Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan
adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK di masyarakat makin
meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40 – 60 tahun mempunyai angka
prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65 tahun kira-kira mempunyai angka
prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun
wanita dari semua umur baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Akan tetapi dari
kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umum
kurang lebih 5-15%.
Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan adanya bakteri dalam urin.
Bakteriuria yang disertai dengan gejala saluran kemih disebut bakteriuria simptomatis.
Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria asimptomatis. Dikatakan bakteriuria positif
pada pasien asimptomatisbila terdapat lebih dari 105 koloni bakteri dalam sampel urin
midstream, sedangkan pada pasien simptomatis bisa terdapat jumlah koloni lebih rendah.
Prevalensi ISK yang tinggi pada usia lanjut antara lain disebabkan karena sisa urin dalam
kandung kemih meningkat akibat pengosonga kandung kemih kurang efektif , mobilitis
menurun, pada usia lanjut nutrisi sering kurang baik, sistem imunitas menurun.
Baik seluler maupu humoral, adanya hambatan pada aliran urin,hilangnya efek bakterisid dari
sekresi prostat. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang perlu mendapat
perhatian serius. Di Amerika dilaporkan bahwa setidaknya 6 juta pasien datang kedokter
setiap tahunnya dengan diagnosis ISK. Disuatu rumah sakit di Yogyakarta ISK merupakan
penyakit infeksi yang menempati urutan ke-2 dan masuk dalam 10 besar penyakit (data bulan
Juli – Desember).
Infeksi saluran kemih terjadi adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih.
Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dalam urin melalui biakan atau
kultur (Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001) dengan jumlah signifikan (Prodjosudjadi, 2003).
Tingkat signifikansi jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100/ml urin. Agen penginfeksi
yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp., Serratia, Pseudomonas
sp. Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah Eschericia coli (Coyle & Prince, 2005).

i
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengertian
Infeksi Saluran Kemih atau urinarius Troctus infection adalah sutatu keadaan adanya
infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001). Infeksi Saluran Kemih
adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998).
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang di sebabkan
oleh bakteri terutama escherichia coli: resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti
refluksvesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen
baru,septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk,1998). Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah
umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih.
(Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001).

B. Etiologi
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
- Pseudemonas, Proteus,klebsiella: penyebab ISK complicated
- Escherichia coli:90% penyebab ISK uncomplicated
- Enterobacter, Staphyloccoccus epidemidis, enterococci,dll.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
- Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
- Mobilitas menurun
- Nutrisi yang kurang baik
- Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
- Adanya hambatan pada aliran urin
- Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

i
C. Patofisiologi
1. Proses Penyakit
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam
traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui: kontak langsung dari tempat
infeksi terdekat, hematogen, limfogen.
Ada 2 jalur utama terjadi ISK yaitu asending dan hematogen
a. Secara Asending yaitu :
Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain : faktor anatomi
dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek dari pada laki- laki
sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, faktor tekanan urin saat miksi,
kontaminasi fekal, Pemasangan alat kedalam traktus urinarius (pemeriksaan
sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi

b. Secara Hematogen, yaitu :


Sering terjadi pada pasien yang sistem imunnya rendah sehingga mempermudah
penyebaran infeksi secara Hematogen. Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur
dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu adanya
bendungan total urin yang yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan
intrarenal akibat jaringan.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya :
- Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih
yang tidak lengkap
- Mobilitas menurun
- Nutrisi yang sering kurang baik
- Sistem imunitas yang menurun
- Adanya hambatan pada saluran urin
- Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensi yang
berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi
terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang
selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi gunjal sendiri, kemudian keadaan ini
secara hematogen menyebar keseluruh traktus urinarius. Selain itu beberapa hal yang menjadi
predisposisi ISK, antara lain adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang mengakibatkan
penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebt sebagai
i
hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah jaringan perut ginjal, batu neoplasma dan
hipertropi prostat yang sering ditemukan pada laki-laki diatas 60 tahun.
Klasifiksi infeksi saluran kemih sebagai berikut :
a. Kandung kemih (sistitis)
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya
infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik irin dari utetra kedalam
kandung kemih (refluks urtovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau
sistoskop.
b. Uretra (uretritis)
Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang di golongkan sebagai gonoreal
atau non gonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh niesseria gonorhoeae dan
ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis non gonoreal adalah uretritis yang tidak
berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia
frakomatik atau urea plasma urelytikum
c. Ginjal (pielonefritis)
Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi bakteri piala ginjal,
tubulus dan jaringan intertisial dari dalah satu atau kedua ginjal

