Dosen Pengampu
Tiwi Nurjannati Utami, S.Pi, MM
Disusun Oleh :
AGROBISNIS PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Malang
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita
nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu
kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
"Pengaruh Pandemi Covid-19 Terhadap Keberlangsungan Industri Perikanan
Tangkap” . Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
agung Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT
untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah
agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi
seluruh alam semesta.
Kami berharap dengan sungguh-sungguh supaya makalah ini mampu berguna
serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan. Selain itu
kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan banyak sekali
kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami benar-benar menanti
kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami tulis di masa yang
selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.
Wonogiri, 4 Mei2020
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER....................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
1.3. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II Pembahasan....................................................................................................3
2.2. Covid-19.............................................................................................................4
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................17
3.2. Saran.................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................19
iii
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.3 Tujuan
5
BAB II
Pembahasan
Sumber daya kelautan dan perIkanan merupakan salah satu potensi sumber daya alam
yang sangat besar dan mendapatkan perhatian yang serius di Indonesia. Secara singkat,
dua per tiga wilayah Indonesia terdiri dari laut, memiliki pulau sebanyak lebih dari
17.000 serta garis pantai sepanjang 81.000 km. Pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 menekankan bahwa fokus terbesar
diberIkan pada bidang kelautan yang di dalamnya adalah perIkanan dengan cara
mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan (Bappenas,
2014). Selama ini sektor perIkanan dianggap telah teruji sebagai sektor yang mampu
bertahan dalam situasi krisis, baik ekonomi, finansial maupun moneter serta mampu
menyediakan bahan pangan penting bagi masyarakat, sumber pendapatan serta
sekaligus menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup signifIkan. Sektor
perIkanan memiliki kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi di beberapa
negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, China dan negara-negara Eropa. Hal ini
dipertegas oleh pernyataan Fauzi (2010) bahwa sektor perIkanan dibeberapa negara di
dunia telah menjadi sumber “energi” pertumbuhan ekonomi dan juga menjadi “mesin
pertumbuhan” ekonomi regional. Hal ini pun terjadi di Indonesia, dimana sektor
perIkanan terus memberIkan peningkatan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi
sehingga pemerintah memberIkan perhatian lebih. Perhatian tersebut
diimplementasIkan melalui dukungan kebijakan fiskal dan non fiskal yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama nelayan (Samosir, 2014). Hal
tersebut menegaskan bahwa sumber daya perIkanan adalah aset penting negara yang
jika dikelola dengan baik akan memberIkan manfaat yang maksimum bagi masyarakat
( Fauzi dan Anna,2002).
Perikanan tangkap memiliki peran penting dan strategis di Indonesia, setidaknya dapat
dilihat dari tiga peran, yaitu sumber pertumbuhan ekonomi, sumber pangan khususnya
protein hewani, dan penyedia lapangan kerja (Purnomo ,2012; Triarso, 2012; Rizal,
Iskandar, Herawati & Dewanti 2018; Sanger, Jusuf & Andaki 2019). Perikanan
menciptakan lapangan kerja dan bertindak sebagai “jaring pengaman” ketika sumber
penghasilan lainnya gagal (Bene & Tewfik 2001; Bene, Macfadyen & Allison 2007;
Cunningham 1993; Machena & Kwaramba 1997). Pentingnya perikanan tangkap tidak
hanya terjadi di Indonesia namun juga di beberapa negara di Asia, Eropa dan Amerika.
Fakta ini diungkapkan Fauzi (2010) bahwa sektor perikanan di beberapa negara di
Eropa dan Amerika telah menjadi sumber “energi” dan mesin pertumbuhan ekonomi
regional. Peran sektor perikanan di beberapa negara ditandai dengan tajamnya
peningkatan produksi perikanan dunia. Bahkan untuk di China, perikanan tangkap
berdampak secara ekonomi dan sosial (Huang & He 2019). Fauzi & Anna (2002)
menyebutkan bahwa sumber daya perikanan sebagai salah satu aset penting negara
apabila dikelola secara baik, dan memberikan manfaat maksimum bagimasyarakat.
