Anda di halaman 1dari 22

PENGALAMAN PERAWAT SEBAGAI KOORDINATOR PELAKSANA

UNIT GAWAT DARURAT PUSKESMAS DI KABUPATEN TRENGGALEK

Edi Yuswantoro¹, Retty Ratnawati², Setyoadi³


¹Akademi Keperawatan Pemkab Trenggalek
,
² ³Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

ABSTRAK
Pelayanan Unit Gawat Darurat (UGD) di Puskesmas merupakan jenis pelayanan pengembangan
bagian integral dengan pelayanan rawat inap.Pengembangan pelayanan tersebut memerlukan
pengelolaan manajemen untuk mencapai mutu pelayanan keperawatan yang optimal. Penelitian
ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman perawat koordinator pelaksana pelayanan
keperawatan UGD di puskesmas Kabupaten Trenggalek. Desain penelitian yang digunakan adalah
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi interpretatif. Wawancara mendalam menggunakan
pertanyaan semistruktur yang melibatkan 7 partisipan yang berperan sebagai koordinator
pelaksana Unit Gawat Darurat Puskesmas. Penelitian ini menghasilkan delapan tema yaitu,
koordinator pelaksana UGD puskesmas mempunyai peran dan tugas banyak, menerima atau
pasrah menjalankan banyak peran, pelaksanaan peran perencanaan dengan membuat usulan,
pelaksanaan peran dalam pengorganisasian belum optimal, peran pengarahan kepada staf belum
optimal, pelaksanaan peran monitoring dan evaluasi belum optimal, hambatan pelaksanaan
pelayanan UGD puskesmas, harapan koordinator pelaksana UGD puskesmas dalam pengelolaan.
Kesimpulan hasil penelitian ini adalah banyaknya peran yang diterima tenaga kesehatan
menyebabkan pelaksanaan menjalankan peran dan fungsinya menjadi tidak optimal.
Kata Kunci : Unit Gawat Darurat Puskesmas, Koordinator Pelaksana, Pengalaman Perawat,
Fenomenologi
ABSTRACT
Emergency services (ED) in Community Health Center plays a significant role as a part of integral
health services including inpatient. Developing its services require good management in order to
achieve quality of nursing care optimally. The purpose of the study was to explore nurses
experience as coordinator of nursing care at ED in community health services in Trenggalek
County. The method used in the study was a qualitative design with phenomenology approach
interpretive. Interview was performed using semi-structure question. The sample was seven nurses
who have a role as coordinator at ED in community health services. The study produced eight
themes which were being coordinator at emergency department required many task and role;
accepting its many role; performing the role of planning through creating proposals; implementing
its role in organization was still lag behind; supervising to employee has not optimized; performing
both monitoring and evaluating was not optimal; obstacle to performing emergency services in
community health services and the expectation of coordinator towards management at ED in
community health services. Due to many roles therefore it cause constraints to coordinator nurses
in order to implementing both the role and function optimally.
Keywords: Emergency department in community health services, nurse as a coordinator, nurses
experience, phenomenology.

Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol: 3, No. 2, November 2015; Korespondensi : Edi Yuswantoro.
Akper Pemkab Trenggalek Jl. DR. Soetomo No 05 Trenggalek. No telp. 085221269113.
Email: yuswantoroedi@gmail.com

www.jik.ub.ac.id
97
PENDAHULUAN merencanakan dan mengorganisasikan
pelayanan kesehatan yang merupakan salah
Pelayanan Unit Gawat Darurat (UGD) di
satu elemen perawat profesional (Mubarak,
Puskesmas merupakan jenis pelayanan
2005). Koordinator pelaksana bertanggung
pengembangan bagian integral dengan
jawab meletakkan konsep praktik, prinsip dan
pelayanan rawat inap (Surat Keputusan
teori manajemen keperawatan serta mengelola
Menteri Kesehatan RI NOMOR
lingkungan organisasi untuk menciptakan iklim
128/MENKES/SK/II/2004). Puskesmas rawat
yang optimal dan menjamin kesiapan asuhan
inap adalah Puskesmas yang diberi tambahan
keperawatan oleh perawat klinik sehingga
ruangan dan fasilitas untuk menolong pasien
menentukan keberhasilan pelayanan
gawat darurat, baik berupa tindakan operatif
keperawatan [ CITATION Pot10 \l 1057 ].
terbatas maupun rawat inap sementara
[ CITATION Fer09 \l 1057 ]. Tujuan pelayanan Studi pendahuluan menunjukan perkembangan
keperawatan Gawat Darurat puskesmas adalah pelayanan UGD Puskesmas semakin komplek,
memberikan pertolongan pertama pada pasien tetapi kenyataan perkembangan tersebut tidak
gawat darurat, menetapkan diagnosis dan diikuti dengan fasilitas dan sumber daya
upaya penyelamatan jiwa, mengurangi manusia yang memadai. Koordinator pelaksana
kecacatan dan kesakitan pasien sebelum UGD mengatakan pelatihan yang dikuti masih
dirujuk [ CITATION RIK11 \l 1057 ]. Pelayanan kurang terutama pelatihan manajemen
keperawatan gawat darurat merupakan kunci pelayanan, dan beban kerja merangkap sebagai
dalam pelayanan kegawatdaruratan dan pemegang program Puskesmas. Menurut
pelayanan rawat inap pada pasien [ CITATION koordinator pelaksana UGD beban kerja
Emi13 \l 1057 ]. Kabupaten Trenggalek menjadi tidak optimal, misalnya pada saat
menyelenggarakan Puskesmas perawatan dituntut untuk melaksanakan peran tugasnya
dituntut menyelenggarakan pelayanan sebagai koordinator pelayanan UGD juga
keperawatan gawat darurat di Puskesmas. dituntut melaksanakan tugas sebagai
Pelaksanaan pelayanan UGD Puskesmas di koordinator pelaksana program lainnya,
Kabupaten Trenggalek diatur dalam peraturan misalnya koordinator pelaksana program jiwa.
Bupati Trenggalek Nomor 81 Tahun 2012 Peran ganda ini menuntut seorang perawat
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat koordinator pelaksana UGD membagi waktu
Kesehatan Masyarakat sebagai Unit Pelaksana untuk pelayanan pasien langsung dengan
Teknis Dinas Kesehatan [ CITATION Pem12 \l 1057 pelayanan komunitas dan menambah beban
]. Pelayanan UGD dilaksanaan koordinator kerja perawat.
pelaksana yang ditunjuk oleh Kepala Puskesmas Penelitian Leer (2006), dengan judul
sesuai peraturan Bupati tersebut. “Manajemen keperawatan yang efektif : solusi
Koordinator pelaksana adalah seseorang yang untuk kepuasan dan ketahanan perawat ?”,
berperan mengkoordinir seluruh kegiatan menggunakan pendekatan kualitatif
upaya pelayanan dalam mencapai tujuan mendiskripsikan pengalaman perawat rumah
melalui kerjasama dengan tim kesehatan yang sakit, persepsi tentang gaya kepemimpinan
lainnya sehingga tercipta keterpaduan sistem manajer keperawatan dan akibatnya terhadap
pelayanan [CITATION Nas98 \l 1057 ]. kepuasan dan ketahanan kerja perawat. Hasil
Koordinator pelaksana dituntut mengarahkan, penelitian ini adalah harapan dari perawat

Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 3, No. 2, November 2015


98
pelaksana agar manajer keperawatan 1057 ]. Tahapan analisis data meliputi : Peneliti
menggunakan gaya kepemimpinan membaca keseluruhan teks hasil wawancara
transformasional, strategi meningkatkan untuk mendapatkan pemahaman, Peneliti
budaya organisasi keperawatan dan menginterpretasikan masing- masing teks hasil
peningkatan pemahaman pendidikan nilai-nilai ringkasan wawancara, menganalisis transkrip
keperawatan. Penelitian Herwani (2002), wawancara yang dipilih, mengembalikan hasil
mengenai persepsi kepala ruang dan perawat analisis ke teks awal jika terdapat perbedaan
pelaksana tentang permasalahan manajemen dalam interpretasi data, mengidentifikasi
dalam menerapkan pendokumentasian proses makna utama dengan membandingkan makna
keperawatan di Rumah Sakit Umum Dr. Cipto utama atau tema dengan teks hasil wawancara,
Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Melalui studi menghubungkan tema-tema yang muncul, dan
kualitatif : deskriptif - eksploratif dengan mempresentasikan daftar tema kepada dosen
menggunakan pendekatan fenomenologi pembimbing atau tim penelitian untuk
ditemukan standar praktek keperawatan belum mendapatkan tanggapan dan saran dalam
difungsikan secara optimal, sehingga penentuan tema yang terakhir.
pendokumentasian belum dapat
dipertanggungjawabkan baik secara legal, sosial HASIL PENELITIAN
dan profesional. Hasil penelitian berdasarkan tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi yaitu mengeksplorasipengalaman perawat
pengalaman perawat koordinator pelaksana koordinator pelaksana pelayanan keperawatan
pelayanan keperawatan UGD di puskesmas UGD di puskesmas Kabupaten Trenggalek
Kabupaten Trenggalek. tersebut peneliti mendapatkan delapan tema
penelitian meliputi : 1) koordinator pelaksana
METODE UGD puskesmas mempunyai peran dan tugas
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif banyak, 2) menerima atau pasrah menjalankan
dengan menggunakan pendekatan banyak peran, 3) pelaksanaan peran
fenomenologi interpretatif. Penelitian ini perencanaan sebatas membuat usulan, 4)
dilakukan di puskesmas wilayah Kabupaten pelaksanaan peran dalam pengorganisasian
Trenggalek Propinsi Jawa Timur, meliputi 7 belum optimal, 5) peran pengarahan kepada
Puskesmas yang berada pada 5 wilayah staf belum optimal, 6) pelaksanaan peran
kecamatan yaitu : kecamatan Tugu, Karangan, monitoring dan evaluasi belum optimal, 7)
Panggul, Watulimo dan Kecamatan Gandusari. hambatan pelaksanaan pelayanan UGD
Partisipan penelitian ini adalah perawat puskesmas, 8) harapan koordinator pelaksana
koordinator pelaksana UGD di tujuh Puskesmas UGD puskesmas dalam pengelolaan.
tersebut diatas. menjabarkan dalam tema dan sub tema
sebagai berikut :
Data dikumpulkan dengan metode wawancara
mendalam (indepth interview) dan observasi 1. Koordinator Pelaksana UGD Puskesmas
pada sumber data primer dan dilakukan secara Mempunyai Peran dan Tugas Yang Banyak.
alamiah. Hasil wawancara di transkrip Tema ini terdiri dari dua sub tema yaitu
kemudian dianalisis menggunakan metode menjalankan banyak peran dan mempunyai
analisis hermeneutics[ CITATION Den12 \l tugas yang banyak. Sub tema pertama adalah