Infeksi saluran kemih (ISK) pada usia lanjut dibedakan menjadi :


a. ISK Uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic
maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama
mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
b. ISK Complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit
diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering
terjadi bakterimia, sepsis, dan shock.
ISK ini terjadi bila terdapat keadaan- keadaan sebagai berikut :
- Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi,
atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
- Kelainan faal ginjal :GGA maupun GGK
- Gangguan daya tahan tubuh

i
- Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus spp yang
memproduksi urease.

2. Manifestasi klinis
Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :
• Mukosa memerah dan edema
• Terdapat cairan eksudat yang purulent
• Ada Ulserasi pada uretra
• Adanya rasa gatal yang menggelitik
• Good morning sign
• Adanya nanah awal miksi
• Nyeri pada awal miksi
• Kesulitan untuk memulai miksi
• Nyeri pada bagian abdomen

Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :


• Disuria (nyeri waktu berkemih)
• Peningkatan frekuensi berkemih
• Perasaan ingin berkemih
• Adanya sel-sel darah putih dalam urin
• Nyeri punggung bawah atau suprapubic
• Demam yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah.

Pielonefritis akut biasanya memperlihatkan gejala :


• Demam
• Menggigil
• Nyeri pinggang
• Disuria
3. Komplikasi
• Prostatitis
• Epididimis
• Striktura uretra
• Sumbatan pada vasoepididinal

i
4. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
Leukosuria atau puria : merupakan salah satu bentuk adanya ISK. Leukosuria positif bila
terdapat lebih dari 5 leukosit/ lapang pandang besar (LBP) sediment air kemih.
Hematuria : Hematuria positif bila 5– 10 eritrosit/ LBP sediment air kemih. Hematuria
disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerolus ataupun
urolitiasis.
2. Bakteriologis
Mikroskopis
Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni : hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung
aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya
infeksi.
5. Metode tes
Tes dipstick multistrip untuk WBC ( tes esterase leukosit ) dan nitrit (tes Griess untuk
pengurangan nitrat). Tes esterase leukosit positif : maka pasien mengalami piuria. Tes
pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal
menjadi nitrit.
Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) : Uretritia akut akibat organime menular secara seksual
(misal, klamidia trakomatis, neisseria gonnorrhoeae, herpes simplek) .
Tes - tes tambahan : Urogram Intravena (UIV), Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas
traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostat.
Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan
untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

D. Penatalaksanaan
Penanganan Infeksi Saluran Kemih ( ISK ) yang ideal adalah agens antibacterial yang
secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhadap
flora fekal dan vagina.

i
Terapi Infeksi Saluran Kemih ( ISK ) pada usia lanjut dapat dibedakan atas :
• Terapi antibodika dosis tunggal
• Terapi antibiotika konvensional : 5-14 hari
• Terapi antibiotika jangka lama : 4-6 minggu
• Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan
infeksi.penggunaan medikasi yang umum mencakup : sulfisoxazole (gastrisin),trimethoprim /
sulfamethoxazole ( tpm / smz,bactrim,septra),kadang ampicillin atau amoksisilin
digunakan,tetapi E.Coli telah resisten terhadap bakteri ini.pyridium,suatu analgesic urinarius
juga dapat digunakan untuk mengurangi ketidak nyamanan akibat infeksi.Dan dianjurkan
untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas mikroorganisme yang
mungkin naik ke uretra,untuk wanita harus membilas dari depan kebelakang untuk
menghindari kontaminasi lubang uretra oleh bakteri feces.

