Anda di halaman 1dari 6

UJIAN FARMASI KLINIK (OPEN BOOK)

INTERPRETASI DATA LABORATORIUM


EVIDENCE-BASED MEDICINE
NUTRISI PARENTERAL

Nama : Shara Ayu Agustie


NIM : 40119031
Prodi : Profesi Apoteker IIK BW
No Urut : 31

1. Untuk mahasiswa dengan no. urut 1,11,21,dan 31

Ny.A (46 tahun, 50 kg) MRS dengan keluhan sesak dan bengkak tangan serta kaki. Diagnosa
dokter adalah gagal ginjal kronik. Pasien sehari-hari berbaring tetapi bisa duduk. Hasil lab beliau
BUN = 47 mg/dl, Cr serum = 4,0 mg/dl, Albumin 1,87 mg/dl. Mendapatkan terapi Infus NaCl 0,9%,
Inj. Furosemid 2x20 mg i.v, Inj. Ranitidin 2x50 mg i.v, Transfusi Albumin 25% 1 kolf, Natrium
bicarbonat 3x500 mg tablet, CaCO3 3x500 mg tablet, Asam Folat 3x1 mg tablet.

a. Jelaskan fungsi masing-masing data lab beserta interpretasinya pada kasus ini.
b. Apakah ada terapi yang perlu modifikasi dosis? Jika ada sebutkan dosis modifikasinya. Jika
tidak ada, sertakan alasannya.
c. Cari guideline terbaru yang bisa dipercaya untuk diagnosa tersebut.
d. Apakah terapi Albumin intravena rasional pada pasien? Cari EBM nya dan sertakan sumbernya.
(highlight bagian yang memperkuat jawaban anda)
e. Hitung kebutuhan energy sehari pasien tersebut dengan memperhitungkan factor aktivitas dan
factor stress.

Jawaban :

Nama Ny. A
Umur 46 Tahun BB : 50 kg
Keluhan - Sesak
- bengkak tangan serta kaki
- sehari-hari berbaring tetapi bisa duduk
Diagnosa Gagal ginjal kronik
Data lab - BUN = 47 mg/dl
- Cr serum = 4,0 mg/dl
- Albumin 1,87 mg/dl
Terapi - Infus NaCl 0,9%
- Inj. Furosemid 2x20 mg i.v
- Inj. Ranitidin 2x50 mg i.v
- Transfusi Albumin 25% 1 kolf
- Natrium bicarbonat 3 x 500 mg tablet
- CaCO3 3 x 500 mg tablet
- Asam Folat 3 x 1 mg tablet.
a. Fungsi masing-masing data lab dan interpretasinya :

a.1 BUN

berfungsi untuk menetapkan kadar nitrogen ureum dalam darah, mengevaluasi fungsi
ginjal dalam berbagai keadaan, mendiagnosis penyakit atau gangguan ginjal, memantau
pasien dengan indikasi gangguan ginjal akut atau kronis, mengevaluasi status kesehatan
seseorang secara umum. Pemeriksaan kadar nitrogen ureum darah (BUN) dilakukan
dengan cara mengukur konsentrasi nitrogen di dalam plasma darah.

Nilai normal : 7-20 mg/dl


Peningkatan BUN = indikasi gagal ginjal
Peningkatan mendadak BUN dan creatinin diikuti oligouria = penanda gagal ginjal akut

Interpretasi pada kasus :


Nilai BUN = 47 mg/dl : mengalami gagal ginjal karena nilai BUN melebihi nilai normal

a.2 Cr serum

berfungsi untuk mengukur jumlah kreatinin dalam darah, mendiagnosa fungsi ginjal
karena nilainya mendekati glomerular fi ltration rate (GFR).

Nilai normal : 0,6 – 1,3 mg/dL SI : 62-115 μmol/L

Interpretasi pada kasus :


Cr serum = 4,0 mg/dl : berada pada derajat kegagalan ginjal moderat karena berada
diantara rentang 2,0 – 6,4 mg/dL.

