Disusun Oleh :
ZAENUL ASIKIN (20117071)
1
produk kamera digital. Apalagi saat ini telah muncul teknologi ponsel pintar, yang
dileng-kapi dengan kamera beresolusi tinggi. Menurut kantor berita Reuters, Kodak
mengajukan perlindungan pailit ke Pengadilan di Kota New York. Di Amerika
Serikat, perusahaan yang jatuh bangkrut berhak mengajukan perlindungan pailit ke
pengadilan, sesuai peraturan agar tidak sampai di likuidasi.
2
BAB II
LANDASAN TERORI
3
ataucompetition analysis menilai bahwa perusahaan secara nyata tidak hanya
bersaingdengan perusahaan yang ada dalam industri saat ini.
5
3. Evaluasi Rencana dan Sasaran
Manajer akan mengevaluasi keuntungan, kerugian, dan pengaruh
yang potensial terhadap setiap alternative rencana dan sasaran yang ada.
4. Pemilihan Rencana dan Sasaran
Setelah menguji alternatif rencana dan sasaran yang telah ada maka manajer
akan memilih salah satu yang palin masuk akal.
5. Penerapan
Setelah memilih sasaran dan rencana maka akan diterapkan pada perusahaan.
6. Pemantauan dan Kontrol
Diperlukan untuk mengetahui apakah rencana-rencana yang telah dijalankan
dilakukan dengan baik dan memenuhi sasaran atau tidak.
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
Kasus bangkrutnya perusahaan fotografi Eastman Kodak Corporation
memang sudah menjadi rahasia umum. Berita ini sudah mulai menyebar diseluruh
media selama awal tahun 2012 lalu. Perusahaan Eastman Corporation atau
yang biasa dikenal dengan sebutan Kodak, dulu dikenal sebagai salah satu
perusahaan peralatan fotografi terkemuka di dunia. Kini, Kodak jatuh bangkrut
setelah gagal beradaptasi dengan kemajuan teknologi di tengah populernya kamera
digital dan ponsel pintar berfitur kamera. Menurut kantor berita Reuters, Kodak
mengajukan perlindungan pailitke Pengadilan di Kota New York pada 19 Januari
2012. Di Amerika Serikat, perusahaan yang jatuh bangkrut berhak mengajukan
perlindungan pailit ke pengadilan, sesuai peraturan yang berlaku agar tidak sampai
dilikuidasi. Selanjutnya pengadilan akan menentukan apakah perusahaan yang
bangkrut ini, sesuai kesepakatan dengan pihak-pihak kreditur, bisa diselamatkan
melalui penjualan aset atau restrukturisasi korporat. Dewan Direktur dan seluruh
timsenior manajemen yakin bahwa itu merupakan langkah yang benar untuk
masadepan Kodak. Untuk bertahan, Kodak mengungkapkan telah mendapat
pinjaman berjangka 18 bulan dari Citigroup sebesar US$950 juta. Didirikan 130
tahun lalu, perusahaan Amerika itu pernah merajai industri peralatan fotografi
seperti penjualan kamera dan film. Bahkan Kodak pulayang memperkenalkan
teknologi kamera digital. Namun, tanpa disadari teknologi itulah yang lambat laun
menghantam bisnis Kodak, yang selama dekade 1980an hingga 1990an sudah
merasa nyaman sebagai pemain nomor satu industri fotografi. Konsumen kini
sudah meninggalkan pemakaian film yang menjadi bisnis inti Kodak dan sejumlah
kompetitor mengembangkan produk kamera digital. Apalagi kini muncul teknologi
ponsel pintar, yang dilengkapi dengan kamera beresolusi tinggi.
Menurut sejumlah pengamat, perusahaan pelopor fotografi tersebut
tak sanggup melawan arus digital yang semakin berkembang setiap tahun.
