Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
1. Atmaja Paulus
2. Dian Ika Cahyani
3. Dewi Monika
4. Irawan Wibisono
5. Muhammad
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya serta isi dari makalah ilmiah ini. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
C. Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 12
B. Saran .......................................................................................................... 12
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berinteraksi dengan manusia lain atau
dengan kata lain melakukan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi sosial manusia harus
memiliki akhlak yang baik agar dalam proses interaksi tersebut tidak mengalami hambatan
atau masalah dengan manusia lain. Proses pembentuk akhlak sangat berperan dengan masalah
keimanan dan ketakwaan seseorang. Keimanan dan Ketakwaan seseorang berbanding lurus
dengan akhlak seseorang atau dengan kata lain semakin baik keimanan dan ketakwaan
seseorang maka semakin baik pula akhlak seseorang hal ini karena keimanan dan ketakwaan
adalah modal utama untuk membentuk pribadi seseorang. Keimanan dan ketakwaan
sebenarnya potensi yang ada pada manusia sejak ia lahir dan melekat pada dirinya hanya saja
sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang telah terjamah oleh
lingkungan sekitarnya maka potensi tersebut akan semakin muncul atau sebaliknya potensi itu
akan hilang secara perlahan.
Saat ini keimanan dan ketakwaan telah dianggap sebagai hal yang biasa, oleh
masyarakat umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti yang sebenarnya dari
keimanan dan ketakwaan itu, hal ini dikarenakan manusia selalu menganggap remeh tentang
hal itu dan mengartikan keimanan itu hanya sebagai arti bahasa, tidak mencari makna yang
sebenarnya dari arti bahasa itu dan membiarkan hal tersebut berjalan begitu saja. Oleh karena
itu dari persoalan dan masalah-masalah yang terpapar diataslah yang melatar belakangi
kelompok kami untuk membahas dan mendiskusikan tentang keimanan dan ketakwaan yang
kami bukukan menjadi sebuah makalah kelompok.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian iman dan taqwa?
2. Ciri-ciri orang beriman dan bertaqwa?
3. Manfaat keimanan dan ketaqwaan?
4. Kondisi keimanan dan ketaqwaan masyarakat di Indonesia?
1
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mendeskripsikan pengertian iman
2. Mendeskripsikan ciri-ciri orang beriman dan bertaqwa
3. Menjelaskan manfaat keimanan dan ketaqwaan
4. Memaparkan kondisi keimanan dan ketaqwaan masyarakat indonesia
D. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah:
1. Bagi penuli : melatih potensi penulis dalam menyusun makalah
2. Bagi pembaca: dapat menambah pengetahuan tentang keimanan dan ketawaan serta
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian iman
3
B. Pengertian taqwa
1. Pengertian Taqwa secara Etimologi
Taqwa berasal dari kata waqa - yaqi - wiqayah yang artinya menjaga diri, menghindari
dan menjauhi.
2. Pengertian Taqwa secara Terminologi
Taqwa adalah takut kepada Allah berdasarkan kesadaran dengan mengerjakan segala
perintah-Nya dan tidak melanggar dengan menjauhi segala larangan-Nya serta takut
terjerumus dalam perbuatan dosa.
4
C. Ciri-ciri orang beriman dan bertaqwa
Ada beberapa parameter yang bisa membantu mendeskripsikan seseorang dikatakan
beriman dan bertaqwa :
a. beriman dan meyakini tanpa keraguan bahwa Alqur’an sebagai pedoman hidupnya.
b. beriman kepada perkara-perkara yang gaib.
c. mendirikan sembahyang.
d. orang yang selalu membelanjakan sebahagian dari rezeki yang diperolehnya.
e. orang yang selalu mendermakan hartanya baik ketika senang maupun susah.
f. orang yang bisa menahan amarahnya, dan mudah memberi maaf.
g. mensyukuri nikmat Allah yang telah diterimanya, karena Allah mengasihani orang-
orang yang selalu berbuat kebaikan.
h. takut melanggar perintah Allah.
5
D. Manfaat Keimanan
Peran Iman dan Taqwa dalam menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modren
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan beberapa
pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia.
Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau Allah
hendak memberikan prtolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat mencegahnya.
Sebaliknya, jika Allah hendak menimpakan bencana, maka tidak ada satu kekuatanpun yang
sanggup menahan dan mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan
sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan,
menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-benda kramat, mengikis kepercayaan pada
khurafat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah firman
Allah surat al-al-Fatihah 1-7.
Rezeki atau mata pencaharian memegang pernana penting dalam kehidupan manusia.
Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, karena kepentingan kehidupannya, kadang-
kadang manusia tidak segan-segan melepaskan prinsip, menjual kehormatan, bermuka dua,
menjilat, dan memperbudak diri, karena kepetingan materi. Pegangan orang beriman dalam
hal ini adalah firman Allah dalam QS. Hud/11: 6. “Dan tidak ada suatu binatang melatapun
di bumi melainkan Allah-lah yang member rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam
binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfuzh)..”
Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu melakukan kebaikan
dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan Allah dalam Q.S al-Nahal/16: 97.
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa
pamrih, kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen dengan apa yang
telah dikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berpedoman
E. Manfaat Taqwa
Manfaat pertama, Allah menjadikan bagi orang-orang yang bertakwa itu furqan, ialah
kemampuan membedakan antara yang haq dan bathil. Kemampuan ini tidak didapat dari
sekadar belajar ilmu pengetahuan dan filsafat, karena kebenaran itu datangnya dari Allah
SWT. Dan Katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”.
Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka… [Q.s al-Kahfi/18: 29]. Cara mengetahui dan memperoleh kebenaran
adalah (hanya) dengan mempelajari dan mengikuti petunjuk Allah SWT, yakni al-Qur’an.
Perhatikan contoh-contoh berikut ini:
7
Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk
itu menarik hatimu. Maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu
mendapat keberuntungan.” [Q.s al-Maidah/5: 100].
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang
diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah
kamu beriman. [Q.s Alu Imran/3: 100].[2]
3. Dalam hal menimbang untuk menaati (atau tidak menaati) perintah Allah yang dirasa
berat:
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui. [Q.s al-Baqarah/2: 216].
Memilah antara yang haq dengan yang bathil pada zaman ini menjadi lebih sulit
disebabkan adanya faktor eksternal, yakni upaya mencampur-adukkan kebenaran dengan
kebatilan; dan menyembunyikan (mengabur-kan) kebenaran oleh orang-orang Yahudi dan
Nasrani. Sedangkan secara internal, banyak orang muslim yang enggan memperdalam ilmu
agamanya (tafaqquh fid dien), dan lebih memilih sibuk dengan urusan duniawinya. Jadilah
keberagamaan mereka hanya fanatik buta.
Manfaat kedua, dihapuskannya dosa-dosa kecil. Ada sebagian ulama yang berpendapat
dosa kecil ialah dosa yang tidak ditegaskan hukuman pastinya di dunia ini, dan tidak pula
ancaman khusus di akhirat. Tetapi, pendapat yang lebih bisa diterima ialah bahwa dosa kecil
dimaksudkan sebagai kesalahan yang dilakukan dengan tidak sengaja, dan pelakunya segera
bertaubat serta tidak mengulangi kesalahan itu lagi.
Suatu kesalahan tidak disebut dosa kecil, jika dilakukan berulang kali; dan tidak pula
disebut dosa besar, jika pelakunya segera memohon ampun.
Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang kamu dilarang
mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosa kecilmu), dan
Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). [Q.s an-Nisa’/4: 31].
Jika seseorang mampu menghindarkan diri dari dosa-dosa kecil, niscaya ia dapat pula
menjauhi dosa-dosa besar.
8
Manfaat ketiga, diampuninya dosa-dosa besar. Dosa besar ialah kesalahan yang
dilakukan dengan sengaja, diulang-ulang, dan pelakunya tidak ada kesadaran untuk bertaubat
dan memohon ampun. Meninggalkan shalat karena malas dan lalai adalah dosa besar. Dan
jika meninggalkannya karena mengingkari wajibnya shalat, pelakunya menjadi kafir/murtad.
