Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/331917256

Prosiding Seminar Nasional PEI Cabang Palembang

Conference Paper · July 2018

CITATIONS READS

0 151

4 authors, including:

Dalilah Dalilah Ahmad Ghiffari


Universitas Sriwijaya Universitas Muhammadiyah Palembang
10 PUBLICATIONS   2 CITATIONS    27 PUBLICATIONS   38 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Dampak Perubahan Lingkungan dan Keanekaragaman Spesies Nyamuk terhadap Kejadian dan Penularan Penyakit Tular Vektor di Daerah Sumatera Selatan View
project

Entomology and Parasitology View project

All content following this page was uploaded by Dalilah Dalilah on 21 March 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Prosiding Seminar Nasional PEI Cabang Palembang 2018, Palembang 12-13 Juli 2018
“Serangga untuk Pertanian Berkelanjutan dan Kesehatan Lebih Baik”

Hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap


Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan keberadaan larva nyamuk
di Rt. 03 Sako Baru kota Palembang

Knowledge, attitude and practice about Dengue Hemorragic Fever (DHF)


association with the presence of mosquito larvae in Rt. 03 Sako Baru
Palembang
Dalilah1*), Adinda Kinanti2, Hendarmin Aulia3, Ahmad Ghiffari4
1
Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Jln. Dr. Mohammad Ali
Komplek RSMH KM. 3,5 Kode Pos 30126, Indonesia
2
Pendidikan Dokter Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Jln. Dr.
Mohammad Ali Komplek RSMH KM. 3,5 Kode Pos 30126, Indonesia
3
Bagian IKM, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Jln. Dr. Mohammad Ali
Komplek RSMH KM. 3,5 Kode Pos 30126, Indonesia
4
Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang, Jln. Talang
Banten 13 Ulu plaju, Kode Pos 30113, Indonesia
*)
Penulis untuk korespondensi: 21lila.azhari@gmail.com

ABSTRAK

Demam Berdarah Dengue (DBD), penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat
memiliki peran penting dalam pemberantasan vektor DBD. Penelitian ini bertujuan
mengidentifikasi keberadaan nyamuk di tempat-tempat penampungan air yang menjadi
tempat perkembangbiakan dengan hubungannya atas pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat tentang DBD di RT 03 Sako Baru Kota Palembang. Penelitian ini
menggunakan pendekatan analitik observasional dengan desain cross-sectional. Sampel
diambil dalam rumah, dan tempat penampungan air lainnya di sekitar rumah. Larva
ditangkap menggunakan gamadotik, pipet tetes dan cidukan. Data pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat didapatkan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Dari 56
rumah yang diperiksa, 48,2% rumah positif larva nyamuk dan 51,8% rumah lainnya
negatif. Indeks larva yang ditemukan Angka Bebas Jentik (ABJ) sebesar 52,79%, House
Index (HI) 48,21%, Container Index (CI) 26,01%, Breteau Index (BI) sebesar 114,28% dan
Density Figure (DF) 6,67. Genus-genus nyamuk yang ditemukan adalah Aedes dengan
spesies Aedes aegypti (12,97%) dan Aedes albopictus (54,05%) serta nyamuk genus Culex
(32,98%). Sebanyak 51,80% masyarakat memiliki pengetahuan yang baik, 55,40%
memiliki sikap baik tetapi hanya 44,60% yang memiliki perilaku baik. Dari analisis Chi-
square antara pengetahuan, sikap dan perilaku dan keberadaan jentik didapatkan
pengetahuan (p=0,184), sikap(p=0,388) dan perilaku (p=0,021). Tidak ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dan sikap masyarakat dengan keberadaan larva nyamuk dan
terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku masyarakat dengan keberadaan larva
nyamuk.
Kata kunci: demam berdarah dengue, identifikasi larva, indeks larva, jumlah larva,
pengetahuan, sikap dan perilaku

Editor: Siti Herlinda et. al.