E. Pengkajian Keperawatan
1. Data biologis meliputi :
- Identitas Klien
- Identitas Penanggung
2. Riwayat Kesehatan
- Riwayat Infeksi Saluran Kemih
- Riwayat pernah menderita Batu Ginjal
- Riwayat penyakit DM,Jantung
3. Pengkajian Fisik
- Palpasi Kandung Kemih
- Inspeksi daerah meatus :
a. kaji warna, jumlah, bau dan kejernihan urine
b. kaji pada costovertebralis
c. Riwayat Psikososial
- Usia,Jenis Kelamin, Pekerjaan,Pendidikan
- Persepsi terhadap kondisi penyakit
- Mekanisme Koping dan sistem pendukung

d. Pengkajian Pengetahuan Klien dan keluarga

i
- Pemahaman tentang penyebab / Perjalanan penyakit
- Pemahaman tentang pencegahan,perawatan dan terapi medis.

F. Diagnosa Keperawatan
1. Penyebarluasan Infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan Inflamasi,Kandung
Kemih,dan struktur traktus urinarius lain
3. Perubahan pola eliminasi urine (disuria,dorongan,frekuensi,dan atau
noktuaria).berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun
struktur traktus urinarius lain
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit,metode pencegahan,dan instruksi perawatan dirumah.

G. Perencanaan Keperawatan
Dx. 1 :
Penyebarluasan Infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
Infeksi sembuh dan mencegah komplikasi.
Kriteria Hasil :
1. Tanda-Tanda Vital dalam batas normal
2. Nilai Kultur Urine Negatif
3. Urine berwarna bening dan tidak berbau
Intevensi :
1. Kaji suhu tubuh pasien selama 4 jam dan lapor suhu diatas 38,5 0C
Rasional : Tanda – tanda vital menandakan adanya perubahan didalam tubuh.
2. Catat karakteristik urine
Rasional : Untuk mengetahui /mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan
dari hasil yang diharapkan.
3. Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter jika ada kontra indikasi
Rasional : Untuk mencegah statis urine
4. Monitor Pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon
terapi
Rasional : Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita

i
5. Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali
kemih
Rasional : Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih
6. Berikan keperawatan perineal,pertahankan agar tetap bersih dan kering
Rasional : Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi
uretra
Dx. 2 : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi
uretra, kandung kemih, dan struktur traktus urinarius lain
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri
hilang atau berkurang saat dan sesudah berkemih
KH :
1. Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih
2. Kandung Kemih tidak tegang
3. Pasien tampak tenang
4. Ekspresi wajah tenang

Intervensi :
1. Kaji Intensitas, lokasi, dan faktor yang memperberat atau meringankan nyeri
Rasional : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi
2. Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat ditoleran
Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot
3. Anjurkan minum banyak 2 - 3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional : Untuk mmbantu klien dalam berkemih
4. Pantau perubahan warna urine, pantau pola berkemih, masukan dan keluaran setiap
8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang
Rasional : Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil
yang diharapkan.
5. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
6. Berikan perawatan perineal
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi uretra

7. Jika dipasang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari

i
Rasional : Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasukikandung kemih dan naik
saluran perkemihan
8. Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan
Rasional : Relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri
9. Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi
Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri

Dx. 3 : Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada


kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat
mempertahankan pola eliminasi secara adekuat
KH :
1. Tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi,oliguri,disuria)
2. Klien dapat berkemih setiap 3 jam
3. Klien tidak kesulitan saat berkemih
Intervensi :
1. Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
Rasional : Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untk mengetahui input/
output
2. Anjurkan untuk berkemih setiap 2 - 3 jam
Rasional : Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria
3. Palpasi kandung kemih setiap 4 jam
Rasional : Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih
4. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik urine
Rasional : Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
5. Dorong,meningkatkan pemasukan cairan
Rasional : Peningkatan hidrasi membilas bakteri
6. Kaji keluhan pada kandung kemih
Rasional : Retensi urine dapat terjadi dan menyebabkan distensi jaringan (kandung
kemih/ginjal).