Memang, ada ayat[3] yang menjelaskan, bahwa Allah SWT bisa saja mengampuni dosa-
dosa seseorang yang amat banyak dan berulang kali. Tetapi, siapa yang dapat menjamin
orang-orang semacam itu sempat bertaubat? Kenyataan justru menunjukkan kebalikannya.
Oleh karena itu, Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk (segera) bertaubat
dengan sungguh-sungguh (taubat nasuha).
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa
(taubat yang semurni-murninya), mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-
kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai… [Q.s at-Tahrim/66: 8].
Dalam sebuah hadits disebutkan beberapa akhlak dan perilaku baik, tetapi bisa menjadi
lebih baik, antara lain: “taubat itu baik, tetapi jika dilakukan oleh pemuda (sejak usia dini)
lebih baik.” [H.r Ad-Dailami dari Ali r.a].
Rasulullah SAW juga bersabda, “Setiap manusia pasti berbuat salah (dosa), dan sebaik-
baik orang yang berbuat dosa ialah mereka yang banyak bertaubat.” [H.r Ahmad dari Anas
r.a].
Akhirnya, ketahuilah bahwa Allah SWT mempunyai karunia/pahala yang amat besar lagi
baik. Inilah manfaat keempat yang diperuntukkan bagi orang-orang yang bertakwa. Allah
SWT juga berfirman: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada
surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa. [Q.s Alu Imran/3: 133].
Di dalam dua ayat berikutnya Allah SWT merincikan ciri-ciri orang-orang yang bertakwa
sebagai berikut: menginfakkan (sebagian) hartanya di jalan-jalan kebaikan, baik dalam
keadaan lapang (berkecukupan) maupun sempit (kekurangan); mampu meredam amarah;
mau memaafkan kesalahan orang lain; dan jika berbuat dosa besar maupun kecil segera ingat
akan Allah SWT dan memohon ampun atas dosa-dosanya itu.
Selain yang telah disebutkan di atas, manfaat dan buah takwa itu antara lain: diberikan
jalan keluar (dari kesulitan hidup); dikaruiai rizki dari sumber yang tidak terduga;
dimudahkan segala urusannya [Q.s ath-Thalaq/65: 2-4]; diselamatkan dari tipu daya musuh
(orang-orang kafir) [Q.s Alu Imran/3: 120]. Wallahu a’lam bish-shawab.
9
F. Kondisi keimanan dan ketaqwaan di masyarakat Indonesia
Masalah sosial budaya merupakan masalah alam pikiran dan realitas hidup masyarakat.
Alam pikiran bangsa Indonesia adalah majemuk, sehingga pergaulan hidupnya selalu
dipenuhi konflik dengan sesama orang Islam maupun dengan non-Islam.
Pada zaman modern ini, dimungkinkan sebagian masyarakat antara yang satu dengan
yang lainnya saling bermusuhan, yaitu ada ancaman kehancuran.
Adaptasi modernisme, kendatipun tidak secara total yang dilakukan bangsa Indonesia
selama ini, telah menempatkan bangsa Indonesia menjadikan bangsa Indonesia menjadi
pengkhayal. Oleh karena itu, kehidupannya selalu terombang-ambing.
Secara ekonomi bangsa Indonesia semakin tambah terpuruk. Hal ini karena di
adaptasinya sistem kapitalisme dan melahirkan korupsi besar-besaran. Sedangkan di bidang
politik, selalu muncul konflik di antara partai dan semakin jauhnya anggota parlemen dengan
nilai-nilai qur’ani, karena pragmatis dan oportunis.
Di bidang sosial banyak munculnya masalah. Berbagai tindakan kriminal sering terjadi
dan pelanggaran terhadap norma-norma bisa dilakukan oleh anggota masyarakat. Lebih
memprihatinkan lagi adalah penyalagunaan NARKOBA oleh anak-anak sekolah, mahasiswa,
serta masyarakat.
Persoalan itu muncul, karena wawasan ilmunya salah, sedang ilmu merupakan roh yang
menggerakan dan mewarnai budaya. Hal itu menjadi tantangan yang amat berat dan
menimbulkan tekanan.
