Kelompok 1 Modal Kerja (Manajemen Keuangan)
Kelompok 1 Modal Kerja (Manajemen Keuangan)
MANAJEMEN KEUANGAN
“ MODAL KERJA”
Dosen Pembimbing : MURNAWATI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. Dina Anju Sinaga (1962201053)
2. Elfrida Sinaga (1962201054)
3. Putri Amelia (1962201042)
4. Rayhani Yulminanda (1962201063)
5. Susi Amayanti Sinaga (1962201044)
AKUNTANSI 3.1
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
Nikmat-Nya kepada kita semua, nikmat ilmu yang diberikan Tuhan kepada kita, sehingga kita
bisa menyelesaikan tugas makalah kita yang berjudul “Modal Kerja”.
Makalah yang berjudul “Modal Kerja” ini dibuat agar kita dapat mempelajari mengenai
modal kerja di Indonesia. Makalah ini juga dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Keuangan.
Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada Ibu Murnawati sebagai dosen
pembimbing mata kuliah Manajemen Keuangan yang telah memberikan ilmunya kepada kami
semua.
Demikian makalah ini kami buat, mohon kritik dan saran yang konstruktif apabila
didalam makalah yang kami buat belum sempurna.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Perusahaan merupakan lembaga ekonomi yang bertujuan menghasilkan barang dan jasa
melalui penggunaan sumber-sumber ekonomi secara efektif dan efisien. Setiap perusahaan yang
menjalankan usaha selalu membutuhkan modal kerja. Modal kerja itu antara lain digunakan
untuk pembelian bahan baku, aktiva tetap, pembayaran gaji karyawan dan pembayaran biaya-
biaya lainnya.
Manajemen modal kerja yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk
pertumbuhandan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Apabila perusahaan
kekurangan modal kerja maka besar kemungkinannya perusahaan tersebut akan kehilangan
pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup tetapi
tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek pada waktunya maka akan menghadapi masalah
likuiditas.
1
1.3 Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam operasinya, perusahaan selalu membutuhkan dana harian misalnya untuk membeli
bahan mentah, membayar gaji karyawan, membayar rekening listrik, membayar biaya
transportasi, membayar hutang dan sebagainya. Dana yang dialokasikan tersebut diharapkan
akan diterima kembali dari hasil penjualan produkyang dihasilkan dalam waktu yang tidak lama
(kurang dari 1 tahun). Uang yang diterima tersebut dipergunakan lagi untuk kegiatan operasi
perusahaan selanjutny, dan seterusnya dana tersebut berputar selama perusahaan masih
beroperasi. Dana yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari
disebut modal kerja (working capital).
Manajemen modal kerja (working capital management) merupakan manajemen dari elemen-
elemen aktiva lancar dan elemen-elemen hutang lancar. Kebijakan modal kerja (working capital
policy) menunjukkan keputusan-keputusan mendasar mengenai target masing-masing elemen
(unsur) aktiva lancar dan bagaimana aktiva lancar tersebut dibelanjai. Tujuan manajemen modal
kerja adalah mengelola aktiva lancar dan hutang lancar sehingga diperoleh modal kerja neto
yang layak dan menjamin tingkat likuiditas perusahaan. Dengan demikian dapat dikemukakan
bahwa perhatian utama dalam manajemen modal kerja adalah pada manajemen aktiva lancar
perusahaan, yaitu kas, sekuritas, piutang dan persediaan, serta pendanaan (terutama kewajiban
lancar atau jangka pendek) yang diperlukan untuk mendukung aktiva lancar.
Pengertian modal kerja di atas masih umum sehingga masih mengalami kesulitan untuk
menetapkan elemen-elemen modal kerja. Untuk memudahkan dalam menetapkan elemen-elemen
modal kerja, di kenal 3 konsep modal kerja, yaitu:
3
1. Konsep Kuantitatif
Modal kerja menurut kuantitatif adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar yang disebut
juga modal kerja bruto (gross working capital). Umumnya elemen-elemen dari modal kerja
kuantitatif meliputi kas, surat-surat berharga (sekuritas), piutang dan persediaan.
2. Konsep Kualitatif
Pada konsep ini modal kerja dihubungkan dengan besarnya hutang lancar atau hutang
yang segera harus dilunasi. Sebagian aktiva lancar dipergunakan untuk melunasi hutang
lancar seperti hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak, dan sebagian lagi benar benar
dipergunakan untuk membelanjai kegiatan operasi perusahaan. Dengan demikian modal kerja
menurut konsep kualitatif merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar yang juga
disebut modal kerja netto (net working capital).