ISBN: 978-979-587-788-2 195
Prosiding Seminar Nasional PEI Cabang Palembang 2018, Palembang 12-13 Juli 2018
“Serangga untuk Pertanian Berkelanjutan dan Kesehatan Lebih Baik”

ABSTRACT

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is viral infection disease transmitted by Aedes


aegypti and Aedes albopictus mosquitoes. Knowledge, attitudes and behavior play
important role in controlling vectors. The aim of this research is to identify mosquito’s
presence in water breeding containers and its relationship with people’ knowledge, attitude
and behavior about DHF in RT 03 Sako Baru Kota Palembang. This study observed with
analytic approach with cross-sectional design. Samples were taken from houses, and
outdoor container. Larvae were collected using gamadotik, pipette drops and dipping
scoops. Respondents were interviewed using questionnaire. Results were out of 56
respondent’s houses, 48.2% were positives for mosquito’s presence and 51.8% were
negative. Percentage of Angka Bebas Jentik (ABJ) was 52.7, House Index (HI) 48.2,
Container Index (CI) 26.0, Breteau Index (BI) of 114.2 and Density Figure (DF) 6.67.
Genuses of the mosquitoes found were Aedes (Aedes aegypti 12.97% and Aedes albopictus
54.05%) and Culex genus (32.98%). About DHF itself, 51.80% of people quite knowledge
about it, 55,40% good attitude but only 44,60% have good behavior towards it. From Chi-
square analysis of knowledge, attitude and behavior related with existence of larva resulted
p = 0,184, p = 0,38 8and p = 0,021, respectively. As conclusion, there was no significant
association between knowledge and attitude with the presence of mosquito larvae,
nonetheless there was a significant association between practice with the presence of
mosquito larvae.
Key word: dengue hemorrhagic fever, larva identification, larva index, Amount of larva,
knowledge, attitude and practice

PENDAHULUAN

Nyamuk termasuk anggota kelas insekta, ordo diptera dan famili culicidae yang
menjadi salah satu vektor penyakit tropis (Djakaria et al 2008). Demam berdarah dengue
(DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit DBD endemis hampir
diseluruh wilayah Indonesia (Sumarno 1995), seringkali menjadi Kejadian Luar Biasa
(KLB) dengan tingkat kematian yang tinggi (Nasir et al. 2014). Pengendalian vektor dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk). Selain itu,
bisa juga dengan pengasapan (untuk nyamuk dewasa) dan penggunaan bubuk abate (untuk
larva) untuk menghilangkan tempat perkembangbiakan nyamuk (Kemenkes 2017).
Kota Palembang menjadi salah satu tempat yang memiliki insiden DBD yang
cukup tinggi dengan fluktuasi perkembangan kasus DBD selama 5 tahun terakhir, dimana
jumlah kasus terendah di tahun 2013 dan tertinggi di tahun 2015. Angka kejadian DBD
tinggi di wilayah kecamatan Ilir Barat I, Bukit Kecil, Ilir Timur I, Ilir Timur II, Alang-
Alang Lebar, Sako, dan Sukarami (Dinkes Sumsel 2015).Daerah Sako merupakan salah
satu kecamatan di Kota Palembang yang merupakan daerah endemik DBD. Daerah ini
termasuk daerah yang memiliki rata-rata kejadian penyakit DBD tertinggi selain Plaju,
Sukarami, Ilir Barat I, Ilir Timur II (Dinkes Sumsel 2015).
Dalam pengendalian vektor nyamuk dibutuhkan informasi mengenai angka
kepadatan jentik, lokasi perkembangbiakan dan jenis jentik nyamuknya. Selain itu
pengetahuan dan peran masyarakat yang ada di lingkungan tertentu memiliki peran penting
dalam pemberantasan vektor (Azwar 2006).
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tempat-tempat penampungan air
apakah terdapat larva nyamuk di tempat penampungan air tersebut, mengidentifikasi jenis
Editor: Siti Herlinda et. al.
ISBN: 978-979-587-788-2 196
Prosiding Seminar Nasional PEI Cabang Palembang 2018, Palembang 12-13 Juli 2018
“Serangga untuk Pertanian Berkelanjutan dan Kesehatan Lebih Baik”

dan jumlah larva nyamuk, mendapatkan angka kepadatan jentik nyamuk serta
mengidentifikasi pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat mengenai DBD yang
dianggap berperan penting dalam pemberantasan vektor nyamuk. Keterbatasan informasi
mengenai keberadaan larva nyamuk di RT 03 Sako Baru menjadikan penelitian ini perlu
dilakukan.

