Prosiding Seminar Nasional PEI Cabang Palembang: July 2018
Prosiding Seminar Nasional PEI Cabang Palembang: July 2018
net/publication/331917256
CITATIONS READS
0 151
4 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Dampak Perubahan Lingkungan dan Keanekaragaman Spesies Nyamuk terhadap Kejadian dan Penularan Penyakit Tular Vektor di Daerah Sumatera Selatan View
project
All content following this page was uploaded by Dalilah Dalilah on 21 March 2019.
ABSTRAK
Demam Berdarah Dengue (DBD), penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat
memiliki peran penting dalam pemberantasan vektor DBD. Penelitian ini bertujuan
mengidentifikasi keberadaan nyamuk di tempat-tempat penampungan air yang menjadi
tempat perkembangbiakan dengan hubungannya atas pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat tentang DBD di RT 03 Sako Baru Kota Palembang. Penelitian ini
menggunakan pendekatan analitik observasional dengan desain cross-sectional. Sampel
diambil dalam rumah, dan tempat penampungan air lainnya di sekitar rumah. Larva
ditangkap menggunakan gamadotik, pipet tetes dan cidukan. Data pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat didapatkan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Dari 56
rumah yang diperiksa, 48,2% rumah positif larva nyamuk dan 51,8% rumah lainnya
negatif. Indeks larva yang ditemukan Angka Bebas Jentik (ABJ) sebesar 52,79%, House
Index (HI) 48,21%, Container Index (CI) 26,01%, Breteau Index (BI) sebesar 114,28% dan
Density Figure (DF) 6,67. Genus-genus nyamuk yang ditemukan adalah Aedes dengan
spesies Aedes aegypti (12,97%) dan Aedes albopictus (54,05%) serta nyamuk genus Culex
(32,98%). Sebanyak 51,80% masyarakat memiliki pengetahuan yang baik, 55,40%
memiliki sikap baik tetapi hanya 44,60% yang memiliki perilaku baik. Dari analisis Chi-
square antara pengetahuan, sikap dan perilaku dan keberadaan jentik didapatkan
pengetahuan (p=0,184), sikap(p=0,388) dan perilaku (p=0,021). Tidak ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dan sikap masyarakat dengan keberadaan larva nyamuk dan
terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku masyarakat dengan keberadaan larva
nyamuk.
Kata kunci: demam berdarah dengue, identifikasi larva, indeks larva, jumlah larva,
pengetahuan, sikap dan perilaku
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Nyamuk termasuk anggota kelas insekta, ordo diptera dan famili culicidae yang
menjadi salah satu vektor penyakit tropis (Djakaria et al 2008). Demam berdarah dengue
(DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit DBD endemis hampir
diseluruh wilayah Indonesia (Sumarno 1995), seringkali menjadi Kejadian Luar Biasa
(KLB) dengan tingkat kematian yang tinggi (Nasir et al. 2014). Pengendalian vektor dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk). Selain itu,
bisa juga dengan pengasapan (untuk nyamuk dewasa) dan penggunaan bubuk abate (untuk
larva) untuk menghilangkan tempat perkembangbiakan nyamuk (Kemenkes 2017).
Kota Palembang menjadi salah satu tempat yang memiliki insiden DBD yang
cukup tinggi dengan fluktuasi perkembangan kasus DBD selama 5 tahun terakhir, dimana
jumlah kasus terendah di tahun 2013 dan tertinggi di tahun 2015. Angka kejadian DBD
tinggi di wilayah kecamatan Ilir Barat I, Bukit Kecil, Ilir Timur I, Ilir Timur II, Alang-
Alang Lebar, Sako, dan Sukarami (Dinkes Sumsel 2015).Daerah Sako merupakan salah
satu kecamatan di Kota Palembang yang merupakan daerah endemik DBD. Daerah ini
termasuk daerah yang memiliki rata-rata kejadian penyakit DBD tertinggi selain Plaju,
Sukarami, Ilir Barat I, Ilir Timur II (Dinkes Sumsel 2015).