www.jik.ub.ac.id
99
menjalankan banyak peran disampaikan oleh 7 sendiri...”(P1)
partisipan, meliputi : peran sebagai koordinator “Kegiatannya skrining di sekolah mulai dari
program yang lain, peran sebagai TIM SD, MI, SMP dan SMA....melaksanakan
pelaksana program dan peran sebagai promosi kesehatan di ditempat-tempat
pelaksana administrasi. Tiga partisipan tertentu katakanlah di pasar, kita juga
menyampaikan pernyataan sebagai berikut : sering kita keliling, kita kedesa-desa, dibalai
“Ya... sekarang menjalankan koordinator desa itu kita undang. Untuk kegiatanya kita
rawat inap, UGD dan korim”(P1) ada KACER, GEMAS, terus Jasad Aman,
sama MENTIS (ngamen gratis). KACER
“...selain sebagai koordinator UGD saya
kamis ceria, JASAD AMANnya senam di
juga sebagai koordinator UKS, pemegang
puskesmas tepatnya di parkir
program UKS dan saya dapat tugas lagi...
puskesmas. ...tetap menjalankannya,
TIM promosi kesehatan mas... sebagai
pelayanan pasien dan menyusun laporan
operator keyboardnya.”(P2)
UGD.” (P2)
“SK dinas dari puskesmas langsung sebagai
“Misal membuat SPJ pelayanan dan lain-
koordinator UGD dan rawat inap... saya
lain itu saya yang mengerjakan. O Ya...
juga sebagai staf, staf administrasi
bertugas sebagai koordinator di UGD dan
pelaksanaan kegiatan dipuskesmas”(P3)
rawat inap dan menjalankan tugas
Sub tema yang kedua adalah mempunyai tugas pengelolaan terkait dengan pelayanan baik
yang banyak disampaikan oleh 7 partisipan, UGD dan rawat inap.”(P3)
meliputi : tugas pokok sebagai koordinator
2. Menerima atau Pasrah dalam
pelaksana UGD dan tugas terkait dengan peran
Menjalankan Banyak Peran.
yang sebagai koordinator pelaksana program
lain, TIM pelaksana program dan staf Tema menerima atau pasrah dalam
administrasi puskesmas. Sub tema mempunyai menjalankan banyak peran disampaikan dalam
tugas banyak ini seperti yang disampaikan oleh kategori meliputi : tugas dari pimpinan harus
3 partisipan dengan pernyataan sebagai dijalankan, mau tidak mau harus menjalankan,
berikut: karena staf Puskesmas terbatas, kalau tidak
mampu dikonsultasikan pimpinan dan sebagai
“pertama adalah melayani kepada pasien
staf harus siap melaksanakan tugas. Tema
gawat darurat kemudian adalah pelaporan
menerima atau pasrah dalam menjalankan
UGD...administrasi karcis dan pelaporan
banyak peran ini disampaikan empat partisipan
bulanan, kemudian persiapan alat-alat
dengan pernyataan sebagai berikut :
yang diperlukan dalam melakukan tindakan
di UGD... persiapan ruangan mas... “ memang... stafnya dipuskesmas juga
persiapan ruangannya UGD. ...untuk terbatas... karena kita mau ndak mau harus
koordinasi imunisasi itu yang pertama... itu tetap kita laksanakan sebagai tugas dari
saya sendiri yang menghandel karena kepala Puskesmas”(P1)
bekerja sama dengan bidan...menyiapkan “... tapi dengan berjalannya waktu, dan staf
vaksin dan sebagainya, kemudian puskesmas ya terbatas, ya...namanya tugas
pelaporan saya kerjakan sendiri, kemudian kita laksanakan saja. ini masalah hati lho
untuk dirawat inap pelaporan saya kerjakan mas... jadi kita harus menata hati dan

Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 3, No. 2, November 2015


100
iklhas...”(P2) meliputi : merencanakan, melapor,
“Eee dalam menjalankan ini ya biasa saja, mengusulkan dan mengajukan. Sub tema ini
ya... namanya tugas ya kita terima dan disampaikan tiga partisipan dengan pernyataan
laksanakan. ... kalau ada masalah diluar sebagai berikut :
kemampuan ya saya konsultasikan ke “Untuk perencanaan biasa saya lakukan
penanggung jawab dalam hal ini kepala mas ed, misalkan di UGD alat-alat yang
puskesmas.”(P4) kurang atau bagaimana untuk tindakan
“Waktu nglintuh (malas) ya ribet tapi kalau atau alat-alat lainya. Sehingga saya
tiap hari di jalankan ya ndak. ... Tapi merencanakan diadakan penambahan
sebagai staf ya harus siap melaksanakan sehingga nanti kita saya melapor ke kepala
tugas mas.”(P5) puskesmas”(P7)
“Ada perencanaan dan kita usulkan tiap
3. Pelaksanaan Peran Perencanaan
bulanan dan akhir tahun di UGD... obat-
Sebatas Membuat Usulan
obat yang dipersiapkan misalkan
Tema pelaksanaan peran perencanaan sebatas oral...kemudian alat-alat alkes misalnya...
membuat usulan terdiri dari tiga sub tema, alat alkesnya misalnya bengkook...dan
yaitu : usulan visi dan misi, usulan perencanaan heating set itu ...”(P1)
alat dan obat serta usulan perencanaan sumber “... untuk alat dan obat tiap tahun saya
daya manusia. Sub tema pertama usulan visi mengajukan di RKA... kita merencanakan,
dan misi disampaikan oleh partisipan meliputi : kita usulkan ke rencana kerja anggaran dan
visi dan misi mengikuti visi dan misi puskesmas ...”(P3)
dan membuat usulan atau masukan visi dan
Sub tema ketiga adalah usulan perencanaan
misi puskesmas. Sub tema usulan visi dan misi
sumber daya manusia disampaikan dalam
disampaikan tiga partisipan dengan pernyataan
kategori meliputi : diajukan bertahap,
sebagai berikut :
direncanakan dan di usulkan. Empat partisipan
“...khusus UGD tidak ada...mengikuti visi menyampaikan pernyataan sebagai berikut :
misi Puskesmas ... Ikut andil termasuk
“ya dari saya... yang belum pelatihan siapa-
didalamnya. Ya mengusulkan visi itu, kata-
siapa dan masa berlakunya sudah habis
katanya itu apa...”(P1)
nanti diajukan bertahap”(P1)
“...kami masih menganut dari visi dan misi “Intinya yang diikutkan yang belum
puskesmas saja. Kami dalam membuat visi bersertifikat PPGD tadi mas itu harus
itu ya juga berembuk, maksudnya ada diikutkan, itu sudah kita rencanakan.” (P2)
usulan dari kami,”(P3)
“Kalau terkait dengan pengembangan
“... kan semuanya kan menjalankan apa sumberdaya manusia terutama tenaga itu
yang ada di puskesmas.Ya saya sebagai selalu diusulkan setiap tahun untuk
istilahnya memberikan masukan- mengikuti pelatihan - pelatihan
masukan...”(P7) kegawatdaruratan.”(P4)
Sub tema kedua adalah usulan perencanaan “Jadi direncanakan, ini yang masa
alat dan obat disampaikan oleh partisipan berlakunya pelatihan sudah habis, ini yang