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian dilakukan secara analitik observasional. Lokasi penelitian di RT 3


Sako Baru, Palembang. Populasi terdiri dari seluruh tempat penampungan air (TPA) dan
masyarakat RT 3. Sampel penelitian jentik nyamuk dan masyarakat usia 17 tahun keatas
yang merupakan anggota keluarga yang bertanggung jawab membersihkan rumah bisa
ditemui dan bersedia untuk dilakukan wawancara. RT yang dipilih berdasarkan teknik
Purposive Sampling dengan pertimbangan daerah tempat tinggal memiliki angka kejadian
DBD yang tinggi berdasarkan data Dinkes 2015. Variabel tergantung dalam penelitian ini
adalah keberadaan larva nyamuk. Variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini adalah
pengetahuan, sikap dan perilaku petugas.
Pengumpulan sampel dilakukan investigasi TPA dan jentik nyamuk di tiap-tiap
rumah serta wawancara kepada salah satu anggota keluarga dari masing-masing rumah.
Larva ditangkap menggunakan Gamadotik, pipet tetes dan cidukan.
Data pengetahuan, sikap dan tindakan responden didapatkan dengan wawancara
menggunakan kuesioner. Data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS.

HASIL

Tempat Penampungan Air. Sebanyak 246 TPA ditemukan pada lokasi penelitian.
TPA yang diperiksa merupakan TPA yang berisi air ketika dilakukan pemeriksaan seperti
bak mandi, ember, drum air, ban bekas, wadah minum burung, wadah minum ayam, pot
bunga, kolam ikan, seng bekas, wajan bekas. Hasil dari pengamatan terhadap TPA yang
berada di dalam ruangan (indoor) ditemukan sebanyak 136 TPA yang semuanya terisi air
jernih. TPA yang berada di luar ruangan (outdoor) terdapat 110 TPA. Dari 110 TPA yang
diperiksa, 106 yang berisi air jernih dan 4 yang berisi air keruh. Keempat TPA yang berisi
air keruh tersebut adalah wadah minum ayam. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa TPA yang
berada diluar memiliki angka positif larva yang paling banyak, yaitu sebanyak 18 ban
bekas.
Jenis dan Jumlah Larva Nyamuk. Lima puluh enam rumah yang diperiksa di RT
3, 27 rumah (48,21%) positif ditemukan terdapat larva nyamuk pada tempat penampungan
air (TPA) yang ditemukan. Jumlah larva nyamuk yang ditemukan di TPA dalam ruangan
sebanyak 120 larva (13,89%) dan di luar ruangan sebanyak 744 larva (86,11%). Pada
pengamatan langsung dan mikroskopis hasil cidukan larva, dari container dalam dan luar
ruangan (rumah) ditemukan tiga jenis spesies nyamuk yakni nyamuk Aedes aegypti, Aedes
albopictus dan Culex sp.
Hasil Indeks larva Nyamuk. Dari 246 TPA yang diperiksa, 64 TPA (26,01%)
positif terdapat larva nyamuk (CI=26,01%). Dari 56 rumah yang diperiksa, 27 rumah
ditemukan terdapat larva nyamuk pada TPA nya (HI=48,21%). Dengan HI = 62,5% dapat
dikatakan masih jauh sekali dari target nasional di Indonesia yaitu 5%. Dari perhitungan
didapat angka BI 114,28 dan setelah digabungkan dengan HI dan CI, didapatkan nilai DF
pada lokasi penelitian sebesar 6,67 yang artinya tingkat kepadatan jentik nyamuk tinggi
pada RT 03 Sako Baru.
Editor: Siti Herlinda et. al.
ISBN: 978-979-587-788-2 197
Prosiding Seminar Nasional PEI Cabang Palembang 2018, Palembang 12-13 Juli 2018
“Serangga untuk Pertanian Berkelanjutan dan Kesehatan Lebih Baik”

Tabel 1. Distribusi keberadaan larva nyamuk berdasarkan jenis TPA (n=246)