Tidak seperti IBM dan Xerox Corp, yang sukses menciptakan arus pendapatan baru
saat bisnis mereka menurun. Mereka menilai kesalahan Kodak membuang
proyek- proyek baru terlalu cepat yang menyebarkan investasi digital terlalu luas,
dan puas pada penilaian Rochester, New York, yang memberhentikan perusahaan
untuk dapat berinovasi pada teknologi lain. Kodak tak pernah mengembangkan
kehadiran teknologi baru di pusat-pusat dunia. Sejak 1888, George Eastman
menciptakan sebuah mesin yang menangkap gambar pada pelat kaca besar. Tak
puas dengan terobosan itu, dia melanjutkan untuk mengembangkan film roll dan
8
kemudian kamera Brownie. Selanjutnya pada tahun 1960, Kodak mulai
mempelajari potensi komputer dan membuat terobosan besar di tahun 1975 yaitu
saat salah satu insinyur, Steve Sasson, menemukan kamera digital. Namun, Kodak
tak segera peka terhadap potensi pasar tersebut dan tak fokus pada high-end kamera
bagi pasar niche. Para eksekutif juga takut mengorbankan penjualan film yang
merupakan produk inti mereka. Bahkan seorang profesor yang menulis sejarah
Kodak dari Universityof Missouri berpendapat bahwa George Eastman wafat
dengan menyisakan pengaruh yang membuat Kodak tetap berada di tempat dan
tidak mengembangkan produknya, tapi itu tidak memungkinkan orang untuk
bergerak maju. Selain itu, penyebab kebangkrutan Kodak karena perusahaan
tersebut melewatkan peluang bisnis. Di Consumer Electronics Show di Las Vegas
tahunan pada 2011 lalu, Perez dan Kodak memperkenalkan dua kamera baru yang
diyakini bisa terhubung secara nirkabel dengan printer dan posting foto ke
Facebook. Namun beberapa pengulas gadget mengatakan kamera baru tidak bisa
terhubungke web tanpa membonceng pada smartphone atau koneksi Wi-Fi. Analis
mengatakan Kodak bisa menjadi sebuah kelompok media sosial jika telah berhasil
meyakinkan konsumen untuk menggunakan layanan online untuk
menyimpan, berbagi, dan mengedit foto-foto mereka. Tapi sebaliknya, Kodak
terlalu berfokus pada perangkat dan kalah dalam pertempuran online untuk jaringan
sosial seperti Facebook.
Dalam beberapa tahun terakhir, pendapatan Kodak pun terus
menuruntajam. Dulu mempekerjakan lebih dari 60.000 orang di mancanegara,
Kodak kini hanya memiliki sekitar 7.000 pekerja. Nilai pasarnya pun kini
tenggelam hinggadi bawah US$ 150 juta dari sebelumnya, sekitar 15 tahun lalu,
senilai US$ 31 miliar. Dalam beberapa tahun terakhir, pimpinan perusahaan gagal
memulihkan keuntungan tahunan. Kas yang terus terkuras membuat Kodak
kesulitan memenuhi kewajibannya terhadap karyawan dan pensiunannya.
Kemudian Pemimpin Kodak, Antonio Perez mengajukan perlindungan
kebangkrutan lewat proses pailit, yang akan memungkinkan Kodak untuk
terus bekerja memaksimalkan aset teknologinya. Manajemen Kodak sempat
menyatakan akan fokus ke industri percetakan dan produk konsumen lain.
Perusahaan yang berusia lebih dari 130 tahun itu mengaku telah
mendapatkan pinjaman dari Citigroup senilai US$ 950 juta, untuk kurun waktu 18
bulan.Pinjaman dan perlindungan pailit AS memberi kesempatan kepada Kodak
9
untuk menemukan pembeli 1.100 paten teknologi produk fotografinya. Hal ini
menjadikunci untuk dapat terus merestrukturisasi dan membayar ribuan
karyawannya.
10
pasar sehingga berada dalam kondisi sesulit ini.Dengan kerugian atau
penurunan penjualan produknya, Kodak seharusnya dapat belajar dari
pengalaman dan mencoba untuk berinovasi lebih baik dengan mengeluarkan
berbagai produk yang dapat membuatnya bangkit dari keterpurukan. Namun
perusahaan ini memang belum memiliki kemampuan “Learning
Organization”. Dia tidak dapat menganalisis keberhasilan atau kegagalan dari
dikeluarkannya suatu sistem atau produk baru. Ini terbukti dengan biarpun
perusahaan ini mencoba mengeluarkan produk kamera digital namun produk
ini tidak booming dipasaran karena dinilai masih kurang memenuhi
permintaan atau selera konsumen yang selalu berubah mengikuti
perkembangan teknologi.
11
setiap hasil bidikan kamera filmnya. Kodak juga bertanggungjawab dengan
memberikan garansi untuk setiap produknya selama batas waktu tertentu.
Selain itu, produk Kodak juga memiliki daya tahan yang cukup kuat dan
tahan lama. Namun mempertahankan saja tidak cukup. Setiap perusahaan
seharusnya dapat memperbaharui kualitasnya agar lebih baik sesuai dengan
kemajuan teknologi.