Dalam pengendalian vektor nyamuk dibutuhkan informasi mengenai angka
kepadatan jentik, lokasi perkembangbiakan dan jenis jentik nyamuknya. Selain itu
pengetahuan dan peran masyarakat yang ada di lingkungan tertentu memiliki peran penting
dalam pemberantasan vektor (Azwar 2006).
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tempat-tempat penampungan air
apakah terdapat larva nyamuk di tempat penampungan air tersebut, mengidentifikasi jenis
Editor: Siti Herlinda et. al.
ISBN: 978-979-587-788-2 196
Prosiding Seminar Nasional PEI Cabang Palembang 2018, Palembang 12-13 Juli 2018
“Serangga untuk Pertanian Berkelanjutan dan Kesehatan Lebih Baik”
dan jumlah larva nyamuk, mendapatkan angka kepadatan jentik nyamuk serta
mengidentifikasi pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat mengenai DBD yang
dianggap berperan penting dalam pemberantasan vektor nyamuk. Keterbatasan informasi
mengenai keberadaan larva nyamuk di RT 03 Sako Baru menjadikan penelitian ini perlu
dilakukan.
HASIL
Tempat Penampungan Air. Sebanyak 246 TPA ditemukan pada lokasi penelitian.
TPA yang diperiksa merupakan TPA yang berisi air ketika dilakukan pemeriksaan seperti
bak mandi, ember, drum air, ban bekas, wadah minum burung, wadah minum ayam, pot
bunga, kolam ikan, seng bekas, wajan bekas. Hasil dari pengamatan terhadap TPA yang
berada di dalam ruangan (indoor) ditemukan sebanyak 136 TPA yang semuanya terisi air
jernih. TPA yang berada di luar ruangan (outdoor) terdapat 110 TPA. Dari 110 TPA yang
diperiksa, 106 yang berisi air jernih dan 4 yang berisi air keruh. Keempat TPA yang berisi
air keruh tersebut adalah wadah minum ayam. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa TPA yang
berada diluar memiliki angka positif larva yang paling banyak, yaitu sebanyak 18 ban
bekas.
Jenis dan Jumlah Larva Nyamuk. Lima puluh enam rumah yang diperiksa di RT
3, 27 rumah (48,21%) positif ditemukan terdapat larva nyamuk pada tempat penampungan
air (TPA) yang ditemukan. Jumlah larva nyamuk yang ditemukan di TPA dalam ruangan
sebanyak 120 larva (13,89%) dan di luar ruangan sebanyak 744 larva (86,11%). Pada
pengamatan langsung dan mikroskopis hasil cidukan larva, dari container dalam dan luar
ruangan (rumah) ditemukan tiga jenis spesies nyamuk yakni nyamuk Aedes aegypti, Aedes
albopictus dan Culex sp.
Hasil Indeks larva Nyamuk. Dari 246 TPA yang diperiksa, 64 TPA (26,01%)
positif terdapat larva nyamuk (CI=26,01%). Dari 56 rumah yang diperiksa, 27 rumah
ditemukan terdapat larva nyamuk pada TPA nya (HI=48,21%). Dengan HI = 62,5% dapat
dikatakan masih jauh sekali dari target nasional di Indonesia yaitu 5%. Dari perhitungan
didapat angka BI 114,28 dan setelah digabungkan dengan HI dan CI, didapatkan nilai DF
pada lokasi penelitian sebesar 6,67 yang artinya tingkat kepadatan jentik nyamuk tinggi
pada RT 03 Sako Baru.
Editor: Siti Herlinda et. al.