No Jenis TPA Jumlah TPA Keberadaan larva
N % Positif Negatif
n % n %
1 Bak Mandi 44 17,88 8 12,50 36 19,80
2 Ember 83 33,72 18 28,12 65 35,80
3 Drum Air 54 22,00 12 18,75 42 22,85
4 Ban Bekas 13 5,24 4 6,25 9 4,98
5 Wadah Minum 26 10,56 8 12,50 18 9,90
Burung
6 Wadah Minum 5 2,00 4 6,25 1 0,54
Ayam
7 Pot Bunga 8 3,30 6 9,38 2 1,10
8 Kolam Ikan 5 2,00 0 0,00 5 2,83
9 Seng Bekas 2 0,80 0 0,00 2 1,10
10 Wajan Bekas 6 2,40 4 6,25 2 1,10
Total 246 100,00 64 100,00 182 100,00

Tabel 2. Jenis dan jumlah jentik yang didapat dan letak TPA yang positif larva (n=864)
Spesies Jumlah Letak TPA
Indoor Outdoor
N % n % N %
Ae. aegypti 112 12,97 104 92,86 8 7,14
Ae. albopictus 467 54,05 16 3,43 451 96,57
Culex sp 285 32,98 - - 285 100,00
Total 864 100,00 120 13,89 744 86,11

Tabel 3. Hasil Larva Index (LI)


Indikator Nilai Paramater
Angka Bebas Jentik (%) 52,79
House Index (%) 48,21
Container Index (%) 26,01
Breteau Index (Container/100 Bangunan) 114,28
Density figure (DF) 6,67

Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Petugas Kebersihan. Dilakukan


wawancara dan pengisian kuosioner kepada 56 responden. Sebanyak 27 orang (48,20%)
memiliki pengetahuan yang buruk dan 29 orang (51,80%) memiliki pengetahuan yang baik
mengenai DBD. Tiga puluh tiga orang (55,40%) memiliki sikap yang baik dan 23 orang
(44,60%) memiliki sikap yang buruk mengenai DBD. Dua puluh orang (32,10%) memiliki
perilaku yang baik mengenai DBD dan 36 orang (67,90%) memiliki perilaku yang buruk.
Hubungan Pengetahuan dengan Keberadaan Larva. Dari 56 responden, 29 orang
(51,78%) memilki pengetahuan yang baik namun 11(37,9%) diantaranya masih ditemukan
terdapat larva nyamuk pada area rumah. Sedangkan 18 orang (62,1%) yang memiliki
pengetahuan yang baik, tidak ditemukan larva nyamuk di rumahnya. Tidak terdapat
hubungan yang bermakna (p= 0,184) antara tingkat pengetahuan dengan keberadaan jentik
di RT 03 Sako Baru.

Editor: Siti Herlinda et. al.


ISBN: 978-979-587-788-2 198
Prosiding Seminar Nasional PEI Cabang Palembang 2018, Palembang 12-13 Juli 2018
“Serangga untuk Pertanian Berkelanjutan dan Kesehatan Lebih Baik”

Hubungan Tingkat Sikap dengan Keberadaan Larva. Sebanyak 23 orang


responden dengan sikap baik, Sembilan orang (39,1%) memiliki tingkat sikap yang baik
ditemukan terdapat larva nyamuk di rumahnya dan 14 orang (60,9%) tidak ditemukan
adanya larva nyamuk di rumahnya. Sebanyak 18 orang (54,5%) dari 33 orang yang
memiliki sikap buruk ditemukan larva nyamuk di rumahnya. Tidak ada hubungan yang
bermakna (p=0,388) antara tingkat sikap dengan keberadaan jentik di RT 03 Sako Baru.
Hubungan Tingkat Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Larva. Sebanyak
22 dari 36 responden (61,1%) memiliki perilaku buruk dengan TPA yang positif larva
nyamuk. Responden dengan perilaku baik sebanyak 5 orang (25,5%) masih ditemukan
adanya jentik nyamuk di TPA rumahnya. Berdasarkan uji Chi-square menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna (p=0,021) dengan korelasi cukup (C=0,327). Nilai odds
ratio (OR) adalah 4,714 (OR>1) yang berarti masyarakat dengan perilaku buruk memiliki
risiko sebesar 4,7 kali lipat terdapat larva nyamuk di rumahnya dibandingkan dengan
masyarakat dengan perilaku baik.