www.jik.ub.ac.id
nanti akan berangkat pelatihan ada ini alat-alat harus kita kontrol”(P7)
usulannya mas.”(P6) Sub tema kedua adalah sosialisasi Standar
Operasional Prosedur belum terstruktur
4. Pelaksanaan Peran dalam
disampaikan oleh partisipan dalam kategori
Pengorganisasian Belum Maksimal Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 3, No. 2,
meliputi : sosialisasi ditempatkan
102 di ruangan, di
Hasil penelitian pada tema pelaksanaan peran tempel di dinding, di tempel di ruangan dan di
dalam pengorganisasian belum maksimal ini beri tahukan. Sub tema ini disampaikan tiga
mempunyai dua sub tema, meliputi : orientasi partisipan dengan pernyataan sebagai berikut :
tenaga baru belum optimal dan sosialisasi
Standar Operasional Prosedur belum “Ada sosialisasi pada teman... SOP kita
terstruktur. Sub tema Pertama,orientasi tempatkan disana diruang perawat, terus
tenaga baru belum optimal disampaikan dalam alat-alatnya UGD itu ada, EKG... itu ada
kategori meliputi : orientasi untuk mengenal bukunya, tinggal teman-teman yang
teman atau staf, mengenal tugas yang di dirawat inap itu membaca...”(P1)
kerjakan, pelayanan umum puskesmas, kontrol “itu saya yang punya SOPnya dan ada
alat dan pembukuan, dinas pagi atau dinas sosialisasi, semua tindakan saya SOPkan,
dengan senior. Sub tema ini disampaikan saya tempel di dinding nanti di foto bisa di
empat partisipan dengan pernyataan sebagai belakang. Hehe...dan temen-temen bisa
berikut : baca.”(P2)
“Pada tenaga baru... biasanya kami di “... disosialisasikan kesemua karyawan.Ya
orientasikan dulu... saya orientasi diberitahukan dan di tempel di dinding,
dulu...untuk yang khususnya UGD dan bukunya juga ada, temen-temen bisa
dirawat inap ya... diorientasi dulu selama baca.”(P4)
kurang lebih dua minggu untuk mengenal
teman-teman yang lain dan staf yang lain “Soal sosialisasi ada mas...ya buku kita
yang biasa dinas pagi...”(P1) tempatkan diruang UGD dan kita beri tahu
teman-teman kalau melakukan tindakan
“Kalau ada tenaga baru kan otomatis belum bisa, bisa dilihat di situ untuk
diorientasikan dulu, diberi tahu dulu apakah SOPnya.”(P6)
tugas-tugasnya, terus diorientasikan
keruangan.Tidak bisa tenaga baru itu 5. Peran Pengarahan Kepada Staf
dalam waktu satu dua bulan itu dilepas Belum Optimal
sendiri.Jadi harus di dampingi dengan
Hasil penelitian pada tema Peran pengarahan
tenaga yang senior.”(P3)
kepada staf belum optimal ini mempunyai dua
“ada anak baru itu diorientasikan, ya suruh sub tema, meliputi : teknik motivasi terhadap
lihat-lihat dulu, kerjanya gimana... cara staf tidak terstruktur dan peran pengambilan
pasang infusnya bisa apa tidak, ya ikut keputusan belum optimal. Sub tema
piket lah berapa bulan gitu dengan perawat pertamaadalah tehnik motivasi terhadap staf
senior”(P5) belum terstruktur disampaikan oleh partisipan
“...kita orientasikan selama tiga bulan, kita dalam kategori meliputi : melakukan motivasi
masukan pagi dulu...... saya memberitahu waktu kumpul, setiap saat, bareng dinas, pada
bekerja di UGD ini-ini harus kita bukukan , saat senda gurau dan pada saat teledor . Sub
tema ini disampaikan lima partisipan dengan “Kita identifikasi permasalahanya dan kita
pernyataan sebagai berikut : serahkan ke kepala puskesmas”(P4)
“Ya... pas teman-teman kumpul, kemudian “Ya ndak itu kan wewengan kepala
www.jik.ub.ac.id
kita motivasi dengan mengajak bekerja puskesmas jadi ya saya serahkan ke kepala 103
dengan baik dalam pelayanan pasien.”(P1) puskesmas.”(P5)
“... kita yo peringatkan dan mengajak agar “Kalau ada ya kita-kita lakukan koordinasi
bekerja dengan sepenuh hati dan ikhlas,... dengan kepala puskesmas”(P6)
Ya setiap saat... itu tadi kita tetap menjaga
supaya di UGD tetap harmonis, tentunya 6. Pelaksanaan Peran Monitoring dan
kita ciptakan seperti itu ben podho krasan, Evaluasi belum Terstruktur.
disini itu koyok rumahnya sendiri .”(P2) Tema pelaksanaan peran monitoring dan
evaluasi belum terstruktur ini mempunyai dua
“Ya memberi masukan saja mas kalau pas
sub tema, meliputi : evaluasi pelaksanaan
bareng dinas, kalau kerja yang bener
kinerja staf belum terstruktur dan evaluasi
lho...misal ayo kerja yang bener...”(P4)
tingkat kepuasan pasien belum maksimal. Sub
“Hahahaha...ya gimana saya ndak pernah tema pertama adalah evaluasi pelaksanaan
negur saya. Lha podho-podho tuwek e kinerja staf belum terstruktur disampaikan oleh
(sama- sama tuanya) sungkan aku. partisipan dalam kategori meliputi : melakukan
Hahahaha... kalau guyon-guyon ya (Senda evaluasi kinerja staf pada saat melakukan
gurau)pernah, tapi kalau serius gitu. Ya tindakan, dari pelaporan dan pengaduan,
misale ayo semangat to”(P5) tindakan sesuai aturan atau tidak. Sub tema ini
“Biasanya kalau ada yang kurang atau disampaikan oleh tiga partisipan dengan
biasanya ada keteledoran itu saya tegur pernyataan sebagai berikut :
langsung kemudian saya kasih saran.”(P7) “Maksudnya, pas melakukan tindakan
Sub tema keduaadalah peran pengambilan dengan saya, saya lihat apakah dalam
keputusan belum optimal disampaikan oleh bekerja sudah sesuai, maksud saya sesuai
partisipan dalam kategori meliputi : kalau ada dengan SOPnya. ... evaluasi yang
permasalah atau konflik, Identifikasi dan menjalankan tugas tadi...saya Cuma
serahkan kepala puskesmas, wewenang kepala melihat dari laporan yang ada misalkan ada
puskesmas dan diserahkan kepala puskesmas, kasus UGD... kan ada dilaporan bulanan...
dikoordinasikan dengan kepala puskesmas. Sub bulan ini berapa...kemudian ada masalah
tema ini disampaikan lima partisipan dengan atau ndak... kalau ndak ada masalah
pernyataan sebagai berikut : berarti ... staf yang berada di UGD itu bisa
mengatasi masalah tersebut.”(P1)
“yang bertanggungjawab apabila ada
“Nggeh gini mas, untuk salah satunya kan
konflik ya tetap saya... karena sebagai
dari pengaduan kan...? perawat ini kata-
koordinator...dan teman-teman mungkin
katanya kasar dan lainnya lah,... ...Hanya
menghubungi saya...dan nanti saya konsul
saya lihat kerja anak buah dari keluhan
ke... dokternya...kepala puskesmas...”(P1)
pasien lewat kotak saran maupun langsung
“... kalau permasalahannya sulit ya kita kesaya. Alhamdulillah baik-baik saja”(P2)
konsultasikan ke kepala puskesmas.”(P3)
“Jadi penilaiannya terhadap penilaian “Masyarakat sudah memberikan penilaan
kinerja itu hanya kita lihat kerjanya saja, baik terhadap pelayanan kita dan jarang
baik atau tidak, sesuai aturan atau yang komplain gitu..”(P7)
tidak,”(P7)
7. Hambatan dalam Pelaksanaan
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 3, No. 2,
Sub tema kedua adalah evaluasi tingkat
Pelayanan UGD 104
kepuasan pasien belum maksimal disampaikan
oleh partisipan dalam kategori meliputi : Tema hambatan dalam pelaksanaan pelayanan
melihat ada tidaknya komplain dari kotak saran, UGD ini mempunyai lima sub tema, meliputi :
lewat telepon, penyampaian langsung, keterbatasan sarana dan prasarana,
masyarakat tidak komplain, angka kunjungan, ketenagaan kurang dari sisi kuantitas dan
dan kuisioner tapi tidak memahami isinya . Sub kualitas, keterbatasan dana pengembangan
tema ini disampaikan tiga partisipan dengan SDM, hambatan dalam kolaborasi dan sub tema
pernyataan sebagai berikut : hambatan budaya. Sub tema pertamaadalah
keterbatasan sarana dan prasarana
“Tahu dari... kita kan ada kotak
disampaikan oleh partisipan meliputi : ruangan
saran...kemudian ada... kontrol...kalau ndak
khusus UGD belum ada, ruangan sempit dan
ada komplain... kalau ada komplain
tidak sesuai standar, alat kesehatan kurang.
misalkan kan ada di kotak saran
Sub tema ini disampaikan tiga partisipan
muncul...kemudian mungkin SMS bisa...
dengan pernyataan sebagai berikut :
kemudian tidak kontrol lagi... itu kan bentuk
komplain...kesimpulanya, karena apabila “itu terkait dengan tempat UGD khusus itu
dia komplain dan disuruh kontrol tidak mau yang belum ada... karena tempatnya masih
itu kadang bentuk ketidak puasan kepada bergabung...”(P1)
kita...tapi selama ini di suruh kontrol dia “... di UGD ruangannya terlalu sempit mas,
juga datang... nanti dievaluasi pasien itu sehingga kadang kesulitan dalam
mau kontrol lagi atau tidak. ...kita melihat pelayanan pasien. Dari segi alat saya rasa
dari...pasien atau kunjungan yang sudah cukup tapi kurang untuk instrumen
setempat... misalnya...kita banyak yang tindakan, misal rawat luka.”(P3)
daerah perbatasan ya mas...luar daerah
“Kelengkapan alkes itu juga banyak sekali
P...yaitu dari wilayah ponorogo... itu
yang kurang.Buuanyak sekali mas,
ternyata dari tempat yang sama misalnya
termasuk heating set, seperti mayo, servikal
dari tempat yang sama itu berulang kali
colar, long spine board kita juga tidak
dikirim kesini... berarti secara otomatis
punya.Untuk ruangan mas, untuk ruangan
tingkat kepuasan mereka mengatakan
bagi kita kurang memenuhi standar, luas
puas...”(P1)
sama lebarnya kurang memenuhi.”(P6)
“Tiap tiga bulan sekali kita evaluasi tingkat
Sub tema keduaadalahkurang dari sisi kuantitas
kepuasan pasien dari kuisioner...Untuk
dan kualitas disampaikan oleh partisipan dalam
tingkat kepuasan ada timnya sendiri yang
kategori meliputi :mengatakan kerepotan dan
mengevaluasi apa ya... kuisionernya dan
kesulitan karena tidak ada tenaga khusus
hasilnya saya ndak tahu , mungkin
UGD,masih gabung rawat inap, kurang tenaga,
semacam kepuasan pasien terhadap
ketrampilan kurang. Sub tema ini disampaikan
lingkungan dan lain sebagainya.”(P6)
lima partisipan dengan pernyataan sebagai
berikut : mencukupi.”(P6)
“agak kerepotan, karena kita juga Sub tema keempat tentang hambatan dalam
melakukan di perawatan dan juga di kolaborasi disampaikan oleh partisipan
UGD...karena untuk petugas UGD khusus kesulitan menghubungi dokter. Sub tema ini
tidak ada... Karena di staf yang berada disampaikan tiga partisipan dengan pernyataan
www.jik.ub.ac.id

dirawat inap dan UGD itu juga memegang sebagai berikut : 105
program lainnya, berarti merangkap “Untuk kendala yang terjadi kalau sistem
program mas.(P1) on call biasanya karena di sini wilayahnya
“O ya... UGD kan masih gabung dengan pengunungan... komunikasinya agak sulit,
rawat inap... Hambatan selama ini... kita dengan on call itu kadang tidak ada
masalah pasti petugas UGDnya yang signal...seperti itu...karena disini puskesmas
repot....”(P2) P tidak ada telepon umumnya mas...karena
jaringannya, yang ada ya yang seluler itu
“... hampir semua memegang peran ganda
sehingga kita kadang agak kesulitan...”(P1)
sebagai koordinator program yang lain,
tidak ada tenaga yang bekerja khusus di “ya ada kendala karena kadang-kadang
UGD saja.... Biasanya itu yang membuat kalau hanya di SMS atau diitu mbalesnya
teman-teman itu merasa kurang enak dan lama, sehingga pelayanan sedikit
kesulitan”(P3) terhambat.”(P3)