Tingkat pemanfaatan ikan pelagis besar tidak terlepas dari peningkatan produksi
yang terus meningkat sejak tahun 2005 hingga 2018. Laju pertumbuhan produksi
perikanan tangkap untuk komoditas TTC selama tahun 2011 hingga 2018 mencapai
18,2% per tahun (KKP 2019). Peningkatan laju produksi yang cukup tinggi
memberikan tekanan terhadap sumber daya, tercermin dari status tingkat
pemanfaatannya. Penurunan kualitas sumber daya atau deplesi sumber daya tentu saja
diperlukan sebuah solusi untuk tetap menjaga keberlanjutannya. Salah satu yang
dapat dilakukan adalah dibentuknya kawasan konservasi. Kawasan konservasi dapat
berfungsi sebagai daerah perlindungan, tempat spawning ground dan nursery ground
bagi beberapa ikan jenis pelagis. Ikan pelagis besar yang bersifat high migratory tentu
saja akan beruaya lintas WPP. Beberapa WPP yang sudah berada pada tingkat
pemanfaatan over exploited menjadi prioritas peningkatan luas
kawasankonservasinya.
Seperti itulah kondisi Industri Perikanan Indonesia beberapa bulan lalu. Berbeda
halnya dengan saat ini, dimana dunia sedang dihadapkan dengan pandemi covid-19
yang melanda hampir seluruh negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Hal ini
tentunya membawa dampak bagi berbagai aspek dan bidang, salah satunya di bodang
Perikanan sendiri.
2.2. Covid-19
Keadaan dunia saat ini digemparkan oleh informasi mengenai virus mematikan
ke 7 dunia yang menyebar secara pesat ke beberapa wilayah belahan dunia saat ini.
Virus tersebut di kenal dengan nama Virus Corona (Covid-19). COVID-19
merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut
coronavirus 2 (severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 atau SARS-CoV-2).
Virus ini merupakan keluarga besar Coronavirus yang dapat menyerang hewan.
Ketika menyerang manusia, Coronavirus biasanya menyebabkan penyakit infeksi
saluran pernafasan, seperti flu, MERS (Middle East Respiratory Syndrome), dan
SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). COVID-19 sendiri merupakan
coronavirus jenis baru yang ditemukan di Wuhan, Hubei, China pada tahun 2019
(Ilmiyah, 2020; Hui, et al., 2020). Karena itu, Coronavirus jenis baru ini diberi nama
Coronavirus disease-2019 yang disingkat menjadi COVID-19. COVID-19 sejak
ditemukan menyebar secara luas hingga mengakibatkan pandemi global yang
berlangsung sampai saat ini. Gejala COVID-19 umumnya berupa demam 38°C, batuk
kering, dan sesak nafas serta dampak paling buruk untuk manusia ialah kematian.
Sampai 19 April 2020 pukul 10:38:37 WIB, dilaporkan terdapat 2.329.539 kasus
terkonfirmasi dari 185 negara yang 160.717 orang diantaranya meninggal dunia serta
595.229 orang bisa disembuhkan (Johns Hopkins CSSE, 2020).
2.3. Dampak Covid-19
Demikian manakutkannya virus ini, dalam waktu yang cepat menelan banyak
korban jiwa di berbagai belahan negara. Awalnya dianggap sepele, namun dengan
informasi yang gencar utamanya melalui media sosial yang mewartakan tentang
keganasan virus tersebut, berimbas pada perubahan perilaku masyarakat. Orang mulai
takut berinteraksi, sehingga banyak terhentinya kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi dan
keagamaan yang bersifat masif dan berinterkasi fisik. Bahkan mewabahnya COVID-
19 berkomplikasi terhadap ancaman kelesuan ekonomi. Hotel- hotel, tempat-tempat
wisata, sepi. Supir-supir gojek dan pekerja lepas banyak kebingunan karena
kehilangan penghasilan. Terkesan awalnya menyepelekan. Seperti tidak hirau dengan
himbauan pemerintah untuk tidak bepergian dan tinggal di rumah. Kemacetan
lalulintas, bandara, kafe-kafe, mall, nampak normal, penuh dan ramai, seolah tiada
virus yang berbahaya yang mengintainya. Kesadaran muncul, ketika media sosial
(medsos) gencar menyebarkan informasi korban-korban yang nyata akibat COVID-
19. Himbauan untuk tinggal dan bekerja di rumah serta tidak bepergian ke luar kota
termasuk ke luar negeri mulai dipatuhi. Belakangan jalan-jalan mulai sepi, demikian
pun dengan mall, perkantoran, dan ruang-ruang publik nampak lengang. Pemerintah
mempridiksi periode pandemi COVID-19 berakhir hingga Mei. Artinya ada kisaran
dua bulan kedepan (April-Mei) pegawai akan melakukan ativitas kerjanya secara
online di rumah. Masa pengendapan kebiasaan baru, untuk membangun budaya kerja
digital yang sangat berharga. Dan pada saatnya kita masyarakat akan menjadi lebih
terbiasa bekerja di rumah dengan mengoptimalkan fasilitas digital, yang sudah lama
menawarkankemudahannya.