80.00% 67.90%
51.80% 55.40%
60.00% 48.20% 44.60%
40.00% 32.10%
Baik
20.00% Buruk
0.00%
Pengetahuan Sikap Perilaku

Gambar 1. Distribusi tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku responden penelitian

Tabel 4. Hubungan tingkat pengetahuan dengan keberadaan larva (n=56)


Keberadaan Larva
Tingkat Pengetahuan Positif Negatif P
n(%) n(%)
Buruk 16 (59,3) 11 (40,7)
0,184
Baik 11 (37,9) 18 (62,1)

Tabel 5. Hubungan tingkat sikap dengan keberadaan larva (n=56)


Keberadaan Larva
Tingkat Sikap Positif Negatif P
n(%) n(%)
Buruk 18(54,5) 15 (45,5)
0,388
Baik 9(39,1) 14 (60,9)

Tabel 6. Hubungan tingkat perilaku dengan keberadaan larva


Keberadaan Jentik
Tingkat
Positif Negatif P OR C
Perilaku
n(%) n(%)
Buruk 22 (61,1) 14 (38,9)
0,021 4,714 0,327
Baik 5 (25,0) 15 (75,0)

Editor: Siti Herlinda et. al.


ISBN: 978-979-587-788-2 199
Prosiding Seminar Nasional PEI Cabang Palembang 2018, Palembang 12-13 Juli 2018
“Serangga untuk Pertanian Berkelanjutan dan Kesehatan Lebih Baik”

PEMBAHASAN

Di lokasi penelitian, larva Aedes aegypti banyak ditemukan di bak penampungan


air dan di dalam ruangan sedangkan larva Aedes albopictus banyak ditemukan di TPA di
luar ruangan. Bak penampungan air dan ember cocok sebagai tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes yang memiliki perindukan utama di tempat-tempat air jernih (Djakaria
2008). Semua larva Culex sp ditemukan di TPA yang berisi air keruh. Hal ini bersesuaian
pada penelitian yang dilakukan bahwa juga ditemukan larva nyamuk Culex yang terdapat
di luar ruangan yang berada di tempat sampah dan ember yang telah tercemar kotoran
sampah (Sembel 2009).
Dua puluh tujuh rumah dengan TPA yang positif dengan jumlah seluruh larva
nyamuk yang ditemukan sebanyak 864 larva yang berada dalam TPA di RT 03 Sako Baru.
Larva nyamuk lebih banyak ditemukan pada TPA di luar ruangan daripada di dalam
ruangan. Namun dalam penelitian yang lain, peneliti mengemukakan bahwa jenis TPA
sehari-hari yang paling banyak ditemukan larva adalah bak mandi. Hal ini disebabkan
karena bahan dari semen mudah berlumut, permukaannya kasar yang memiliki kesan sulit
dibersihkan mudah ditumbuhi lumut, dan mempunyai refleksi cahaya yang rendah.
Refleksi cahaya yang rendah dan permukaan dinding yang berpori mengakibatkan suhu
dalam air menjadi rendah, sehingga jenis bahan TPA yang demikian akan disukai oleh
nyamuk Aedes aegypti sebagai tempat perkembangbiakannya (Alupati 2012). Hasil
penelitian menunjukkan House Index (HI) sebesar 48,21%, Container Index (CI) 26,01%
dan Breteau Index (BI) 114,28 Container/100 Bangunan di RT 03 Sako Baru merupakan
daerah sensitif dan rawan DBD. Nilai HI sebesar 48,21% masih sangat jauh dari target 5%
yang ditetapkan nasional oleh Departemen Kesehatan Indonesia.Dari ketiga indeks larva
tersebut dapat dibuat parameter density figure (kepadatan populasi). Nilai DF diperoleh
6,67 yang berarti kepadatan populasi jentik di RT 03 Sako Baru adalah tinggi. Tingginya
kepadatan populasi dan kepadatan vektor akan mempengaruhi distribusi penyebaran
penyakit DBD, morbilitas dan mortalitas yang terjadi (Nasir 2015).
Larva genus Aedes mempunyai siphon pendek dan gemuk pada segmen terakhir
abdomen yang berfungsi sebagai alat pernapasan (Sembel 2009; Kemenkes 2015). Pada
siphon tersebut, terdapat sepasang rambut duri (tuft). Pada setiap sisi abdomen segmen
kedelapan ada comb scale sebanyak 8-21 dan hanya satu baris. Bentuk individu dari comb
scale adalah gigi pecten. Perbedaan larva Aedes aegypti dan Aedes albopictus terletak pada
bentuk gigi pectennya, dimana pada Aedes aegypti memiliki duri lateral, sedangkan pada
Aedes albopictus tidak (Sembel 2009; Kemenkes 2015). Larva Culex sp memiliki ciri–ciri
yaitu memiliki comb scale yang bertingkat sebanyak 3-4 deret, mempunyai siphon dengan
panjang 5-6x lebar basal (Breeland, 1982). Diatas siphon terdapat 4-5 pasang tuft. Segmen
kepala, larva Culex sp memiliki 5-7 cabang midfrontal hairs dan 4-8 cabang inner frontal
hair (Djakaria 2008; Kemenkes 2015).
Pengetahuan tentang Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dinilai meliputi
penyebab dan penyebaran DBD, gejala DBD, dan pencegahan DBD. Dari pengetahuan,
maka akan muncul respon sikap yang bisa digambarkan dengan adanya perilaku. Tidak
terdapat hubungan yang bermakna (p=0,184) antara tingkat pengetahuan dengan
keberadaan jentik di RT 03 Sako Baru. Hasil yang sama pada penelitian (Ridho 2016) yang
menemukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan
keberadaan jentik (p = 0,80). Kemungkinan yang menyebabkan tidak ditemukannya
hubungan antara pengetahuan masyarakat dan keberadaan jentik karena kesamaan tingkat
pengetahuan masyarakat yang cukup baik namun masih ditemukan larva nyamuk di
rumahnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengetahuan baik atau buruk tidak
Editor: Siti Herlinda et. al.
ISBN: 978-979-587-788-2 200
Prosiding Seminar Nasional PEI Cabang Palembang 2018, Palembang 12-13 Juli 2018
“Serangga untuk Pertanian Berkelanjutan dan Kesehatan Lebih Baik”