ISBN: 978-979-587-788-2 197
Prosiding Seminar Nasional PEI Cabang Palembang 2018, Palembang 12-13 Juli 2018
“Serangga untuk Pertanian Berkelanjutan dan Kesehatan Lebih Baik”
Tabel 2. Jenis dan jumlah jentik yang didapat dan letak TPA yang positif larva (n=864)
Spesies Jumlah Letak TPA
Indoor Outdoor
N % n % N %
Ae. aegypti 112 12,97 104 92,86 8 7,14
Ae. albopictus 467 54,05 16 3,43 451 96,57
Culex sp 285 32,98 - - 285 100,00
Total 864 100,00 120 13,89 744 86,11
80.00% 67.90%
51.80% 55.40%
60.00% 48.20% 44.60%
40.00% 32.10%
Baik
20.00% Buruk
0.00%
Pengetahuan Sikap Perilaku
PEMBAHASAN
memberi pengaruh nyata terhadap kejadian DBD (Fathi et al. 2005). Hal ini tidak sejalan
dengan penelitian (Yudhastuti 2005) yang menemukan bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Wonokusumo Surabaya
dengan hasil p value = 0.001. Ha ini disebabkan karena masyarakat dengan pendidikan
rendah kurang memahami tentang tindakan PSN. Hal ini menunjukkan faktor pengetahuan
merupakan variabel yang mempengaruhi keberadaan larva. Kemungkinan yang
menyebabkan dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna
dengan keberadaan jentik adalah adanya kesamaan pola pengetahuan pada masyarakat
dimana proporsi pengetahuan baik dan baik tidak berbeda secara nyata. Selain itu, dalam
melakukan pencegahan terhadap larva nyamuk, perlu adanya tindakan yang nyata. Jadi
pengetahuan saja tidak cukup untuk mengurangi jumlah jentik nyamuk.
Tidak ada hubungan yang bermakna (p=0,388) antara tingkat sikap dengan
keberadaan larva di RT 03 Sako Baru. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
(Nasir et al. 2014) dalam penelitiannya ditemukan tidak ada hubungan yang bermakna (p =
0,205) antara sikap responden dengan keberadaan larva nyamuk di wilayah endemis DBD
di Kota Makassar. Hal ini disebabkan oleh terjadinya perbedaan yang sangat signifikan
antara sikap masyarakat yang sudah sangat baik terhadap PSN penyebab DBD dengan
keberadaan larva yang masih banyak ditemukan di lima wilayah endemis DBD.
Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian (Fathi et al. 2005) yang menyebutkan
bahwa ada hubungan bermakna (p < 0,05, dan RR = 2,24) antara sikap responden dengan
kejadian DBD. Hal ini disebabkan oleh karena semakin hati-hati sikap responden terhadap
DBD, maka semakin berkurang resiko terjadinya DBD.
Dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
sikap yang baik, hal ini karena suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk
praktik15. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata (praktik)
diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan. Sehingga hal ini
menjelaskan mengapa masyarakat mayoritas memiliki sikap yang baik meskipun
perilakunya buruk.
Berdasarkan uji Chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna (p=0,021) dengan korelasi cukup (r=0,327). Nilai odds ratio (OR) adalah 4,714
(OR>1) yang berarti tingkat perilaku merupakan faktor risiko terhadap keberadaan jentik
yang ditemukan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Septianto
(2014), dalam penelitiannya menyatakan bahwa praktik pemberantasan sarang nyamuk
berhubungan secara bermakna (p=0,010 dan OR=1,71) dengan keberadaan jentik di RW 07
kelurahan Sukorejo, kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Hal tersebut disebabkan
karena praktik pemberantasan sarang nyamuk yang baik dalam kehidupan sehari-hari dapat
menekan keberadaan larva nyamuk yang ditemukan. Salah satu yang berpengaruh agar
seseorang melakukan tindakan adalah adanya penyuluhan dan informasi dari media masa
mengenai pemberantasan sarang nyamuk.
KESIMPULAN
Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap masyarakat
dengan keberadaan larva nyamuk dan terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku
masyarakat dengan keberadaan larva nyamuk.
DAFTAR PUSTAKA