Anda di halaman 1dari 4

Reviewer

Nama: Muhamad Nafizaldi Saputra


NIM: 21080119130047
Judul: Fate of 4-bromodiphenyl ether (BDE3) in soil and the effects of
coexisted copper
Jurnal: Environmental Pollution
Penulis: Yao Yao , Bin Wang , Yujie He , Lianhong Wang , Philippe F.-X.
Corvini , Rong Ji
Tanggal dan Tahun Terbit: 19 Februari 2020

1. Pendahuluan
Polibrominasi difenil eter (PBDEs) diproduksi secara luas sebagai brominasi
penghambat api dan digunakan sebagai aditif dalam berbagai produk konsumen termasuk
plastik, sirkuit elektronik, bahan bangunan, dan tekstil. Meskipun Penta- dan Octa-BDE
diklasifikasikan sebagai polutan organik tetapi produksi dan penggunaan Deca-BDE masih
lazim digunakan di banyak negara termasuk China. Polusi Lingkungan PBDEs memiliki
konsentrasi tertinggi di tanah dan sedimen di lokasi daur ulang limbah elektronik.
Congener brominasi PBDEs rendah atau LDBEs menjadi perhatian penting di
lingkungan karena bioakumulasi dan toksisitas pada saat penguraiannya. Salah satu congener
brominasi yang paling rendah adalah 4-Bromodifenil Eter (BDE3) yang dapat dibentuk dari
debrominasi Decabromodifenil Eter (BDE209) oleh mikroorganisme dan tumbuhan.
Tanah merupakan salah satu penyerap utama polutan organik di lingkungan.
Pembuangan polutan organik di dalam tanah tidak hanya meliputi degradasi tetapi juga
pembentukan residu yang tidak dapat diekstraksi. Pelepasan PBDE bersama dengan logam
berat ke lingkungan disebabkan oleh daur ulang limbah elektronik, terutama di negara
berkembang. Di mana teknik daur ulang seringkali primitif. Ini menghasilkan pelepasan
berbagai senyawa organik berbahaya (misalnya, PBDEs dan PAH) dan logam berat
(misalnya, Cu) ke lingkungan dan terutama di tanah.
Dalam studi ini peneliti menggunakan 14C-radioactive tracer dan monobrominasi
difenil eter BDE3 sebagai salah satu congener PBDE 1) untuk mempelajari Fate LBDE di
dalam tanah dibawah kondisi Toksik, 2) Untuk mengukur dan mengidentifikasi metabolit dan
NERs dari LDBEs di dalam tanah, dan 3) Untuk mengevaluasi kemungkinan efek dari Cu
yang ada bersama pada Fate LBDEs. Hasilnya akan memberikan wawasan untuk
Enviromental Fate pada LDBEs, dan pengaruh Tembaga (Cu) terhadap Fate LBDEs dan
NERs mereka. Ini adalah data penting untuk penilaian risiko lingkungan pada LBDEs.