Melihat keadaan Kodak yang tidak dapat beradaptasi dengan
perkembangan teknologi digital saat ini, maka kualitas pun sudah tidak dapat
diandalkan lagi sebagai Competitive Advantage perusahaan. Kualitas produk
para pesaing seperti Nicon atau Canon sudah jauh diatas Kodak. Kini biarpun
Kodak telah mengeluarkan kamera digital namun kinerja produk Kodak
masih terbatas dan kualitas gambar yang dihasilkannya belum dapat
menyamai atau bahkan melampaui para pesaing. Untuk hal inovasi,
Perusahaan Kodak juga tidak dapat diragukan lagi keberadaannya pada abad
yang lalu. Secara terus-menerus Kodak berinovasi menciptakan produk-
produk dengan fitur yang lebih baik dari sebelumnya. Perusahaan ini
menciptakan berbagai jenis kamera dari mulai Folding Pocket Camera,
Kodakolor film, Kamera Instamatic hingga kamera digital pertama. Namun
untuk tetap menjadi perusahaan besar yang sukses, hanya dengan
menciptakan suatu competitive advantage itu belumlah cukup. Perusahaan
harus senantiasa mempertahankan dan memperbaharuinya agar tetap
mempunyai daya saing yang tinggi terhadap perusahaan lain.Di dalam
lingkungan industri, setiap perusahaan seharusnya selalu menyesuaikan diri
dengan perkembangan yang sedang terjadi dipasar agar tidak ketinggalan
teknologi dengan perusahaan pesaing lainnya. Perusahaan harus mengikuti
trend yang sedang digandrungi oleh masyarakat agar dapat menarik perhatian
konsumen dan meningkatkan penjualan produk-produknya. Sayangnya saat
sudah menjadi besar dan sukses dengan kamera filmnya, perusahaan ini
berhenti berinovasi dan tidak dapat memperbaharui inovasinya. Kodak terlalu
fokus pada produksi kamera analog dibandingkan dengan mengembangkan
dirinya untuk dapat memberikan inovasi kamera digital bagi konsumen.
Akibatnya perusahaan ini terlambat mengantisipasi trend kamera digital yang
sekarang sedang berkembang di pasar sehingga berada dalam kondisi sesulit
ini. Meskipun menurut beberapa fotografer mengatakan bahwa pasar kamera
12
analog tidak akan hilang, namun jumlah kapasitas produksinya akan semakin
kecil. Karena seperti yang diketahui, masyarakat sekarang lebih memilih
untuk menggunakan kamera digital yang sistem penggunaannya lebih
sederhana, harga lebih terjangkau (tergantung brand dan kualitas) dan
hasil pemotretan yang jauh lebih bagus. Dibandingkan dengan kamera analog
yang harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli film dan
sistem pencetakan yang agak sulit.
Environment Analysis
1. Pemantauan Lingkungan (Environment Scanning)
Langkah pertama yang mungkin dilakukan untuk menghadapi
ketidakpastian dalam lingkungan adalah dengan menentukan hal apa saja
yang penting bagi perusahaan. Namun sering kali perusahaan
mengabaikannya kemudian menyesali tindakan-tindakan tersebut
dikemudian hari. Penyesalan inilah yang sedang dialami Kodak. Perusahaan
fotografi tersebut sebenarnya berkesempatan besar untuk menja-
di perusahaan yang memproduksi kamera digital yang terbaik, karena
Kodak yang pertama kali menemukan kamera digital. Namun perusahaan
tidak melihat potensi tersebut dan akhirnya kehilangan kesempatan
mendapatkan pasar yang penting yang telah direnggut oleh perusahaan
pesaing. Seharusnya tidak akan terjadi hal seperti itu apabila
Kodak melakukan pemantauan lingkungan sebelumnya. Para manajer harus
mencari informasi seperti pesaing, hambatan, produk substitusi, keadaan
ekonomi, perubahan teknologi, dan lain-lain. Pemantauan lingkungan
diperlukan untuk memahami perubahan-perubahan, kesempatan-kesem-
patan, dan ancaman-ancaman di lingkungan sekitarnya.
2. Pengembangan Skenario (Scenario Development)
Setiap perusahaan sudah sejatinya harus dapat memperkirakan atau
menentukan pengaruh kekuatan lingkungan terhadap perusahaan mereka.
Mereka biasanya mengembangan skenario-skenario untuk masa depan.
Jika perusahaan Kodak sudah melakukan pengembangan skenario-skenario
untuk perusahaannya, maka tidak akan terjadi kondisi sesulit ini. Karena
mereka sudah membuat rencana-rencana kemungkinan yang akan dilakukan
bila terjadi hasil yang berbeda-beda. Seperti halnya kemajuan teknologi dan
tindakan pesaing-pesaing seperti Canon dan Nicon yang semakin agresif,
13
Kodak seharusnya sudah memiliki rencana alternatif yang akan dijalankan
untuk dapat bertahan dan menyaingi pesaing-pesaingnya tersebut.