3. Konsep Fungsional
Konsep fungsional mendasarkan pada fungsi dana yang digunakan untu memperoleh
pendapatan. Setiap dana yang dialokasikan pada berbagai aktifa yang dimaksudkan untuk
memperoleh pendapatan (income), baik pendapatan saat ini (current income) maupun
pendapatan masa yang akan datang (future income). Konsep modal kerja fungsional
merupakan konsep mengenai modal yang digunakan untuk menghasilkan current income.
Untuk memperoleh gambaran ketiga konsep modal kerja tersebut dapat dilihat pada contoh
berikut :
PT “LANCAR”
(dalam rupiah)
4
Penyusutan Mesin (14.000.000) Modal Saham 200.000.000
Berdarkan contoh diatas, apabila disertai informasi tentang marjin laba sebesar 25% dan surat-
surat berharga (efek-efek) sebesar Rp 12.000.000 maka:
5
Modal kerja potensial :
Efek-efek Rp 12.000.000
Gedung Rp 15.000.000
Modal kerja potensial Rp 27.000.000
Keterangan:
1) Dalam konsep fungsional, maka piutang yang terjadi sebagian merupakan
konstribusi laba yaitu sebesar 25% sehingga piutang yang diperhitungkan
dalam konsep ini hanya sebesar 75% dari piutang yang ada = 75% × Rp
60.000.000 = Rp 45.000.000,-
2) Marjin laba dari piutang yang ada = 25% × Rp 60.000.1000 = Rp 15.000.000
Ada beberapa alasan yang mendasari pentingnya manajemen modal kerja yaitu:
a. Aktiva lancar dari perusahaan baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa
memiliki jumlah yang cukup besar disbanding dengan jumlah aktiva secara keseluruhan.
b. Untuk perusahaan kecil, hutang jangka pendek merupakan sumber utama bagi pendanaan
eksternal. Perusahaan ini tidak memiliki akses pada pasar modal untuk pendanaan jangka
panjangnya.
c. Manajer keuangan dan anggotanya perlu memberikan porsi waktu yang sesuai untuk
pengelolaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan modal kerja.
d. Keputusan modal kerja berdampak langsung terhadap tingkat risiko, laba, dan harga
saham perusahaan.
6
e. Adanya hubungan langsung antara pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan dana untuk
membelanjai aktiva lancar.
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital), yaitu modal kerja yang tetap harus
ada dalam perusahaan untuk menjalankan kegiatan usaha. Modal kerja permanen
dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital), yaitu modal kerja minimum yang harus
ada untuk menjamin kontinuitas kegiatan usaha.
b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital), yaitu modal kerja yang dibutuhkan
untuk melakukan luas produksi yang normal.
2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja variabel dapat dikelompokkan
menjadi 3, yaitu:
a. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah karena fluktuasi musim.
b. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah karena fluktuasi konjungtur.
c. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.
Konsep yang mendasari manajemen modal kerja yang sehat adalah dua keputusan yang
menyangkut persoalan dasar perusahaan, yaitu:
7
b. Perpaduan yang sesuai antara pendanaan jangka pendek dan pendanaan jangka panjang yang
digunakan untuk mendukung investasi dalam aktiva lancar.
Walaupun kadang-kadang tingkat bunga jangka pendek melebihi tingkat bunga jangka
panjang, namun umumnya tingkat bunga jangka pendek lebih kecil. Apabila tingkat bunga
jangka pendek lebih tinggi dari tingkat bunga jangka panjang, situasi tersebut hanya bersifat
sementara. Penggunaan hutang jangka pendek mungkin untuk menghasilkan laba yang lebih
besar karena hutang tersebut akan dilunasi pada periode yang pendek bila sudah tidak
diperlukan. Keadaan ini dimaksudkan agar laba yang diperoleh tersebut digunakan untuk
menjaga tingkat aktiva lancar yang relative rendah dan proporsi hutang lancar lebih tinggi dari
total hutang. Strategi ini akan menghasilkan tingkat modal kerja yang rendah atau bahkan
negatif. Keadaan ini sebagai konsekuensi logis karena perusahaan tidak mempertahankan aktiva
lancar yang cukup untuk:
Menurut Munawir (2001), pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat
berasal dari :
8
Surat berharga jangka pendek yang merupakan salah satu elemen aktiva lancer yang segera
dapat dijual yang akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan.
