Anda di halaman 1dari 10

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

BAB II
DESKRIPSI PROSES
II.1. Konsep Proses
Pengolahan minyak bumi di PPSDM Migas Cepu menggunakan unit
distilasi atmosferik. Unit distilasi atmosferik adalah suatu unit yang bertugas
melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan pemisahan minyak mentah (crude oil)
menjadi produk-produk minyak bumi berdasarkan trayek titik didihnya pada
tekanan atmosferik.
Proses pemisahan crude oil berdasarkan fraksi-fraksinya. Dalam hal ini,
terjadinya pemisahan sebagai akibat kontak antara fase uap dan fase cair. Proses
pemisahan dilaksanakan setelah kedua fase berada dalam kesetimbangan.
Proses pemisahan secara distilasi terjadi menurut tiga tahap operasi, yaitu:
proses penguapan atau penambahan sejumlah panas ke dalam larutan yang akan
dipanaskan, proses pembentukan fase setimbang dan proses pemisahan kedua fase
setimbang.
Ketiga tahap operasi tersebut dilakukan dalam suatu kolom distilasi jenis
tray tower yang dioperasikan pada suhu puncak kolom ± 120oC dan suhu dasar
kolom ± 325oC dengan tekanan atmosferik. Kondisi puncak kolom tersebut dipilih
berdasar pada keseimbangan puncak kolom untuk menghasilkan produk pertasol
dengan komposisi C5-C12 sebanyak ± 12 % berat. Sedangkan kondisi dasar kolom
ditetapkan berdasarkan kondisi keseimbangan dasar kolom untuk menghasilkan
produk solar dengan komposisi C18-C21 sebanyak ± 57 %.

Yahya Prayoga (I 0517089)


Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik 20
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

II.2. Diagram Alir Proses Unit Kilang

Gambar 2.1. Diagram Alir Proses Unit Kilang

Yahya Prayoga (I 0517089)


Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik 21
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

II.3. Langkah-langkah Proses


II.3.1. Persiapan Bahan Baku
Penyiapan bahan baku dimaksudkan untuk mengurangi kadar air yang
terikut dalam crude oil, dimana kadar maksimal air yang diijinkan adalah 0,5%
volume. Bahan baku yang digunakan adalah campuran minyak mentah
Kawengan (HPPO = High Pour Point Oil) yang bersifat parafinis dan minyak
mentah Ledok (LPPO = Low Pour Point Oil) yang bersifat aspaltis.
Proses pencampuran bertujuan agar proses pengolahan akan lebih efisien
dibandingkan jika dilakukan secara terpisah.
Karakteristik atau syarat minyak mentah yang akan diolah adalah
sebagai berikut:
- Spesific gravity 60/60 0F : 0,8349 – 0,850
- Viskositas Kinematis 100 0F, cS : 3.7 – 3.79
- Pour point (0C) : 10 – 10,4
- Flash point (0C) : 30 – 30,05
- Kadar air (% volume) : 0,01 – 0,1
- Kadar garam (% berat) : 0,003 – 0,029
- Kadar belerang (% berat) : 0,165 – 0,194
- Kadar aspal (% berat) : 0,313 – 0,339
- Kadar malam (% berat) : 9,03 – 9,066
- Kadar abu (% berat) : 0,026 – 0,052
III.3.2. Proses Distilasi Atmosferik
Proses pengolahan dengan distilasi atmosferik bertujuan untuk
memisahkan crude oil menjadi produk hasil pemisahan pada berbagai fraksi,
yaitu: pertasol CA, pertasol CB, pertasol CC, solar, dan residu. Produk dihasilkan
dari beberapa tahapan yaitu: pemanasan, penguapan dan pemisahan,
pengembunan dan pendinginan, serta pemisahan.
a) Pemanasan
Pemanasan ini dimaksudkan untuk membantu evaporator dalam mencapai
temperatur optimum dimana fraksi berat dan ringan dapat dipisahkan dengan
baik.

Yahya Prayoga (I 0517089)


Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik 22
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