“yang kedua masalah ketenagaan, yang “Kalau malam ya ndak bisa... ndak mungkin
namanya tenaga itu kan macem-macem datang mas, lha rumahnya...Ya seperti yang
juga yaitu butuh tambahan tenaga dan tadi mas, kalau malam kadang sulit
juga butuh adanya pelatihan”(P6) dihubungi mas.Jadi kita ya bingung.”(P5)

“Memang untuk petugas UGD ini memang Sub tema kelima adalah hambatan budaya
kurang”(P7) disampaikan oleh partisipan masyarakat
temperamen tinggi, tidak mengikuti program
Sub tema ketigaadalah keterbatasan dana pengobatan, tuntutan hasil pelayanan tidak
pengembangan sumber daya manusia rasional. Sub tema ini disampaikan dua
disampaikan oleh partisipan dalam kategori partisipan dengan pernyataan sebagai berikut :
meliputi : dana khusus pelatihan tidak ada dan
dana operasional tidak mencukupi. Sub tema “kadang yang menjadi beban itu anu itu lo
ini disampaikan dua partisipan dengan pak, budaya masyarakat disini terutama
pernyataan sebagai berikut : daerah pesisir ini emosionalnya tinggi sekali
jadi gampang marah atau yang lainnya. ,
“Untuk pengembangan SDM ini lah yang inginnya datang langsung sembuh.”(P4)
menjadi masalah nanti kalau kita
“dari dulu ya seperti itu , kasar-kasar
mengajukan misalkan pelatihan...dari
orange, tapi kadang ya mengganggu
puskesmas juga belum ada dana kalau kita
pelayanan karena ndak nurut apa yang
melakukan pelatihan mandiri...”(P1)
diprogramkan dalam pengobatan. Ya sak
“Sebelumnya pernah mengusulkan tapi karepe dewe ...”(P5)
sampai sekarang belum terealisasi karena
terbentur dana operasiaonal tidak 8. Harapan Koordinator Pelaksana UGD
dalam Pengelolaan. daya manusia disampaikan oleh partisipan
dalam kategori meliputi : ada pelatihan khusus
Tema Har apan koordinator pelaksana UGD
dan pelatihan dilaksanakan secara berkala. Sub
dalam pengelolaan ini mempunyai tiga sub
tema ini disampaikan dua partisipan dengan
tema, meliputi : peningkatan sarana dan
pernyataan sebagai berikut :
prasarana, pengembangan sumber daya
manusia dan peningkatan pendapatan. Sub “Untuk harapan puskesmas supaya semua
tema pertamaadalah peningkatan sarana dan tenaga yang di UGD ...diberikan pelatihan
prasarana disampaikan oleh partisipan dalam khusus...Pelatihan-pelatihan yang
kategori meliputi : harapan terhadap diinginkan minimal... BCLS....BLS ...”(P1)
pembangunan gedung baru dengan fisilitasnya “Untuk SDM ya adanya acara rutin
dan sesuai standar, ruangan UGD terpisah, alat pelatihan kegawatdaruratan selalu
lengkap dan sesuai standar pelayanan UGD. terealisasi dan dilaksanakan di dinas
Sub tema ini disampaikan empat partisipan kesehatan”(P4)
dengan pernyataan sebagai berikut :
Sub tema ketiga adalah peningkatan
“Kita buat petugas itu nyaman di UGD pendapatan disampaikan oleh partisipan dalam
seperti rumah sendiri ataupun pasien yang kategori meliputi : adanya tambahan reward
datang juga banyak dengan fasilitas dan tambahan pemasukan tenaga kontrak. Sub
ruangan yang ini ya kita beli... kita beli AC tema ini disampaikan dua partisipan dengan
ya dan dipisahkan,... alat kesehatan pernyataan sebagai berikut :
minimal saya harus ikut standar UGD(P2)
“Kalau bisa rewardnya ditambah lagi
“...jadi saya berharap ada pembangunan mas.”(P3)
gedung baru sehingga UGD bisa lebih luas
bisa lebih... falisiltas yang lebih sehingga “Itu pasti mas, pada berharap ada
pelayanan lancar... Jadi saya berharap ada tambahan pemasukan.Jadi kedepan dengan
penambahan kelengkapan instrumen bertambahnya pelayanan yang kita lakukan
tindakan. “(P3) pendapatan kita juga bertambah.Sehingg
kesejahteraan juga meningkat terutama
“Harapanya ya untuk terutama ruang untuk teman-teman yang kontrak ini. Kalau
gawat darurat ini paling tidak ya sesuai kita PNS kita”(P6)
dengan standar.Misalkan untuk observasi
ada untuk tindakan gawatdaruratnya juga PEMBAHASAN
ada. Untuk alatnya ya standar minimal 1. Koordinator pelaksana UGD mempunyai
puskesmas rawat inap dengan UGD... peran dan tugas yang banyak.
Seperti apa itu alat monitor itu kan penting
Koordinator pelaksana UGD Puskesmas di
sekali”(P4)
wilayah Kabupaten Trenggalek mempunyai
“Ya alat untuk kebutuhan dasar pasien, peran dan tugas yang banyak karena minimnya
penanganan pasien kalau bisa ya ada Sumber Daya Manusuia (SDM) di
semuanya. ... ruangan nanti di bangun Puskesmas.Penyebab ini disampaikan oleh
harus ada ruangan triase, ruangan khusus partisipan dalam pernyataannya bahwa
tindakan.”(P6) menjalankan banyak peran karena program
Sub tema keduaadalah pengembangan sumber Puskesmas yang banyak dan petugas yang
106

Pegawai Negeri Sipil (PNS) terbatas sehingga diampu koordinator pelaksana dan
tidak sebanding. Data jumlah tenaga kesehatan mengidentifikasi pemilahan peran diluar
di Puskesmas wilayah Kabupaten Trenggalek gedung dan dalam gedung. Perubahan peran
565 orang dari 22 Puskesmas dengan rincian perawat dari perawatan akut ke perawatan
219 orang adalah perawat [ CITATION Din15 komunitas menimbulkan kesulitan bagi
\l 1057 ]. Data tersebut menunjukan rerata perawat dalam menjalankan perannya
jumlah tenaga kesehatan untuk masing-masing [ CITATION CLP02 \l 1057 ]. Beban kerja
Puskesmas sebanyak 25 orang dengan rincian yang berlebih secara kuantitaif dan kualitatif
10 orang adalah perawat. Program Puskesmas dapat mengakibatkan jam kerja bertambah dan
ada 6 program pokok dan dibagi menjadi 35 merupakan sumber tambahan stres
sub program di tambah 3 Pustu, yang masing- [ CITATION PSi11 \l 1057 ].
masing sub program dan Pustu dijalankan oleh
satu koordinator pelaksana program dan harus 2. Menerima atau Pasrah dalam Menjalankan
mempunyai staf pelaksana dalam pelaksanaan Banyak Peran.
program tersebut. Petugas kesehatan selain Respon partisipan menerima menjalankan
menjalankan peran koordinator dan pelaksana peran banyak pada awalnya merasa berat,
program juga mempunyai peran dalam karena alasan menjalankan tugas dari kepala
pelaksanaan administrasi Puskesmas. Puskesmas maka partisipan harus menjalankan
Banyaknya peran perawat ini sejalan dengan tugas tersebut. Menurut Liu et al. (2010),
Isnaeni (2013) pada penelitianya tentang mengatakan kebijakan yang ada dan aturan
gambaran perawat Puskesmas dalam suatu departemen merupakan salah satu faktor
pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat eksternal penyebab stres kerja. Ketidaksiapan
di Kota Salatiga menyatakan bahwa perawat koordinator pelaksana ini dalam menjalankan
Puskesmas minimal mempunyai enam peran peran dan tugasnya dimungkinkan karena
dan fungsi, yaitu : sebagai perawat pelaksana, tingkat pendidikannya kurang memadai.Data
penemu kasus, pendidik kesehatan, menunjukan dari tujuh partisipan 6 partisipan
koordinator dan kolaborator, konselor dan berpendidikan Diploma Keperawatan dan 1
sebagai panutan. Banyaknya peran ini juga di berpendidikan Sarjana Keperawatan.
ikuti dengan banyaknya tugas yang harus Pendidikan merupakan sarana mencapai
dijalankan, karena tugas melekat pada peran profesionalisme yang harus dipacu dan
yang didapat oleh partisipan.Banyaknya peran dicermati pengembangannya [ CITATION
dan minimnya SDM menyebabkan Nur07 \l 1057 ]. Sabarguna (2010)
terhambatnya pelayanan kesehatan Puskesmas menyatakan pendidikan berpengaruh terhadap
yang optimal.Azwary (2013) menyatakan dalam kinerja karena semakin tinggi pendidikan
penelitianya tentang bahwa faktor penghambat semakin banyak ilmu pengetahuan serta
pelayanan Puskesmas di Kampung Kasai adalah ketrampilan yang dimiliki seseorang sehingga
minimnya jumlah paramedis. akan dapat membantu dalam meningkatkan
kinerjanya.
Usaha mengatasi permasalahan tersebut ada
beberapa solusi yang bisa dijalankan, yaitu : Faizin dan Winarsih (2008) dalam penelitiannya
menambah jumlah SDM Puskesmas, menyebutkan ada hubungan tingkat pendidikan
merampingkan jumlah sub program yang harus perawat terhadap kinerja perawat di Rumah