3. Penjualan aktiva tetap
Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi
jangka panjang, dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan.
4. Penjualan saham dan obligasi
Perusahaan dapat mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik
perusahaan untuk menambah modalnya. Dan mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang
jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya.
Menurut Munawir (2004), penggunaan atau pemakaian modal kerja akan menyebabkan
perubahanbentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancer yang dimiliki oleh perusahaan.
Penggunaan aktiva lancer yang mengakibatkan turunnya modal kerja, yaitu :
Setiap perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda dalam mencapai tujuannya. Untuk
mencapai tujuan perusahaan, kebijakan dalam pengelolaan modal kerja juga berbeda. Menurut
9
Riyanto (1988) ada 3 tipe kebijakan modal kerja yang kemungkinan digunakan oleh perusahaan,
yaitu :
1. Kebijakan konservatif
Kebijakan modal kerja konservatif merupakan manajemen modal kerja yang dilakukan
secara hati-hati. Pada kebijakan konservatif ini modal kerja permanen dan sebagian modal kerja
variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja
variabel lainnya dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek.
2. Kebijakan agresif
Pada kebijakan ini sebagian modal kerja permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka
panjang, sedangkan sebagian modal kerja permanen dan modal kerja variabel dibelanjai dengan
sumber dana jangka pendek.
10
3. Kebijakan moderat
Pada kebijakan ini aktiva yang besifat tetap yaitu aktiva tetap dan modal kerja yang bersifat
permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan modal kerja variabel
dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek. Kebijakan moderat mencerminkan kebijakan
manajemen yang konservatif sekaligus agresif. Kebijakan ini memisahkan secara tegas bahwa
kebutuhan modal kerja yang sifatnya tetap dibelanjai dengan sumber modal yang permanen atau
sumber dana yang berjangka panjang. Sumber modal yang permanen seperti saham, sedangkan
sumber modal berjangka panjang yang lain adalah obligasi (hutang jangka panjang).
Besarnya modal kerja baik yang bersifat permanen maupun variabel perlu ditentukan dengan
baik agar efektif dan efisien. Penggunaan modal kerja yang tidak direncanakan dengan baik
mengakibatkan modal kerja yang ada tidak digunakan sesuai dengan kebijakan yang ada. Untuk
menentukan kebutuhan modal kerja dapat digunakan 2 metode, yaitu metode keterikan dana dan
metode perputaran modal kerja.
Untuk menentukan kebutuhan modal kerja dengan metode ini, maka perlu dikethui dua faktor
yang mempengaruhinya, yaitu (1) periode terikatnya modal kerja, dan (2) pengeluaran kas setiap
hari. Periode terikatnya modal kerja merupakan waktu yang diperlukan mulai dari kas yang
11
ditanamkan pada komponen-komponen atau elemen-elemen modal kerja sampai menjadi kas
kembali.
Untuk perusahaan perdagangan periode terikatnya modal kerja dapat digambarkan sebagai
berikut :
Dengan demikian periode terikatnya dana meliputi waktu pembelian dan penyimpanan bahan,
lama proses produksi, lama barang disimpan di gudang dan lama penerimaan piutang. Sedangkan
pengeluaran kas setiap hari merupakan jumlah pengeluaran kas setiap hari untuk keperluan
pembelian bahan baku, bahan penolong, upah kartyawan, dan biaya lainnya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada contoh berikut ini :
Contoh I :
Suatu perusahaan perdagangan “LARIS” memiliki data tentang modal kerja sebagai berikut :
12
Apabila ditetapkan jumlah kas minimal Rp 150.000, maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan
adalah :
Periode terikatnya modal kerja x pengeluaran kas setiap hari + kas minimal =
Contoh II :
Suatu perusahaan industry “AMANAH” memiliki data tentang modal kerja sebgai berikut :
Apabila ditetapkan jumlah kas minimal Rp 100.000 maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan
adalah :
13
2. Metode Perputaran Modal kerja
Berdasarkan metode ini maka besarnya kebutuhan modal kerja ditentukan oleh perputaran dari
komponen-komponan (elemen-elemen) modal kerja yaitu perputaran kas, perputaran piutang dan
perputaran persediaan. Perputaran kas merupakan berputarnya kas menjadi kas kembali. Seperti
halnya perputaran modal kerja, maka yang dimaksud dengan kas berputar satu kali berarti bahwa
sejak kas tersebut digunakan untuk proses produksi (barang atau jasa) dan akhirnya menjadi kas
kembali. Demikian pula perputaran piutang dan persediaan, yaitu waktu yang diperlukan dari
piutang atau persediaan menjadi piutang atau persediaan kembali.