1. Pemanasan pada heat exchanger (HE-2 dan 3)


Minyak mentah masuk ke HE-2 pada suhu 35oC dan keluar pada suhu 50oC.
Minyak mentah kemudian dipanaskan lebih lanjut dalam HE-3 dan keluar pada
suhu 95oC. Sebagai pemanas pada HE-2 adalah solar (hasil bawah dari kolom C-
4), pemanas pada HE-3 adalah solar (hasil bawah dari kolom C-4). Di dalam HE,
terjadi kontak tidak langsung antara minyak mentah yang mengalir pada tube dan
fluida pemanas yang mengalir didalam shell dengan arah berlawanan yang
bertujuan untuk memperluas bidang kontak panas, sehingga transfer panas secara
konduksi dari media pemanas ke minyak mentah akan lebih efektif.
2. Pemanasan pada Furnace (Furnace 2 dan 3)
Furnace berfungsi sebagai pemanas lanjutan dari minyak mentah, yang
sebelumnya mendapat pemanasan awal di dalam heat exchanger. Perpindahan
panas pada furnace terjadi secara tidak langsung dengan media perantara berupa
tube-tube yang didalamnya mengalir minyak mentah. Sedangkan sumber
panasnya berasal dari pembakaran bahan bakar.
Minyak mentah setelah melalui HE-2 dan 3 dialirkan ke furnace. Panas hasil
pembakaran digunakan untuk memanasi seluruh ruang bakar dan tube-tube yang
didalamnya mengalir minyak mentah, maka terjadi perpindahan panas secara
tidak langsung. Bahan bakar yang digunakan terdiri dari fuel oil dan fuel gas.
Pemanasan yang dikehendaki berlangsung secara bertahap yaitu dari panas
yang rendah ke panas yang tinggi, untuk itu minyak mentah dilewatkan tube
bagian atas yang panasnya lebih rendah dibandingkan dengan tube bagian bawah.
Semuanya itu untuk menghindari kerusakan pada minyak mentah yang
dikarenakan adanya pemanasan mendadak pada suhu tinggi yang menyebabkan
terjadinya perengkahan (cracking). Pada proses pemanasan, fraksi-fraksi ringan
yang terdapat dalam minyak mentah akan berubah menjadi uap sedangkan fraksi
beratnya masih berupa cairan. Minyak mentah yang keluar dari furnace pada suhu
330,2 oC, dialirkan ke dalam evaporator (V-1).

Yahya Prayoga (I 0517089)


Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik 23
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

b) Penguapan dan fraksinasi


Proses ini dimaksudkan untuk pembentukan fase uap minyak yang telah
mencapai kesetimbangan, kemudian dilakukan pemisahan kedua fase dalam
keadaan kesetimbangan tersebut.
1. Proses pemisahan pada evaporator (V-1)
Minyak mentah dari furnace masuk ke ruangan tanpa plate atau
evaporator (V-1). Proses yang terjadi merupakan proses secara fisika yaitu proses
pemisahan uap minyak dan cairannya atau antara fraksi berat dan fraksi
ringannya.
Minyak mentah masuk pada bagian tengah kolom evaporator pada
suhu 307,5oC. Di dalam evaporator tersebut, dengan adanya pemanasan, maka
senyawa hidrokarbon yang telah sampai pada titik didihnya akan berubah menjadi
fase uap dan yang belum akan tetap berupa cairan. Untuk meningkatkan efisiensi
penguapan, aliran feed dibuat serong mendekati dinding bagian dalam kolom.
Sehingga luas permukaan penguapan semakin besar dan aliran menjadi turbulen
seolah-olah terjadi pengadukan.
Fraksi ringan akan keluar sebagai hasil atas evaporator pada suhu
325,2oC dan tekanan 0,378 kg/cm2. Sedangkan fraksi berat berupa residu akan
keluar sebagai hasil bawah pada suhu 310oC.
2. Proses pemisahan pada kolom residu stripper (C-5)
Kolom residu stripper (C-5), letaknya vertikal dan konstruksi bagian
dalamnya terdiri dari plate-plate yang mempunyai tipe bubble cap tray dan terdiri
dari 6 tray. Kolom residu stripper berfungsi untuk memisahkan fraksi ringan
yang terikut dalam hasil bawah evaporator (V-1).Tetapi untuk saat ini residu
stripper tidak berfungsi sebagai pemisah, karena tidak ada injeksi steam, sehingga
langsung menghasilkan hasil bawah. Sedangkan hasil bawah berupa residu yang
keluar pada suhu 310oC.
3. Proses pemisahan pada kolom fraksinasi (C-1)

Yahya Prayoga (I 0517089)


Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik 24
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Kolom fraksinasi (C-1) berfungsi untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak


bumi berdasarkan trayek titik didihnya. Konstruki bagian dalam kolom, terdiri
dari plate-plate yang mempunyai tipe bubble cap tray dengan 21 tray.
Fraksi-fraksi minyak yang masuk ke kolom fraksinasi (C-1) sebagai
umpan terdiri dari:
 Top produk evaporator yang masuk plate paling bawah pada suhu 325,2oC
dan tekanan 0,378 kg/cm2.
 Refluks nafta hasil bawah dari kolom fraksinasi C-2 pada suhu 40oC.
Hasil pemisahan dari kolom fraksinasi C-1 adalah :
a) Side stream 14 bagian tengah berupa pertasol CB, dialirkan ke stripper (C-3).
Hasil atas kolom ini berupa pertasol CB dan dialirkan kembali ke kolom
fraksinasi C-1. Bottom produk C-3 adalah pertasol Cc.
b) Side stream 4 berupa solar, dialirkan ke solar stripper (C-4). Karena tidak ada
injeksi steam, sehingga hanya ada produk bawah yaitu solar.
c) Hasil atas berupa uap pertasol CA, pertasol CB, dan nafta dengan suhu 116 oC
dan tekanan 0,018 kg/cm2 sebagai umpan kolom fraksinasi C-2.
4. Proses pemisahan pada kolom solar stripper (C-4)
Hasil samping dari kolom fraksinasi I (C-1) berupa solar dan fraksi
ringan yang terikut masuk ke kolom solar stripper pada suhu 250 oC. Kolom solar
stripper berfungsi untuk memisahkan fraksi ringan yang terikut solar. Konstruksi
bagian dalam kolom ini terdiri dari plate-plate yang mempunyai tipe bubble cap
tray dan terdiri dari 6 tray. Tidak ada injeksi steam untuk saat ini, sehingga hasil
bawah berupa solar akan keluar pada suhu 180 oC, kemudian dimanfaatkan
panasnya dengan melewatkan pada HE-2 yang berfungsi sebagai pemanasan
sebelum crude oil dipanaskan dalam furnace.
5. Proses pemisahan pada kolom fraksinasi II (C-2)
Kolom fraksinasi II (C-2) berfungsi untuk memisahkan fraksi-fraksi pertasol
CA dan pertasol CB berdasarkan trayek titik didihnya. Konstruksi bagian dalam
kolom, terdiri dari plate-plate yang mempunyai tipe bubble cap tray dan terdiri
dari 16 tray.

Yahya Prayoga (I 0517089)


Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik 25
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Fraksi minyak yang masuk ke kolom fraksinasi II (C-2) sebagai umpan


adalah:
 Produk atas dari kolom C-1 yang merupakan uap pertasol CA, pertasol CB, dan
nafta yang masuk pada plate terbawah pada suhu 116 oC
Hasil pemisahan dari kolom fraksinasi C-2 adalah:
 Hasil atas berupa pertasol CA yang keluar pada suhu 94,6oC.
 Side stream dari plate no 7,8,9,10,11,12,13,14 berupa pertasol CB.
 Nafta sebagai hasil bawah kolom C-2.
Karena proses pemanasan, senyawa MgCl yang terkandung dalam crude
oil bereaksi dengan air, menghasilkan garam dan asam klorida (HCl).
Reaksi :
MgCl2 + 2H2O  Mg(OH)2 + HCl
Untuk mengikat asam klorida (HCl), maka pada top kolom
fraksinasi (C-1) dan top kolom fraksinasi (C-2) diinjeksikan NH3 cair. Dengan
pengikatan ini, maka kadar asam dapat dikurangi sehingga pH dapat diusahakan
netral dan korosi dapat ditanggulangi.
Reaksi:
NH3 + HCl NH4Cl
H2S + 2 NH3 (NH4)2S
Uap NH4Cl dan (NH4)2S yang terbentuk akan terkondensasi dalam
kondenser dan larut dalam air. Pemisahannya dengan produk dilakukan dengan
separator berdasarkan berat jenisnya, dimana NH4Cl dan (NH4)2S terlarut dalam
air dan keluar melalui bagian bawah separator karena mempunyai berat jenis yang
lebih besar daripada produk.
c) Proses pengembunan dan pendinginan
Proses ini bertujuan untuk mengubah fase uap menjadi fase cair yang
dilanjutkan dengan pendinginan untuk menurunkan temperatur produk. Hasil
pemisahan kolom fraksinasi yang berupa uap dimasukkan dalam kondensor,
sedangkan yang berupa cairan dimasukkan dalam cooler. Kondensor berfungsi
untuk mengembunkan uap hidrokarbon, sehingga berubah fase menjadi cairan.
Sedangkan cooler digunakan untuk mendinginkan produk-produk sebelum masuk
Yahya Prayoga (I 0517089)
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik 26
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