Implikasi klinik :
 Konsentrasi kreatinin serum meningkat pada gangguan fungsi ginjal baik karena
gangguan fungsi ginjal disebabkan oleh nefritis, penyumbatan saluran urin, penyakit
otot atau dehidrasi akut.
 Konsentrasi kreatinin serum menurun akibat distropi otot, atropi, malnutrisi atau
penurunan masa otot akibat penuaan.
 Obat-obat seperti asam askorbat, simetidin, levodopa dan metildopa dapat
mempengaruhi nilai kreatinin pada pengukuran laboratorium walaupun tidak berarti
ada gangguan fungsi ginjal.
 kondisi fungsi ginjal normal, kreatinin dalam darah ada dalam jumlah konstan. Nilainya
akan meningkat pada penurunan fungsi ginjal
 Nilai kreatinin boleh jadi normal meskipun terjadi gangguan fungsi ginjal pada pasien
lanjut usia (lansia) dan pasien malnutrisi akibat penurunan masa otot.
 Kreatinin mempunyai waktu paruh sekitar satu hari. Oleh karena itu diperlukan waktu
beberapa hari hingga kadar kreatinin mencapai kadar normal untuk mendeteksi
perbaikan fungsi ginjal yang signifi kan.
 Kreatinin serum 2 - 3 mg/dL menunjukan fungsi ginjal yang menurun 50 % hingga 30 %
dari fungsi ginjal normal.
 Konsentrasi kreatinin serum juga bergantung pada berat, umur dan masa otot.

Faktor pengganggu :
 Olahraga berat
 Angkat beban dan prosedur operasi yang merusak otot rangka dapat meningkatkan
kadar kreatinin
 Alkohol dan penyalahgunaan obat meningkatkan kadar kreatinin
 Atlet memiliki kreatinin yang lebih tinggi karena masa otot lebih besar
 Injeksi IM berulang dapat meningkatkan atau menurunkan kadar kreatinin
 Banyak obat dapat meningkatkan kadar kreatinin
 Melahirkan dapat meningkatkan kadar kreatinin
 Hemolisis sampel darah dapat meningkatkan kadar kreatinin
 Obat-obat yang meningkatkan serum kreatinin: trimetropim, simetidin, ACEI/ARB

a.3 Albumin

berfungsi untuk menggambarkan kemampuan hati untuk mensintesa albumin dan


memetabolisme zat yang terdapat di dalam darah, mengukur jumlah albumin dalam
darah. Kadar serum albumin yang abnormal mengindikasikan bahwa ginjal atau hati Anda
tidak bekerja seperti seharusnya, sehingga fungsinya terganggu

Nilai Normal : 3,5 – 5,0 g/dL SI: 35-50g/L

Implikasi Klinis:
 Nilai meningkat pada keadaan dehidrasi
 Nilai menurun pada keadaan: malnutrisi, sindroma absorpsi, hipertiroid, kehamilan,
gangguan fungsi hati, infeksi kronik, luka bakar, edema, asites, sirosis, nefrotik
sindrom, SIADH, dan perdarahan.

Interpretasi pada kasus :


Nilai Albumin 1,87 mg/dl : pasien hipoalbumin karena nilai albumin pasien < 3, 5 g/dL.
Pasien benar CKD .
b. Ada/ tidak ada terapi yang perlu modifikasi dosis.