Contoh :
Perusahaan “ABADI”
Neraca Per 31 Desember Tahun 2011
Kas Rp 462.500 Hutang Dagang Rp 1.375.000
Piutang Dagang Rp 1.925.000 Hutang Bank Rp 437.500
Persediaan Rp 2.300.000 Hutang Wesel Rp 875.000
Aktiva Tetap Rp 10.437.500 Hutang J. Panjang Rp 4.500.000
Modal Saham Rp 4.750.000
Laba Ditahan Rp 3.187.500
Total Rp 15.125.000 Total Rp 15.125.000
Perusahaan “ABADI”
Laporan Laba-Rugi Tahun 2011
Penjualan Rp60.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp(42.500.000)
Laba bruto Rp17.500.000
Biaya operasi Rp (6.250.000)
EBIT Rp11.250.000
Bunga Rp (3.750.000)
Laba sebelium pajak Rp 7.500.000
14
Pajak 30% Rp (2.250.000)
EAT Rp 5.250.000
Dari laporan keuangan di atas dapat dihitung perputaran dari tiap elemennya :
Penjualan 60.000.000
Perputaran kas = = = 130 kali
Kas*) 462.500
Penjualan 60.000.000
Perputaran piutang = = = 31 kali
Piutang*) 1.925.000
Penjualan 42.500.000
Perputaran persediaan = = = 18 kali
Persediaan*) 2.300.000
*) Kas, piutang dan persediaan rata-ratanya. Namun karena tidak ada awal dan akhir, maka
besarnya kas, piutang dan persediaan adalah data yang tercantum pada neraca (tanpa dicari rata-
ratanya).
Setelah perputaran dari setiap elemen modal kerja diketahui, selanjutnya dihitung periode
terikatnya elemen modal kerja dan hasilnya dijumlahkan menjadi periode terikatnya modal kerja
*diasumsikan 1 tahun = 360 hari)
Jumlah = 35 hari
Dengan demikian periode terikatnya modal kerja secara keseluruhan adalah 35 hari, sehingga
perputaran elemen modal kerja adalah 360/35 x 1 kali = 10 kali. Apabila pada tahun 2011
perusahaan diperkirakan akan mampu menjual produknya seharga Rp 75.000.000, maka
kebutuhan modal kerjanya = Rp 75.000.000/10 = Rp 7.500.000.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Modal kerja ialah analisis saling hubungan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar.
Modal kerja juga disebut manajemen keuangan jangka pendek. Dalam perspektif yang luas,
manajemen keuangan jangka pendek merupakan upaya perusahaan untuk mengadakan
penyesuaian keuangan terhadap perubahan jangka pendek; perusahaan harus memberi tanggapan
yang cepat dan efektif. Bidang keputusan ini sangat penting karena sebagian besar waktu
manajer keuanagn digunakan untuk menganalisis setiap perubahan aktiva lancar dan utang
lancar.
Modal kerja diperoleh dari hasil operasi perusahaan, dana pinjaman dari bank, penjualan
aktiva tidak lancar, dan penjualan saham atau obligasi. Manajemen modal kerja yang efektif
menjadi sangat penting untuk pertumbuhan kelangsungan perusahaan dalam jangka
panjang. Apabila perusahaan Kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan
peningkatan peroduksinya, maka besar kemungkinan akan kehilangan pendapatan dan
keuntungan. Dan Apabila perusahaan tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat
membayar kewajiban jangka pendek tepat pada wakunya, maka akan menghadapi masalah
likuidasi. Semakin lama periode antara saat pengeluaran kas sampai penerimaan kembali, maka
kebutuhan modla kerja akan semakin besar.
3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.
16
Penulis banyak berharap makalah ini dapat diberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya dan dapat
mempermudah kami untuk mempelajari mata kuliah Manajemen Keuangan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan siamat. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
18