Tentu perubahan budaya ini harus segera dimanfaatkan pengambil kebijakan,
untuk membangun sistem organsisasi dan sistem kerja baru, yang benar-benar
berbasis digital. Struktur organisasi yang hirakhis selayaknya harus segera
disesuaikan, karena interaksi pegawai cenderung tidak lagi berjenjang. Pegawai dapat
berinteraksi dengan pegawai lainnya secara lateral, dengan semua pegawai pada
berbagai jenjang jabatan. Proses kerja lama yang cenderung fisik dan manual, segera
disesuikan dengan sistem kerja digital. Jam kehadiran di kantor, sebagai misal,
selayaknya segera disesuikan karena basisnya output dan kehadiran fisik di kantor
dalam banyak pekerjaan tidak lagi banyak maknanya. Demikian halnya sistem
kepegawaian lainnya juga perlu melakukan penyesuaian secara lebih terpadu dalam
basis digitaltersebut.
Pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini mau tidak mau memberikan dampak
terhadap berbagai sektor. Pada tataran ekonomi global, pandemi COVID-19
memberikan dampak yang sangat signifikan pada perekonomian domestik negara-
bangsa dan keberadaan UMKM. Laporan Organisation for Economic Co-operation
and Development (OECD) menyebutkan bahwa pandemi ini berimplikasi terhadap
ancaman krisis ekonomi besar yang ditandai dengan terhentinya aktivitas produksi di
banyak negara, jatuhnya tingkat konsumsi masyarakat, hilangnya kepercayaan
konsumen, jatuhnya bursa saham yang pada akhirnya mengarah kepada
ketidakpastian. Jika hal ini berlanjut, OECD memprediksi akan terjadi penurunan
tingkat output antara seperlima hingga seperempat di banyak negara, dengan
pengeluaran konsumen berpotensi turun sekitar sepertiga. Prediksi ini tentu
mengancam juga perekonomian nasional Indonesia. Aknolt Kristian Pakpahan
menyebutkan ada tiga implikasi bagi Indonesia terkait pandemi COVID-19 ini yakni
sektor pariwisata, perdagangan, dan investasi. Indonesia yang didominasi oleh
keberadaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai tulang punggung
perekonomian nasional juga terdampak secara serius tidak saja pada aspek total
produksi dan nilai perdagangan akan tetapi juga pada jumlah tenaga kerja yang harus
kehilangan pekerjaannya karena pandemi ini. Data dari Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah (KemenkopUKM) menunjukkan bahwa pada tahun 2018
terdapat 64.194.057 UMKM yang ada di Indonesia (atau sekitar 99 persen dari total
unit usaha) dan mempekerjakan 116.978.631 tenaga kerja (atau sekitar 97 persen dari
total tenaga kerja di sektor ekonomi).
Kajian yang dibuat oleh Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa pandemi
COVID-19 memberikan implikasi negatif bagi perekonomian domestik seperti
penurunan konsumsi dan daya beli masyarakat, penurunan kinerja perusahaan,
ancaman pada sektor perbankan dan keuangan, serta eksistensi UMKM. Pada aspek
konsumsi dan daya beli masyarakat, pandemi ini menyebabkan banyak tenaga kerja
berkurang atau bahkan kehilangan pendapatannya sehingga berpengaruh pada tingkat
konsumsi dan daya beli masyarakat terutama mereka yang ada dalam kategori pekerja
informal dan pekerjaharian.
Dampak lain yang dirasakan yaitu waktu mencari ikan di laut lebih
diperpendek menjadi 3-4 hari. Alhasil, tangkapan ikan semakin sedikit.
Padahal sekarang ini cuaca sedang bagus untuk mencari ikan di laut. Sebelum
adanya pandemi, selama satu minggu di laut paling tidak bisa membawa
pulang 4-5 kuintal hasil tangkapan ikan. Sekali berangkat, para nelayan
biasanya menghabiskan Rp6-7 juta untuk biaya operasional termasuk untuk
perbekalan melaut.
2.4. Kondisi Industri Perikanan Tangkap SaatIni
a) Produksi
b) Pemasaran
dan stimulus kredit usaha rakyat dari total anggaran Rp. 405,1 triliun
mengatasi pandemi Covid-19 melalui APBN 2020. Pendistribusian anggaran
tersebut harus transparan, jelas, dan tepat sasaran agar eksistensi UMKM dan
aktivitas perekonomian riil tetap terjaga. Selain anggaran yang telah
ditetapkan, pemerintah juga dapat mendorong sektor perbankan baik bank
milik pemerintah ataupun bank swasta untuk dapat memberikan pinjaman
lunak kepada para pelaku UMKM tentu dengan mekanisme ketat siapa saja
yang berhak mendapatkan pinjaman dengan suku bunga lunak ini. Jangan
sampai pinjaman ini disalahgunakan dan akhirnya malah merugikan kinerja
bank pemberi pinjaman.