2. Metode dan Bahan


2.1. Bahan Kimia
Secara seragam 14C-ring berlabel BDE3 (14C-BDE3) disintesis dari 14C-ring berlabel
phenol (14C-phenol) dalam dua langkah. 14C-phenol dibrominasi menjadi 14C-4-
bromophenol, yang bereaksi dengan diphenyl iodonium klorida menghasilkan 14C-BDE3
dengan kemurnian kimia 98% dan kemurnian radiokimia 99%
2.2. Tanah
Tanah antrosol hidragrik gleyic didapatkan dari tanah bagian atas (0-20 cm) dari
persawahan di Stasiun Percobaan Changshu dari Akademi Ilmu Pengetahuan China, yang
terletak di Provinsi Jiangsu, China. Tanah memiliki tekstur lempung dan mengandung 2,5%
total karbon organik dan 0,12% total nitrogen organik. Tanah diaktivasi pada 60% dari
kapasitas menahan air maksimal selama 10 hari.
2.3. Inkubasi Tanah
0,2 g tanah (berat kering) ditambahkan 50 mL larutan stok 14C-BDE3 (dalam etil asetat)
menggunakan mikrosyringe. Setelah penguapan pelarut semalaman, tanah tersebut dicampur
secara menyeluruh dengan 1,8 g tanah (berat kering) dalam 50mL labu ukur. Labu itu
kemudian ditutup dengan sumbat karet yang dibungkus polytetrafluoroethylene dan
diinkubasi pada suhu 27 ± 1 oC dalam gelap selama 50 hari. 14CO2 dilepaskan dari tanah
selama inkubasi dan diserap di dasar sumbat yang berisi 1 mL NaOH (1 M) dalam botol 6
mL
Selama inkubasi, labu dibuka setiap hari memastikan oksigen yang cukup di dalam.
Hilangnya kelembaban tanah digantikan dengan penambahan air suling steril sesuai dengan
massa asli. Semua percobaan dilakukan dalam rangkap tiga. Di hari 0, 3, 5, 9, 15, 27, dan 50,
tiga labu dari masing-masing perlakuan digunakan untuk menganalisis 14CO2 yang
terperangkap dalam NaOH, 14C-BDE3 dan kemungkinan metabolit dalam residu yang dapat
diekstraksi pelarut organik, dan NER. Di akhir inkubasi (50 hari), pH dan bebas Konsentrasi
Cu2+ yang diekstraksi dengan 0,01 M CaCl2 tanah ditentukan menggunakan perlakuan tanah
dengan BDE3 tidak berlabel.
2.4. Ekstraksi Tanah dan Fraksinasi NER
Pada setiap waktu pengambilan sampel, sekitar 2,0 g sampel tanah diekstraksi dengan
metanol (10 mL) dua kali dan etil asetat (10 mL) satu kali dengan pengocokan berulang (220
rpm, 1 jam) dan sentrifugasi (10.000 g, 20 menit). Tes awal dengan BDE3 menunjukkan
pemulihan dengan prosedur ini adalah 97,3 ± 1,3%. Ekstrak organik dipekatkan dengan
penguapan berputar (rotary evaporation) dan disuspensi kembali dengan 0,4 mL metanol
setelah filtrasi melalui membran 0,22 mm untuk analisis 14C-BDE3. Struktur metabolitnya
diidentifikasi dengan liquid chromatography-mass spectrometry (LC-MS). Radioaktivitas
NER ditentukan dengan oksidator biologis
2.5. Metode Analitik
2.5.1 Analisis HPLC-14C-LSC
Pengukuran HPLC dilakukan dengan kolom Waters C18 (Xbridge, 150 mm
4,6 mm, 3,5 mm) pada 30 oC dengan Waters 2695 sistem (Waters Corporation, USA)
termasuk auto-injector, modul gradien biner, detektor 2489 UV / Visible, dan WFCIII
fraction collector. Sampel 50-100 mL diinjeksikan ke dalam sistem. Dan pada fase
gerak yang mengandung 10% air dan 90% methanol secara isokratis dijalankan
selama 14 menit dengan laju aliran 1 mL/menit. Eluen dikumpulkan oleh pengumpul
fraksi (fraction collector) setiap 15 detik ke dalam botol kecil dan diukur
radioaktivitasnya dengan LSC.
2.5.2 Analisis LC-MS
Analisis LC-MS dilakukan dengan kolom Waters C18 (Xbridge, 100 mm 2.1
mm, 3.5 mm) pada Agilent 1260 HPLC sistem (Agilent Technology, Santa Clara, CA,
USA) digabungkan ke a hybrid quadrupole time-of-flight (Q-TOF) tandem mass
spectrometer. Fase gerak terdiri dari 10% air dan 90% metanol, berjalan secara
isokratis selama 10 menit pada 0,2 mL/menit. sampel dimurnikan melalui pengumpul
fraksi HPLC dan dianalisis dengan LC-MS-MS.
2.5.3 Pengukuran Radioaktifitas
Kuantifikasi radioaktivitas dilakukan dengan menggunakan cairan scintillation
counter dengan standar eksternal. Untuk radioaktivitas 14CO2 yang terdapat dalam
larutan NaOH 1 mL, digunakan scintillation cocktail 3 mL. Untuk pelarut organik,
0,5-1 mL ekstrak dicampur dengan 2 mL scintillation cocktail. Untuk NaOH
hidrolisat, 150-300 mL hidrolisat dicampur dengan 20 mL scintillation cocktail.
Untuk sampel padat, 100-500 mg airdried pellets yang diekstraksi dibakar dengan
oksidator biologis (OX-500;Zinsser Analytic, Jerman); 14CO2 yang dihasilkan diserap
oleh 15 mL alkaline cocktail Oxysolve C-400 (Zinsser Analytic) dan radioaktivitas
dihitung dengan LSC.
2.5.4 Analisis Data
Pada persamaan (1) digunakan untuk memodelkan disipasi BDE3 di dalam
Tanah
−kd −at
(1−e )
C t=C 0 e a (1)

Dimana C0 dan Ct (mg kg-1) adalah konsentrasi BDE3 pada saat waktu 0 dan t, Kd
(day-1) ) adalah laju disipasi konstan, a adalah koefisien ketersediaan, yaitu konstanta
kinetik.
Dari persamaan (1), waktu paruh dari BDE3 dapat dihitung melalui persamaan
sebagai berikut:
−1 0.693 a
t 1/ 2= ln ⁡( 1− ) (2)
a kd
Persamaan Kinetik tingkat pertama (first-order kinetics) digunakan untuk
memodelkan mineralisasi dan pembentukan NER dari BDE3 di dalam tanah.

M t =M Max ( 1−e−k t ) (3) m

t
Rt =R Max (1−e−k NER
) (4)

dimana Mt, Rt dan MMax, RMax (mineralisasi maksimal yang diprediksi dan NERs)
adalah kumulatif dari 14CO2 yang dilepas dari tanah dan NERs yang terbentuk di
tanah pada waktu t (day); Km dan KNER adalah tingkat mineralisasi dan pembentukan
NER (day-1) dari BDE3
2.5.5 Quality Assurance dan Quality Control (QA & QC)
Keseimbangan massa BDE3 selama percobaan dihitung dari pemulihan
radioaktivitas total di semua sampel dan fraksi tanah yang menunjukkan nilai antara
91 dan 106%. Pemulihan ekstraksi polutan dari tanah oleh pelarut organik adalah 94,7
± 1,0%. Penentuan radioaktivitas dalam sampel padat (NER) dengan pembakaran
pada pengoksidasi memiliki pemulihan 96,3 ± 0,5%.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1. Fate BDE3 di tanah

Anda mungkin juga menyukai