www.jik.ub.ac.id
107
Sakit Umum Pandan Arang Kabupaten pelaksana tiap tahun dalam penyusunan
Boyolali.Standar kualifikasi perawat Rencana Kerja Anggaran Puskesmas (RKA)
koordinator pelaksana UGD puskesmas selalu diminta untuk menyampaikan usulan
menurut Kemenkes (2011) dibedakan menjadi terkait kebutuhan perencanaan pelayanan UGD
tetapi dalam menentukan keputusan
dua tingkat pendidikan : Pertama, untuk Ners
pelaksanaan rencana belum secara khusus
pengalaman kerja sebagai perawat pelaksana
dilibatkan.Koordinator pelaksana UGD
satu (1) tahun di UGD, pengalaman sebagai
mengeluh usulannya sampai sekarang tidak
ketua tim dua (2) tahun, memiliki sertifikat
terealisasi.
Emergency nursing basic 2 dan pelatihan
manajemen. Kedua, D3 keperawatan Tugas koordinator pelaksana UGD dalam peran
pengalaman kerja sebagai perawat pelaksana perencanaan berdasarkan peraturan Bupati
dua (2) tahun di UGD, pengalaman sebagai Trenggalek Nomor 81 Tahun 2012 tentang
ketua tim dua (2) tahun, memiliki sertifikat Organisasi dan Tata Kerja Pusat Kesehatan
Emergency nursing basic 2 dan pelatihan Masyarakat sebagai Unit Pelaksana Teknis
manajemen. Hasil penelitian dari tujuh Dinas Kesehatan bagian kedelapan pasal 14
partisipan didapatkan tujuh partisipan ayat 2 mempunyai uraian tugas mengumpulkan
mengatakan tidak pernah mendapatkan dan menyiapkan data sebagai bahan
pelatihan manajemen. Simeulu (2013) dalam perencanaan dan kegiatan. Fungsi perencanaan
penelitiannya menyatakan bahwa pelatihan merupakan fungsi awal yang harus dijalankan
supervisi klinik kepala ruangan sangat efektif bagi seorang manajer agar dapat menjalankan
diberikan untuk meningkatkan kinerja perawat fungsi dan perannya secara optimal. Fungsi
pelaksana di ruang rawat inap RSUD dr. H. perencanaan adalah sebagai upaya
Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh memutuskan apa, siapa, bagaimana, kapan dan
Selatan. dimana hal tersebut dilakukan [ CITATION
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk Nes12 \l 1057 ].
mempersiapkan perawat menjadi koordinator Dalam kerangka pikir keperawatan,
pelaksana UGD Puskesmas tersebut perencanaan adalah tahap untuk merumuskan
diperlukannya dukungan pemerintah daerah masalah keperawatan yang berkembang dalam
melalui Dinas Kesehatan untuk pelayanan keperawatan, menentukan
penyelenggaraan pelatihan manajemen kebutuhan dan sumberdaya yang tersedia,
pelayanan.Pelatihan diperlukan agar karyawan menetapkan tujuan program yang paling
mampu menyesuaikan perilaku dengan pokok, menyusun langkah-langkah praktis
menyadari perannya untuk mencapai tujuan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan untuk
organisasi [ CITATION Sop08 \l 1057 ]. memenuhi kebutuhan pasien [ CITATION
Roy12 \l 1057 ]. Dalam penelitiannya Sumiati
3. Pelaksanaan Peran Perencanaan Sebatas
Membuat Usulan. (2006) menyimpulkan semakin tinggi
pelaksanaan perencanaan yang dilakukan
Peran kooordinator pelaksana UGD dalam
kepala ruangan maka semakin tinggi pula
perencanaan hanya sebatas mengusulkan
kinerja tim. Dalam penelitian ini tentang
karena belum adanya kewenangan koordinator
pelaksanaan peran perencanaan koordinator
pelaksana untuk melaksanakan perencanaan
pelaksana UGD di dapat tujuh dari tujuh
yang sudah di buatnya.Perawat koordinator
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 3, No. 2, November 2015
108

partisipan belum melakukan perencanaan program puskesmas yang lainnya. Koordinator


secara optimal meliputi penyusunan jumlah pelaksana UGD dalam pengorganisasian
kebutuhan tenaga, jumlah alat, jumlah cenderung mengikuti apa yang sudah ada di
anggaran dan sebagainya. Puskesmas. Penyusunan organisasi dan
pembagian kerja ini dilaksanakan langsung oleh
Menurut Marquis dan Huston (2012) elemen
kepala Puskesmas dan kewenangan
perencanaan terdiri dari : 1) merencanakan visi,
koordinator pelaksana sebatas melaksanakan
misi, filosofi tujuan keperawatan, kebijakan,
pelayanan pada pasien. Pengorganisasian
peraturan-peraturan kerja, standar praktik
adalah untuk memastikan ada sumber daya,
keperawatan, 2) struktur, uraian tugas, hak-hak
manusia dan fisik, untuk melaksanakan rencana
dan kewajiban perawat, dan 3) program
pengembangan perawat. Koordinator dan memenuhi tujuan [ CITATION Mat08 \l
pelaksana UGD Puskesmas dalam melakukan 1057 ]. Pengorganisasian, meliputi
fungsi perencanaan harus mampu membuat pembentukan struktur untuk melaksanakan
perencanaan di pelayanan keperawatan UGD perencanaan, menetapkan metode pemberian
puskesmas yang meliputi kebutuhan tenaga, asuhan keperawatan kepada pasien yang paling
penugasan tenaga, pengembangan tenaga, tepat, mengelompokkan kegiatan untuk
kebutuhan logistik ruangan dan program mencapai tujuan unit serta melakukan peran
kendali mutu melibatkan seluruh personil mulai dan fungsi dalam organisasi dan menggunakan
perawat pelaksana, ketua tim dan koordinator power serta kewenangan yang tepat
pelaksana [ CITATION RSi11 \l 1057 ]. [ CITATION Nes12 \l 1057 ].
Koordinator pelaksana agar dapat menjalankan Parmin (2009) menyatakan dalam penelitianya
fungsi perencanaan secara maksimal sehingga bahwa fungsi manajemen pengorganisasian
pelaksanaan pelayanan menjadi optimal maka kepala ruangan meningkatkan motivasi
perlu adanya keterlibatan koordinator perawat pelaksana dengan baik. Organisasi
pelaksana UGD dalam pengambilan keputusan dapat dipandang sebagai wadah kerjasama
penyusunan RKA Puskesmas.Parmin (2009) sekelompok orang (organisasi yang sifatnya
dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada statis) dan sebagai suatu proses kerjasama dan
hubungan yang signifikan antara fungsi bagaimana tata cara staf mencapai tujuan
manajemen perencanaan kepala ruangan [ CITATION AAG99 \l 1057 ]. Dalam
dengan motivasi perawat pelaksana. pengorganisasian ada hubungannya dengan
ketenagaan. Ketenagaan, dimulai dari
4. Pelaksanaan Peran Pengorganisasian Belum
rekruitmen, interview, mencari, dan orientasi
Maksimal
dari staf baru, penjadwalan dan pengembangan
Koordinator pelaksana UGD menjalankan peran staf, serta sosialisasi staf [ CITATION
pengorganisasian belum maksimal karena tidak Nes12 \l 1057 ].
melakukan penyusunan struktur organisasi,
pembagian kerja yang di sebabkan karena tidak Koordinator pelaksana sebagai manajer
jelasnya status staf pelaksana pada unit operasional dari sebuah unit pelayanan
pelayanan UGD yang dikoordinir.Staf pelaksana bertanggungjawab untuk mengorganisasikan
UGD adalah petugas yang juga merupakan staf kegiatan pelayanan keperawatan di unit
pelaksana pelayanan Unit rawat inap dan juga tersebut.Tanggungjawab ini meliputi struktur
berperan sebagai koordinator pelaksana organisasi, pengelompokan, koordinasi dan
www.jik.ub.ac.id
109