ke tangki penampungan. Keduanya menggunakan air sebagai media pendingin


yang berasal dari cooling tower.
Di dalam kondensor dan cooler terjadi kontak tidak langsung antara
kedua fluida yang mempunyai perbedaan temperatur. Maka terjadi perpindahan
panas secara konduksi antara kedua fluida. Kondensor dan cooler yang digunakan
di kilang minyak Cepu mempunyai tipe shell and tube dengan arah aliran
berlawanan arah. Adapun proses pengembunan dan pendinginan dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pertasol CA dari hasil atas kolom fraksinasi II (C-2)
Pertasol CA merupakan hasil dari kolom C-2, dialirkan ke kondensor CN
1-4 pada suhu 74,8oC. Di dalam kondensor terjadi kontak tidak langsung dengan
air pendingin bersuhu 26oC yang berasal dari cooling tower.
Pertasol CA mengalami pengurangan panas karena memberikan panasnya
kepada air, sehingga suhu pertasol CA menjadi turun. Sedangkan air mengalami
penambahan panas, sehingga suhu air menjadi naik. Pertasol C A keluar dalam
bentuk cairan pada suhu 65oC kemudian dialirkan ke Box Cooler BC 3-6,
sedangkan air keluar dari kondensor pada suhu 32oC. Uap yang belum
terkondensasi akan dikondensasikan dalam kondensor CN 5-12 pada suhu 43,8
o
C.
Setelah melewati kondensor, uap pertasol CA berubah menjadi cair dan
didinginkan dalam cooler CL-3 dan CL-4. Pertasol CA keluar dari cooler pada
suhu 36,2 oC, sedangkan air pada suhu 30 oC. Walaupun sudah beberapa kali
kondensasi, masih ada uap dalam jumlah relatif kecil yang tidak dapat berubah
menjadi cair dan uap ini dibuang ke udara sebagai gas flare.
2. Pertasol CB sebagai side stream kolom C-2
Hasil pemisahan kolom C-2 dari side stream ditampung sebagai pertasol
CB dalam tangki penampung T.110 yang sebelumnya didinginkan dalam cooler
CL-5 dan CL-9 yang keluar menuju separator S-4.
3. Pertasol CC sebagai side stream kolom C-1

Yahya Prayoga (I 0517089)


Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik 27
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

Hasil pemisahan pada side stream kolom C-1 ditampung sebagai


pertasol CC dalam tangki penampung T.110 yang sebelumnya didinginkan dalam
cooler CL-1 dan CL-2 yang keluar menuju separator S-8.
4. Nafta dari hasil bawah kolom fraksinasi II (C-2)
Nafta merupakan hasil bawah dari kolom C-2 dialirkan ke cooler CL-13
dan CL-14. Nafta keluar dari cooler pada suhu 31,7oC untuk selanjutnya dialirkan
ke separator S-2 dan disimpan dalam tangki T.110, sedangkan air keluar pada
suhu 32oC.
5. Solar dari hasil bawah solar stripper (C-4)
Solar merupakan hasil bawah dari kolom C-4 pada suhu 205oC dialirkan
ke HE-3 dengan suhu 205°C dan keluar dengan suhu 120°C menuju cooler CL-6,
CL-10 dan CL-11. Solar keluar dari cooler pada suhu 40°C untuk selanjutnya
masuk ke separator S-6 dan ditampung dalam tangki T.111, T.120 dan T.127,
sedangkan air keluar dari cooler pada suhu 32°C.
6. Residu dari hasil bawah residu stripper (C-5)
Residu keluar dari bawah kolom C-5 pada suhu 250°C. Residu
didinginkan dalam Box Cooler BC-1 dan keluar pada suhu 88,3°C, sedangkan air
keluar dari box cooler pada suhu 32°C.
d) Pemisahan
Hasil yang telah didinginkan dimasukkan ke dalam separator dengan tujuan
untuk memisahkan air yang mungkin masih terkandung dalam produk. Prinsip
pemisahan didasarkan pada perbedaan berat jenis antara air dengan produk. Air
yang berat jenisnya lebih besar akan berada di lapisan bawah sehingga dapat
dipisahkan melalui lubang di bagian bawah separator. Sedang produknya
ditampung di dalam tangki-tangki penampung produk.
3.3.3. Proses Treating
Minyak bumi mengandung kotoran-kotoran hydrogen sulfide (H2S),
merchaptan (RSH), MgCl2, NaCl dan lain-lain dalam jumlah tertentu.
Kotoran-kotoran tersebut tidak diinginkan dalam pengolahan karena dapat
menimbulkan korosi yang dapat merusak peralatan proses dan juga dapat

Yahya Prayoga (I 0517089)


Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik 28
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MINYAK DAN GAS BUMI CEPU

menurunkan mutu produk. Untuk mencegah hal tersebut maka dilakukan injeksi
NH3 pada puncak kolom fraksinasi serta soda treating.
1) Ammonia (NH3)
Ammonia bertujuan untuk mencegah dan mengurangi korosi.
Reaksi :
1. MgCl2 + 2H2O  Mg(OH)2 + HCl
2. HCl + NH3  NH4Cl
3. H2S + 2NH3  (NH4)2S
Garam-garam yang terbentuk dalam air dapat dipisahkan dalam separator.
2) Soda Kaustik (NaOH)
Penambahan soda dimaksudkan untuk menghilangkan merchaptan dan
senyawa belerang lainnya.
Reaksi :
1. RSH + NaOH  RSNa + H2O
2. H2S + NaOH  Na2S + 2H2O

Yahya Prayoga (I 0517089)


Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik 29
Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Anda mungkin juga menyukai