Sebagian besar permasalahan sekarang adalah bahwa umat islam berada dalam
kehidupan modern yang serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba boleh. Setiap detik
dalam kehidupan umat islam selalu berhadapan dengan hal-hal yang dilarang agamanya akan
tetapi sangat menarik naluri kemanusiaanya, ditambah lagi kondisi religius yang kurang
mendukung.
Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan kondisi umat islam terdahulu yang kental
dalam kehidupan beragama dan situasi zaman pada waktu itu yang cukup mendukung kualitas
iman seseorang. Olah karenanya dirasa perlu mewujudkan satu konsep khusus mengenai
pelatihan individu muslim menuju sikap taqwa sebagai tongkat penuntun yang dapat
digunakan (dipahami) muslim siapapun. Karena realitas membuktikan bahwa sosialisasi
taqwa sekarang, baik yang berbentuk syariat seperti puasa dan lain-lain atau bentuk normatif
seperti himbauan khatib dan lain-lain terlihat kurang mengena, ini dikarenakan beberapa
faktor, diantaranya :
10
1. Muslim yang bersangkutan belum paham betul makna dari taqwa itu sendiri, sehingga
membuatnya enggan untuk memulai,
2. Ketidaktahuannya tentang bagaimana, darimana dan kapan dia harus mulai merilis sikap
taqwa,
3. Kondisi sosial dimana dia hidup tidak mendukung dirinya dalam membangun sikap
taqwa.
4. Oleh karenanya setiap individu muslim harus paham pos – pos alternatif yang harus
dilaluinya, diantaranya yang paling awal dan utama adalah gadhul bashar (memalingkan
pandangan), karena pandangan (dalam arti mata dan telinga) adalah awal dari segala
tindakan, penglihatan atau pendengaran yang ditangkap oleh panca indera kemudian
diteruskan ke otak lalu direfleksikan oleh anggota tubuh dan akhirnya berimbas ke hati
sebagai tempat bersemayam taqwa.
5. Untuk membebaskan bangsa Indonesia dari persoalan tersebut, perlu diadakan revolusi
pandangan. Dalam kaitan ini, iman dan takwa berperan menyelesaikan problema dan
tantangan kehidupan modern tersebut.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Iman berati percaya dan dan yakin akan sesuatu sedangkan taqwa berarti mampu
menjaga diri.
Seseorang dikatakan beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME ialah mereka yang
menjalankan yang diperintahkan oleh Tuhan dan menjauhi yang dilarang oleh-Nya.
Keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME memiki banyak manfaat antara lain :
Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda, Iman menanamkan semangat berani
menghadap maut, Iman menanamkan sikap “self help” dalam kehidupan. Iman memberikan
ketentraman jiwa. Iman mewujudkan kehidupan yang lebih baik, Iman melahirkan sikap
ikhlas dan konsekuen, Iman memberi keberuntungan dan mencegah penyakit.
Di masa kini keimanan dan ketaqwaan menghadapi tantangan yang cukup besar dalam
menjaga kualitasnya. Antara lain : modernisasi, sikap individualistik dan NARKOBA yang
mampu mengikis keimanan dan ketaqwaan masyarakat Indonesia
B. Saran
Keimanan dan ketaqwaan sangat penting untuk menjaga keutuhan bangsa dan moral
bagi penerus bangsa. Sehingga diharapkan setiap individu ikut senantiasa menjaga keimanan
dan ketaqwaan kepada Tuhan YME. Dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga, sekolah
hingga kehidupan bermasyarakat.
12
C. Daftar pustaka
http://marianaramadhani.wordpress.com/coretan-kuliah/konsep-ketuhanan-dalam-islam/
http://pencerahqolbu.wordpress.com/2011/05/25/definisi-taqwa/
.http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/198111092005011-
SAEPUL_ANWAR/Bahan_Kuliah_%28Power_Point,_dll
%29/Pendidikan_Agama_Islam/BAB_03_KEIMANAN_DAN_KETAKWAAN.pdf diakses
tanggal 4 Oktober 2011 pukul 19.45
13