evaluasi kegiatan [ CITATION ECu11 \l 1057 Parmin (2009) dalam penelitianya menyatakan
].Donoghue dan Nicholas (2009) menyatakan fungsi manajemen pengarahan kepala ruangan
manajer berwewenang dan bertanggungjawab yang dilaksanakan dengan baik mempunyai
membuat rencana pengaturan, memimpin, dan peluang lebih meningkatkan motivasi perawat
mengendalikan pelaksanaan melalui pelaksana dengan baik. Efektifitas koordinator
pencapaian sasaran tertentu.Salah satu upaya pelaksana dalam pelaksanaan perawatan
untuk meningkatkan peran koordinator dipengaruhi oleh kemampuan koordinator
pelaksana UGD dalam peran fungsi pelaksana untuk memotivasi, mempengaruhi,
pengorganisasian yang bisa dilaksanakan oleh mengarahkan dan berkomunikasi. Kemampuan
kepala Puskesmas adalah adanya penetapan ini diperlukan untuk menjamin perawat
staf khusus UGD dalam pelaksanaan pelayanan. pelaksana menjalankan pekerjaan yang
diberikan. Koordinator pelaksana selaku
5. Peran Pengarahan Staf Belum Optimal. manajer senantiasa berupaya mengarahkan,
Peran pengarahan tidak berjalan optimal memotivasi pada staf dan bersikap sebaik-
karena kordinator pelaksana merasa baiknya sehingga dapat meningkatkan
kewenangan ada pada kepala Puskesmas dan penampilan kelompok dalam rangkai mencapai
adanya perasaan sungkan kepada staf pada tujuan.
unit pelayanan UGD karena staf UGD juga staf Motivasi merupakan proses yang tidak di sadari
pelaksana Rawat Inap dan koordinator dan merupakan suatu proses psikologis dan
pelaksana program di Puskesmas. Koordinator proses psikologis dan bukan proses yang logis.
pelaksana UGD melaksanakan peran Setiap individu kebutuhan akan motivasi
pengarahan sebatas memberikan motivasi dan berbeda dari waktu ke waktu tergantung
melakukan koordinasi dengan kepala kebutuhan mana yang paling dominan. Dalam
Puskesmas bila ada suatu permasalah atau pelaksanaan pelayanan keperawatan, seorang
konflik dalam pelaksanaan pelayanan. perawat membutuhkan motivasi yang timbul
Pengarahanmencakup tanggungjawab dalam dari hati yang paling dalam.Untuk
mengelola sumber daya manusia seperti menimbulkan motivasi yang baik seorang
motivasi untuk semangat, manajemen konflik, perawat sendiri perlu menyadari kebutuhan
pendelegasian, komunikasi, dalam dan kepentingan pelaksanaan pelayanan
memfasilitasi kolaborasi [ CITATION keperawatan [ CITATION Ken11 \l 1057 ].
Nes12 \l 1057 ]. Pengarahan menurut Terry Koordinator pelaksana dalam memotivasi
dan Rue (2010) meliputi : saling memberi seorang perawat, selain kesadaran dari diri
motivasi, membantu menyelesaikan sendiri perlu orang lain yang memberi motivasi
pemecahan masalah, melakukan karena dengan kehadiran orang lain akan
pendelegasian, menggunakan komunikasi yang semakin meningkatkan motivasi dalam diri
efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi. perawat.
Rohmawati (2006) dalam penelitianya Kuswantoro dan Subekti (2009) menyatakan
menyebutkan bahwa ada hubungan yang bahwa ada pengaruh positif antara gaya
signifikan antara pelaksanaan asuhan kepemimpinan terhadap kepuasan kerja dan
keperawatan yang baik dengan fungsi kinerja pegawai. Kinerja pegawai di pengaruhi
pengarahan yang efektif. Sejalan dengan ini oleh adanya komunikasi yang baik antara
bawahan dan atasan, interaksi dengan atasan
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 3, No. 2, November 2015
110

dan partisipatif yang melibatkan bawahan legal, dan pengawasan profesional.


dalan pengambilan keputusan. Kepuasan kerja Pengawasan merupakan suatu proses untuk
perawat pelaksana yang mendapat pengarahan mengetahui apakah pelaksanaan kegiatan atau
dari kepala ruang dan ketua tim yang pekerjaan sesuai rencana, pedoman,
memperoleh pelatihan, bimbingan, ketentuan, kebijakan, tujuan, dan sasaran yang
pendampingan meningkat dibandingkan sudah ditentukan sebelumnya [CITATION
dengan kepuasan kerja perawat pelaksana SSu121 \l 1057 ]. Menurut Sabarguna (2011)
pengarahan dari kepala ruang dan ketua tim prinsip pengawasan adalah : mengontrol jadwal
yang tidak dilatih dalam fungsi pengarahan kerja dan kehadiran staf, mengontrol pekerjaan
[ CITATION Sig09 \l 1057 ]. dan perkembangan staf dalam melaksanakan
tugas serta pencapaian tujuan organisasi,
Perawat sebagai sosok manajer diharapkan
melakukan evaluasi kinerja dan kepuasan kerja,
dapat mengaplikasikan tehnik, ketrampilan dan
memberikan umpan balik dan tindak lanjut dan
pengetahuan termasuk teori motivasi untuk
meningkatkan mutu. Huber (2010) menyatakan
membantu perawat memperoleh apa yang
prinsip pengawasan adalah memastikan
mereka inginkan dari pekerjaan perawatan.
pelaksanaan pekerjaan sesuai rencana,
Untuk menghasilkan kesedian dalam
sehingga diperlukan perencanaan dan intruksi
melakukan usaha yang di inginkan untuk
dari manajer.Manajer diharapkan mampu
mencapai sasaran dan usaha bersama
merefleksikan sifat-sifat dan kebutuhan dari
diperlukan motivasi dari koordinator perawat
aktifitas yang harus dievaluasi, dapat dengan
[ CITATION Dar08 \l 1057 ].Salah satu
segera melaporkan penyimpangan-
upaya untuk meningkatkan peran koordinator
penyimpangan.
pelaksana UGD dalam peran fungsi pengarahan
yang bisa dilaksanakan oleh kepala Puskesmas Neuhauser (2011) dalam penelitiannya
adalah adanya penetapan staf khusus UGD menunjukan bahwa fungsi pengendalian oleh
dalam pelaksanaan pelayanan sehingga kepala ruang memiliki pengaruh signifikan
koordinator pelaksana UGD mempunyai terhadap disiplin perawat di ruangan.Fungsi
kewenangan untuk menjalankan sepenuhnya pengawasan meliputi penetapan peraturan,
fungsi pengarahan tersebut. monitoring dan tindakan perbaikan dalam
pelaksanaan pelayanan.Simanjutak (2011)
6. Pelaksanaan Peran Monitoring dan Evaluasi menyatakan pengawasan meliputi penilaian
belum Terstruktur. kinerja yang merupakan pedoman yang
diharapkan dapat menunjukan prestasi kerja
Pelaksanaan peran monitoring dan evaluasi
karyawan secara berkala.Koordinator pelaksana
belum terstruktur karena kurangnya
UGD Puskesmas tidak melaksanakan penilaian
pengetahuan koordinator pelaksana dalam
kinerja terkait menilai perawat untuk
pelaksanaan monitoring dan evaluasi.
pengembangan karirnya karena merupakan
Koordinator pelaksana hanya beranggapan
kewenangan pimpinan puskesmas.Penilaian
monitoring dan evaluasi hanya dilihat dari ada
kinerja dapat dianggap sebagai alat untuk
dan tidaknya komplain dari masyarakat terkait
melihat apakah seseorang sudah memenuhi
dengan pelaksanaan pelayanan.
standar kinerja yang telah di tetapkan.
Pengawasan,meliputi penampilan kerja,
pengawasan umum, pengawasan etik aspek Penilaian kinerja digunakan untuk perbaikan
www.jik.ub.ac.id
111

prestasi kerja, penyesuaian kompensasi, evaluasi melahui pelatihan khusus terkait