memberi pengaruh nyata terhadap kejadian DBD (Fathi et al. 2005). Hal ini tidak sejalan
dengan penelitian (Yudhastuti 2005) yang menemukan bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Wonokusumo Surabaya
dengan hasil p value = 0.001. Ha ini disebabkan karena masyarakat dengan pendidikan
rendah kurang memahami tentang tindakan PSN. Hal ini menunjukkan faktor pengetahuan
merupakan variabel yang mempengaruhi keberadaan larva. Kemungkinan yang
menyebabkan dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna
dengan keberadaan jentik adalah adanya kesamaan pola pengetahuan pada masyarakat
dimana proporsi pengetahuan baik dan baik tidak berbeda secara nyata. Selain itu, dalam
melakukan pencegahan terhadap larva nyamuk, perlu adanya tindakan yang nyata. Jadi
pengetahuan saja tidak cukup untuk mengurangi jumlah jentik nyamuk.
Tidak ada hubungan yang bermakna (p=0,388) antara tingkat sikap dengan
keberadaan larva di RT 03 Sako Baru. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
(Nasir et al. 2014) dalam penelitiannya ditemukan tidak ada hubungan yang bermakna (p =
0,205) antara sikap responden dengan keberadaan larva nyamuk di wilayah endemis DBD
di Kota Makassar. Hal ini disebabkan oleh terjadinya perbedaan yang sangat signifikan
antara sikap masyarakat yang sudah sangat baik terhadap PSN penyebab DBD dengan
keberadaan larva yang masih banyak ditemukan di lima wilayah endemis DBD.
Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian (Fathi et al. 2005) yang menyebutkan
bahwa ada hubungan bermakna (p < 0,05, dan RR = 2,24) antara sikap responden dengan
kejadian DBD. Hal ini disebabkan oleh karena semakin hati-hati sikap responden terhadap
DBD, maka semakin berkurang resiko terjadinya DBD.
Dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
sikap yang baik, hal ini karena suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk
praktik15. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata (praktik)
diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan. Sehingga hal ini
menjelaskan mengapa masyarakat mayoritas memiliki sikap yang baik meskipun
perilakunya buruk.
Berdasarkan uji Chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna (p=0,021) dengan korelasi cukup (r=0,327). Nilai odds ratio (OR) adalah 4,714
(OR>1) yang berarti tingkat perilaku merupakan faktor risiko terhadap keberadaan jentik
yang ditemukan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Septianto
(2014), dalam penelitiannya menyatakan bahwa praktik pemberantasan sarang nyamuk
berhubungan secara bermakna (p=0,010 dan OR=1,71) dengan keberadaan jentik di RW 07
kelurahan Sukorejo, kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Hal tersebut disebabkan
karena praktik pemberantasan sarang nyamuk yang baik dalam kehidupan sehari-hari dapat
menekan keberadaan larva nyamuk yang ditemukan. Salah satu yang berpengaruh agar
seseorang melakukan tindakan adalah adanya penyuluhan dan informasi dari media masa
mengenai pemberantasan sarang nyamuk.