3. Peramalan (Forecasting)
Peramalan perlu dilakukan untuk memperkirakan bagaimana
tepatnya beberapa variabel akan berubah dimasa depan. Ini yang merupakan
kesalahan dari para manajer Kodak. Mereka tidak dapat memperkirakan
kemajuan teknologi dan selera masyarakat yang semakin berkembang,
serta jumlah permintaan atas produk kamera analog yang semakin lama
semakin berkurang karena adanya kamera digital.
4. Tolak Ukur (Benchmarking)
Terkadang untuk menghasilkan produk yang baik, perusahaan
harus memilih dan mengidentifikasi kinerja produk dari perusahaan yang
terba-ik dibidangnya. Seperti halnya pada saat mulai mengalami kerugian,
Kodak seharusnya dapat mengidentifikasi produk kamera digital yang
terbaik untuk memahami sumber competitive advantage mereka dan
selanjutnya mengembangkan produk dengan inovasi yang lebih baik. Bukan
seperti saat ini, Kodak hanya mengeluarkan kamera digital yang fiturnya
tidak lebih baik bahkan dibawah kualitasnya dibandingkan dengan para
pesaingnya.Sehingga kamera digitalnya tidak begitu laku dipasaran karena
kurang memenuhi selera pasar.
Competitive Environment
1. Pembeli (Buyers)
Dengan adanya para pesaing seperti Canon, Nicon, Sony dan lain-
lain membuat konsumen memiliki banyak pilihan dalam membeli kamera.
Hal ini membuat kekuatan tawar-menawar pembeli menjadi sangat kuat,
karena konsumen bisa sangat selektif dalam menentukan pilihannya. Selera
masyarakat juga berubah-ubah mengikuti trend yang sedang terjadi. Seiring
perkembangan zaman disertai dengan kemajuan teknologi dan kesibukan
masyarakat maka mereka lebih menginginkan untuk sesuatu yang lebih
mudah, seperti halnya kamera digital. Dulu Perusahaan Kodak mencapai
kejayaan pada abad ke 20 saat dunia hanya mengenal kamera analog yang
agak besar dan sistem penggunaannya agak sulit. Sekarang zaman sudah
berubah, konsumen lebih memilih untuk membeli kamera digital yang
sistem penggunaannya lebih mudah. Namun sayang perusahaan Kodak
14
terlambat mengantisipasi trend kamera digital yang berkembang saat ini.
Meskipun Kodak sempat mencoba memproduksi kamera digital namun
ternyata pasar produk mereka telah direnggut oleh perusahaan lain yang
dapat lebih memenuhi selera konsumen dengan berbagai fitur terbarunya.
2. Persaingan Antar Industri Yang Sudah Ada (Rivals)
Saat ini banyak sekali perusahaan yang bergerak dibidang alat
fotografi, seperti Sony, Canon, Minolta, Panasonic, Samsung, Nikon, dan
lain-lain. Persaingan ini sudah berlangsung sejak lama. Masing-
masing perusahaan terus berinovasi menciptakan kamera digital dengan
fitur-fitur andalan yang terbaru. Banyaknya perusahaan ini menciptakan
keadaan persaingan yang sangat ketat antar perusahaan. Dua dari nama-
nama perusahaan diatas yang menjadi pemimpin dalam dunia fotografi
digital saat ini adalah Canon dan Nikon yang memiliki platform kamera
digital seperti kamera DSLR. Dua merk ini merupakan merk yang paling
dipertimbangkan saat ini di dunia. Mereka banyak diminati karena
menawarkan fitur-fitur menarik, desain yang unik, kualitas barang,
dantentunya harga yang sesuai sehingga dapat menarik perhatian
masyarakat dunia. Perusahaan Kodak kalah saing terhadap perusahaan-
perusahaan tersebut, dibuktikan dengan penurunan secara drastis terus-
menerus hasil penjualan produk Kodak. Mungkin karena Kodak terlambat
untuk mengantisipasi teknologi digitalisasi fotografi sehingga dia tidak
dapat beradaptasi dan berinovasi lebih baik dengan kamera digital dan
mengakibatkan daya saing yang rendah terhadap produk-produk yang
dikeluarkan oleh perusahaan lain.
3. Ketersediaan Barang Subtitusi (Subtituties)
Barang substitusi dari kamera digital adalah handphone
berfitur kamera dengan resolusi tinggi yang mempunyai banyak keunggulan
: lebih praktis, mudah dibawa kemana-mana, harga lebih terjangkau, dan
efisien karena sekaligus alat komunikasi. Selain itu, juga ada produk yang
sedang digandrungi khalayak ramai saat ini yaitu PC Tablet. Selain dikenal
dengan fungsi sebagai pengganti notebook atau laptop yang lebih ringkas
dengan layarnya yang besar, PC Tablet biasanya juga memiliki kamera
dengan resolusi tinggi sehingga dapat menyamai kualitas kamera digital.
Kesalahan Manajemen Strategi
15
Kodak sebenarnya bukan tidak menyadari adanya ancaman kamera
digital ini. Pada tahun 1981, setelah Sony merilis kamera digital,
Kodak melakukan riset pasar yang sangat detail mengenai ancaman fotografi
digital. Kesimpulan riset tersebut, yaitu :
1. Fotografi digital berpotensi menggerus bisnis inti Kodak yangdidominasi
kamera film.
2. Butuh waktu untuk transformasi teknologi tersebut, namun Kodak punya
sekitar satu dekade untuk bersiap-siap. Ini harusnya jeda waktu (windows
of opportunity) yang cukup bagi Kodak untuk mempersenjatai diri.
Mengingat kesimpulan tersebut, Kodak bukannya mentransformasi
teknologi yang digunakan tetapi perusahaan ini malah melakukan kesalahan
strategis. Daripada meningkatkan kualitas dan mematangkan teknologi
kamera digital agar dapat beralih dengan baik ke teknologi yang baru,
Kodak justru hanya mau mengembangkan teknologi digital demi
memperbaiki kualitas kamera film. Jelas ini merupakan kesalahan strategis
yang cukup fatal dari pihak manajemen Kodak. Manajemen Strategis
diperlukan oleh setiap perusahaan untuk dapat menciptakan dan
melaksanakan strategi yang akan dilakukan perusahaan untuk mencapai
kemajuan. Seharusnya saat Kodak mengiden-tifikasikan misi, danstrategi
perusahaan untuk mengetahui apa yang akan dilakukan oleh perusahaan,
Kodak mempertimbangkan juga keadaan internal dan eksternaldari
perusahaaan. Karena ancaman dari perusahaan pesaing lainnya sudah
tidak memungkinkan untuk Kodak berjalan lambat seperti yang
dilakukannya. Kodak hanya memasarkan Kodak Advantix Preview produk
ini merupakan perpaduan kamera digital dan kamera analog. Kamera ini
memungkinkan orang untuk memilih foto yang diinginkan untuk disimpan
difilm. Kamera konvensional biasa tidak dapat melakukan itu. Tapi
dizaman sekarang saat orang telah mengenal kamera digital yang praktis,
pastinya diaakan memikir berulang kali untuk membeli kamera digital tapi
harus membayar film untuk cetak foto. Strategi setengah-setengah ini terus
dikembangkan oleh Kodak meskipun pada tahun 1986 Kodak berhasil
mengembangkan kamera digital dengan resolusi satu juta piksel pertama.
Alasan utama Kodak menerapkanstrategi tersebut adalah karena Kodak
enggan meninggalkan bisnis film yang masih menguntungkan. Setiap
16
perusahaan pasti akan sulit untuk meninggalkan bisnis inti yang telah
membuat namanya besar, tapi itu juga harus melihat kondisi dan situasi
pasar. Karena Kodak tidak tanggap keadaan pasar maka perusahaan ini
berada di kondisi krisis. Saat Kodak tahu tidak ada pilihan selain harus
beradaptasi, ternyata langkah memproduksi kamera digital
untuk memperbaiki keadaan perusahaan sudah terlambat. Sebenarnya
Kodak tidak boleh menyalahkan fotografi digital atas kebangkrutannya.
Karena Fujifilm, perusahaan pesaing yang mempunyai bisnis inti yang sama
dengan Kodak dapat menyelamatkan perusahaannya dengan beradaptasi,
melakukan transformasi bisnis yaitu meninggalkan bisnis intinya ketika
tahu itu tak lagi menguntungkan. Saat ini Fujifilm masih berjaya dengan
kapitalisasi bisnis sebesar 12.6 miliar dollar AS, sedangkan Kodak hanya
220 juta dollar AS. Sehingga Clay Christensen penulis buku bisnis “The
Innovator’s Dilemma”, dapat berpendapat bahwa Kodak bertanggung jawab
penuh atas kesalahan strategis ini. Kodak sudah melihat “tsunami” akan tiba
tapi hanya berdiam diri tidak berbuat apa-apa. Kodak gagal melakukan
transformasi karena terkunci pada model bisnis yang mengagungkan
kamera film. Ini sangat ironis, mengingat pendiri Kodak, George Eastman,
juga menghadapi pilihan transformasi bisnis, bahkan dua kali, tapi ia
bertindak berbeda. Pertama, ketika Eastman beralih ke kamera film dari
kamera dry-plate yang sebenarnya masih sangat menguntung-
kan perusahaan. Kedua, ketika Eastman pindah ke film berwarna meskipun
pada waktu itu kualitasnya masih inferior dibanding film hitam putih yang
masih didominasi oleh Kodak. Kodak adalah bukti bahwa suatu perusahaan
akan jatuh jika tidak punya mindset yang terbuka pada perubahan, sebesar
apapun perusahaan tersebut. Perusahaan harus melakukan transformasi, jika
bisnis utama tidak bisa lagi dipertahankan. Kodak bukannya tidak tahu
perubahan itu akan datang, tetapi perusahaan ini tidak membuka diri,
kemudian lambat beradaptasi dengan perubahan. Hal lain yang perlu
ditekankan adalah bahwa sebuah perusahaan harus terus berinovasi bahkan
jika hasil inovasi tersebut akan menghabiskan bisnisinti. Inilah yang harus
dilakukan oleh setiap perusahaan. Terus menantangdirinya sendiri dengan
inovasi-inovasi baru. Jika tidak, perusahaan pesaingakan melakukan hal
tersebut, dan perusahaan akan ketinggalan start untuk mendapat pasar yang
17
luas.Dalam bisnis, waktu sangat berperan penting. Jika perusahaan
menjadi pemain pertama di pasar untuk satu produk tertentu, maka
perusahaan tersebutakan selangkah didepan, dan pasar akan di bawah
kendalinya. Kodak seharusnya bisa memanfaatkan ini karena ia yang
mewujudkan fotografi digital pertama kali. Namun perusahaan ini gagal
memanfaatkan keadaan tersebut, dan akhirnya mengalami kebangkrutan.
18
selalu berkembang maka di masa datang masyarakat akan menuntut kamera
digital yang memiliki fitur-fitur dan kualitas gambar yang lebih baik dari
sekarang. Dalam menganalisis situasional, perusahaan juga harus fokus
terhadap kekuatan internal yang mempengaruhi unit kerja perusahaan dan
dapat mempelajari pengaruh-pengaruh dari lingkungan eksternal. Kodak
memang merupakan brand yang sudah terkenal sejak lama, perusahaan ini juga
merupakan perusahaan pertama yang menciptakan kamera digital. Namun
Kodak juga memiliki banyak kelemahan seperti tidak dapat beradaptasi dengan
kemajuan teknologi yang berkembang karena terlalu fokus pada kamera
analog, produk dan fitur kamera digital juga masih berjumlah sedikit bila
dibandingkan dengan pesaing lainnya. Bila dilihat dari lingkungan
eksternal perusahaan dalam lingkungan kompetitif seperti pembeli, pesaing,
substitusi yang telah dijelaskan sebelumnya juga seperti sulit untuk Kodak
menaklukan pasar dengan kekuatan internal yang seperti itu.
2. Sasaran dan Rencana Alternatif
Perusahaan Kodak tetap menjadi perusahaan yang
memproduksi produk fotografi dengan memfokuskan bisnis inti
perusahaan padakamera digital yang sedang banyak diminati oleh
masyarakat.
Perusahaan Kodak berubah menjadi Perusahaan digital printingdengan
melakukan divestasi untuk memperbesar jumlah aset dalamrangka
melakukan reksturisasi perusahaan.
3. Evalusasi Sasaran dan Rencana
Perusahaan berfokus pada kamera digital.
Keuntungan : Kodak tetap berada di bidang fotografi yang telah
membesarkan namanya.
Kerugian : Kodak harus meninggalkan bisnis film yang menjadi bisnis
utamanya, kodak juga harus dapat meningkatkan inovasinya dan mengejar
ketinggalannya dari perusahaan pesaing karena bila tidak Perusahaan ini
akan semakin jatuh lebih dalam ke jurang kebangkrutan.
Perusahaan mengubah inti bisnis menjadi digital printing.
Keuntungan : perusahaan dapat memperbaiki kondisi perusahaan dengan
beralih bisnis ke digital printing yang lebih potensial.
19
Kerugian : perusahaan harus menjual aset perusahaan seperti hak paten
dalam rangka untuk membayar karyawan dan dapat melakukan restruk-
turisasi perusahaan.
4. Pemilihan Sasaran dan Rencana
Dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari dua
alternatif diatas dan juga mempertimbangkan kekuatan internal dan eksternal
perusahaan dalam bidang fotografi saat ini maka manajer Perusahaan Eastman
Kodak Corporation memilih untuk melakukan rencana alternatif yang kedua
yaitu : “Perusahaan mengubah fokus bisnis Kodak dari fotografi menjadi bisnis
digital printing”
5. Penerapan
Seperti yang diketahui, bahwa menerapkan tidak akan semudah dan
sesederhana merencanakan sesuatu. Maka untuk mengalihkan bisnisnya dari
produk fotografi menjadi bisnis printing juga tidak semudah membalikkan
telapak tangan. Banyak yang harus dilakukan oleh perusahaan Kodak karena
dia tidak memiliki modal dan aset yang cukup untuk merestrukturisasi
perusahaan ini dan membayar gaji ribuan karyawan. Sebagai langkah pertama
pertama maka Pemimpin Kodak, Antonio Perez memutuskan untuk
mengajukan permohonan perlindungan kebangkrutan lewat proses pailit ke
Pengadilan di Kota Newyork pada tanggal 19 Januari 2012 melalui Chapter 11
Undang-Undang kepailitan. Chapter 11 pada intinya berfungsi membantu
perusahaan yang sedang terancam bangkrut atau pailit, tetapi masih memiliki
prospek padamasa datang. Itulah sebabnya pasal ini disebut dengan
bankruptcy protection atau proteksi pailit. Keputusan ini dinilai cukup baik
karena akan memungkinkan Kodak untuk terus bekerja memaksimalkan aset
teknologinya. Kemudian untuk dapat membayar ribuan karyawan dan
merestrukturisasi perusahaannya, Kodak memerlukan banyak uang dan harus
melakukan peminjaman uang. Maka dari itu, Perusahaan fotografi ini menjual
lebih dari 1100 hak paten digital imaging milik Eastman Kodak yang
berhubungan dengan capturing, manipulating, dan sharing foto digital kepada
beberapa perusahaan seperti Apple, Google, Facebook, dan Silicon Valley.
Penjualan ini rampung dengan nilai USD 525 juta. Keputusan untuk menjual
hak paten Eastman Kodak secara besar- besaran dilakukan untuk memenuhi
prasyarat peminjaman uang sebesar USD 830 juta. Karena untuk melakukan
20
pinjaman yang besar maka perusahaan harus mempunyai aset yang besar. Ini
merupakan kebijakan dari pertimbangan faktor resiko. Peminjaman uang ini
adalah bagian dari upaya Kodak agar keluar dari ancaman kebang-krutan.
Perusahaan yang berusia lebih dari 130 tahun itu mengaku telah mendapatkan
pinjaman dari Citigroup senilai US$ 950 juta, untuk kurun waktu 18 bulan.
Setelah penjualan selesai, kini Kodak dapat menjalankan bisnis digital printing
yang merupakan rencana mereka setelah memutuskan mengakhiri produksi
kamera. Karena meskipun dengan penjualan besar- besaran ini Kodak tak lagi
memiliki paten digital imaging, mereka masih tetap mempunyai 9600 hak
paten lain namun di area yang berbeda. Dan selain menjual hak paten dan
beralih bisnis ke commercial printing, ternyata Kodak juga melakukan langkah
bisnis baru dengan melisensikan brand kamera ikoniknya tersebut ke
perusahaan lain yakni JK Imaging. Lisensi itu sendiri adalah izin untuk
menikmati manfaat ekonomi dari suatu obyek yang dilindungi Hak Kekayaan
Intelektual untuk jangka waktu tertentu. Sebagai imbalan atas pemberian
lisensi tersebut, penerima lisensi wajib membayar royalti dalam jumlah
tertentu dan untuk jangka waktu tertentu. Maka dengan persetujuan antar
kedua belah pihak ini, JK Imaging dapat memakai nama Kodak untuk berbagai
produknya. Tak hanya kamera digital saja, namun brand tersebut juga akan
dipakai di kamera video pocket dan projector portable. Keputusan-keputusan
yang diambil oleh para manajer Kodak ini merupakan strategi mereka dalam
menghadapi kondisi krisis. Meskipun perusahaan ini tidak dapat kembali
berjaya sebagai perusahaan fotografi namun setidaknya dia dapat
mempertahankan perusahaan ini dengan beralih kestrategi alternatif yaitu
bisnis commercial printing. Melisensikan brand-nya juga merupakan langkah
yang tepat agar brand produk kamera Kodak tidak begitu saja hilang dari
pasaran biarpun brand tersebut berada dibawah kendali perusahaan lain.
21
2. Weakness (Kelemahan)
Tidak dapat beradaptasi dengan teknologi digital
Terlalu fokus pada produk kamera analog
Kualitas hasil gambar yang kurang memuaskan
Fitur kamera digital masih sedikit dibandingkan dengan pesaing lainnya
Produk kamera digital yang masih berjumlah sedikit
3. Opportunities (Peluang)
Pada era sekarang banyak orang-orang yang menganggap bahwa doku-
mentasi adalah penting.
Memiliki pangsa pasar yang luas karena Kodak merupakan perusahaan
multinasional.
4. Threatness (Ancaman)
Persaingan antar perusahaan yang semakin agresif
Kemajuan teknologi yang semakin canggih
Munculnya perusahaan- perusahaan baru yang bergerak dibidang yang
sama
Tersedianya barang substitusi kamera digital yaitu handphone dantablet
PC yang memiliki kamera dengan resolusi tinggi.
22
BAB IV
KESIMPULAN
Dari tulisan ini maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Perusahaan Eastman Kodak Corporation mengalami kebangkrutan dapat disebab-
kan oleh berbagai alasan dengan sudut pandang yang berbeda, yaitu :
Kodak belum memiliki Learning Organization. Perusahaan ini belum dapat
menggali dan mengolah pengalaman yang dialaminya untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki perusahaan.
Kodak tidak dapat mempertahankan dan memperbaharui kualitas daninovasi
yang pernah menjadi competitive advantage untuk bersaing dengan
perusahaan pesaing lain.
Kodak tidak melakukan analisis lingkungan dengan baik. Perusahaan ini
tidak melakukan environment scanning, development scenario, dan forecast
dengan baik sehingga salah mengambil keputusan. Kodak juga tidak
melakukan bench marking sehingga kamera digital yang dikeluarkan untuk
membangkitkan perusahaan ini tidak laku dipasaran karena tidak memenuhi
selera masyarakat.
Lingkungan persaingan Kodak mencakup pembeli, pesaing, dan barang
substitusi dari kamera digital mempengaruhi penjualan produk Kodak.
Kodak melakukan kesalahan manajemen strategi. Disaat pesaing sudah
mengembangkan kamera digital, perusahaan ini hanya mengembangkan
strategi setengah-setengah yaitu kamera perpaduan antara digital dan analog
yang tidak menguntungkan perusahaan.
2. Kodak berada pada kategori Dogs dalam hal produk kamera sehingga membuat
perusahaan ini melakukan divestasi dan mengalihkan fokus bisnisnya.
3. Dalam kondisi krisis saat Perusahaan Eastman Kodak Corporation mengalami
kebangkrutan, manajer Kodak harus dapat mengambil keputusan tepat untuk
dapat mempertahankan perusahaan. Maka dari itu perusahaan pasti melakukan
tahap-tahap dan mempertimbangkan semua resiko dari pengambilan keputusan
tersebut. Perusahaan memutuskan untuk beralih ke bisnis printing yang lebih
potensial dibanding dengan tetap menggeluti bisnis fotografi yang sudah tidak
mengun-tungkan perusahaan.
23
4. Analisis SWOT diperlukan bagi perusahaan untuk dapat menciptakan strategi-
strategi yang tepat untuk dapat mengembangkan potensinya. Kodak seharusnya
menganalisis SWOT perusahaan secara rutin sehingga dia tidak akan salah
mengambil keputusan seperti yang dialaminya. Perusahaan ini seharusnya dapat
menciptakan strategi-strategi yang tepat bila mau menganalisis empat aspek ini.
24
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Apa Alasan Kodak sampai bangkrut?. Diakses tanggal 30 Maret 2019 dari
http://www.itv-gear.com/apa-alasan-kodak-sampai-bangkrut.html
Anonim. Pengertian Analisis SWOT. Diakses pada tanggal 30 Maret 2019 dari
http://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-analisis-swot.html
Jayanti, Santi Dwi. (2012, 3 Juli). Pengadilan Restui Upaya Kodak Jual Paten.
Diakses tanggal 30 Maret 2019 dari
http://inet.detik.com/read/2012/07/03/163724/1956809/1277/pengadilan-restui-upaya-
kodak-jualpaten?id771108bcj
Julitra. (2012, 6 Februari). Kodak dan Kisah Ambruknya Sang Raksasa. Diakses tanggal
30 Maret 2019 dari http://julitra.wordpress.com/2012/02/06/kodak-dan-kisah-
ambruknya-sang-raksasa/
25