keputusan penempatan, kebutuhan pelatihan proses monitoring dan evaluasi. Pelatihan
dan pengembangan karir, penanggulangan tentang uraian tugas koordinator pelaksana
penyimpangan-penyimpangan proses diharapkan pengetahuan, ketrampilan dan
pengaturan staf, ketidakakuratan informasi, kemampuan dalam memimpin juga akan
mencegah kesalahan desain pekerjaan, meningkat sesuai pengalaman yang didapat
kesempatan kerja yang adil serta menghadapi saat mengikuti pelatihan. Pelatihan diperlukan
tantangan eksterna [ CITATION BSa10 \l agar karyawan mampu menyesuaikan perilaku
1057 ]. Liestyaningrum (2010) mengatakan dengan menyadari perannya untuk mencapai
pengawasan yang berhubungan dengan kinerja tujuan organisasi [ CITATION Sop08 \l
adalah disiplin dan informasi, dan sub variabel 1057 ].Peningkatan pengetahuan pelaksanaan
pengawasan adalah yang paling berhubungan monitoring dan evalusai oleh koordinator
dengan kinerja adalah disiplin.Selain penilaian pelaksana dapat di tingkatkan dengan
kinerja kepuasan pasien juga mempengaruhi dukungan pemerintah daerah lewat Dinas
kualitas pelayanan keperawatan puskesmas. Kesehatan untuk melaksanakan pelatihan
tentang monitoring dan evaluasi.Dewi (2011)
Kepuasan pasien menurut Paolo, Sariva dan
dalam penelitianya mengatakan bahwa ada
Rodrigues (2009) ada tiga hal yang berkaitan
pengaruh positif pengetahuan tentang tekhnik
erat, yaitu : mengemukan kualitas produk dan
pengawasan terhadap pelaksanaan
jasa, kepuasan pelanggan dan probabilitas
pengawasan.
perusahaan. Semakin tinggi tingkat kualitas
semakin tinggi pula tingkat kepuasan pelanggan
7. Hambatan dalam pelaksanaan pelayanan
yang dihasilkan, yang mendukung harga lebih
UGD Puskesmas.
dan sering kali biaya lebih rendah.Kualitas jelas
merupakan kunci dari tingkat kepuasan Hambatan dalam pelaksanaan pelayanan UGD
pelanggan. Puskesmas karena adanya keterbatasan sarana
dan prasarana, keterbatasan ketenagaan baik
Selain kepuasan pelanggan kepuasan kerja
dari sisi kuantitas dan kualitas, keterbatasan
menjadi hal penting dalam pelayanan kareana
dana dalam pengembangan SDM, hambatan
kepuasan kerja mempengaruhi kinerja
dalam kolaborasi dan hambatan budaya. Secara
karyawan. Seorang memiliki kepuasan yang
teoritis ada tiga kelompok variabel yang
tinggi akan mendukung pekerjaannya sebagai
mempengaruhi hal tersebut, meliputi : variabel
hal yang menyenangkan, berbeda dengan
individu, variabel organisasi dan variabel
karyawan yang memiliki kepuasan kerja yang
psikologis [ CITATION YIl11 \l 1057 ].
rendah. Ia akan melihat pekerjaannya sebagai
suatu yang membosankan sehingga Keterbatasan sarana dan prasarana terjadi
menyebabkan perasaan keterpaksaan dalam karena tidak adanya kewenangan koordinator
melaksanakannya [ CITATION RVi06 \l 1057 pelaksana untuk merealisasikan kebutuhan
]. sarana dan prasarana yang di
butuhkan.Dukungan sarana fisik, perlengkapan,
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelayanan
dan peralatan mendukung mutu pelayanan
dapat di tingkatkan dengan peningkatan
kesehatan [ CITATION Bus11 \l 1057 ].
pengetahuan koordinator pelaksana UGD
dalam menjalankan peran monitoring dan Kurangnya tenaga pendukung dengan tidak
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 3, No. 2, November 2015
112
adanya tenaga pelaksana khusus di UGD jumlah penduduk 9.455 tidak tamat SD dan
menjadi kendala dalam pelaksanaan pelayanan 26.757 penduduk berpendidikan sekolah dasar
ini.Kurangnya jumlah SDM menjadi penyebab [ CITATION Din15 \l 1057 ]. Budaya
dari kendala ini. Ketenagaan yang kurang, seringkali terkait dengan tingkat pendidikan
formasi yang tidak sesuai akan mempengaruhi dan pengetahuan seseorang [ CITATION
kualitas pelayanan pada masyarakat. Tetapi ada Man06 \l 1057 ]. Perawat diharapkan dapat
berapa yang berpendapat, walau tenaga cukup memberikan pendidikan kesehatan kepada
tetapi motivasi petugas tidak ada maka pasien dengan memperhatikan tingkat
pelaksanaan pelayanan tidak akan maksimal pendidikan, karakter pribadi pasien, efek
[ CITATION Man06 \l 1057 ]. Menurut Dinh hospitalisasi, stres akibat penyakit, ansietas,
et al ( 2012 ) mengatakan dengan komposisi menurunnya fungsi tubuh, kurang waktu
dokter, perawat praktisi dan perawat senior belajar, kompleksitas target yang harus dicapai,
dan jumlah yang cukup memberikan kualitas ketidaknyamanan, ketidakmanusiawian sistem
perawatan yang tinggi. perawatan yang sering menyebabkan frustasi
dan ketidak pedulian [ CITATION Tur10 \l
Pelaksanaan pelayanan mengalami hambatan
dalam pelaksanaan kolaborasi karena dokter 1057 ].
tidak dinas dalam 24 jam pelayanan dan Pendidikan yang rendah , karakteristik pasien
menggunakan sistem On-Call. Sistem kolaborasi yang kurang motivasi dan keras kepala akan
dengan cara On-Call mengalami kendala mempengaruhi kemampuan penerimaan
sulitnya menghubungi dokter kalau malam dan pendidikan kesehatan yang di berikan.
sulit menghubungi karena faktor topografi Pengkajian yang memadai merupakan faktor
daerah penggunungan sehingga mengganggu penting yang harus dilakukan sebelum
signal komunikasi. Kolaborasi merupakan salah memberikan pelayanan kesehatan. Hal ini
satu pendukung utama yang dapat sesuai dengan pernyataan Potter (2010) yang
meningkatkan kualitas pelayanan dan mengatakan bahwa sebelum memberikan
kesembuhan pasien [ CITATION KAE11 \l pendidikan kesehatan perawat harus mengkaji
1057 ]. Praktek kolaborasi perawat dan dokter pemahaman pasien, kemudianmemberikan
memerlukan pengetahuan, sikap yang pendidikan sesuai masalah kesehatan pasien
profesional mulai dari cara komunikasi, cara danmengkaji ulang pemahaman pasien setelah
kerjasama dengan pasien dan ketrampilan di berikan pendidikan kesehatan dalam
perawat dalam membuat keputusan. pelayanan kesehatan.

Hambatan dalam pelaksanaan pelayanan Sumiati (2006) menyatakan hambatan dalam


adalah hambatan budaya pasien yang pelaksanaan pelayanan kesehatan pada pasien
cenderung tinggi tuntutan terhadap pelayanan adalah hambatan pasien dan
dan tidak mau melaksanakan program perawat.Hambatan pasien meliputi pendidikan
perawatan yang di jalankan rendah, mitos, budaya dan kepribadian sifat
petugas.Temperamen keras dan semaunya pasien dan bahasa. Hambatan perawat antara
sendiri ini disebabkan karena rendahnya lain : waktu yang terbatas, terlalu banyak
pendidikan dan pengetahuan pasien. Data pekerjaan dan pasien, malas, tenaga perawat
terkait rendahnya pendidikan ini tergambarkan terbatas dan pengetahuan perawat kurang.
di wilayah kerja Puskesmas Panggul dari 62.092 Pandangan perawat dalam melaksanakan
www.jik.ub.ac.id
pelayanan kesehatan pada pasien mengalami terdiri
113 dari beberapa usaha, yaitu : orientasi,
tantatangan dari karakteristik pasien yang di supervisi, partisipasi, komunikasi, rekognasi,
beri pelayanan. delegasi, kompensasi, integritas dan motivasi
Hambatan yang diperoleh koordinator silang [ CITATION RLe06 \l 1057 ]. Tunner
pelaksana UGD puskesmas dalam pelaksanaan (2010) menunjukan bahwa cara yang ditempuh
pelayanan pasien yang di ungkapkan partisipan untuk meningkatkan semangat kerja adalah
dalam penelitian akan menimbulkan dampak memberi kompensasi kepada tenaga kerja
tidak optimalnya peran dan tugas perawat dalam porsi yang wajar, tetapi tidak
koordinator pelaksana dalam menjalankan memaksakan kemampuan, menciptakan
tugas dan perannya. Dampak tersebut sering kondisi kerja yang menggairahkan semua pihak.
terlihat terjadinya kerepotan dalam pelayanan, Untuk meningkatkan semangat kerja
kesulitan dan kadang kecemasan karena tidak diperlukan pemberian gaji yang cukup,
dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi memberikan fasiltas sarana prasarana yang
pasien.keterbatasan fasiltas sarana dan mempermudah pelayanan dan menyenangkan,
prasarana sering kali mengganggu pelaksanaan menciptakan suasana kerja yang nyaman,
pelayanan sehingga menimbulkan keluhan memperhatikan harga diri, dan memperhatikan
pada pasien dan perawat sebagai pelaksana kebutuhan rohani.
pelayanan. Untuk mengatasi hambatan itu Insentiff atau reward merupakan bagian dari
dapat dilakukan dengan komunikasi yang baik imbalan [ CITATION APr09 \l 1057 ].
antar petugas kesehatan dan dengan pasien, Imbalan dibagi menjadi dua kategori yaitu :
pemenuhan kebutuhan sarana prasarana dan imbalan langsung dan tidak langsung. Imbalan
adanya dana yang memadai dalam proses langsung terdiri dari imbalan yang diterima
pemenuhannya. secara langsung , rutin dan periodik oleh
karyawan misalnya : gaji pokok, tunjangan
8. Harapan koordinator pelaksana UGD tunai, tunjangan hari raya yang semua itu
dalam pengelolaan. diterima tiap bualan atau tiap tahunnya.
Pengalaman koordinator pelaksana UGD Imbalan tidak langsung terdiri dari imbalan
mengelola pelayanan memiliki harapan untuk yang nanti diterima bila nterjadi sesuatu pada
peningkatan sarana dan prasarana, karyawan misalnya : fasilitas transfortasi,
penambahan tenaga dan pengembangan SDM, pemeliharaan kesehatan, ijin meninggal
serta adanya peningkatan pendapat perawat. pekerjaan, santunan, dana pendidikan dan
Menurut Beck (2005) ada dua belas kunci pelatihan dan lain sebagainya.
utama kepuasan kerja, yaitu meliputi : input, Imbalan yang tidak sebanding dan belum layak
hubungan manajer dan staf, disiplin kerja, dengan apa yang telah mereka kerjakan akan
lingkungan tempat kerja, istirahat dan makanan mengakibatkan keresahan, penurunan gairah
yang cukup, diskriminasi, kepuasan kerja, kerja , motivasi kerja dan ketidak puasan dalam
penghargaan penampilan, klarifikasi kebijakan, bekerja [ CITATION Neu11 \l 1057 ].
prosedur, keuntungan, mendapat kesempatan,
Ketidakpuasan perawat dalam bekerja
pengambilam keputusan dan gaya manajer.
mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan
Usaha positif dalam rangka meningkatkan bagi pasien. Pihak manajemen pelayanan
pengelolaan yaitu meningkatkan motivasi yang kesehatan harus memahami dengan baik
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 3, No. 2, November 2015
mengenai imbalan dan 114 dapat merancang adalah meliputi perencanaan,
kembali sistem imbalan yang sedemikian rupa pengorganisasian, pengarahan dan
sehingga mampu memotivasi kerja pegawai pengawasan. Fungsi-fungsi utama ini secara
[ CITATION Baa08 \l 1057 ]. Sehingga utuh belum dilaksanakan dalam setiap
perlunya sebuah institusi memperhatikan fungsinya karena adanya keterbatasan
harapan pekerjanya terkait dengan kewenangan dan pengetahuan koordinator
peningkatan pendapatan dalam menjalankan pelaksana dalam melaksanakan tugasnya dan
tugasnya. juga karena banyaknya peran yang harus
dijalankan. Banyaknya peran ini menyebabkan
KESIMPULAN
keterbatasan kemampuan koordiantor
Gambaran respon perawat sebagai koordinator pelaksana untuk melaksanakan peran dan
pelaksana UGD Puskesmas terhadap peran dan fungsinya secara optimal. Hambatan yang lain
fungsinya sebagai koordinator UGD sekaligus meliputi hambatan sarana prasarana, tenaga,
menjalankan peran dan fungsi lain sebagai dan budaya masyarakat. Hambatan ini djadikan
koordinator program yang lain dimaknai harapan yang harus ada dalam pengelolaan
sebagai tugas yang harus dilaksanakan karena UGD Puskesmas meliputi terpenuhinya fasilitas,
merupakan tugas dari pimpinan. Respon ini tenaga dan adanya peningkatan pendapatan.
juga bisa dimaknai sebagai respon yang pasrah
untuk menerima semua tugas yang di berikan SARAN
tanpa mempertimbangkan kemampuan dan Perlunya kebijakan khusus dari pemerintah
potensi diri dalam melaksanakan tugas daerah Kabupaten Trenggalek melalui Dinas
tersebut. Pengalaman perawat koordinator Kesehatan untuk memaksimalkan peran
pelaksana UGD Puskesmas dalam menjalankan koordinator pelaksana UGD agar mutu
fungsi-fungsi manajemen, menghadapi pelayanan yang diterima oleh masyarakat
hambatan dan harapan dalam pengelolaan. menjadi optimal.
Fungsi-fungsi manajemen yang dimaksud

