
melahirkan, bayi risiko infeksi pada ibu sangat berkurang.

Mengapa filsafat itu penting dalam memahami teori-teori Administrasi Publik?


Filsafat digunakan sebagai pedoman untuk berpikir secara kritis, matang dan mendalam
terhadap hakikat dan makna yang terkandung dalam terori-teori Administrasi Publik. Setiap
teori Administrasi Publik dalam pengkajiannya selalu mengikuti alur pemikiran manusia
yang dilakukan secara radikal, menyeluruh, rasional, dan objektif. Hal itulah yang mendasari
pentingnya memahami filsafat, yang dapat ditinjau dari beberapa aspek seperti : (a) ontologi,
pemikiran dimulai dari adanya pembuktian, dan atau penyelidikan yang dilakukan secara
mendalam mengenai objek kajiannya, (b) epistemologi, pemahaman utamanya adalah logika
sebagai pengetahuan yang mempelajari segenap asas, aturan, dan tata cara penalaran dari
suatu objek yang dipikirkan secara benar, dengan dibuktikan dengan bukti dan
rasionalitasnya, (c) aksiologi, substansinya terletak pada pemanfaatannya, apakah bermanfaat
bagi manusia atau tidaknya.

Anda mungkin juga menyukai