7. Bantu klien ke kamar kecil, memekai pispot/urinal

i
Rasional : Untuk memudahkan klien dalam berkemih
8. Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman
Rasional : Supaya klien tidak sukar berkemih
9. Observasi perubahan tingkat kesadaran
Rasional : Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolitdapat menjadi
toksin pada susunan saraf pusat.
8. Kolaborasi :
• Awasi pemeriksaan laboratorium,elektrolit,bun,kreatinin
• Lakukan tindakan untuk memelihara asam urine dan berikan obat-obatan untuk
meningkatkan asam urine
Rasional : Asam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan sari
buah dapat berpengaruh dalam pengobatan infeksi saluran kemih.

Dx. 4 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses


penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan dirumah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan klien
bertambah
KH :
1. Kien tidak gelisah
2. Klien tenang
3. Klien dapat mengatakan tentang proses penyakit,metode pencegahan dan instruksi
perawatan di rumah
Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan
Rasional : Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien
2. Berikan kesampatan Klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan
pengobatan
3. Beri Support pada klien
Rasional : Agar klien mempunyai semangat.

4. Berikan dorongan spiritual

i
Rasional : Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
5. Berikan penkes
Rasional : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya
6. Memberikan kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak diketahui tentang
penyakitnya.
Rasional : Mengetahui sejauh mana ketidaktahuan pasien tentang penyakitnya
7. Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat menbuat pilihan
berdasarkan informasi.
8. Berikan informasi tentang : sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran,
jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik: tujuan, gambaran singkat,
persiapan yang dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.
Rasional : Pengetahuan apa yng diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu
mengembankan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.
9. Anjurkan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum sebanyak kurang
lebih delapan gelas per hari
Rasional : Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit
mereda. Cairan menolong membilas ginjal.
10. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspesikan perasaan dan masalah
tentang rencana pengobatan.
Rasional : Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhuan dan
membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.

H. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap ani untuk melaksanakan Intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan pasien.Agar Implementasi / pelaksanaan perencanaan ini
dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan,memantau dan
mencatat respon pasien terhadap setia Intervensi yang dilaksanakan serta
mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.(Doengoes E Marilyn.dkk.2000)

i
I. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah mengacu pada tujuan
yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
• Nyeri yang menetap atau bertambah
• Perubahan warna urine
• Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing,
menetes setelah berkemih

BAB III

i
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan
adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Untuk menyatakan adanya ISK
harus ditemukan adanya bakteri dalam urin
2. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
- Pseudemonas, Proteus,klebsiella: penyebab ISK complicated
- Escherichia coli:90% penyebab ISK uncomplicated
- Enterobacter, Staphyloccoccus epidemidis, enterococci,dll.
3. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
- Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
- Mobilitas menurun
- Nutrisi yang kurang baik
- Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
- Adanya hambatan pada aliran urin
- Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
4. Klasifiksi infeksi saluran kemih sebagai berikut :
• Kandung kemih (sistitis).
• Uretra (uretritis)
• Ginjal (pielonefritis)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang setinggi-tingginya kehadirat Allah Yang Maha Pengasih dan
Penyayang, atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penyusunan makalah dengan
judul “Askep Lansia dengan Infeksi Saluran Kemih” ini dapat diselesaikan.
Terima kasih yang tulus kami sampaikan kepada Ibu Ns.Ainil Yusra, S.Kep yang
telah memberi arahan dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Terima kasih juga kami
sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu baik langsung maupun tidak
langsung.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan atau
jauh dari kesempurnaan.maka oleh karena itu, Kritik dan saran sangat diharapkan demi

i
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini ada juga manfaatnya bagi pembaca
umumnya dan penyusun khususnya
Wassalam,

Lhokseumawe,21 April 2011


Kelompok I

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i

DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1

LATAR BELAKANG....................................................................................... 1

BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN........................................... 2

A. PENGERTIAN............................................................................................... 2

B. ETIOLOGI.................................................................................................... 2

i
C. PATOFISIOLOGI........................................................................................... 3

D. PENATALAKSANAAN................................................................................... 6

E. PENGKAJIAN KEPERAWATAN....................................................................... 7

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................................... 8

G. PERENCANAAN KEPERAWATAN.................................................................. 8

H. PELAKSANAAN KEPERAWATAN...................................................................
...................................................................................................................
12

I. EVALUASI KEPERAWATAN...........................................................................
...................................................................................................................
13

Anda mungkin juga menyukai