DAFTAR PUSTAKA
Azwary, B. (2013). Peran Paramedis dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas Pembantu Kampung Kasai Kecamatan Pulau Derawan Kabupaten Berau. eJournal
Ilmu Pemerintahan, 2013, 1(1), 385-399.
Baalbaki. (2008). Patient satisfaction with healtcare delivery system. International Journal of
Pharmeuceutical and Healthcare Marketing Vol.2 No. 1 2008, 47-62.
Beck, J. (2005). Nurses' voice : the meaning of voice to experienced registered nurses employed in
a magnet hospital workplace. ProQuest Information and learning company.
Bustami. (2011). Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Akseptabilitasnya. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Curtis, E., & Connell, O. (2011). Essential Leadership Skills for Motivating and Developing Staff.
Nursing Management Volume 18, 5.
www.jik.ub.ac.id
Darwito. (2008). Analisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja dan komitmen
115
organisasi untuk meningkatkan kinerja karyawan. Semarang: Tesis Pasca Sarjana UNDIP.
Dewi, I. M. (2011). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas anggota DPRD dalam
pengawasan keuangan daerah (APBD). Semarang: Universitas Diponegoro, Fakultas Ekonomi.

Dinh, M., Enright, N., & Parameswaran, A. (2012). Evaluating the quality of care delivered by an
emergency department fast track unit with both nurse practicioners and doctors. Australasian
Emergency Nursing Journal 15, 188-194.
DinKes. (2015). Profil Kesehatan Kabupaten Trenggalek Tahun 2014. Trenggalek: Dinas Kesehatan
Kabupaten Trenggalek.
Donoghue, & Nicholas, G. (2009). Leadership styles of nursing home administrator and their
association with staff turnover. The Gerontologist 49,2: ProQuest, 166.
Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Effendy, N. (2000). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat ; Edisi 2. Jakarta: EGC.
Faizin, A., & Winarsih. (2008). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Lama Kerja Perawat dengan
Kinerja Perawat di RSU Pandan Arang Kabupaten Boyolali. Berita Ilmu Keperawatan ISSN
1979-2697, Vol. 1 No. 3, September 2008, 137-142.
Herawani. (2002). Persepsi kepala ruangan dan perawat pelaksana tentang permasalah
manajemen dalam menerapkan pendokumentasian proses keperawatan di Rumah Sakit
Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo. Jurnal Keperawatan Indonesia Volume 6, No
2, September 2002.
Huber, D. L. (2010). Leadership and Nursing Care Management : Fourth Edition. Philadelphia: W.B
Saunders Company.
Ilyas, Y. (2011). Perencanaan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit; Teori, Metode dan Formula.
Edisi I. Jakarta: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI.
Isnaeni. (2014). Gambaran Peran Perawat Puskesmas dalam Pelaksanaan Perawatan Kesehatan
Masyarakat (Perkesmas) di Kota Salatiga Tahun 2013. Salatiga:
http://respitory.uksw.edu/handle/123456789/5322.
Kemenkes. (2011). Standart Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat di Rumah Sakit. Jakarta:
Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Teteknisan Medik, Direktorat Jendral Bina Upaya
Kesehatan. Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 3, No. 2, November 2015
116
Kenna. (2011). Using a nursing produtivity committee to achieve cost savings and improve staffing
levels and staff satisfaction. Critical Care Nurse Vol 31 No. 6 Dec.
Kuswantoro, & Subekti. (2009). Pengaruh pelaksanaan fungsi manjerial kepala ruang dalam
metode penugasan tim terhadap kinerja ketua tim di RSU dr Saiful Anwar Malang. Semarang:
Tesis Pasca Sarjana UNDIP.
Leer, R. (2006). Effective nursing management : a solution for nurses job dissatisfaction, and low
retention rate ? ProQuest Information and Learning Company, diperoleh 15 Pebruari 2012.
Liestyaningrum, W. (2010). Hubungan persepsi perawat pelaksana tentang pengawasan kepala
ruangan dengan kinerja di ruang rawat inap RSAL dr. Mintoharjo.
Http://www.gigilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp.id.
Lin, S., Cen, S., Wen, P., Pan, F., & Liu, W. (2010). Job Stress and Coping Mechanisms Emergency
Departemen Nurse in the Armed Force Hospital of Taiwan. International Jpurnal of Human an
Sosial Sciences (8), 626-633.
Malmqvist, M. (2008). First line manager role and information systems. Sweden: Chalmers
University of Technology and University of Gothenburg.
Manggala. (2006). Improving nurse-physician communication and satisfaction in the intensive care
narasimhan. American Journal of Critical Care; Mar 2006;15,2; Proquest, 217.
Marquis, N. L., & Huston, C. J. (2012). Leadership Roles and Management Function in Nursing;
Seventh Edition.Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Molan, E. l. (2013). Sribe during emergency department resusitation : Registered Nurse domain or
up for grabs ? Australasian Emergency Nursing Journal 16, 45-51.
Muninjaya, A. G. (1999). Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC.
Neuhauser. (2011). Impact of staff engagement on nurse satisfaction/retention and indicator. UMI
Number : 1490875.
Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional; Edisi
2. Jakarta: Salemba Medika.
Parmin. (2009). Hubungan Pelaksanaan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan dengan Motivasi
Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUP Undata Palu. Depok: Universitas Indonesia,
Magister Ilmu Keperawatan, Kekhususan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.
Pearson, C., & Care, W. (2002). Meeting the continuing education needs of rural nurse in role
transition. Journal of continuing in nursing 33(4), 174-179.
Pemda. (2012). Peraturan Bupati Trenggalek Nomor 81 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Pusat Kesehatan Masyarakat sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan.
Trenggalek: Pemerintah Daerah Kabupaten Trenggalek.
Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing Research Generating and Assessing Evidence for Nursing
Practice: Ninth Edition. Philadhelpia: Mosby: Wolter Kluwer Lippincott Williams & Wilkins.
Potter. (2010). Delegation Practices Between Registered Nurse an Nursing Assistive Personel.
www.jik.ub.ac.id
Journal of Nursing Management, 18, 157-165. 117
Pribadi, A. (2009). Anilisis pengaruh faktor pengetahuan, motivasi dan persepsi perawat tentang
supervisi kepala ruang terhadap pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di ruang
rawat inap RSUD kelet propinsi Jawa Tengah di Jepara. Jurnal Gizi dan Kesehatan, Vol 1, No 4.
Rohmawati. (2006). Hubungan fungsi manajemen kepala ruangan menurut persepsi perawat
pelaksana dan karakteristik individu dengan pelaksanaan asuhan keperawatan di ruang rawat
inap RSUD Sumedang. Jakarta: Universitas Indonesia, Tesis.
Rue, L., & Terry, G. (2010). Principles of management. Illinois: Homewood.
Sabarguna, B. (2010). Manajemen Strategik Rumah Sakit. Yogyakarta: Konsorsium Rumah Sakit
Islam Jateng-DIY.
Sayed, K. E., & Sleem, W. (2011). Nurse-phisician collboration : Acomparative study of the
attitudes of nurses an physicians at Mansoura University Hospital. Life Science Journal.8(2),
140-146.
Sigit. (2009). Pengaruh fungsi pengarahan kepala ruang dan ketua tim terhadap kepuasan kerja
perawat pelaksana di RSUD Blambangan Banyuwangi. Journal Standarisasi (8), 69-75.
Simamora, R. H. (2012). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC.
Simanjutak, P. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: FE Universitas Indonesia.
Simeulu, P. (2013). Efektifitas Pelatihan Supervisi Klinik Kepala Ruangan Terhadap Kinerja Perawat
Pelaksana di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan. Medan:
Universitas Sumatera Utara, Program studi Magister Ilmu Keperawatan, Peminatan
Administrasi Keperawatan.
Sitorus, R., & Panjaitan, R. (2011). Manajemen Keperawatan : Manajemen Keperawatan di Ruang
Rawat. Jakarta: Sagung Seto.
Sopiah. (2008). Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Suarli, & Bahtiar, Y. (2012). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Jakarta:
Erlangga.
Sumiati. (2006). Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja kepala ruang rawat inap
di rumah sakit dokter Kariadi Semarang. Semarang: Tesis Pasca Sarjana Undip.
Turner, B. (2010). A study of the emotional quotien of nursing managers compared to the outcome
of an employee opinion survey. UMI Number : 3432190.
Vinni, R. (2006). Total qualitybmanagement and paradigms of public administration. A performing
public sector : the second trans atlantic dialogue, leuven, belgium, june 1-3.

Anda mungkin juga menyukai