KESIMPULAN

Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap masyarakat
dengan keberadaan larva nyamuk dan terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku
masyarakat dengan keberadaan larva nyamuk.

Editor: Siti Herlinda et. al.


ISBN: 978-979-587-788-2 201
Prosiding Seminar Nasional PEI Cabang Palembang 2018, Palembang 12-13 Juli 2018
“Serangga untuk Pertanian Berkelanjutan dan Kesehatan Lebih Baik”

DAFTAR PUSTAKA

Alupati S. “Pemetaan Distribusi Densitas Larva Aedes aegypti dan Pelaksanaan 3M


dengan Kejadian DBD di Kelurahan Kalukuang Kecamatan Tallo Kota Makassar
tahun 2012,” 2012.
Azwar S. Sikap Manusia: “Teori dan Pengukurannya.” Yogyakarta, Indonesia: Pustaka
Pelajar, 2015.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. Profil kesehatan Provinsi Sumatera Selatan,
Indonesia, 2015.
Djakaria S, S Sungkar, R Hoedojo. Morfologi, Daur Hidup dan PerilakuNyamuk. Jakarta,
Indonesia: Kementerian Kesehatan RI, 2008.
Fathi dkk. “Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku terhadap Penularan DBD di Kota
Mataram” 2, No.1 (Juli 2005).
Iskandar A. Pemberantasan Serangga dan Binatang Pengganggu Proyek Pengembangan
Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat. Pusdiknes Depkes RI Jakarta, 1985.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. “Demam Berdarah Dengue (DBD),” 2017.
http://www.depkes.go.id/development/site/depkes/pdf.php?id=1-17042500004.
Pedoman Pengumpulan Data Vektor (Nyamuk) di Lapangan. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 2015.
Nasir A, E Ibrahim, S Manyullei. “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat dengan
Tingkat Kepadatan Larva Aedes aegypti di Wilayah Endemis DBD Kota
Masyarakat.” Universitas Hassanudin, Makassar, 2014, 2.
Notoatmodjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta, Indonesia: Rineka Cipta,
2015.
Ridho M R. “Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat RT 50 Perumahan
OPI tentang DBD dengan Keberadaan Larva Nyamuk yang Ditemukan di RT 50
Perumahan OPI.” Universitas Sriwijaya. Palembang, 2016. Skripsi.
Sembel D T. Entomologi Kedokteran. Yogyakarta, Indonesia: ANDI, 2009.
Septianto A. “Hubungan antara Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan
Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti di RW 7 Kelurahan Sukorejo
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.” Universitas Negeri Semarang. Semarang,
2014. Skripsi.
Sumarno P S. Demam Berdarah Dengue. Majalah Medika No.10 Th XXI, 1995.
Utrio P. Identification key to Finnish mosquito larvae (Diptera, Culicidae). Ann. Agric.
Fenn. 15: 128-136. Dept. Virology, Univ. Helsinki, Haartmaninkatu 3, SF-00290
Helsinki 29, Finland, 1976.
Yudhastuti R. “Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer dan Perilaku Masyarakat
dengan Keberadaan Jentik Aedes di daerah Endemis DBD di Surabaya” 1, No.2
(2005).

Editor: Siti Herlinda et. al.


ISBN: 978-979-587-788-2 202

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai