Tinjauan Pustaka
a) Media
Shore (1985) mengoperasionalkan pengaruh media sebagai kegiatan
mendengarkan, melihat, dan membaca pesan media sosial atau mempunyai
pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut. Selain itu, dalam riset
pengaruh media terdapat hubungan antara khalayak dengan isi media yang
berkaitan dengan perhatian. Kenneth E. Andersen (1972) mendefinisikan
perhatian atau atensi sebagai proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli
menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah.
Sumber informasi banyak didapatkan dari keterpaparan Media. Media
pada hakikatnya adalah alat bantu yang digunakan oleh seseorang dalam
menyampaikan bahan, materi, atau pesan. Alat bantu ini lebih sering disebut alat
peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam
proses promosi agar pesan-pesandapat disampaikan lebih jelas dan masyarakat
dapat menerima pesan tersebut lebih jelas dan tepat pula. Media promosi ini
terdiri dari media cetak (booklet, leaflet, flyer, flif chart, poster), media
elektronik (televisi, radio, video, slide, film strip), dan media papan (billboard)
(Notoatmodjo, 2014).
b) Kebijakan
Wahab (1997) mengatakan istilah kebijakan dalam penggunaannya seringkali
saling dipertukarkan istilah tujuan (goals), program, keputusan, undang-undang,
ketentuan-ketentuan, usulan dan rancangan-rancangan besar. Kebijakan yang telah
dapat dirumuskan bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya Thomas R.
Dye (1995) dikutip oleh Nugroho (2011) menguraikan proses kebijakan publik
mempunyai beberapa tahapan: (1) Identifikasi masalah kebijakan; (2) Penyusunan
agenda; (3) Perumusan kebijakan; (4) Pengesahan kebijakan; (5) Implementasi
kebijakan; dan (6) Evaluasi kebijakan. Secara prinsip terdapat dua pemilahan jenis
teknik atau model implementasi kebijakan. Pemilahan pertama adalah implemenasi
kebijakan yang berpola dari atas ke bawah (top-down) dan kebalikannya adalah dari
bawah ke atas (bottomup) dan pemilahan implementasi yang berpola paksa
(command-and-control) dan mekanisme pasar (economic incentive).
Kebijakan kesehatan merupakan aplikasi dari kebijakan publik ketika
pedoman yang ditetapkan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Kebijakan kesehatan nasional ditujukan untuk meningkatkan status
kesehatan dan kesejahteraan penduduk suatu negara (Ayuningtyas, 2014). Kebijakan
kesehatan merupakan segala tindakan pengambilan keputusan yang memengaruhi
sistem kesehatan yang dilakukan oleh aktor institusi pemerintah, organisasi, lembaga
swadaya masyarakat dan lainnya (Buse, 2005).
Kebijakan kesehatan adalah keputusan, rencana dan tindakan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan kesehatan tertentu di dalam suatu masyarakat1 . Urgensi
kebijakan kesehatan sebagai bagian dari kebijakan publik semakin menguat
mengingat karakteristik unik yang ada pada sektor kesehatan yaitu sektor kesehatan
amat kompleks karena menyangkut hajat hidup orang banyak dan kepentingan
masyarakat luas dan ketidakpastian kondisi sakit (Ayuningtyas, 2014).
c) Pengaruh orang lain
Salah satu faktor pendorong sikap dan perilaku kesehatan terbentuk adalah
referensi dari perilaku masyarakat. Referensi itu dapat berupa dari guru, tokoh
masyarakat, sosial keluarga dan orang lain. Miller dan Dollard (1941) menyebutkan
bahwa dalam proses belajar seseorang dilakukan melalui peniruan (imitation)
disebabkan insting atau unsur biologis. Hal ini disebut ”social learning ” -
”pembelajaran sosial”. Perilaku peniruan (imitative behavior) terjadi karena seseorang
merasa telah memperoleh imbalan ketika meniru perilaku orang lain, dan memperoleh
hukuman ketika tidak menirunya. Agar seseorang bisa belajar mengikuti aturan baku
yang telah ditetapkan oleh masyarakat maka para individu harus dilatih, dalam
berbagai situasi, sehingga mereka merasa nyaman ketika melakukan apa yang orang
lain lakukan, dan merasa tidak nyaman ketika tidak melakukannya.
C. Gejala Klinis
Menurut pedoman kesiapsiagaan Covid-19 yang dirilis oleh Kemenkes 2020,
berikut gejala:
a) Pasien dalam Pengawasan
Seseorang yang mengalami:
a. Demam (≥380C) atau ada riwayat demam
b. Batuk/ Pilek/ Nyeri tenggorokan,
c. Pneumonia ringan hingga berat berdasarkan gejala klinis dan/ atau gambaran
radiologis Perlu waspada pada pasien dengan gangguan sistem kekebalan tubuh
(immunocompromised) karena gejala dan tanda menjadi tidak jelas. DAN
Memiliki riwayat perjalanan ke negara yang terjangkit* pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala;
Seseorang dengan:
a. demam (≥380C) atau ada riwayat demam ATAU ISPA ringan sampai berat
DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala,
b. memiliki salah satu dari paparan berikut: Riwayat kontak dengan kasus
konfirmasi COVID-19; ATAU b. Bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan
yang berhubungan dengan pasien konfirmasi COVID-19; ATAU c. Riwayat
perjalanan ke Provinsi Hubei, China (termasuk Kota Wuhan); ATAU d. Kontak
dengan orang yang memiliki riwayat perjalanan pada 14 hari terakhir ke
Provinsi Hubei, China (termasuk Kota Wuhan)
b) Orang Dalam Pemantauan
Seseorang yang mengalami gejala demam atau riwayat demam tanpa
pneumonia yang memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok atau
wilayah/negara yang terjangkit, dan tidak memiliki satu atau lebih riwayat
paparan diantaranya dan mengalami gejala demam (≥380C) atau ada riwayat
demam ATAU ISPA tanpa pneumonia DAN memiliki riwayat perjalanan ke
negara yang terjangkit* pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala. (PERSI,
2019)
Kontak erat ini termasuk Orang yang memiliki riwayat perjalanan ke Provinsi
Hubei, China (termasuk Kota Wuhan) pada 14 hari terakhir tanpa gejala.
Pedoman strategi pencegahan meluasnya COVID-19, maka berikut dikutip dari rilis
Kemenkes, 2020:
a. Orang dalam pemantauan wajib melakukan isolasi diri di rumah dan dilakukan
pengambilan spesimen (hari ke-1 dan hari ke-2). Kegiatan surveilans terhadap
orang dalam pemantauan dilakukan berkala untuk mengevaluasi adanya
perburukan gejala selama 14 hari. Pengambilan spesimen dilakukan oleh
petugas laboratorium setempat yang berkompeten dan berpengalaman baik di
fasyankes atau lokasi pemantauan. Pengiriman spesimen disertai formulir
pemeriksaan ODP/PDP. Bila hasil pemeriksaan menunjukkan positif maka
pasien di rujuk ke RS Rujukan. Begitu pula bila apabila orang dalam
pemantauan berkembang memenuhi kriteria pasien dalam pengawasan dalam
14 hari terakhir maka segera rujuk ke RS rujukan untuk tatalaksana lebih lanjut.
Petugas kesehatan dapat melakukan pemantauan melalui telepon namun
idealnya melakukan kunjungan secara berkala (harian) dan dicatat pada
formulir pemantauan harian. Pemantauan dilakukan dalam bentuk pemeriksaan
suhu tubuh dan skrining gejala harian. Pemantauan dilakukan oleh petugas
kesehatan layanan primer dan berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat.
Orang dalam pemantauan yang sudah dinyatakan sehat.
b) Perilaku Pencegahan
Perilaku pencegahan adalah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum
kejadian (Noor, 2008). Pada dasarnya ada empat tingkatan pencegahan penyakit
secara umum yaitu :
a. Pencegahan Tingkat Dasar (Primordial Prevention)
Pencegahan tingkat dasar (Primordial Prevention) adalah usaha
mencegah terjadinya risiko atau mempertahankan keadaan risiko rendah
dalam masyarakat terhadap penyakit secara umum. Pencegahan ini meliputi
usaha memelihara dan mempertahankan kebiasaan atau pola hidup yang
sudah ada dalam masyarakat yang dapat mencegah meningkatnya risiko
terhadap penyakit dengan melestarikan pola atau kebiasaan hidup sehat yang
dapat mencegah atau mengurangi tingkat risiko terhadap penyakit tertentu
atau terhadap berbagai penyakit secara umum. Upaya pencegahan ini sangat
kompleks dan tidak hanya merupakan upaya dari pihak kesehatan saja.
Sasaran pencegahan tingkat dasar ini terutama kelompok masyarakat usia
muda dan remaja, dengan tidak mengabaikan orang dewasa dan kelompok
manula.
b. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) merupakan suatu
usaha pencegahan penyakit melalui usaha mengatasi atau mengontrol faktor-
faktor risiko dengan sasaran utamanya orang sehat melalui usaha peningkatan
derajat kesehatan secara umum (promosi kesehatan) serta usaha pencegahan
khusus terhadap penyakit tertentu. Pencegahan tingkat pertama ini didasarkan
pada hubungan interaksi antara penjamu (host), penyebab pemapar (agent),
lingkungan dan proses kejadian penyakit. Sasaran pencegahan tingkat
pertama ini ditujukan kepada faktor penjamu seperti perbaikan gizi,
pemberian imunisasi, peningkatan kehidupan sosial dan psikologis individu
dan masyarakat serta peningkatan ketahanan fisik individu.
c. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang
terancam akan menderita penyakit tertentu melalui diagnosis dini serta
pemberian pengobatan yang cepat dan tepat. Tujuan utama pencegahan
tingkat kedua ini, antara lain untuk mencegah meluasnya penyakit atau
terjadinya wabah pada penyakit menular dan untuk menghentikan proses
penyakit lebih lanjut serta mencegah komplikasi. Salah satu kegiatan
pencegahan tingkat kedua adalah menemukan penderita secara aktif pada
tahap dini. Kegiatan ini meliputi pemeriksaan berkala pada kelompok
populasi tertentu, melakukan penyaringan (screening) untuk mencari
penderita secara dini, surveilans epidemiologi untuk mendapatkan keterangan
tentang proses penyakit yang ada dalam masyarakat.
d. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) merupakan pencegahan
dengan sasaran utamanya adalah penderita penyakit tertentu, dalam usaha
mencegah bertambah beratnya penyakit atau mencegah terjadinya cacat serta
program rehabilitasi.
B. Pengertian Covid-19
Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala
ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan
penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease (COVID-19)
adalah virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus
corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan
bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta
ke manusia. Beberapa coronavirus yang dikenal beredar pada hewan namun belum terbukti
menginfeksi manusia.
Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan. Tanda dan
gejala umum infeksi coronavirus antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam,
batuk dan sesak napas. Pada kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.
Terdapat tiga indikator dalam faktor pendorong yaitu media, kebijakan, dan pengaruh
orang lain. Media sebagai alat promosi kesehatan yang merupakan sumber informasi bagi
masyarakat untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19. Sumber informasi adalah
media yang berperan penting bagi seseorang dalam menentukan sikap dan keputusan untuk
bertindak. Dalam penelitian Taufia Tahun 2017 untuk meningkatkan minat Wanita Usia
Subur (WUS) dalam pemeriksaan IVA dilakukan dengan cara mendorong bagi WUS itu
sendiri untuk selalu berusaha mencari informasi dalam berbagai bentuk. Sumber informasi
itu dapat diperoleh dengan bebas mulai dari teman sebaya, buku-buku, film, video, bahkan
dengan mudah membuka situs-situs lewat internet.
Kebijakan yang dibuat dan disepakati mengatur segala hal tentang pencegahan Covid-19 di
masyarakat. Kebijakan bersifat memaksa agar dapat dipatuhi oleh masyarakat. Kebijakan
yang diambil oleh pemerintah dalam pencegahan Covid-19 adalah Pembatasan Sosial
Berskala Besar yang diatur dalam Permenkes nomor 9 tahun 2020. Dalam penelitian
Charles Tahun 2012 bahwa untuk mengendalikan pola hidup sehat di masyarakat, para ahli
kesehatan masyarakat, promosi kesehatan dan peneliti kesehatan perlu membuat panduan
kebijakan tingkat kota bagi para provider kesehatan akan upaya pengendalian risiko
penyakit pada populasi sasaran.
Pengaruh orang lain merupakan besarnya pengaruh tokoh masyarakat, peran keluarga, dan
teman sebaya dalam hal mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang dalam
menerapkan pola hidup bersih dan sehat untuk mencegah penularan covid-19. Dalam
penelitian Yeni Tasa Tahun 2016 bahwa pengaruh teman sebaya sangat berperan dalam
mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. Kelompok teman sebaya juga
melakukan advokasi kepada keluarga agar tercipta pengaruh-pengaruh baik dalam setiap
anggota keluarga.
Daftar Pustaka
Conner, M., & Norman, P. (2003). The Health Belief Model. Buckingham: Open University
Press
Elias, R. Z. (2010). "The Relationship Between Accounting Students' Love of Money and
Their Ethical Perception". Managerial Auditing Journal , Vol. 25 No.3
H.B. Sutopo. 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif. Surakarta : Universitas Sebelas Maret
Press.
Tarkang EE, Zotor FB. 2015. Application of The Health Belief Model (HBM) in HIV
Prevention: A Literature Review. Central African Journal of Public Health. 1(1): 1-8.
Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Zang Li, Fan G, etc. Clinical features of patients
infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. The Lancet. 24 jan 2020.
Janz, N. K., & Becker, M. H. (1984). The Health Belief Model: a decade later. Sophe, 1-47.
Janz, N.K., & Becker, M. H. (1984). The Health Belief Model: A Dekade Later. Health
Education Quartely, Vol 11 (1), 1-47.
Athiyah, Noor. (2008). Kebutuhan Informasi dan Perilaku Pencarian Informasi: Tesis : Program
Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, FIB UI.
Yang X, Yu Y, Xu J, Shu H, Xia J, Liu H et al. Clinical course and outcomes of critically ill patients with
SARS-CoV-2 pneumonia in Wuhan, China: a single-centered, retrospective, observational study.
Lancet Respir Med. 2020. Epub 2020/02/28. doi: 10.1016/S2213-2600(20)30079-5. PubMed PMID:
32105632.
Zhou F, Yu T, Du R, Fan G, Liu Y, Liu Z et al. Clinical course and risk factors for mortality of adult
inpatients with COVID-19 in Wuhan, China: a retrospective study. Lancet, 2020. doi: 1016/S0140-
6736(20)30566-3.
Xia W, Shao J, Guo Y, Peng X, Li Z, Hu D. Clinical and CT features in pediatric patients with COVID-19
infection: different points from adults. Pediatr Pulmonol. 2020. Epub 2020/03/07. doi:
10.1002/ppul.24718.PubMed PMID: 32134205