Terkait bantuan kepada UMKM, dua lembaga pemerintah yang berurusan
langsung dengan UMKM yakni Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah (KemenkopUKM) dan Kementerian Perindustrian (Kemenperin)
telah merancang beberapa strategi untuk membantu UMKM. KemenkopUKM
telah memberikan setidaknya tiga stimulus bagi UMKM di masa pandemi ini
guna menjaga keberlangsungan aktivitas UMKM, yakni: kelonggaran
pembayaran pinjaman, keringanan pajak UMKM enam bulan, dan transfer
tunai untuk bisnis skala mikro.13 Sementara Kementerian Perindustrian
merencanakan untuk: memberikan pinjaman dengan bunga rendah (lebih
rendah dari tingkat suku bunga untuk usaha mikro) kepada usaha kecil dan
menengah (UKM), menghubungkan para pelaku UKM dengan toko-toko
teknologi daring untuk membantu pemasaran dan penjualan produk-produk
UKM seperti Tokopedia, Shopee, dan Blibli, melakukan kerjasama dengan
industri lokal penyedia bahan baku mentah untuk keperluan produksi UKM,
dan melakukan kerjasama dengan Kementerian Luar Negeri dan Atase
Industri di luar negeri untuk terus melakukan proses negosiasi perdagangan
untuk melanjutkan aktivitas ekspor produk-produk yang dihasilkan oleh
UKMIndonesia.
Cara lain yang dapat dilakukan untuk membantu UMKM bertahan dalam
situasi pandemi ini adalah dengan memanfaatkan dana Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang dimiliki oleh perusahaan swasta dan
badan usaha-badan usaha milik negara (BUMN). Pemerintah perlu
mengeluarkan instruksi dan pedoman untuk seluruh BUMN agar mengalihkan
dana TJSL yang ada untuk membantu secara langsung UMKM- UMKM yang
terdampak pandemi COVID-19. BUMN pun dapat melibatkan UMKM dalam
proses produksi produk-produk yang bisa diisi oleh para pekerja UMKM.
Misalnya, BUMN yang bergerak dalam produksi farmasi dan alat
perlindungan diri (APD) seperti masker dan pakaian medis dapat melibatkan
para pekerja UMKM yang bergerak dalam bidang usaha produksi pakaian
untuk memproduksi dalam skala besar kebutuhan APD. Melihat potensi pasar
mengenai kebutuhan APD baik untuk kebutuhan domestik maupun
internasional, peluang ini dapat dimanfaatkan sekaligus memberi rasa aman
ancaman pemutusan hubungan kerja atau penutupan produksi yang dialami
UMKM dalam jangka pendek. Untuk perusahaan swasta, dana TJSL juga bisa
dialihkan untuk membantu UMKM yang berada di sekitar perusahaan tersebut
berada. Bentuk bantuan bisa dalam bentuk bantuan langsung seperti
pemberian paket sembako atau pembelian produk-produk UMKM untuk
kemudian disalurkan ke tempat lain. Tindakan seperti ini setidaknya dalam
jangka pendek mampu memberikan rasa aman para pelaku UMKM.
d) Risiko
Dengan adanya strategi, diharapkan akan bisa dijaga stabilitas harga yang
membuat pelaku usaha bisa menghindari kerugian dan sekaligus menyerap produksi
ikan dengan maksimal.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Diharap nelayan tetap produktif dan terus berusaha serta senantiasa mematuhi
peraturan Pemerintah demi kebaikan bersama.
b. Bagi Pemerintah
Dengan adanya pandemi seperti saat ini, diharapkan masyarakat lebih berhati-
hari, senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan, juga memenuhi anjuran
pemerintah agar dapat memutus rantai persebaran Covid-19. Selain itu,
dengan banyaknya dampak terutama di bidang ekonomi, diharapkan
masyarakat senantiasa bergotong royong dan saling bantu sesama.
Chusnah, Asma'ul. 2020. Pengaruh kondisi pandemi pada permintaan fast food.
Journal Permintaan Pasar Universitas Muhammadyah Sidoarjo.
Pakpahan, A.K. 2020. Covid-19 Dan implikasi pada usaha mikro, kecil, dan
menengah. Jurnal Penelitian. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas
Katolik Paharyangan.