( 140−usia ) x BB
Perhitungan klirens kreatinin = x 0,85
72 x Scr

( 140−46 ) x 50
= x 0,85
72 x 4,0 mg/dL
= 13, 871 ml/ menit

berdasarkan hasil ClCr pasien


mengalami CKD stage moderat

 Inj. Furosemide 2 x 20 mg i.v


Tidak perlu dimodifikasi. Tetapi untuk pasien dengan gangguan hati harus dipantau
terutama pada dosis tinggi (Medscape)
 Inj. Ranitidin 2 x 50 mg iv :
Perlu modifikasi karena untuk pasien gagal ginjal dengan CrCl <50 ml/menit
mendapatkan terapi ranitidine 50 mg IV (Medscape). Sedang pada kasus diatas pasien
mendapatkan terapi ranitidine 2 x 50 mg IV, dosis tersebut harus di turunkan menjadi 1 x
50 mg iv untuk menjaga kondisi ginjal agar tidak menjadi semakin parah
 Infus NaCl 0,9%
Tidak perlu modifikasi, karena sudah sesuai larutan NaCl 0,9% =  155 meq /L , tidak melebihi 200
meq/24 jam (Medscape)
 Transfusi Albumin 25% 1 kolf
Tidak perlu modifikasi, karena sudah sesuai awal 25 g (5% - 25%) larutan, tidak melebihi
250g / 48 jam (Medscape)
 Natrium bicarbonat 3 x 500 mg tablet
Tidak perlu dimodifikasi, tetapi dipantau serum kaliumnya (Medscape)
 CaCO3 3 x 500 mg tablet
Tidak perlu dimodifikasi, karena sudah sesuai 500mg – 4g / hari (Medscape).
 Asam Folat 3 x 1 mg tablet
Perlu modifikasi karena batas maksimum penggunaan asam folat / hari adalah 1mg.
sedang pada kasus pasien mendapat terapi asam folat 3 x 1mg tab, dosis tersebut harus
diturunkan menjadi 1 x 1mg tab (Medscape).
c. Guideline terbaru yang bisa dipercaya untuk diagnosa tersebut
https://bmcnephrol.biomedcentral.com/track/pdf/10.1186/1471-2369-13-92

d. Apakah terapi Albumin intravena rasional pada pasien? Cari EBM nya dan sertakan
sumbernya. (highlight bagian yang memperkuat jawaban anda)
Terapi Albumin intravena rasional pada pasien. Hal ini didasarkan pada jurnal “The added-up
albumin enhances the diuretic effect of furosemide in patients with hypoalbuminemic
chronic kidney disease: a randomized controlled study” :
 Pasien CKD didefinisikan sebagai pasien yang memiliki GFR <60 mL / mnt per 1,73
m 2 dan albumin serum rendah didefinisikan sebagai serum albumin <3,5 g / dL.
 Kombinasi furosemide dan albumin lebih unggul, kemanjuran jangka pendek dari
furosemide saja dalam meningkatkan air dan natrium diuresis dalam hipoalbuminemia
stabil pasien penyakit ginjal kronis
 Efek perior dari satu dosis tunggal kombinasi furosemide plus albumin di atas furosemide
sendiri ditemukan hanya dalam 8 jam pertama setelah perawatan. 
 Hasil penelitian kami menunjukkan efek menguntungkan jangka pendek (pada 6 jam) dari
kombinasi furosemide plus albumin di atas furosemide saja di natriuresis dan diuresis
pada pasien ini. Ini mungkin menyiratkan itu, dalam situasi resistensi diuretik, pasien CKD
dengan albumin serum rendah dan kelebihan cairan dapat menerima lebih banyak
manfaat dari rejimen kombinasi ini.
 Pada 24 jam setelah perawatan hasil penelitian itu tidak menunjukkan efek
menguntungkan dari pengobatan kombinasi lebih dari furosemide saja. Data ini mirip
dengan hasil yang dipelajari oleh Fliser et al. [16 ] Mereka menemukan bahwa efek perior
dari satu dosis tunggal kombinasi furosemide plus albumin di atas furosemide sendiri
ditemukan hanya dalam 8 jam pertama setelah perawatan

e. Kebutuhan energy sehari pasien dengan memperhitungkan factor aktivitas dan factor stress
Umur = 46 Tahun
BB = 50 kg
Faktor stress = Tidak operasi dirumah saja = 0%
Faktor aktivitas = Pasien sehari-hari berbaring tetapi bisa duduk = 18%

Total kebutuhan energi = LMD + faktor stress + faktor aktivitas


= ((8,1 x 50) + 842 ) + 0 + 18
= 1265 kkal/hari
Jadi total kebutuhan energi pasien adalah 1265 kkal/hari.

Anda mungkin juga menyukai